Hahaha *ketawa devil*
Hallo, Kido is back :D Mohon map ya kalau vampire and love belum dilanjutin, abisnya ide bener2 mentok. Sebenernya sih chap 2 nya udah, namun belum spenuhnya selesai
Buat ff vampire and love makasih banyak karena banyak banget yg mau support buat update kilat. Tapi mau gimana lagi beneran deh kido udh gak ada ide lagi, gomen .
Tapi gpp deh, kali ini Kido bakalan bikin ff baru, dijamin pada bosen *nyengir*
cerita ini terinspirasi dari buku karya Neil Gaiman 'Coraline'
Disclaimer: Masashi Kishimoto-Sensei
WARNING: sudah pasti TYPO, membosankan, aneh, tidak nyambung, dan OOC, keanehan yang bertebaran, jangan dibaca bila tidak suka karena memiliki efek samping.
Pairing: NaruSaku, SasuHina, and ShikaIno
Summary: Apa jadinya jika Sakura yang sedang dimintai tolong oleh ayahnya untuk menghitung semua pintu dan jendela dirumahnya yang besar itu, menemukan satu pintu kecil yang tidak bisa dibuka dan terhalang batubata. Suatu malam ia bermimpi tentang pintu tersebut dan bertemu seorang lelaki menyebalkan. Sakura segera menceritakannya pada Hinata dan Ino. Inilah petualangan mereka untuk mengungkapkannya. Cekidot!
Naruto © Masashi Kishimoto
The Forbidden Door © The Great 'Kido' Namikaze
The Forbidden Door
Chapter 1: Pintu yang tidak bisa terbuka
Sakura duduk dikursi diruang makan, sambil menghela napas dia mengambil selembar roti bakar diatas meja dan segelas susu.
Mebuki terlihat sedang menggoreng telur dadar dan sekilas menghadap kebelakang melihat putrinya tersebut.
Kizashi berjalan menghampiri meja makan sambil membawa gulungan koran di tangannya, dia duduk disamping Sakura sambil tersenyum pada putrinya tersebut.
"Bagaimana sekolahmu Sakura? Baik-baik saja bukan?" Tanya Kizashi sambil mengoles selai dirotinya.
"Yaa, begitulah ayah. Namun aku sedikit risih saat teman-temanku mengejekku Forehead. Itu sangat meyebalkan" protes Sakura melipat tangannya didepan dada.
"Mungkin mereka ingin mengetahui reaksimu saat mereka mengejekmu seperti itu Sakura." Seru Mebuki tersenyum sambil menuang susu digelas Kizashi dan Sakura.
"Tapi bu, tidak harus seperti itu juga. Awas saja kalau masih ada yang berani mengataiku!" seru Sakura mengepalkan tangannya dengan sangat bersemangat.
Kizashi hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah tomboy anak perempuan semata wayangnya tersebut. Sepertinya Sakura mewarisi sifat tomboy dari ibunya itu.
"Lihatlah, dia sangat mewarisi sifatmu Mebuki!" kata Kizashi menyindir istrinya tersebut. Mebuki hanya tertawa mendengar ucapan suaminya tersebut.
"Baiklah, Sakura. Saatnya untuk berangkat sekolah, ibu yakin sebentar lagi Ino dan Hinata akan menjemputmu" kata Mebuki memasangkan topi hangat dikepala Sakura.
TINNGG..TINGG…
Bunyi bel memenuhi seisi ruangan rumah yang besar tersebut, Sakura segera bersiap-siap karena ia tahu itu pasti kedua sahabatnya, Ino Yamanaka dan Hinata Hyuuga.
"Baiklah Ibu, Ayah. Aku pergi dulu, sepertinya si-tukang gossip dan si-pemalu itu sudah menungguku!" ucap Sakura pamit kepada Mebuki dan Kizashi lalu segera menuju pintu utama.
"Berhati-hatilah Sakura, setelah pulang ibu akan membuatkanmu makanan yang enak!"
"Baik Bu."
Sakura membuka pintu utama rumahnya tersebut, Ino dan Hinata rupanya sudah berdiri disana menunggu Sakura untuk segera pergi.
Mereka mengenakan pakaian hangat dan jaket tebal, maklum mereka menggunakannya karena akhir-akhir ini musim dingin sedang berlangsung di Osaka.
"Hei Forehead, kau lama sekali? Apa kau sengaja ya?" selidik Ino sambil memanyunkan bibirnya.
"Aku sarapan dulu Pig, memangnya aku ini kau yang harus pergi kesekolah tanpa sarapan dulu?" ejek Sakura sambil melipat tangannya.
