Suhu di ibu kota –Seoul menurun drastis, padahal beberapa puluh menit yang lalu langit masih terlihat biru dan baik-baik saja. Suara beduran muatan salju yang terhempas dengan intensitas lebih rapat seperti biasanya juga gemerisik pepohonan yang saling beradu ranting membuat sepasang kelopak sipit itu mengernyit ngeri, terlalu sensitif dengan hal-hal seperti itu. Belum lagi di tambah angin kencang dengan pemandangan garis-garis putih rapat salju yang memiring karenanya, dan jangan tanyakan lagi suhu kota Seoul saat ini. Sedikit keterlaluan memang badai salju di puncak-puncak musim dingin seperti sekarang ini, apa lagi untuknya yang tak terlalu bisa tahan dari udara dingin –kelainan yang merepotkan meurutnya. Entahlah, rasa-rasanya ia tak pernah terbebas dari kata berbeda dan aneh –itu yang orang-orang bicarakan tentangnya. Beruntung setiap hari selalu ada yang memaksanya untuk membawa mantel tebal, mungkin mereka menolak direpotkan jika tiba-tiba ia collapse karena hipotermia. Tapi mungkin kali ini ia tak beruntung.
Kim Yesung menghela nafas berulang ketika dirasa dadanya berdenyut dan nafasnya mulai sulit ia kuasai –sesak. Sial! Ia menyesal sudah memutuskan keluar dari kelasnya yang ber-penghangat itu, padahal niat awalnya ia hanya akan menunggu Kyuhyun di mobil saja. Salahkan orang-orang yang tak bisa mengontrol bibirnya itu, mereka yang membuatnya tak nyaman berada didalam kelas. Atau ia salahkan Kyuhyun saja? kenapa bocah evil itu belum juga kembali? Mungkin yang perlu disalahkan adalah dirinya sendiri, sejak kapan ia peduli dengan mulut-mulut berbisa orang-orang yang sering di sebut rekan sekelasnya itu? Rekan? Dilihat dari manapun mereka lebih mirip seperti antifansnya. Tapi setidaknya ia sedikit bangga, seluruh universitas mustahil tak tahu siapa dia. Ia merasa seperti idol saja, setiap harinya ada saja orang-orang yang cermat menelitinya sebagai bahan topik pembicaraan. Dasar orang-orang bergaji buta!
Matanya lagi-lagi menyipit ketika seseorang menghampirinya. Mengutuk kecil, mengapa di saat-saat seperti ini orang itu bisa menemukannya?
"selamat siang Yesung-ssi. Senang melihatmu" sapa namja itu. Namja manis bermata gelap itu menatap remeh lawan bicaranya, sangat kontras dengan surainya yang sewarna darah.
"kau datang kemari hanya untuk menyapaku? Aww.. begitu pentingnya kah aku yang sempurna ini?"
"cih! Sempurna? Sepertinya kau perlu air keruh untuk bercermin tuan Kim" pemuda kekar lawan bicaranya itu mendekat, sedikit takut memang ditatap seperti itu tapi Kim Yesung masih berdiri tegak di tempatnya dengan mempertahankan apa yang ia sebut kehormatan. Ia Kim Yesung, ingat? Namja yang tak takut dengan siapapun, namja angkuh yang tak segan menginjak mereka yang bukan levelnya.
"bagaimana mungkin seseorang yang sempurna dibuang oleh keluarganya?" namja itu tertawa, "mana pelindungmu itu, huh? Kau tidak takut sendirian young master?"
Yesung meremas tepi mantel berbulunya, dengan mata sipit yang berusaha menyamai tatapan tajam lawannya, menolak terlihat lemah.
"oh.. aku tahu.. apa mereka juga membuangmu seperti yang dilakukan keluargamu?"
"shut up! Jaga mulutmu Park Joon-ssi!"
"kenapa? Kau mau menutupi kenyataan?" tangan besar Park Joon meraih kerah mentel berbulu yang Yesung kenakan dan sedikit mengangkatnya dengan kasar, "ku dengar kau sedang dalam keadaan yang kurang baik, apa iya?"
"oh... terima kasih atas perhatianmu Park Joon-ssi, kau baik sekali sampai tahu keadaanku. Tapi aku tidak terharu sedikitpun, dan sayangnya aku baik-baik saja sekarang!"
"cih! Kau pikir aku akan berbaik hati padamu?"
Namja itu menyeringai lalu melangkah mundur membuat Yesung juga ikut melangkah mundur. Joon menyeret Yesung ke tengah lebatnya salju membuat benda putih itu mulai menumpuk di kepala dan bahu keduanya, melepas paksa mantel Yesung dan membuangnya ke sembarang tempat, Yesung mulai mencoba memberontak meski percuma saja. Lawannya adalah Park Joon, namja bertubuh besar itu tidak akan pernah melepaskan Yesung jika sudah mendapatkan kesempatan emas seperti ini. Jika biasanya ia harus berurusan dengan orang-orang yang mencari simpati dengan menolong Yesung atau ia harus berurusan dengan tameng tak tertembus Yesung –si magnae Choi, kali ini tak ada yang bisa menghentikannya, dengan salju sederas itu hanya orang bodoh yang masih berada di pelataran kampus, mereka lebih memilih berada di ruangan kelas dengan penghangat atau di perpustakaan menunggu hujan reda –tentu saja.
"le-lepaskan, sialan!"
"hohoo lihatlah anak malang ini, sudah berani memerintah eoh?"
"ak-aku tidak di-buang, kau ha-rus ingat itu!" Yesung berseru dengan suara dan nafas yang mulai tersenggal. Ia hanya punya waktu beberapa menit lagi untuk bertahan sebelum Park Joon menginjaknya dengan kekalahan, ia tak boleh kalah. Yesung mencekram lengan Joon dan mencoba menyingkirkannya, kedua tangannya sudah mulai membeku dan dingin.
"ini baru dimulai sayang.. kau sudah menginjak-injakku hingga seluruh manusia di universitas ini memandangku rendah, aku tidak akan melepaskanmu begitu saja. berterimakasihlah, aku masih membiarkanmu hidup. Aku hanya akan membunuhmu secara perlahan dan menyaksikan penderitaanmu" Park Joon menghempaskan tubuh Yesung ke jalanan aspal dan melenggang pergi, meninggalkan Yesung yang tersungkur. Kedua kakinya sudah tidak bisa ia gunakan menopang tubuhnya karena beku, nafasnya sudah menyempit dan tersenggal, bibirnya membiru dan mengigil, dan matanya sudah harus terpakasa menutup. Dengan rasa nyeri di dadanya karena mencoba bernafas, di ambang kesadarannya ia mendengar suara yang sudah tak asing lagi memanggil namanya dari kejauhan sebelum suara itu benar-benar tak terdengar.
