Author: gyuyomi88
Tittle: Meaningful Life
Cast: Cho Kyuhyun, Lee Donghae, Park Jungsoo, Kim Kibum as Park Kibum, Lee Hyukjae, Kim Ryeowook, etc.
Genre: Brothership, Angst, Hurt/Comfort, Friendship, Family
Rating: PG-13
Length: Chapter
Warning: Typos, THIS IS NOT YAOI! JUST BROTHERSHIP
.
.
.
Di tengah dinginnya kota Seoul yang sedang memasuki pertengahan musim dingin. Di mana orang – orang lebih memilih untuk tidur di bawah gelungan selimut.
'Tidak'
Oh, ternyata tidak semua orang memilih tidur. Pengecualian bagi pemuda kurus bermantel biru itu. Matanya tak lepas menatap kedua kaki berbalut sepatu sneakersnya yang masih ia paksakan untuk berjalan. Kaki – kaki yang sudah terasa lemas itu ia seret paksa hingga butiran salju di jalan ikut tersapu karenanya.
Cho Kyuhyun namanya. Pemuda kurus dengan rambut hitam sedikit ikal, berkulit putih cenderung pucat, dan memiliki mata bulat tajam yang kini terlihat sayu.
Tubuh ringkihnya ia paksakan untuk berjalan di tengah hawa yang semakin dingin. 'Sebentar lagi.. Cho Kyuhyun, kau sampai' serunya dalam hati. Bibir pucatnya yang sudah berwarna keunguan terkatup rapat dan terlihat sedikit bergetar. Sepertinya ia sangat kedinginan.
Ia masukkan kedua telapak tangan yang tidak terbalut apapun itu ke dalam saku mantelnya. Ia sedikit merapatkan mantelnya ketika dirasa tubuh itu kian menggigil. Uap – uap putih secara giliran berhembus keluar dari hidung juga mulutnya.
"Uhuk.." Kyuhyun terbatuk sambil memejamkan mata. Tidak, ia tidak boleh tumbang di tempat seperti ini. Setidaknya ia tidak ingin mati beku. Namun apa daya, ia sudah tidak sanggup menahan beban tubuhnya lagi. Tepat ketika Kyuhyun melangkahkan kakinya di zebra cross, sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi dan sesaat kemudian suara debuman keras pun terdengar.
...
Kyuhyun mengerjapkan kedua matanya. Mata bulat itu masih mencoba untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Dan ketika mata itu sudah terbuka sempurna, ia segera mengedarkan pandangannya. Namun apa yang dilihatnya hanya sebuah ruangan bernuansa putih.
"Ah.." desah Kyuhyun saat menyadari tangan kirinya terasa kebas. Tubuhnya pun sakit semua. 'Aku masih merasakan sakit. Syukurlah aku belum mati'. Gumamnya dalam hati. Satu yang terlintas di pikirannya ketika ia sadar kalau ada infus serta selang oksigen yang bertengger manis di hidungnya yakni..
Ia berada di Rumah Sakit.
Dan ia benci itu.
Kyuhyun mencoba bangun dari tidurnya namun "Uhuk.." ia terbatuk sembari memejamkan mata. Lagi – lagi ia harus menggigit bibirnya yang sudah terlihat kering itu untuk meredakan rasa sakit. Ia kembali merasakan sesuatu yang aneh menusuk dadanya.
"Ugh, uhuk.." suara batuk Kyuhyun membangunkan seseorang yang sedari tadi tertidur di sofa kamar rawatnya.
"Nngg? Mmm.. pagi.. -YAK?! Kau sudah bangun?! Apa perlu aku panggilkan dokter?!" suara lenguhan panjang yang awalnya keluar dari pemuda childish itu berubah menjadi nada panik ketika ia sadar kalau pemuda yang semalam hampir ia tabrak itu kini sudah terbangun dari pingsannya.
"Eungh.. appo.." ucap suara lemah Kyuhyun. Pejaman mata Kyuhyun semakin erat, ia semakin mencengkram pakaian rumah sakitnya. Kyuhyun sudah tidak mendengar lagi apa yang Donghae—pemuda childish yang menolongnya—katakan. Sungguh ia sudah lelah terhadap tubuhnya.
"Omo!" dengan gerakan cepat Donghae menghampiri Kyuhyun dan menggenggam tangan anak itu. Ia segera menekan tombol dan memijat – mijat jemari Kyuhyun. Donghae berusaha agar Kyuhyun tidak mencengkram bagian dadanya, karena pikir Donghae itu nanti malah akan membuatnya semakin sakit.
Tak berapa lama dokter dan perawat datang. Mereka mempersilahkan Donghae untuk menunggu di luar.