"Sudahlah, kalian j-jangan berdebat d-disini. Hari s-semakin dingin sebaiknya kita langsung pergi saja!" saran Hinata menengahi perdebatan antara Ino dan Sakura barusan.
Akhirnya mereka segera pergi kesekolah menggunakan sepeda mereka. Sakura, Hinata, dan Ino memang sahabat sedari kecil, mereka selalu bersama-sama setiap kali bermain, sampai saat ini mereka sekolah pun selalu satu sekolah dan tidak pernah berpisah. Ya, walaupun mereka sering berargumen berbeda.
o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o
"Apa yang kau lakukan, Naruto?" teriak Shikamaru melihat sahabat pirangnya ini sedang berdiri diatas pohon sambil melihat-lihat desa melalui teropong.
Naruto menoleh kebawah, kearah Shikamaru berdiri "Aku sedang mencari Teme, apa kau melihatnya?" teriak Naruto
Shikamaru menepuk jidatnya, yaampun untuk apa dia mencari Sasuke diatas dahan pohon seperti itu?
"Hei Naruto, turunlah! Untuk apa kau mencari Sasuke disitu? Aku tahu dimana Sasuke berada"
Naruto segera turun dari atas pohon dan berlari menuju Shikamaru.
"Dimana kau melihatnya? Aku punya urusan yang sangat penting dengan si Teme itu!"
"Dia berada diruangan hokage. Dia bilang dia juga ada urusan denganmu dan sama sepertiku aku juga ada urusan denganmu tentang sebuah ramalan."
Naruto menggaruk kepalanya "Ramalan? Memangnya ramalan tentang apa?"
"Aku juga tidak tahu, tapi mau bagaimana lagi kau kan ketua Anbu jadi kau, aku, dan Sasuke dipanggil oleh nona Tsunade karena tetua katak mengatakan bahwa akan ada ramalan. Benar-benar merepotkan" Ucap Shikamaru menggelengkan kepalanya.
"Hei Shikamaru, apa ramalan itu berkaitan dengan pintu kecil yang berada ditengah hutan tersebut?" Tanya Naruto memastikan.
"Kau tahu tentang pintu terlarang itu?"
"Justru itu aku bertanya padamu, kenapa kau malah bertanya balik?" Naruto memasang tampang kesalnya tersebut.
"Aku juga tidak yakin tentang itu, lebih baik kita segera ke sana."
o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o
Suasana riuh tampak didalam kelas Sakura, beginilah mereka saat guru tidak memasuki kelas. Ribut sepert ingin tawuran, ada yang bercanda, bergosip dan pastinya Ino ikut disana, dan ada juga yang diam membaca buku seperti yang dilakukan Sakura sekarang.
Sakura hanya membaca bukunya ditemani Hinata yang nampaknya sedang menulis sesuatu.
"Sakura, kau t-tidak ikut bermain disana?" Tanya Hinata matanya masih tertuju pada buku tulisnya.
"Aku sedang tidak minat Hinata, kau taulah tugas dari guru Asuma membuatku harus membaca buku-buku ini!" jawab Sakura menunjukan bukunya yang tebalnya kira-kira 250 halaman.
Hinata hanya tersenyum dan mengelus pundak Sakura
"Bersabarlah, m-mungkin Guru Asuma mengandalkanmu, kau i-ini kan pintar Sakura."
"Terima kasih ya, kau ini memag sahabatku yang paling manis" geram Sakura sambil mencubit pelan pipi sahabat indigo nya itu.
Sakura dan Hinata langsung tertawa, tiba-tiba Ino berdiri didepan mereka sambil membawa sebuah tiga kotak besar.
"Apa yang kau bawa Pig?"
"S-sepertinya itu kotak m-makanan kan Ino?" Tanya Hinata.
"Iyasih, ini kotak makanan. Aku tadi menyuruh Tenten untuk membelikannya, karena aku malas sekali untuk pergi kekantin!" kata Ino kemudian duduk dibangku didepan meja Hinata.
Sakura membuka kotak makanan tersebut dengan kagum, "Waa, Pig ini kau belikan untuk kita? Sepertinya makanannya terasa enak sekali."
"B-benar sekali Ino, apa kau mentraktir kami?" ucap Hinata ikut-ikutan kagum melihat isi dalam kotak tersebut.
Ino hanya nyengir lebar sambil membuka kotak makanannya "Kalian tau saja Forehead, Hinata kalau aku membelikan ini untuk kalian."