.
.
.
A YeWon Fanfiction
.
.
.
Spfly3024 present..
.
.
Yosh! Akhirnya bisa kembali mengisi dunia yewon dengan ff ga jelas idenya dari mana haha
Judul juga mungut dari lagu yang walaupun lagu lama tapi masih ngena dihati *yeaah~*, naruto OST lagi, wk!
Yang berkenan silahkan menikmati.
Ilove You~
.
.
.
The Way.. To You All.
Arika Tooru
.
.
.
Original title song by: Aluto – Michi~ To You All.
Italic for flashback.
EnJOY! ^^
Happy reading~~
.
.
.
Langit pagi –biru, sejuk dan menenangkan di satu waktu
Membuatmu melayang dengan halusinasi
Kau tidak akan pernah tahu sebelum kau terbang kesana lalu hancur di cabik atmosfer
Begitu juga aku..
.
.
.
Mata sipit itu bergerak-gerak kecil sebelum sepenuhnya terbuka. Pertama yang ia rasakan adalah nyeri di sekujur tubuhnya terutama ruas-ruas tulang rusuknya, mungkin jika tanpa masker oksigen ia tidak akan bisa bernafas. Ingatannya memburam, terakhir yang dia ingat adalah ketika ia dan sang eomma terguncang hebat dalam sebuah mobil sebelum akhirnya mengguling di jalanan.
Siang itu, sebenarnya ia tak mengerti mengapa eommanya memeluknya sambil menangis. Sesaat kemudian beberapa mobil mengitari kediamannya, sang eomma lalu menariknya memasuki mobil membawanya entah kemana dengan beberapa mobil tadi yang saling mengejar. Seperti gaussian blur, ia melihat sang eomma yang tak bergerak dengan bersimbah darah di sampingnya sebelum beberapa orang menariknya keluar dari mobil yang terguling tersebut. Dan.. itulah terakhir kalinya ia melihat sosok yang ia sebut eomma, karena sesaat kemudian mobil itu meledak dan membawa eommanya pergi ketempat yang tak bisa ia susul.
"aku mohon eomma, tolong lindungi Yesung dari keluargaku. mereka tidak akan membiarkan Yesung hidup." Samar-samar Yesung mendengar suara sang appa dari luar dengan beberapa orang yang ia ketahui, itu adalah suara orang tua eommanya.
"kau pikir aku mau membesarkan seorang pembunuh? Jika Jae tidak melindunginya, ia mungkin masih hidup sekarang ini"
"hanya sampai Yesung bisa mengurus perusahaanku, biarkan aku yang mengurus sisanya. Aku tidak mungkin membawa Yesung denganku, ini akan menjadi perang saurada, aku tidak mau nyawa anakku terancam nantinya"
"kau pikir aku peduli? Bukankah sudah ku peringatkan, pernikahanmu dengan Jae adalah awal sebuah masalah di tambah dengan lahirnya anakmu yang tak berguna itu. Lalu apa kau bisa mengembalikan Jae-ku yang sudah anakmu bunuh itu? Kenapa harus anakku yang menjadi korban? Kenapa bukan anakmu saja yang mati?!" suara tangis terdengar diiringi suara gerbrakan pintu, sisanya hanya suara isakan sang appa yang ia dengar. Mendengar semua itu Yesung tak banyak merasakan apapun, tubuhnya sudah hancur akibat kecelakaan itu, hanya dadanya yang terasa ingin meledak dan mati.
Beberapa saat kemudian beberapa suara derap langkah kaki memasuki ruangan, orang-orang itu terdengar tengah menenangkan sang appa, Yesung tahu mereka adalah sahabat appanya. Ia juga tak terlalu mengerti, samar yang ia dengar adalah tentang pertunangan.
.
.
.
Bibir Yesung mengerucut, kedua tangannya ia lipat di depan dada dan mengalihkan perhatiaanya dari sepasang mata yang menatapnya sangsi. "kenapa menatapku seperti itu?" gerutunya pelan hampir tak terdengar.
"kau tahu Kim Yesung? Kau hampir menjebloskanku ke penjara oleh tangan saudaraku sendiri!"
"memang apa yang sudah kulakukan? Aku tak melakukan apapun.." kilah Yesung tak mau kalah.
Kyuhyun menganga tak percaya dengan nada –tak berdosa- Yesung, ia menggeram emosi. "sudah ku bilang agar kau tetap menunggu di dalam kelasmu selama aku menyelesaikan urusanku. Dan lihatlah apa jadinya akibat kepala batumu itu, huh? Beruntung Siwon hyung tak membunuhku."
"kau bilang hanya mengantar Sungmin hyung mencari literature, itu salahmu kenapa lama sekali. Aku bosan, jadi aku memutuskan menunggu di dalam mobil. Aku tidak tahu jika hujan akan turun."
"setelah tatapan Siwon hyung yang terus membuatku merasa bersalah, sekarang kau juga menyalahkanku?!" Kyuhyun mendesah, membuat Yesung mau tak mau merasa bersalah juga.
"mianhae.." bisik Yesung pelan, "lalu kenapa kau memberitahu Siwonie? Kau bisa mengatakan aku menginap di rumah temanku atau apalah itu dan kau bisa katakan aku baik-baik saja bukan?"
"yak! Dua hari kau kritis, kau masih bisa berkata seperti itu? Kau ingin aku di hantui rasa bersalah seumur hidup eoh? Kau bisa saja mati, kau pikir aku bisa membuat alasan bodoh semacam itu?!"
Melihat Kyuhyun meledak seperti itu, Yesung tak bisa berkata apa-apa lagi. Kedua tangannya sibuk memilin selimut rumah sakit dengan raut yang masih sama. "aku hanya terlalu senang melihatmu telah mempunyai seseorang yang bisa kau andalkan, tidak hanya selalu mengekor dan menjadi tamengku" Hampir tak terdengar memang, tapi Kyuhyun jelas mendengar nada tulus di sana.
"Yesung-ah" Kyuhyun baru saja akan membuka mulutnya untuk menjawab sebelum sebuah suara mengintrupsi dari arah pintu. Yesung tersenyum manis ketika seorang namja dengan raut cemasnya menghamrpiri Yesung lalu duduk di tepi ranjang. "syukurlah kau sudah bangun. Kau membuatku khawatir, kau baik-baik saja? bagaimana perasaanmu sekarang?"
"tentu saja, aku sangat baik. Kau pikir aku akan mati begitu saja huh?"
