seorang namja tampan sedang berbaring di tempat tidur, wajah pucatnya dihiasi beberapa luka goresan dan luka lebam. Kepalanya juga dihiasi balutan perban tak ketinggalan alat-alat detector jantung yang selalu berdetak menandakan namja tersebut masih mempunyai kehidupan di dunia dan juga selang oksigen yang dipakai namja tersebut.

Namja tampan itu terlihat sangat tenang di dalam tidurnya. Sementara seorang namja cantik yang sedang duduk di samping tempat tidur namja tersebut terlihat sangat berantakan, wajahnya yang kusut dipenuhi dengan rasa kekhawatiran yang teramat sangat, kantung matanya yang mulai menghitam, bibir merahnya yang mulai kering, rambut yang berantakan tak terawat. Mungkin namja cantik itu sudah tak tidur dan makan berhari-hari hanya untuk menunggu namja yang ada di depannya terbangun dari tidurnya.

Ia menggenggam tangan namja tampan tersebut dengan erat dan selalu mengumamkan kata-kata yang sama setiap hari di telinga namja tampan itu "Oh Sehun bangunlah, aku menunggu mu. Aku mencintaimu sungguh." Setelah mengatakan kalimat itu namja cantik itu menangis. Xi Luhan, namja cantik tersebut selalu berharap jika ia membuka mata di pagi hari ia akan menemukan orang yang dicintainya itu akan bangun dari tidurnya. Tetapi semua harapannya selalu saja sia-sia, hingga sampai saat ini Oh Sehun tak sekalipun membuka matanya. "Oh Sehun, kapan kau bangun? Apa kau tidak lelah tidur seperti itu sepanjang hari? Euhmm." Luhan semakin tak dapat membendung tangisannya, air matanya semakin jatuh.

" Apa kau benar-benar sudah lelah untuk berjuang? Apa alat-alat ini benar-benar menyakitimu? Jika kau benar-benar ingin menyerah sekarang, aku akan melepaskan mu agar alat-alat ini tak menyakiti mu lagi." Luhan mencium kening sehun dan kemudian mencium bibirnya lama menyalurkan semua perasaan cintainya , Luhan benar-benar ingin Sehun tau bahwa ia benar-benar mencintainya. Kemudian Luhan membisikkan lagi sesuatu di telinga Sehun "Pergilah dengan tenang Oh sehun, aku sudah memaafkan mu. Aku benar-benar sangat mencintaimu walau ragamu tak akan pernah bersama ku lagi." Setelah Luhan mengatakan itu suara pip panjang terdengar dari alat detector jantung dan terlihat garis lurus panjang di monitor. Luhan menjerit sejadi-jadinya, dokter dan perawat serta orang yang menunggu Sehun di luar ruangan berlari masuk melihat keadaan yang terjadi.

Luhan merasakan kepalanya benar-benar pusing tak terkendali, kemudian pandangan nya kabur dan kemudian menghitam, Luhan pun terjatuh pingsan. Terakhir kali yang ia lihat adalah wajah Sehun yang tersenyum dan orang-orang yang menyebut namanya selebihnya ia tidak ingat.

TBC