"Tentu saja kami tau, kau kan memberikannya kepada kita. Kecuali kalau kau memberikannya untuk Chouji, Ino-Pig!"
"B-benar juga Ino."
"Hehe, yasudah kita makan saja. Aku sudah lapar nih" celoteh Ino.
"Dasar!"
o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O
"Menyebalkan sekali, kenapa aku harus ditinggal dirumah sebesar ini sendirian?" protes Sakura yang sedang menyapu lantai rumahnya.
Beberapa jam yang lalu memang Sakura sampai dirumahnya namun sepertinya tidak ada orang didalam.
Ayahnya hanya meninggalkan pesan untuknya yang ditempel dipintu kulkas,
Untuk: Sakura.
Kau tahu kan hari ini ayah ada deadline, jadi kau dirumah sendirian.
Ibumu sepertinya sedang keluar, tapi dia bilang kalau kau ingin makan dia sudah menyiapkannya di dalam kulkas. Kau bisa memasaknya sendiri.
Dan satu lagi, ayah ingin kau menghitung semua jendela dan pintu dirumah. Tolong ya Sakura.
Ayah
Sakura menghela nafasnya memperhatikan kembali tulisan tersebut, seingatnya tadi pagi ibunya itu bilang kalau akan memasakkan makanan yang enak untuknya. Bukannya memasakkan makanan untuk Sakura ibunya itu malah pergi entah kemana.
Sakura meletakkan sapunya "Lagian, untuk apa menghitung semua jendela dan pintu dirumah? Seperti kurang kerjaan saja."
Dengan rasa malas, Sakura melangkah kearah dapur membuka kulkasnya dan mengambil sepotong daging ayam untuk digoreng.
Dengan pelan-pelan ia menyalakan kompor dan meletakkan penggorengan diatasnya.
Tidak lama setelah ia menggorengnya, ayam itu sudah matang. Sakura membawanya kemeja makan dan memakan ayam tersebut.
Suasana rumah Sakura saat tidak ada orang memang sangat sepi, itulah alasannya Sakura tidak mau jika dia sendirian dirumah besarnya itu karena dia takut ada hantu yang akan menggangunya. Alasan yang konyol memang.
"Yaampun, aku belum menghitung jendela dan pintu dirumah ini. Aku harus segera mengerjakannya!" seru Sakura segera membereskan makanannya tersebut dan meletakkannya di rak pencucian piring.
Sakura segera melangkah kelantai atas rumahnya, dan memulai menghitung berapa banyak jendela diatas sana.
Dengan teliti juga Sakura mengecek keadaan pintu dan jendela tersebut.
Setelah selesai diruang atas, Sakura menuruni tangga dan kembali menghitung banyaknya jendela dan pintu dilantai bawah. Sakura heran dengan ayahnya, untuk apa melakukan kegiatan seperti ini?
Sakura hanya menghela napasnya pelan.
Sakura berbalik lagi keruang tengah untuk memeriksa apakah ada pintu disana atau tidak.
Keluarga Sakura memang bukan keluarga yang berada, tinggal dirumah ini juga karena kepindahannya dari Tokyo ke Osaka yang mendadak sehingga harus terpaksa pindah kerumah besar ini yang mungkin usianya sudah puluhan tahun.
Sedangkan Mebuki dan Kizashi hanyalah seorang penulis yang setiap harinya berusaha untuk mengejar deadline diperusahaan mereka.
Sakura melihat satu pintu kecil diruang tengah itu.
"Kenapa ada satu pintu kecil diruangan ini? Apa itu hanya lukisan?"
Sakura segera menghampiri pintu kecil tersebut, ukurannya hanya bisa dimasuki jika Sakura menunduk.
Dia meraba pintu tersebut, dan ternyata itu bukan lukisan itu pintu yang nyata, namun pintu kecil tersebut tidak dapat dibuka oleh Sakura.
"Kenapa tidak bisa terbuka?" Sakura terlihat berpikir keras.
Dipintu tersebut terlihat ada lubang kunci, pasti kuncinya ada di lemari dapur disana banyak sekali kunci yang disimpan.
Sakura melesat kedapur mengambil semua kunci yang tersimpan dilemari dapur dan mencocokkannya dengan pintu itu. Namun nihil, tidak ada kunci yang cocok dan pintu itu pun tidak akan bisa terbuka.
"Kunci sebanyak ini tidak ada yang cocok. Ah dasar payah!" protes Sakura menendang pintu kecil tersebut dengan kakinya.
o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o
Naruto dan Shikamaru terlihat berlari menuju kantor hokage untuk segera mendengar ramalan yang akan diberitakan oleh tetua katak.