Siwon menghela nafas lega, tangan kanannya terulur mengusap pipi Yesung lembut, "aku senang kau baik-baik saja, dan berhenti berbicara tentang mati!" jemari Siwon beralih menyentil pelan dahi Yesung membuat namja manis itu mengaduh kecil lalu mengusap dahinya dengan bibir mengerucut dan menggerutu tak jelas. "berani sekali kau! Setelah membuatku tak fokus dua hari penuh kemarin dan sekarang kau tersenyum tanpa dosa seperti itu, huh?!"
"kenapa semuanya menyalahkanku.." gerutu Yesung pelan membuat Siwon tersenyum kecil.
"bisa kau ambilkan makan siangnya kyu?" Kyuhyun terkesiap, ia kira sepasang kekasih itu akan melupakan bahwa ia masih ada di ruangan itu –seperti biasanya, tapi ternyata tidak.
"baik" respon Kyuhyun cepat dan segera melaksanakannya. Tak lama kemudian ia kembali dengan nampan berisi bubur dan sup ayam khas rumah sakit meletakannya di atas meja nakas sebelum pamit keluar, ia tak mau lagi-lagi menjadi orang yang tak dianggap disana.
"maaf aku tidak ada di sampingmu ketika kau bangun tadi, ada sedikit masalah di kantor. Dan kau tahu sendiri eomma dan appa tak bisa kembali dengan cepat dari beijing. Maafkan aku.."
"aku tahu calon suamiku sangat sibuk, jadi ku pikir si magnae menyebalkan itu juga sudah cukup" Yesung tersenyum lebar. Siwon ikut tersenyum, bergumam 'terima kasih' lalu mengacak pelan surai merah nyala Yesung.
"ah ya.. bicara tentang Kyuhyun, kau jangan menyalahkannya dan membuat dia merasa bersalah. Kemarin itu sepenuhnya salahku. Aku senang ada yang mau bersamanya, kau tahu sendiri dongsaengmu itu sangat menyebalkan, kan? Aku hanya tidak ingin dia terus bercokol menjagaku, biarkan dia mencari kehidupannya sendiri. Aku sudah terlalu lama membebaninya."
Namja tampan itu hanya tersenyum samar dengan tatapan lembut tak terartikan, ia mengecup bibir Yesung sekilas, "perutmu itu harus di isi sesuatu, mau ku suapi?" tawar Siwon membuat wajah yang sempat murung itu mengangguk antusias.
.
.
.
"Yesung masuk rumah sakit lagi?" Siwon mengangguk menanggapi, ia meraih cangkir kopinya mengesapnya perlahan.
"aku tidak tahu akan sefatal itu efek alerginya, lalu bagaimana keadaannya sekarang?"
"dia terlihat baik-baik saja, nanti sore dia bisa pulang dan melanjutkan perawatan dirumah"
"oh syukurlah.." Kim Kibum menghela nafas, Siwon bisa melihat poker face pemuda itu sedikit berbeda –khawatir, meskipun Siwon tidak tahu apa maksud dari semua reaksi namja yang duduk di hadapannya itu.
"jadi –" Siwon meletakan cangkirnya di atas meja, " –apa rencanamu?"
Pemuda Kim itu menganggkat sebelah alisnya, merasa sedikit keberatan dengan pertanyaan yang di ajukan Siwon, "kau pikir?"
"aku tidak tahu yang kau pikirkan, tapi aku harus meminta maaf. Aku menyesal membawamu sejauh ini terseret dengan masalah kehidupanku."
"bicaralah dengan bahasa yang ku mengerti, sebenarnya apa maksudmu?"
"aku tahu kau mengerti, masalahnya adalah aku yang tak tahu rencanamu saat ini." Jeda, Siwon melirik Kibum yang tampak belum mengerti jelas apa yang dia maksud. Keduanya bertatapan lama, "semuanya jelas sejak kita memutuskan mencoba sebuah hubungan, kau tahu pasti saat itu bahwa akhirnya aku harus meninggalkanmu. Harusnya aku menolak tawaranmu, maaf.."
"aku tak peduli.." jawab Kibum cepat, "bagaimanapun juga kau pernah mencintaiku, aku yakin sekarangpun rasa itu masih tersisa" ia tersenyum pahit.
"bukan itu masalahnya. Kenapa kau tidak pergi saja? kenapa kau lebih memilih melukai hatimu sendiri dengan bertahan bersama kami?"
"kau ingin aku pergi?"
"dibanding dengan hubungan antara kau dan aku, aku lebih menghawatirkan hubunganmu dengan Yesung."
Kibum terdiam sebentar lalu tertawa melihat wajah serius Siwon, "jadi kau tahu?"
Mata Siwon menyipit, "seperti yang kau bilang, aku pernah mencintaimu. Aku bisa melihatnya hanya dari tatapan matamu ketika menatapnya, meskipun aku tak tahu jelas apa yang kau rencanakan."
"ya ya.. aku bodoh sudah meremehkanmu Siwon sunbae-nim" Kibum menggulum tawanya, "kita lihat saja nanti.."
"kau tidak berniat membalas dendam kan?"
"Meskipun aku pernah mengemis cinta padamu, aku tak serendah itu tuan Choi." Kibum tersenyum tipis, 'kau tak sepintar yang kukira Siwon, kau ternyata tak pernah mengerti'
"terserah, tapi kau harus tahu.. aku senang kau tak memilih pergi dan masih tetap disini bersama kami" –dan kata-kata terakhir Siwon menyelamatkan, sekaligus melukainya.
.
.
.
Sesekali Siwon melirik Yesung yang duduk di sampingnya masih dengan mencoba fokus ke arah jalanan, ia tengah mengemudi sekarang. Tadi pagi Yesung merajuk dan memaksa untuk masuk kuliah meski keadaannya masih jauh dari kata baik. Siwon tidak mempunyai pilihan selain menyetujuinya.
Disamping Siwon yang mengkhawatirkannya, Yesung justru terlihat tenang hari ini. Meski Siwon bisa melihat sorot mata Yesung yang menerawang entah kemana, tapi setidaknya ia tidak terlihat murung ataupun sedih. Seperti biasa, raut Yesung sering sulit di tebak –dan itu yang Siwon sukai dari kekasihnya.
"kau memikirkan sesuatu? Apa perlu kita kembali saja?"
"tidak!" seru Yesung cepat, "Siwonie, ayolah.. aku sudah tidak apa-apa.."
"tidak apa-apa apanya? Kau baru keluar rumah sakit kemarin sore Yesungie, bagaimana kau bisa sudah tidak apa-apa, huh?"
"tapi aku memang baik-baik saja.." mobil Siwon berhenti di halaman universitas, Yesung segera keluar dari mobil diikuti Siwon.
"Yesung.."
Yesung menoleh, "apa? Kau mau menyuruhku pulang saja, atau apa? Siwonie –"
CUP!