Lee Donghae, pemuda asal Mokpo yang baru kemarin malam sampai ke Seoul untuk menempati rumah barunya. Bukan tanpa sebab ia pindah ke Seoul seorang diri. Ia pergi jauh ke kota dengan mobilnya demi menempuh kuliah.
Donghae yang awalnya merasa begitu senang justru malah tertimpa musibah, ah ralat justru ialah yang membuat orang lain tertimpa musibah. Ya, pemuda childish yang satu inilah penyebab kecelakaan kecil kemarin.
-Flashback-
Donghae kini sedang menyetir mobilnya sambil mendengarkan lagu lewat earphone yang terpasang manis di telinganya.
"Woohoo! Yeah! Lee Donghae tak akan bercita – cita menjadi nelayan lagi sekarang! Bersiaplah untuk menjadi penyanyi.."
CKIIIT
Donghae dengan sekuat tenaga menginjak pedal rem mobilnya ketika ia melihat seseorang hendak menyebrang jalan. Ia tak menyalahkan orang itu. Justru sebaliknya, ia merutuki dirinya sendiri yang lalai dalam berkendara. Orang berkendara mana yang menerobos lampu hijau bagi penyebrang jalan? Salahkan otak Donghae yang terlalu fokus pada musik di earphonenya.
Tubuh Donghae sampai terpantul ke depan saking kencangnya ia mengerem. "Astaga Donghae kau hampir membunuh seseorang, untung saja.."
BUG
Tunggu, suara apa itu? Tubuh Donghae masih membungkuk ke depan stir. Ia terlalu takut untuk bangun. Bisa saja orang tadi tertabrak betulan olehnya. Dan Donghae tidak bisa membayangkan tubuh orang itu menempel di depan kaca mobilnya dengan penuh darah dan ahh kejadian ini seperti di film horror yang biasa teman – temannya tonton.
"Uhuk.."
Bingo! Ada suara batuk dan Donghae tahu pasti kalau itu bukan suaranya. Orang itu masih hidup. Donghae pun memberanikan diri untuk melihat kaca mobilnya dan ternyata tak ada apapun—tak ada orang yang menempel di depan kaca mobilnya seperti yang ia bayangkan. Ia bergegas keluar untuk mengecek apakah orang tadi masih ada atau suara batuk itu hanya halusinasinya saja.
"Hey jangan tidur di jalanan!" pekik Donghae ketika ia sudah berada di luar mobil. Ternyata suara batuk orang itu bukan halusinasinya. Donghae bergegas menghampiri orang yang tadi hampir ia tabrak. Sungguh Donghae merasa bingung sekarang. Apa ia harus meninggalkan orang yang 'mungkin' gila ini—karena tertidur di jalanan—atau mengangkatnya dan menaruhnya di pinggir jalan, ya setidaknya jangan tidur di tengah jalan seperti ini.
Donghae masih memperhatikan orang itu. Tertidur dengan posisi yang aneh—telungkup membelakangi Donghae—Donghae berada di sebelah kanan sedangkan orang ini menghadap ke kiri dengan satu tangan menutup mulutnya dan satu tangan lainnya memegang perbatasan antara dada dan perut. Eh tunggu, orang itu tertidur di jalanan? Dengan posisi.. aneh?
Jangan – jangan..
"Oh.. Ya Tuhan.." dugaan Donghae benar. Orang ini pingsan.
Hati Donghae mencelos seketika saat memposisikan tubuh yang terbaring itu ke hadapannya. Kondisi pemuda itu, sungguh jauh dari kata baik.
Wajahnya Nampak pias, bibir itu tampak keunguan, kedua bola matanya terpejam lelah, dan keringat dingin membasahi tubuh kurusnya. Donghae segera menaruh telunjuknya di dekat hidung pemuda itu. "Sial dia sekarat!" pekik Donghae panik saat merasakan napas lemah pemuda di pangkuannya yang hanya tinggal satu – satu.
Dan jangan lupakan sesuatu di mantel pemuda itu yang membuat Donghae merasa berada di dalam film horror sungguhan. Mantel itu basah oleh salju dan juga suatu benda cair berwarna merah.
Darah.
Tidak bisa dibiarkan, Donghae harus membawanya ke rumah sakit!
-End of Flashback-
Dan di sinilah ia sekarang. Duduk termenung di depan kamar rawat seorang, meratapi nasib pemuda yang sama sekali tak dikenalnya. Dalam hatinya Donghae berpikir, benarkah pertemuannya dengan pemuda itu hanya kebetulan? Ataukah ia memang ditakdirkan untuk melindungi pemuda itu? yang namanya pun Donghae belum tahu.