Didepan pintu ruangan terlihat Sasuke sudang berdiri menunggu mereka, Naruto dan Shikamaru berhenti didepan Sasuke.
"Kalian lama sekali!" ucap Sasuke heran.
Naruto hanya tertawa menampakkan gigi putihnya dan Shikamaru hanya menguap melihat ekspresi Sasuke.
"Kami tadi sedang menolong seorang nenek yang ingin menyeberang jalan, iya kan Shikamaru?" kata Naruto menyenggol lengan Shikamaru.
"Iya benar sekali, dan itu merepotkan" imbuh Shikamaru dengan rasa malas.
Sasuke menautkan alisnya, ayolah Sasuke juga tidak terlalu bodoh kalau kedua sahabatnya ini sedang menipunya.
"Alasan kalian sama seperti Kakashi!"
Naruto menelan ludahnya dan segera menatap Shikamaru disebelahnya, yang ditatap hanya mengangkat bahunya tidak mau repot seperti biasa.
"Baiklah, ada baiknya kita segera masuk. Terlalu berlama-lama disini bisa membuat Tsunade-Sama mengomel" saran Shikamaru.
"Ah! B-benar sekali itu ide bagus, iya kan Teme?" imbuh Naruto telihat 'sedikit' panik mungkin.
Sasuke menghela napasnya pelan "Baiklah Dobe, kau duluan yang masuk, kau kan ketuanya!"
Naruto segera melangkah kedepan diikuti Sasuke dan Shikamaru dibelakang, Naruto membuka pintu perlahan dan memasuki ruangan bersama kedua sahabatnya.
Ia melihat didalam sana Tsunade seperti biasa duduk dikursi hokagenya, dan disana juga ada Tuan Fukasaku dan Tetua katak.
"Ada apa Tsunade-Baachan memanggil kita datang kesini?" Tanya Naruto langsung to the point.
Tsunade melipat tangannya diatas meja dan menatap Naruto, Sasuke, dan Shikamaru.
"Sebenarnya, aku memanggil kalian karena perintah dari Fukasaku yang mengatakan kalau Tetua katak bermimpi tentang sebuah pintu ditengah hutan itu."
Sasuke dan Shikamaru memasang ekpresi kaget mereka dan kemudian tenang kembali seperti biasa, kecuali Naruto yang membelalakkan matanya.
Memang sedari dulu pintu ditengah hutan tersebut dikeramatkan sejak jaman Hokage pertama, ceritanya pun terus turun temurun sampai generasi Naruto, Sasuke, dan Shikamaru sekarang.
Entahlah mereka juga tidak tahu kenapa pintu tersebut dikeramatkan, mereka hanya tahu bahwa pintu itu tidak boleh dirusak atau dihancurkan.
"Memangnya kenapa dengan pintu tersebut? Apakah ada hubungannya, Tsunade-Sama?" Tanya Sasuke.
Tsunade melirik kearah Fukasaku berada, dia segera memberikan aba-aba kepada Fukasaku untuk menggantikannya berbicara dan menjelaskannya secara langsung.
"Jadi begini, anak-anak. Aku kemari karena tetua katak memanggil kalian untuk menceritakan tentang mimpinya yang berhubungan dengan pintu 'itu'," jelas Fukasaku secara rinci.
"Lalu, hubungannya dengan kami?" sela Shikamaru malas.
Fukasaku menggelengkan kepalanya "Tentu saja ini berhubungan dengan kalian, apakah kalian lupa bahwa kalian bertiga adalah bagian teratas Anbu didesa ini!"
"Lalu, bagaimana mimpi yang dialami oleh tetua katak tersebut?" Tanya langsung Sasuke.
Fukasaku segera menoleh kearah tetua katak yang sedang berdiri disampingnya, Sang Tetua Katak tersebut mengerti dan segera menjelaskannya..
"Aku bermimpi secara jelas tentang pintu tersebut, didalam mimpiku pintu tersebut akan dibuka oleh para pendatang yang dapat memberikan kerugian yang sangat besar bagi dunia disini.
Jika pintu itu sudah dibuka oleh para pendatang tersebut, maka sang penguasa kegelapan akan sangat murka karena kita tidak dapat menjaga pintu tersebut" jelas Tetua Katak panjang lebar
Naruto, Sasuke, dan, Shikamaru terlihat memasang wajah tegang mereka terutama Naruto yang terlihat menelan ludah.
"Apakah pendatang itu orang yang jahat?"
"Didalam mimpiku mereka sepertinya orang yang baik,"
"Berapa jumlah pendatang itu?" Tanya Naruto.