Siwon terkekeh melihat ekspresi Yesung pasca ia mengecup cepat bibirnya, dan jangan lupakan pipi Yesung yang merona. "jangan memaksakan diri, jika sesuatu terjadi hubungi aku atau Kyuhyun. Kau mengerti?"
"aku sudah 20 tahun Siwon, aku bukan anak kecil lagi!"
"mengerti?!" kejar Siwon tak mau kalah. Yesung akhirnya mengangguk pasrah, ia menjulurkan bibir bawahnya.
"yes, sir!"
Siwon tertawa seraya mencubit pipi Yesung, "good boy! Aku ada meeting dengan client, jadi nanti Kyuhyun yang akan menjemputmu, oke?"
Yesung mengangguk lagi, tapi kali ini ia tersenyum. Siwon memeluk Yesung sebentar sebelum masuk ke dalam mobil dan meninggalkan areal universitas. Yesung memutuskan untuk masuk ke kelasnya setelah memastikan mobil Siwon sudah hilang dari pandangannya.
.
Suara yang tadi gaduh berganti dengan suara bisikan-bisikan untuk menyambut Yesung yang masuk ke kelasnya hari ini, tapi toh ia memang tak pernah peduli. Yesung memilih duduk di sudut ruangan, berharap suara-suara yang sudah pasti membicarakannya itu tak sampai ke gendang telinganya.
"kau lihat tadi? Dia diantar Siwon"
"mungkin ia memaksa Siwon mengantarkannya untuk mendapat simpati"
"aku masih tak percaya Yesung itu tunangan Siwon"
"omo.. ia belum mengganti warna rambutnya? Mataku jadi sakit melihatnya"
Si korban buah bibir mendecak meremehkan, apa mereka memang tidak mempunyai pekerjaan lain selain mengumbar gosip yang walaupun benar tapi tidak akan berpengaruh apapun pada mereka?
"kau tidak tahu? Jika sebenarnya Siwon terpaksa harus menikahinya? Mereka dijodohkan"
"iya, keluarga Choi terpaksa menyetujuinya karena merasa iba."
"oh tuhan.. Siwon pasti tersiksa sekali.."
Serius, yang terakhir memang terasa menyakitkan. Yesung menulikan diri dan mulai membaca bukunya, jika boleh jujur hatinya berdenyut sakit. Yang mereka katakan tak sepenuhnya salah, dan Yesung benci mengakuinya.
"tokoh utama kita sudah datang rupanya" itu suara rekan sekelasnya, teman Park Joon. Satu lagi pemuda sok yang dengan terang-terangan mengibarkan bendera perang untuknya. Yesung tak menanggapi, melilih berpura-pura tak terusik.
"kupikir kau sudah mati" Joon mulai membuka suara, suara menyebalkan itu berhasil membuat Yesung terusik.
"maaf mengecewakanmu, tapi aku masih hidup"
Park Joon tertawa, "kau sudah hampir mati tapi masih berbicara angkuh seperti itu? Keras kepala sekali kau"
"bisakah kau tidak bicara padaku?"
"kau takut karena tidak ada Kyuhyun-mu itu?"
"aku tidak mau berbicara dengan seseorang yang bukan levelku, kau tidak seujung kukupun bisa menyamai levelku, ingat itu!"
Emosi Park Joon mulai tersulut, tangannya mengepal marah. Ia melangkah cepat meraih kerah Yesung menariknya dan menabrakkannya ke dinding. "kau pikir kau siapa huh?!" desisnya emosi.
Yesung sama sekali tak mencoba berontak meski jujur saja tulang suruknya terasa remuk di hentak seperti itu, ia terbatuk kecil dan mulai membalas tatapan marah Park Joon dengan seperti biasa –tatapan merendahkan.
"aku Kim Yesung, putra dari keluarga terkaya di Seoul. Dan.. siapa kau? Hanya anak jalanan yang beruntung mendapat pendidikan, level kita sangat berbeda bukan?" ucap Yesung mencoba agar suaranya tak terdengar bergetar. Ia bisa melihat Joon yang menatapnya dengan tatapan ingin membunuh. Joon menarik tubuh Yesung lalu kembali menghentakkannya ke dinding membuat Yesung kembali mengernyit nyeri.
"kau mau membunuhku? Coba saja jika kau bisa. Aku akan sangat senang karena dengan begitu aku bisa melihatmu membusuk di penjara. Dan kau tahu, aku tidak akan mati begitu saja."
"diam kau!" Park Joon menghempaskan tubuh Yesung ke samping hingga membentur meja, "kau adalah manusia terendah yang pernah ku kenal!"
Darah mulai mengucur dari hidung Yesung, ia hanya mengusapnya dengan punggung tangannya dan mencoba berdiri, menolak mengalah melawan Park Joon kali ini. "kau harus bercermin dengan ucapanmu sendiri Park Joon."
"ada apa ini?" Yesung maupun Joon menoleh, mendapati Kibum yang berlari kecil menghampiri mereka. Joon menggebrak dan menendang meja sebelum berlari pergi keluar.
"Yesung kau tidak apa-apa?" Kibum meraih wajah Yesung mencoba mengusap darah yang masih keluar dari hidung Yesung, "ikut aku ke ruang kesehatan!"
Namja itu menarik paksa lengan Yesung menuntunnya keluar, melewati kerumunan orang-orang yang tadi menonton dengan saling berbisik pelan, dan Yesung jelas tahu apa yang kali ini mereka bicarakan.
"harusnya kau bilang padaku jika anak-anak itu masih mengganggumu. Sepertinya Siwon tak pernah tahu, apa Kyuhyun tidak pernah mengatakan hal ini kepada Siwon? Siwon bisa saja mengurusnya jadi kau bisa tenang di kelasmu Kim Yesung" Kibum masih menarik lengan Yesung dan berjalan dengan terburu-buru menuju ruang kesehatan tanpa memperdulikan bagaimana tatapan orang-orang di sepanjang jalan yang mereka lewati. Merasa risih di tatap seperti itu, Yesung menyentak lengannya hingga cengkraman tangan Kibum terlepas. Kibum menoleh menatap Yesung dengan tatapan bertanya.
"kita harus ke ruang kesehatan Yesu –"
"tidak bisakah kau menganggapku musuh saja?"
"huh?"
"kau tidak lihat bagaimana semua orang menatapku?! Bersamamu, aku selalu terlihat seperti penjahat!"
"Yesung –"
"aku sudah merebut kekasihmu!" suara Yesung menggema di sepanjang koridor. Tak jauh dari tempat keduanya berdiri, orang yang berada di sekitar kantin menatap mereka sangsi.
Yesung mengatur nafas untuk mengendalikan emosinya, "apa kau masih tak mengerti? Harusnya kau membenciku, bukan berpura-pura seperti tak ada yang terjadi dan menjadikanku penjahat satu-satunya disini!"