Donghae beranjak dari duduknya. Ia ingin menebus semua biaya pengobatan rumah sakit serta biaya tebusan obat—jika ada— ia tak mau mengetahui latar belakang pemuda tadi. Donghae juga tidak mau tahu penyebab pemuda itu bisa tertidur di jalanan—ah pingsan maksudnya.
Ia terlalu takut jika pemuda yang ditemuinya itu berasal dari keluarga konglomerat dan ia akan dituntut karena hampir menabraknya semalam. Pokoknya setelah melunasi semua biayanya Donghae akan pergi sejauh mungkin agar tidak bertemu dengan pemuda itu lagi. Lagipula besok Donghae harus mengurus semua keperluan di Universitas barunya.
"Mianhae, aku harus pergi." ucap Donghae pada sesosok yang tertidur itu sambil tak lupa ia juga meletakkan sesuatu di atas mantel milik pemuda itu yang tergeletak di atas kursi rumah sakit. Mungkin uang? Atau sesuatu yang berharga? Entahlah.
Kaki itu melangkah ragu menjauhi pekarangan rumah sakit. Di otaknya ia merasa harus pergi, tapi di dalam hatinya Donghae merasa harus mengetahui seluk beluk pemuda itu.
"Tidak tidak, aku harus pergi. Semua biaya sudah kulunasi. Aku juga sudah meminta maaf padanya. Selebihnya biar dia yang urus. Aku tidak mau ikut campur." Monolog Donghae sambil kembali menjalankan mobilnya menuju ke rumah barunya yang semalam belum sempat ia singgahi.
...
Pagi sudah lewat. Matahari sudah berada tepat di atas kepala menandakan bahwa hari benar – benar siang. Untuk kedua kalinya Kyuhyun terbangun di ruangan yang sama. Semuanya masih sama seperti saat dia bangun pertama kali. Ruangan dengan nuansa putih, ada bau obat – obatan khas, ada infus, ada selang oksigen di hidungnya, dan ada.. eh? Bukankah tadi ada yang menungguinya?
"Ssh.." Kyuhyun meringis saat berhasil mencabut jarum infusnya. Mungkin yang menungguinya tadi adalah perawat yang kebetulan sedang mengecek keadaanya, pikirnya. Hei Cho, jangan sok tahu. Mana mungkin ia ingat dengan semua kejadian yang menimpanya kemarin malam sampai tadi pagi? Dia sendiri pingsan semalaman.
Ia tidak peduli dengan semua kejadian itu. Pokoknya ia harus kabur sebelum Dokter Park—dokter yang biasa mengurusnya—masuk ke kamarnya dan menanyakan berbagai macam pertanyaan aneh yang malas Kyuhyun jawab.
Kalian bingung kenapa anak ini sudah bisa menebak kalau akan ada Dokter bermarga Park yang masuk ke kamar rawatnya? Jawabannya mudah. Kyuhyun sudah hapal betul dengan dekorasi rumah sakit ini dan ia yakin kalau di dalam rumah sakit ini ada Dokter Park 'kesayangannya'.
Sekarang anak ini sudah berhasil melepas selang oksigennya dan mulai turun dari ranjang dengan sedikit terhuyung. Dimana bajunya? Ia harus cepat berganti baju supaya saat keluar dari rumah sakit nanti ia tidak dikira pasien kabur. Padahal dia memang pasien kabur.
"Eoh? Apa ini?" raut bingung tercetak jelas di wajahnya yang masih terlihat pucat ketika ia menemukan selembar kertas kecil di atas mantelnya.
'Mianhae karena semalam aku hampir menabrakmu. Sebenarnya kau tidak terluka tapi kau pingsan di jalan jadi aku membawamu ke rumah sakit. Aku mohon jangan bawa keluargamu untuk menuntutku dan memasukkanku ke penjara ya. Ah semua biaya sudah kulunasi. Sekali lagi mianhae. Dan semoga lekas sembuh^^
Ps: anggap aku sedang membungkuk di hadapanmu ya'
"Hmh.." Kyuhyun tertawa kecil saat membaca notes itu. Dimasukkannya notes itu ke dalam saku mantelnya. Ia sungguh berterima kasih pada seseorang yang menolongnya. Ah apa tadi katanya? Keluarga? Rasanya Kyuhyun ingin tertawa jika mendengar satu kata itu. Kenapa? Apakah sebuah kata itu terdengar lucu? Tidak bagi orang biasa, tapi di telinga Kyuhyun kata itu terdengar sangat lucu.
"Hah.." Kyuhyun tersenyum pedih. "..tenang saja keluargaku tak akan menuntutmu. Lagipula aku tak punya keluarga." Ucapnya seakan – akan ia sedang membalas isi notes itu.
Cho Kyuhyun. Sebenarnya dulu ia menyandang marga Park. Ibunya bernama Kim Hanna, anak tunggal yang menikah dengan Park Yong In, seorang dokter spesialis penyakit dalam. Namun pernikahan itu hanyalah sebuah perjodohan.
Yong In dan Hanna tak saling mencintai.
Sebelum menikah mereka sudah mempunyai pasangan masing – masing. Kim Hanna pun memilih untuk berselingkuh dan 'bercinta' dengan kekasihnya, Cho Younghwan—seorang Chairman di sebuah lembaga pendidikan.
Hari itu pun tiba. Beberapa bulan kemudian, Younghwan dan Hanna dikaruniai seorang anak bernama Park Kyuhyun yang kita kenal.
Kenapa Park? Tentu saja karena Kim Hanna dan Park Yong In masih dalam status menikah. Mereka menjadikan Kyuhyun sebagai buah dari cinta mereka supaya keluarga dari keduanya percaya bahwa pernikahan mereka baik – baik saja.
Namun apa yang terjadi? Ketika Kyuhyun menginjak umur 4 tahun, ibunya sakit – sakitan. Mungkin karena gaya hidupnya yang tidak sehat. Kyuhyun pun sama, ia memiliki imun tubuh yang lemah karena semasa di dalam perut, ibunya selalu mengkonsumsi makanan tidak sehat.
Tepat ketika Kyuhyun berumur 5 tahun, ibunya meninggal, Park Yong In menikah lagi, ia tak mau mengurus Kyuhyun karena Kyuhyun memang bukan anak kandungnya. Cho Younghwan? Ia kabur tepat saat berita meninggalnya Hanna sampai ke telinganya.
Younghwan menganggap Kyuhyun anak sial karena kehadirannya membuat ia banyak pikiran dan tak fokus dengan pekerjaannya sehingga perusahaan yang dibangunnya hancur perlahan. Keluarga ibunya? Ibunya hanya seorang anak tunggal yatim piatu yang dijauhi keluarganya karena dianggap telah merusak nama baik keluarga akibat perbuatannya dengan Younghwan.
Jadi sekarang siapa yang disalahkan? Siapa yang harus Kyuhyun salahkan? Ia tidak tahu, dan terkadang ia merasa bahwa kehadirannyalah yang membuat kehidupan keluarganya hancur.
Semenjak kematian ibunya yang ia ingat hanya memori semasa di panti asuhan. Hanya 5 tahun ia merasakan kasih sayang kedua orang tuanya. Apa yang bisa diingat dengan jelas oleh anak berumur 5 tahun? Kyuhyun pun menurut saja saat suster di panti memanggilnya dengan nama Cho Kyuhyun. Padahal seingatnya ia memiliki marga Park. Ah biarlah. Apalah arti sebuah nama. Kyuhyun akhirnya memilih menggunakan marga Cho karena orang di lingkungan panti sudah mengenalnya dengan marga itu.
Kehidupan Kyuhyun selama 10 tahun hanya ia habiskan di panti asuhan. Dan 2 tahun belakangan ini tepat ketika umurnya 17 tahun, ia memilih untuk keluar dari panti. Ia memutuskan untuk mulai bekerja sambil kuliah dan memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.
"Yak! Sejak kapan kau berganti baju eoh?!" seru Dokter Park.
Nah kan benar. Sekarang dokter bermulut bebek itu sudah muncul di kamar rawat Kyuhyun.
Park Jungsoo atau biasa Kyuhyun panggil Leeteuk hyung, adalah seorang dokter yang sudah 5 tahun menjadi dokter pribadinya. Leeteuk adalah dokter paling muda di rumah sakit ini, sekarang umurnya 27 tahun. Tepat 5 tahun lalu Kyuhyun juga adalah pasien pertamanya dan ternyata malah menjadi pasien menetapnya hingga sekarang.
"Aish hyung kau mengagetkanku." Ucap Kyuhyun sambil mengelus dadanya. Ah kenapa dia malah melamunkan masa lalunya tadi.
"Jangan kabur lagi. Atau kubius bokongmu Kyu!"
"Kalau begitu aku lompat saja dari jendela sini." Jawab Kyuhyun sekenanya.
"Yaish baiklah. Semalam kau kenapa? Sudah kubilang jangan bekerja dulu Tuan Cho yang Keras Kepala." Ucap Leeteuk sambil menekankan 5 kata terakhir yang ia ucapkan untuk sedikit menyindir pasien kecilnya yang keras kepala itu. Ah tidak terasa Kyuhyun kecil sudah tumbuh sebesar ini dan sekarang anak bandel itu sudah menyaingi tingginya.