Pemuda berambut hitam itu tersentak sekaligus terdiam, melihat tatapan terluka itu, sorot mata yang meskipun selalu terlihat tajam itu, ia tahu di sana masih banyak tersimpan sejuta hal yang orang lain tak pernah tahu. Dan ia berani bertaruh, sekalipun itu Choi Siwon. Ada banyak hal yang membuat ia tertarik dengan Yesung, salah satunya misteri mata sabit itu yang sulit di terka.
"bukankah harusnya Kim Kibum yang berteriak seperti itu?"
"aku tidak mengerti apa yang menjadi isi dikepala besarnya"
"dasar tak tahu diri!"
Dan.. Kim Kibum pun mulai sedikit mengerti, ia melihat manic kembar itu terluka sekali lagi. Tak terlihat kentara memang, tapi luka itu tak main-main. Kibum bisa merasakannya.
.
.
.
"Yesung membenciku.." Kibum bergumam, memilih berpaling dari tatapan Siwon ke luar jendela. Ia menyender di tepi jendela melipat kedua tangannya. "dia bilang harusnya aku membencinya"
"tidak, dia tidak membencimu. Percayalah.."
"semoga saja seperti itu.."
"kadang aku melihat kau begitu mirip dengannya" Siwon ikut berdiri di depan kaca jendela ruangannya, menerawang keluar. Kim Kibum menoleh, melihat mata yang fokus melayang itu sedikit berbeda. Sebenarnya dari awal ia sudah yakin tentang Siwon yang akan berpaling dan tidak menutup kemungkinan nantinya Siwon akan mencintai suami masa depannya, Yesung. Tapi ia tak mengira hal itu akan terjadi secepat ini, ia senang akhirnya Siwon maupun Yesung, dua orang yang bergelut dihatinya nantinya akan bahagia. Meski ia tak mengerti, walaupun ia merasa baik-baik saja, mengapa ia justru lebih terlihat munafik? Kibum tersenyum tipis, sangat tipis.
"Siwon –" namja itu menghela nafas, " –kapan terakhir kali kita berbicara seperti ini?"
Siwon tidak menjawab, ia lebih memilih mendengarkan. Karena ia yakin, Kibum tak butuh jawabannya. Bertahun-tahun mengenal namja yang dua tahun lebih muda darinya itu tak cukup membuat ia mengerti kemana arah pikirannya. Kim Kibum dan Kim Yesung itu mereka sama –sulit di terka. Dari sudut pandang Choi Siwon keduanya tak luput dari kelebihan dan kekurangan, hanya saja ada satu poin penting yang membuat mereka berbeda. Choi Siwon enggan mengakuinya karena tak tentu pasti fakta bahwa ia mencintai hukum gravitasi, teori yang selalu mengingatkannya kepada seseorang, Yesung –poin plus yang meskipun ia mencoba menolak dan membuatnya jauh, justru Choi Siwon akan semakin terseret kedalamnya.
"meskipun aku sudah tahu akhirnya akan seperti ini, meskipun ku bilang aku tak mencintaimu lagi, aku masih merasakannya."
"maaf"
Kibum tertawa kecil, "maaf untuk apa? Bukankah kau selalu pergi tanpa kata maaf?"
"tapi kau tahu aku harus melakukannya Kibum-ah"
"ya aku tahu, kau selalu mengatakan hal itu jadi aku mengerti. Tapi kali ini kenapa kau meminta maaf? aku sudah terbiasa dengan itu"
"aku tidak tahu aku pantas atau tidak, aku hanya berharap kau bisa membalas kata maaf ku dengan sebaris kata yang bisa membebaskanku dari rasa bersalah. Kibum, aku serius tak berniat melakukan ini, dan kau tahu itu, kita sama-sama tahu. Suka atau tidak, kita memang harus berakhir. Dan aku tak bisa melepaskan diri tanpa permaafan darimu"
"benarkah? Kalau begitu, aku tidak akan memafkanmu.."
'biarkan aku merasa memiliki kalian bedua lebih lama..'
.
.
.
Surai merah darah itu tertiup hembusan angin, dengan menyeret langkahnya Yesung sampai di tepi atap gedung dengan setangkai bungan mawar putih yang dipetiknya di halaman universitas tadi. Dengan gerakan pelan ia mencabuti kelopak bunga putih itu satu-persatu. Bibir mungilnya bergerak teratur menggumamkan sesuatu yang hanya ia yang tahu. Hingga di kelopak terakhir yang terbawa angin, setetes cairan bening lolos dari matanya –hanya setetes. Ia tersenyum, jemarinya masih memainkan tangkai bunga mawar yang kini sudah tak berkelopak. Pikirannya melayang, percakapan siwon dan kibum yang tak sengaja ia dengar kemarin di kantor siwon memenuhi kepalanya.
Mata yesung menerawang keatas langit, menghela nafas untuk mencoba membebaskan segala penatnya.
Tak terasa, waktu sudah berlalu sepuluh tahun lamanya sejak kematian sang eomma. Sejak hari itu ia yang masih berduka sangat sulit hanya sekedar memeluk sosok sang appa. Dulu ia tak mengerti mengapa appanya lebih memilih tinggal jauh di negeri sakura sana ketimbang menemaninya di sini. Sekarangpun memang ia masih tak mengerti jelas, tapi setidaknya ia sedikit tahu itu untuk melindunginya.
Dan lagi-lagi Yesung tak ingin mengakui, jika saja sang appa tidak sedang melindunginya, mungkin delapan bulan yang lalu ketika appanya mengalami kecelakaan serupa seperti yang pernah ia dan eommanya alami, hal itu tidak akan terjadi. Meskipun masih ada harapan, mungkin ia tidak akan kembali di hantui rasa kehilangan lagi.
"eomma, aku merindukanmu.." ia mengusap sisa-sisa air mata dengan lengan bajunya, "walaupun mereka bilang aku yang membuatmu lebih dulu bertemu tuhan, percayalah eomma.. aku sangat merindukanmu.."
"aku juga merindukan appa. Kenapa appa belum juga membuka matanya, eomma? Apa appa tidak ingin bertemu dengan ku? Appa marah padaku karena sudah membunuhmu?" Yesung menghentikan kata-katanya ketika dirasa suaranya bergetar, ia tak mau menanggung resiko menangis nantinya jika ia meneruskannya.
"apa kalian kecewa padaku karena aku menjadi orang yang paling dibenci? Aku hanya tidak suka mereka berkata seperti itu eomma, aku bukan anak yang dibuang. Kalian menyayangiku, aku.. a-aku tidak dibuang kan, eomma?"