"Kalau aku tidak bekerja, harus kubayar pakai apa sewa rumahku hyungku sayang? Apa dengan menjual jarum suntikmu?" sindir Kyuhyun balik.
"Tapi Kyu.. kondisimu.."
"Sudahlah hyung, aku ingin pulang. Besok aku harus kuliah di Universitas baruku. Aku tidak mungkin absen di pertemuan pertamaku kan?" potong Kyuhyun cepat sebelum Leeteuk meneruskan kalimat yang sudah Kyuhyun hafal.
"Terserah padamu saja. Asal kau janji kejadian semalam tidak akan terulang lagi."
Kyuhyun hanya menggedikkan bahu sebagai jawaban.
"Ah ngomong – ngomong, tadi malam itu apa dia temanmu? Untung dia tidak membawamu ke rumah sakit lain. Karena kupastikan tak ada dokter selain aku yang kuat dengan sikapmu." Cerocos Leeteuk lagi. Sepertinya ia lupa bahwa Kyuhyun belum menjawab janjinya tadi.
"Hm? Yang mana? Bukankah semalam itu hyung yang membawaku ke sini?" tanya Kyuhyun balik.
"Eh? Semalam aku ada operasi. Astaga Kyu kau benar – benar tidak sadar apapun semalam?"
Kyuhyun mengernyitkan dahi lantas menggeleng polos sambil mengerucutkan bibirnya, membuat mimik anak kecil yang sedang bingung memikirkan sesuatu. Anak ini benar – benar imut! Leeteuk pernah sampai ingin membawanya pulang untuk dijadikan pajangan rumah.
"Ya ampun untungnya dia orang baik. Kalau sampai tak ada yang menolongmu, kau bisa saja.. ah sudahlah katanya kau mau pulang, mau hyung antar? Aku juga ingin tahu rumahmu Kyu." Lihat? Dokter ini benar – benar bermulut bebek kan? Leeteuk dengan cepat mengalihkan pembicaraan ketika ia lagi – lagi hampir keceplosan dengan kalimat yang sangat sensitive bagi Kyuhyun. Jika itu sudah menyangkut kondisi Kyuhyun ia sungguh tidak tega mengatakannya kepada anak ini.
Kyuhyun tersenyum. "Tidak usah hyung. Aku bisa pulang sendiri. Selamat bekerja hyung!" teriak Kyuhyun sebelum dirinya benar – benar menghilang dari balik pintu. Anak itu sungguh memanfaatkan kesempatan dengan baik sebelum Leeteuk berubah pikiran.
"Ckckck." Leeteuk hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat pasien kesayangannya itu kabur dengan cepat.
...
Kawasan Kyunghee University sedang ramai – ramainya. Hari ini adalah penerimaan mahasiswa baru. Sebagian besar mahasiswa yang berada di sana sangat senang dengan hari ini, namun tidak dengan Donghae. Ia kesal karena ia tidak punya kenalan satupun di kampus ini.
"Ayolah Hae berpikir yang benar." Gumamnya pelan sambil menghentak – hentakkan kakinya. Sebenarnya ia sudah menjalankan aksi kenalannya yang agak 'unik' dari tadi, tapi belum ada yang mau berkenalan dengannya. Tenang, Donghae anak yang pantang menyerah. Sebentar lagi ia pasti akan mendapat kawan baru.
Ah, ada anak lelaki berpostur lebih tinggi dari Donghae namun kurus sedang berjalan ke arahnya sambil membaca brosur di tangannya. Donghae tersenyum memperhatikan target selanjutnya yang ingin ia ajak berkenalan dan sepertinya target itu kini kian mendekat. Donghae menyeringai senang.
"Ouch!" pekik lelaki tinggi itu. Ia baru saja tersandung akibat ulah kesengajaan Donghae.
Donghae tersenyum lalu mengulurkan tangannya. "Mianhae, aku tidak… KAU?!"
Mata Donghae membulat saat dirinya berhasil menatap wajah pemuda di hadapannya.
"Ne?" Jawab pemuda itu sambil mengernyitkan dahi. Pemuda itu tak membalas uluran tangan Donghae karena ia masih bingung. Siapa yang tidak bingung? Sudah disandung, diteriaki pula. Alhasil sekarang pemuda ini masih dalam posisi terjatuh sambil menatap Donghae menuntut penjelasan.
Donghae mengerjapkan mata sambil tak melepas pandangannya dari pemuda di hadapannya. Bukankah.. bukankah dia.. "Kau yang kemarin pingsan kan?" tanya Donghae tiba – tiba yang langsung membuat pemuda di hadapannya itu membulatkan mulutnya tanda mengerti.
"Cepat bangun. Apa kau masih mau duduk diam di situ?" lanjut Donghae sambil menarik tangan pemuda di depannya dengan gerakan cepat.
"Ah, jadi kau yang menolongku. Aku belum mengucapkan terima kasih kemarin. Jeongmal gamsahamnida." Ucap si pemuda sembari membalas genggaman Donghae yang sangat tiba – tiba itu. Ia lantas membungkukkan badannya ke arah Donghae sebagai ucapan terima kasih.
Setelahnya mereka diam. Donghae masih dengan perasaan was – wasnya takut – takut kalau dirinya akan dimasukkan ke penjara oleh pemuda itu. 'Aish kenapa aku harus bertemu dengannya lagi?' batin Donghae panik.
Dan apa yang sedang pemuda di sampingnya lakukan? Pemuda itu melanjutkan niatnya untuk membaca brosur. Jadilah suasana di antara mereka hening beberapa saat.
"Kalau begitu aku.."
"Kalau begitu aku.."
Ucap keduanya bersamaan sambil menatap satu sama lain. "Ahaha." Dilanjut oleh suara tertawa mereka berdua.
"Aku duluan." Ucap Donghae pada pemuda di sampingnya. Donghae kembali menjulurkan tangannya pada pemuda itu. "Namaku Lee Donghae. Umurku 18 tahun. Senang bertemu denganmu, emm.."
"Cho Kyuhyun." Potong pemuda bernama Cho Kyuhyun itu cepat.
"..ah ya Cho Kyuhyun. Emm, Kyuhyun – ssi ngomong – ngomong apa kau sudah sembuh?" tanya Donghae berbasa – basi.
"Hm? Memangnya aku sakit?" tanya Kyuhyun polos sambil menaikkan kedua alisnya.
Donghae sampai menganga melihat ekspresi pemuda yang baru saja dikenalnya itu. Aish anak ini terlampau imut! "Hei jelas – jelas kau pingsan kemarin dan umm kau sudah membaca suratku?" dengan cepat Donghae menggelengkan kepalanya dan berekspresi secool mungkin agar Kyuhyun tidak risih berada di dekatnya.
"Ya, aku benar – benar berterima kasih dan tenang saja kau tidak akan masuk ke dalam penjara kok hehehe.." Ucap Kyuhyun sambil memperlihatkan deretan gigi putih bersihnya.
"Kau belum memperkenalkan dirimu Kyuhyun – ssi." Potong Donghae cepat sambil duduk bersandar pada bangku di sebelahnya.
Kyuhyun pun bediri di hadapan Donghae dan memeluk brosur yang tadi ia baca layaknya anak sekolah memegang buku pelajaran. "Anyeonghaseyo, Cho Kyuhyun imnida. Aku 17 tahun. Dan sepertinya aku harus memanggilmu hyung. Senang bertemu denganmu hyungnim!" lagi – lagi Kyuhyun membungkuk di hadapan Donghae. Membuat Donghae agak sedikit risih. Loh kok jadi Donghae yang risih? Donghae pun segera menarik lengan Kyuhyun agar duduk di sampingnya.
"Jadi kau baru masuk juga disini? Jurusan mana Kyu?"
Ucapan Donghae seketika membuat Kyuhyun kaget. Mereka baru kenal dan Donghae sudah bisa memanggilnya tanpa embel – embel 'ssi'. Apakah ini pertanda bahwa mereka akan menjadi teman dekat? Atau lebih dari itu? Pikiran macam apa ini Cho Kyuhyun?
"Ne? aku.. aku ambil Post Modern Music. Aku suka bernyanyi. Kau sendiri?" oh Cho Kyuhyun, baru saja tadi ia bilang akan memanggil Donghae dengan sebutan 'hyung' tapi sekarang ia sudah lupa dengan ucapannya. Kita lihat saja bagaimana nanti sikap Kyuhyun ke Donghae selanjutnya.
"Woah! Sama! Kita satu jurusan Kyu! High Five!" sorak Donghae riang sambil menyodorkan tinjunya di hadapan Kyuhyun. Merekapun berhigh five dan melanjutkan obrolan perkenalan mereka.
Setelah dirasa cukup dekat dan mereka banyak kecocokan—entah kecocokan dari mana— mereka pun memutuskan untuk masuk ke kelas bersama – sama. Dengan Donghae yang sedikit berjinjit untuk merangkul Kyuhyun karena yah, kalian tahu bahwa Donghae kurang rajin minum susu.
...
Waktu terus bergulir. Tidak terasa sudah seminggu sejak penerimaan murid baru. Kyuhyun sudah cukup dikenal oleh banyak mahasiswa di Universitas Kyunghee karena kecerdasannya. Ia sendiri tidak menyadari bahwa dirinya sudah cukup terkenal di kalangan mahasiswa Kyunghee.