"apa aku benar-benar orang yang jahat? Aku juga merebut kekasih orang lain, eomma.."
"aku bosan berpura-pura tak tahu apapun, aku.. aku ingin semuanya segera berakhir" gumamnya di akhir, ia membalik tubuhnya hendak kembali ke basement, di sana Kyuhyun dan Siwon pasti sudah kalang kabut mencarinya. Ketika ia berbalik, kelopak sipitnya melebar, namja yang ia khawatirkan tengan berdiri menatapnya dengan tatapan entah itu namanya bersama seorang namja bergigi kelinci.
"kau bisa kebawah lebih dulu Sungmin hyung?" tanya Kyuhyun kepada namja yang mengekornya, namja itu mengangguk mengerti dan pergi.
"kau bisa berpura-pura tak mendengar apapun kan?"
"Yesung aku –" Kyuhyun kehilangan kata-kata, sejujurnya ia tak tahu harus berkata apa. " –lebih baik kita pulang sekarang, kau harus istirahat"
Yesung menggeleng samar, kini ia sudah tak bisa bersandiwara lagi di depan Kyuhyun. Ia yakin kyunyun mendengar semua ucapannya tadi, otak jenius Kyuhyun sudah pasti bisa menyimpulkan semuanya.
Dari dulu ia memang selalu berbeda dengan Kyuhyun. Kyuhyun yang terlahir jenius, sehat dan tampan, sedangkan ia antonim dari semua itu. Tuhan memilih namja yang terpaut usia 7 bulan darinya itu sebagai pemilik segala kelebihan, sedangkan segala kekurangan di sampirkan padanya. Kyuhyun mempunyai keluarga yang sempurna, orang tua yang luar bisa, juga ia memiliki hyung Choi Siwon –namja yang selalu ingin ia berikan segalanya. Siapa yang tak mengenal Choi Siwon? Kim foundation yang appanya titipkan kepada Choi Siwon menjadi tiga perusahaan besar di Seoul hanya dalam kurung waktu dua tahun di tangan namja yang empat tahun lebih tua darinya itu. Pengusaha muda yang tampan juga tak kalah jenius. Dan yang lebih hebat adalah namja yang dengan mudah membuat hatinya pecah berkeping tak berbentuk. Kenapa tuhan bisa tak adil seperti ini? Terlebih padanya.
"maaf membuatmu harus melihat sisi dari diriku yang menyedihkan"
"apa yang kau bicarakan? Kita harus pulang sekarang"
Yesung tak menjawab, wajahnya tertunduk hanya melihat ke satu arah –ujung sepatunya. Tapi tak lama ia kembali mengangkat wajahnya dan menatap Kyuhyun. "kyu.. menurutmu, kenapa semua orang membenciku?"
"tidak semuanya Yesung, kedua orang tuamu mencintaimu –"
"tapi mereka membiarkanku hidup sendiri"
"kau punya aku, eomma dan appaku yang menyayangimu, dan jangan lupakan Siwon hyung yang mencintaimu lebih dari apapun." Hibur Kyuhyun. Menatap harap cemas ke arah Yesung yang tampak masih memproses apa yang tadi ia katakan.
Yesung tertawa kecil, mungkin hanya ia yang merasa tawanya sendiri terasa menyakitkan. "ya, kau benar. Aku punya Siwon yang mencintaiku"
'mencintaiku –ya?'
.
.
.
Hari ini adalah ulang tahunnya yang ke-17, Yesung sempat lupa kapan terakhir kali ia merasa senang seperti ini. Tadi sore appanya menghubunginya dan berjanji akan menemuinya akhir pekan nanti karena terbatasnya waktu untuk menemui sang appa. Tinggal bersama keluarga Choi setidaknya membuatnya bisa merasakan hangatnya sebuah keluarga.
Sisa-sisa pesta masih terkenang di benaknya. Dengan langkah cerianya Yesung menuruni tangga menuju dapur, begitu bahagianya ia hari ini sampai ia lupa untuk sekedar mengisi perutnya, jadi ia berniat mencuri sisa cake-nya tadi si lemari pendingin. Ketika hampir sampai di meja makan, ia mendengar suara Heechul yang tengah berbicara pelan, ia urung melanjutkan langkahnya. Sedikit bisa mengintip di posisinya kini, Yesung melihat Siwon yang tengah duduk di meja makan berhadapan dengan Heechul.
"ku dengar kau punya kekasih.." ia melihat Siwon mengangguk samar, Yesung mendadak kaku ditempatnya.
"maafkan aku, aku tak tahu harus bagaimana. Kau tahu jika aku sangat menyayangi Yesung, dan aku –"
"aku mengerti eomma, eomma tak perlu mengkhawatirkan aku akan mengingkari perjanjian itu"
"bukan begitu Siwon, aku seperti memaksakan kehendakku. Aku juga ingin kau bahagia, dan menikahi seseorang yang kau cintai"
Yesung mengerjap, ia memutuskan untuk kembali kekamarnya. Terlalu banyak yang ia dengar, kebenaran yang selalu ditutupi darinya sejak ia kecil. Yesung tak habis pikir, kapan orang-orang yang mengaku menyayanginya itu bisa terbuka padanya? Yang ia terima adalah kasih sayang yang tulus dan kepura-puraan seperti tidak ada sesuatu apapun yang terjadi. Bukankah harusnya ia tahu? Sehingga nantinya ia tahu berapa harga yang harus ia balas sebagai budi membahagiakannya.
Tapi, andai sedikit lagi saja ia bisa bertahan dan menerima, mungkin apa yang ia inginkan akan datang kepadanya.
"ku bilang aku mengerti eomma, jika menurut eomma dengan menikahi Yesung itu adalah yang terbaik untukku, aku akan melakukannya"
"bagaimana dengan kekasihmu?"
"dia sudah tahu, kami hanya mencoba. Jadi eomma jangan khawatir lagi, aku juga ingin membahagiakan Yesung"
"Yesung mencintaimu Siwon.."
"aku tahu, karena itu aku akan menikahinya"
Heechul tersenyum tulus, ia menatap anaknya kagum. Putra sulungnya itu memang menyimpan harapannya, kedua putranya memang selalu ada cara untuk membuatnya merasa bangga. Ia meraih tangan putranya, mengusapnya halus. "aku janji kau akan bahagia"
"ya, aku akan bahagia. Aku pasti bahagia" dan Siwon ikut tersenyum.
.
.
.
Siwon tertawa kecil ketika melihat Yesung sibuk dengan acara televisi yang ditontonnya tak lupa snack-snack favorit Yesung yang memenuhi karpet sedangkan Yesung sendiri duduk bersila memeluk bantal di atas sofa. Yesung memekik terkejut dengan aksi Siwon yang tiba-tiba melompat dari balakang sofa dan duduk di sampingnya.