Banyak dosen yang membicarakannya dan menjadikannya bulan – bulanan pujian. Seringkali pula dosen – dosen itu membicarakan dan memuji Kyuhyun ketika memberikan materi kuliah di kelas lain supaya para mahasiswa dapat termotivasi. Tidak hanya dosen yang mengaguminya, tetapi juga sunbae, hoobae, dan mahasiswa seumurannya pun banyak yang mengaguminya.
Namun disamping itu pasti ada juga yang tidak suka akan kehadirannya. Ada yang mengecapnya anak emas. Pasti adapula yang mengecapnya anak pengemis beasiswa.
Saat ini Kyuhyun sedang asyik mendengarkan musik lewat earphone Donghae. Sebenarnya tidak asyik juga sih, karena daritadi Donghae memaksanya untuk selalu berada di dekatnya. Mereka berdua ini sudah seperti orang berpacaran. Kemana – mana selalu berdua.
"Yak! Aku bukan kekasihmu! Jangan menyuruhku untuk selalu membuntutimu dasar ikan asin!" nah lihat? Kyuhyun yang menurut Donghae imut kini sudah bisa mengeluarkan jurus mulut evilnya. Anak ini benar – benar sudah melupakan ucapannya yang akan memanggil Donghae dengan sebutan hyung. Dan seingat Donghae anak ini cuma memanggilnya 'hyungnim' pada saat mereka berkenalan seminggu yang lalu. Itupun hanya sekali.
Donghae tersenyum menanggapi omelan Kyuhyun yang sudah biasa terdengar di telinganya seminggu belakangan ini. "Kau bukan kekasihku tapi kau sahabatku, arra? Jadi kita harus kemana – mana berdua." Terang Donghae santai sambil terus membenarkan letak earphonenya yang terlihat kendor di telinga Kyuhyun.
"Aku mau ke toilet." Ucap Kyuhyun sembari melepas earphone dari telinganya. Ia beranjak duduk dan dengan cepat menaruh telapak tangannya tepat di hadapan Donghae. "STOP! Kau tidak boleh membuntutiku kali ini."
"Hahaha. Arra.. arra.. aku akan menunggu namjachinguku disini!" Balas Donghae agak sedikit berteriak karena ternyata Kyuhyun sudah berjalan terlebih dahulu ke arah toilet. Dapat Donghae lihat Kyuhyun yang hanya membalas ucapannya tadi dengan menggedikkan bahunya ngeri. Siapa yang tidak merinding dianggap namjachingu oleh ikan asin macam Donghae?
Donghae senyam – senyum sendiri. Entah kenapa ia senang sekali menggoda Kyuhyun. Terlebih ia tak punya adik. Donghae hanya anak tunggal yang diasuh oleh paman dan bibinya di Mokpo. Ayahnya yang hanya seorang nelayan meninggal saat Donghae masih di dalam perut karena sebuah kecelakaan di laut. Dan ibunya menghembuskan napas terakhirnya 18 tahun yang lalu tepat ketika Donghae dilahirkan.
Kecocokan inilah yang Donghae temukan saat dirinya berhasil mengorek sedikit tentang kehidupan Kyuhyun. Mereka berdua sama – sama sebatang kara sekarang. Namun Donghae belum menyadari kalau dirinya masih lebih beruntung dibanding Kyuhyun.
Saat kecil masih ada yang mau menampung Donghae. Setidaknya dirinya tidak dibiarkan di panti asuhan oleh paman dan bibinya. Dan Donghae masih bisa menikmati masa mudanya tanpa bekerja karena paman dan bibinya di Mokpo masih mampu membelikannya mobil dan mampu mengiriminya uang setiap bulannya. Tidak seperti Kyuhyun yang harus menghidupi kebutuhannya seorang diri.
Donghae sangat senang sekaligus bangga pada Kyuhyun yang sudah bisa menghidupi dirinya sendiri di usia yang masih sangat muda begini. Bahkan walaupun sibuk bekerja Kyuhyun masih bisa mempertahankan prestasinya. Donghae bisa kecipratan tenar juga kan kalau berada di dekat Kyuhyun? Ah tapi buka popularitas yang ia cari. Entahlah, ada hal lain dalam hatinya yang memaksanya harus selalu berada di dekat bocah pucat itu.
Seminggu kemarin adalah waktu – waktu yang tak akan pernah Donghae lupakan. Waktu dimana ia berhasil membuat Kyuhyun lebih terbuka padanya. Waktu dimana ia mampu mengorek sedikit banyak latar belakang Kyuhyun. Walaupun belum semua rahasia Kyuhyun ia ketahui..