"kau membuatku terkejut Siwon!" seperti biasa, reaksi Yesung selalu menggemaskan –menurut Siwon. Ia mencubit kedua pipi Yesung gemas hingga memerah membuat si empu mengerang protes.
"Berapa kali kau makan dalam sehari Yesungie? Kau melewatkan makan siangmu lagi huh? Diet? Kemana perginya pipi berisi favoritku huh?" tanya Siwon beruntun seraya menangkup kedua pipi Yesung.
"yah! Aku makan dengan baik, kau saja yang selalu melewatkanku tuan sok sibuk!"
"oh.. aku jahat sekali, maafkan aku baby.. kemarilah, aku akan membayarnya.." Siwon membawa Yesung ke dalam sebuah pelukan, ia mendudukkan Yesung di pangkuannya. Yesung tersenyum seraya mengeratkan pelukan di leher Siwon.
"aku merindukanmu.."
"aku juga baby.. karena posisimu sudah ku tangani, setelah lulus nanti kau hanya harus menemaniku setiap hari di kantor, anggap saja itu bayaranku untuk menangani perusahaan appamu. Kau mengerti?!"
"ay! Ay! Captain!"
Siwon tertawa lalu mengacak surai merah itu, "tapi pertama-tama, kau harus mengganti warna rambutmu"
Yeaung mendelik tak setuju, "kenapa aku harus menggantinya?"
"gunakanlah warna yang wajar sayang, warna rambutmu yang sekarang terlalu mencolok. Kau tidak mau di bilang aneh kan?"
"kau malu memiliki kekasih sepertiku?"
"bukan begitu baby.." Siwon mencoba membujuk, tapi Yesung hanya diam menunduk menyembunyikan wajah murungnya seraya memilin lengan piyama –sedikit kebesaran- yang ia kenakan. Siwon menghela nafas, ia tahu akan seperti ini Yesungnya sangat sensitif.
"Yesungie baby.." Yesung masih menolak untuk menjawab. "kau tidak mau berbicara padaku?"
"oh sayang.. aku minta maaf" Siwon kembali memeluk Yesung, kali ini ia membiarkan kepala Yesung bersandar di dada bidangnya. "bukan maksudku seperti itu baby.."
"baby?" Yesung masih tak menjawab, "baiklah.. bagaimana dengan ini?"
Siwon merogoh sakunya, mengeluarkan dua lembar tiket penerbangan ke jepang. Yesung yang tak mengerti langsung menatap Siwon dengan terkejut, "apa ini?"
"kau tak lihat ini tiket? Kita akan mengunjungi mengunjungi appamu, kau pasti sangat merindukannya bukan?" wajah Yesung mulai menunjukan warnanya, ia menatap tak percaya Siwon lalu merebut tiket yang di pegang Siwon.
"Siwon kau serius –kan?"
"apa aku pernah bercanda? Aku tak mungkin berbohong kepada kekasihku sendiri baby.."
"kyaaa~ terima kasih Siwon!" Yesung segera memeluk Siwon, menggumamkan kata terima kasih berkali-kali seraya berteriak senang.
Siwon terkekeh, mengusap rambut Yesung lalu melepas pelukannya. "kau suka?" Yesung mengangguk antusias.
"tapi dengan syarat, jangan mendiamkanku seperti tadi lagi, jangan marah padaku. Karena kau tahu aku tak bermaksud seperti itu sayang"
"yay! Yay! Aku janji!" Yesung tersenyum lebar memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapih.
"dasar kau ini.. dan tetaplah tersenyum seperti ini, arraseo? Jangan murung, aku tidak suka melihat kau sedih. Kau cantik, calon suamiku yang cantik." Siwon mengecup bibir Yesung sebelum namja manis itu memeluknya lagi dengan wajah merona.
"ng.. Siwon"
"apa baby.."
"apa akhir pekan ini kau sibuk?"
"kau ingin pergi ke suatu tempat?"
"tidak –maksudku.. aku.."
"apa? Katakan saja Yesungie.."
"kita sudah lama tidak pergi ke taman hiburan kan? Sudah tiga bulan sejak terakhir kita pergi kencan.."
Namja tampan itu kembali melepas pelukan Yesung, membawa wajah namja yang lebih kecil darinya menempel dengan wajahnya hingga dahi mereka bertemu. "kau mengajakku kencan? Baiklah, sabtu siang setelah kelasmu selesai aku akan menjemputmu"
"kau benar-benar tidak sibuk? Tidak apa-apa jika kau tidak bisa"
"bagaimana ya.." Siwon berpura-pura terlihat berpikir, "untukmu walaupun aku sibuk mungkin aku akan menerima konsekuensinya nanti, asal kau berjanji tetap tersenyum seperti tadi"
"aku janji!" sahut Yesung cepat.
"baiklah, kalau begitu aku minta jatah ciumanku"
"pervert!"
.
.
.
.
Eomma.. bolehkah kali ini saja aku merasakan bagaimana rasanya menjadi egois untuk kesenanganku?
Bolehkah aku berpura-pura tak tahu apa-apa seperti yang semua orang kira dan menikmatinya?
Aku tidak tahu sampai kapan kebahagiaan semu ini akan berakhir dan kembali menjatuhkanku pada kenyataan. Mungkin di saat itu aku akan menyerah dan pergi saja dari orang-orang yang pernah kulukai. Mungkin ketika itu terjadi aku akan mengaku kalah.
Eomma, tolong jangan benci aku karena sudah menjadi seorang yang egois.
Karena tanpa keegoisan dan sandiwara ini, aku hanya seorang tokoh opera figuran dalam kisahku sendiri.
.
.
.
.
Dunia begitu tenang dan damai, setidaknya itu yang Yesung rasakan hari ini. Ia tak peduli orang-orang yang sudah bercokol memenuhi koridor untuk kembali memojokkannya dengan bisikan-bisikan bising, yang terpenting ia harus cepat sampai di taman depan universitas dan menunggu Siwon. Hari ini Siwon berjanji untuk menjemputnya dan pergi ke tapan hiburan, ingat? Dan tentu saja Yesung tidak akan lupa dengan hal ini.
Langkah Yesung sedikit di percepat, padahal ini masih 1 jam lagi sebelum Siwon menjemputnya, Yesung memang berencana membeli beberapa makanan kecil di mini market terdekat. Tapi langkahnya di hadang seseorang yang tidak ia kenal hingga ia tersungkur di lantai. Yesung mengaduh kecil lalu bangun untuk berdiri.
"yah! Apa kalian tak punya mata?" tidak ada kata maaf yang Yesung dengar, tegurannya hanya membuahkan 3 pasang mata yang menatapnya penuh intimidasi juga seringaian yang menyeramkan di bibir mereka.
.
.
.
Siwon mencoba menghubungi Yesung, tapi namja manis itu tak mengangkat panggilannya. Ia sudah menunggu hampir 60 menit di halaman kampus tapi Yesung belum juga muncul. Ia juga sudah menghubungi Kyuhyun, tapi nomor Kyuhyun juga tak bisa dihubungi.
"ada apa dengan mereka?" gumam Siwon berdecak kecil. Ia memutuskan mencari Yesung di kelasnya, kelas terakhir Yesung harusnya sudah berakhir dua jam yang lalu, tapi siapa tahu Yesung menunggunya di kelas, kan? Dan benar saja, kelas itu kosong, tapi ada yang menarik perhatiannya.
"Kibum? Sedang apa kau disini?"
"woah.. harusnya kau yang bertanya seperti itu bukan? Jarang sekali aku melihat putra pemilik yayasan universitas di sini.. aku seniornya, kau lupa?"
"ah ya.. aku berniat menjemput Yesung dan pergi ke taman hiburan. Tapi dia tidak ada. Kau melihatnya?"
"kau khawatir, Aku bisa melihatnya.." ucap Kibum pelan lebih untuk dirinya sendiri, "aku juga berniat pulang bersama Yesung, tapi aku kemari dia tidak ada. Biasanya Yesung tak pernah pergi kemanapun jika sedang menunggu Kyuhyun untuk pulang"
"aishh.. lalu kemana anak nakal itu?" gerutu Siwon tak jelas seraya meraih ponselnya untuk kembali menghubungi ponsel Yesung.
Kibum tersenyum tipis. "sudah menghubungi Kyuhyun? Mungkin dia tahu di mana Yesung sekarang.."
"sudah, tapi anak itu sama saja"
"Kibum sunbae!" perhatian keduanya beralih ke arah yeoja yang memanggil Kibum. Yeoja itu terkejut ketika mendapati Siwon juga ada di sama.
"Siwon-ssi.." gumam yeoja itu pelan.
"ada apa?" tanya Kibum cepat, sadar bagaimana raut wajah yeoja tadi yang terlihat panik.
"sebaiknya kalian ke bassement sekarang!"
.
.
.
Pemandangan pertama yang Siwon lihat setelah sampai sudut bassement tempat yang di maksud yeoja tadi adalah Kyuhyun dengan wajah merahnya karena menahan emosi dengan tiga orang yang sudah babak belur dan beberapa orang yang memegangi mereka bersujud di depannya.
"Kyuhyun-ah.. ada apa?" tanya Siwon tak mengerti seraya berlari semakin mendekat. Kyuhyun menoleh dan kedua bola matanya membola dengan wajah berubah tegang melihat kedatangan Siwon.
"Siwon-ssi" suara tenor memanggil namanya. Siwon menoleh, tak jauh dari tempat Kyuhyun ia melihat namja –yang ia tahu itu adalah Lee Sungmin senior Kyuhyun tengah memeluk sosok namja yang terduduk lemas di lantai.
"Yesung?" panggil Siwon tak yakin, ia segera berlari lalu berjongkok di depan Sungmin.
"apa yang terjadi?!" tanya Siwon panik melihat keadaan Yesung saat ini. Ia meraih wajah Yesung, pucat. Di wajah itu ia melihat bekas-bekas air mata yang mengering, mata Yesung sudah setengah tertutup, sudut bibirnya berdarah, dan rambut yang sudah acak. Keadaannya sangat kacau, kemejanya yang terbuka dan kusut, memperlihatkan beberapa tanda keunguan di sekitar leher, dada, dan perutnya. Pergelangan dan lengan Yesung juga membiru. Dan yang membuat Siwon tak bisa bernafas adalah resleting celana Yesung terbuka dan Siwon bisa melihat berkas cairan dengan sedikit –banyak bercak darah disana.
"SHIT!" Siwon mengumpat, "Yesung! Kau bisa mendengarku? Yesung!" Siwon mencoba mengambil fokus Yesung yang dudah di ambang kesadarannya.
"jangan biarkan mereka hidup!" teriakan Kyuhyun terdengar, ia berlari menghampiri Siwon yang masih mencoba membuat Yesung sadar. Ia terduduk –berlutut di hadapan Siwon.
"maafkan aku hyung... aku tak bisa menjaganya. Maafkan aku, aku tidak tahu hal semacam ini akan terjadi.." Kyuhyun memelas merasa bersalah sekaligus bodoh. Bagaimana bisa dia begitu ceroboh? Siwon tak terlalu menanggapi, ia sibuk dengan Yesung sekarang ini.
"Yesung.." Siwon mengambil alih Yesung ke dalam pelukannya, ia meraih wajah Yesung menepuk pelan pipinya, "Baby.."
Mata Yesung perlahan terbuka meski tatapannya kosong, bola matanya bergerak-gerak mencari fokus menatap Siwon. Bibir Yesung bergerak kecil seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi belum sempat suara itu terdengar matanya sudah kembali tertutup –tak sadarkan diri.
"Kyuhyun cepat bawa mobil kemari!" teriak Siwon dengan suara sedikit bergetar yang dengan cepat di turuti Kyuhyun. Mereka segera meninggalkan tempat itu membawa Yesung kerumah sakit, melewatkan Kim Kibum yang masih tercekat di tempatnya, semuanya begitu cepat.
.
.
.
-TBC-
.
.
.
Taraa~~~ OOC ga sih? Hahaa
atau malah alurnya yang kecepetan? atau masih ber-Typo(s) ria? tolong kritik dan sarannya pliiiisss TT TT
Tooru ga bakal nanya pendapat chingudeul ini mau lanjut apa engga ya.. karena tooru pengen nyelesein(?)nya.. hihi
ini ff terpanjang dalam sejarah ff tooru, +6k! waks! membosankan kah?
Tenang ko, chap depan bisa jadi chap terakhir (atau kemungkinan dua chap lagi menuju final) jadi ga usah khawatir bakal ternistakan kaya Andante yang nasibnya udah tamat hehe
Dan kalo di perhatikan secara seksama, dari ff ke ff kemampuan menulis tooru ga pernah ada peningkatan haha, di situ-situ aja TT TT *ga ada bakat jd author*
Maafkan tooru yang tidak bisa memberikan yang terbaik, tapi terharu juga karena masih ada yang setia jadi reader hihi gomawo~ :*
Tooru juga mau ngucapin banyak terima kasih nih sama sunbae-nim midautumndream, makasih banget sarannya sangat membantu loh.. hehe. buat yang lain juga terima kasih yaa..
dan jika readers masih menemukan kejanggalan, jangan ragu untuk kritik ya.. :)
so, review?