Dan sekarang Donghae bertekad untuk menjadi sahabat Kyuhyun bagaimanapun caranya. Entah kenapa dirinya yang kemarin sudah bertekad untuk tidak mencampuri kehidupan pribadi Kyuhyun justru kini malah berubah. Pokoknya ia akan melindungi Kyuhyun. Ia akan melindungi sahabat atau kalau boleh disebut ia akan melindungi adiknya itu layaknya seorang kakak.
"Cho Kyuhyun.. Lee Kyuhyun.. ah yang kedua lebih cocok kurasa hehehe." Kekeh Donghae sembari memejamkan mata menikmati semilir angin dan lagu yang masih mengalun indah di balik earphonenya.
...
CRASSSHHH
Kyuhyun memutar keran air dan dengan cepat membasuh wajahnya yang terkena bercak – bercak merah. Sial, kenapa harus kambuh disaat seperti ini! Sudah seminggu ia tidak merasakan gejala aneh di dalam tubuhnya sehingga ia memilih untuk tidak membeli obat lagi. Ya hitung – hitung berhemat. Tapi sepertinya niat Kyuhyun untuk berhemat adalah sebuah kesalahan.
Kyuhyun bersyukur karena disaat ia kambuh tak ada seorang pun yang berada di dalam toilet sehingga ia bisa bebas menggunakan wastafel tanpa ditatap ngeri oleh mahasiswa lain. Pasalnya beberapa percik darah telah menodai wajahnya, serta menodai bagian tengah dan pinggiran wastafel. Pemandangan itu sangat mengerikan di mata siapapun termasuk Kyuhyun sendiri!
Ia menumpukan kedua tangannya pada wastafel. Beberapa saat Kyuhyun bertahan dalam posisi seperti itu demi mengurangi rasa sesak yang kerap kali datang pada tubuhnya. Erat – erat ia memejamkan mata demi menahan raungannya yang mungkin jika ia keluarkan akan membuat seantero kampus semakin memandang ngeri ke arahnya.
"Ugh.." erang Kyuhyun tertahan pada akhirnya. Ia mencoba untuk menghirup udara menggunakan mulut sebanyak mungkin. Namun hanya berakhir dengan erangan yang ia coba tahan dengan cara menggigit bibirnya. Sungguh ia sangat membutuhkan butiran – butiran pahit bernama obat itu sekarang juga!
Dengan tertatih Kyuhyun berjalan ke arah pintu toilet. Ia masih mencoba untuk menarik napas dan sesekali menggigit bibir bawahnya agar teriakan tak lepas dari mulutnya.
Dan ketika dirinya berhasil memutar knop pintu, seseorang—ah tidak tepatnya 3 orang dari arah luar pintu toilet sudah berdiri tegak menghadang Kyuhyun. Dua orang di belakang seseorang yang sepertinya pemimpin geng itu mungkin adalah temannya?—namun di mata Kyuhyun mereka terlihat seperti majikan dan pengawalnya.
"Jadi kau yang bernama Cho Kyuhyun? Hmh, salam kenal." Ucap seseorang itu sambil tersenyum miring. Entah mata Kyuhyun yang bermasalah atau apa, namun sekali lagi di mata Kyuhyun senyum itu terlihat tak bersahabat.
.
.
.
TBC or END?
Anyeonghaseyo yeorobun^^ pertama aku mau perkenalkan diri. Namaku.. hm kayanya namaku pernah disebut deh ama Whindalee eonni di kolom komentar di salah satu ffku hehe. Umurku 16. Bias kayanya udh ketauan deh yang jelas si upil gendut pecinta wine dan maniak game._.
Aku fans beratnya Whindalee dan beberapa author brothership lain. Aku lagi suka baca ff dan itu berawal saat aku baca ffnya Whindalee eonni yang Hyung, Gaseo Jebal… sejak saat itulah aku cinta mati ama ff brothership dan mencoba untuk bikin ff brothership.
Ya jadi intinya. Ini ff brothership ketiga yang aku publish di Web. Ff ini aku buat atas ide ceritaku sendiri. Dan atas pengalaman pribadi yang aku dapet dari salah satu temen aku. Aku masih dalam tahap belajar juga jadi ya kalau ada salah penulisan atau alur pasaran dan acak – acakan atau apapun itu yang kurang enak dibaca sama reader aku mohon maaf #bow Jeosonghamnida ya reader ehehe.
Wookiedeh. Ini mau dilanjutkah atau mau udahan aja? Itu semua terserah reader tercintah mumumu ^3^ sekali lagi gamsahamnida #tebarkecupmembersuju