"Mereka tiga orang, dan mereka adalah perempuan. Sebenarnya ada satu cara agar sang Penguasa Kegelapan tidak murka, sang pendatang tersebut harus tinggal disini."
Suasana di ruangan seketika menjadi hening, Fukasaku terlihat menggelengkan kepalanya.
Entahlah, kenapa baru sekarang pintu tersebut mengancam dunia mereka sedangkan pada tahun-tahun sebelumnya pintu tersebut tetap anteng dan tidak terjadi apapun.
"Kalau itu memang caranya, apakah mereka akan mau menetap disini?" Tanya Naruto lagi.
"Aku juga tidak tahu, namun yang kudengar dari para petinggi yang dulu, ini bisa saja dicegah dengan membunuh sang Penguasa Kegelapan menggunakan pedang Naga yang tersimpan didalam Gunung di Negara Amegakure" jelas Fukasaku.
"Tapi sudah pasti, untuk mengambil pedang itu banyak musuh-musuh yang harus dihadapi terlebih dahulu" imbuh Tetua Katak.
Tsunade yang sedari tadi diam mendengar semua percakapan tadi akhirnya segera bertindak memerintahkan Naruto, Sasuke, dan Shikamaru untuk memerintahkan anak buahnya menghadapi ramalan yang akan terjadi pada pintu terlarang tersebut.
o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o
Mebuki membuka pintu utama rumahnya dan segera menutupnya kembali, sore ini Mebuki baru kembali dari kantornya. Ia ingin mengabari Sakura namun tidak sempat, sehingga dia meminta tolong pada Kizashi untuk mengabari Sakura bahwa ia tidak ada dirumah.
Mebuki perlahan berjalan kearah ruang tengah, ia melihat Sakura sedang menonton televisi disana sambil menikmati camilannya. Mebuki hanya tersenyum melihatnya.
Sakura sadar ibunya sudah pulang, ia segera menyusul langkah ibunya yang berjalan kedapur.
"Ibu, kemana saja? Tadi pagi ibu bilang akan memasakkan makanan enak untukku, tapi setelah aku pulang ibu malah tidak ada." Protes Sakura manyun.
Mebuki hanya tertawa "Maafkan Ibu Sakura, ibu tidak tahu kalau pagi tadi pihak kantor memanggil ibu jadinya ibu memberitahu ayahmu untuk memberitahukan padamu!"
"Yasudahlah kalau begitu, tapi sekarang juga ibu harus memasakkan makanan enak untukku sebagai ganti yang tadi ya ?" kata Sakura sedikit manja.
Mebuki mengangkat jempolnya dan segera mengajak Sakura kedapur dan menyuruhnya untuk duduk di meja makan menunggunya memasakkan sesuatu yang enak untuk nya.
Saat Sakura sedang memperhatikan ibunya memasak dan mencium aroma yang lezat dia kepikiran kembali dengan pintu kecil tersebut.
"Ibu, apakah ibu tahu tentang pintu kecil di ruang tengah itu?" Tanya Sakura tiba-tiba.
Mebuki menoleh kearah Sakura dan menautkan alisnya, mungkin ia juga tidak mengetahuinya.
"pintu kecil? Ibu belum pernah melihatnya apalagi mengetahuinya"
Sakura semakin penasaran dengan pintu tersebut, ia harus mengajak ibunya untuk melihat pintu misterius itu.
"Kalau begitu ibu harus melihatnya, aku akan memperlihatkan pintu itu."
Sakura menarik tangan ibunya yang sedang memasak itu untuk segera berjalan kearah ruang tengah melihat pintu kecil yang aneh tersebut.
Tidak lama mereka sudah sampai disana. Sakura langsung menghampiri pintu itu.
"Ini pintu nya Sakura?" Tanya Mebuki terlihat tak percaya.
"Iya benar bu, aku yakin pintu ini bisa dibuka kalau ada kuncinya. Ibu tahu dimana kunci pintu ini?"
Mebuki berjalan selangkah kearah Sakura yang berjongkok kearah pintu itu "Di lemari dapur, disana banyak kunci. Mungkin ada yang cocok"
"Sudah kucoba bu, tapi tidak ada yang cocok semuanya. Keterlaluan!"
"Kenapa kau tidak mencoba kunci yang digantung diatas perapian? Mungkin itu kuncinya"
Sakura menoleh kearah Mebuki, ia segera melesat kearah perapian dan yaa, itu dia kuncinya tergantung tepat diatas perapian.
Sakura mengambil kursi dan segera meraih kunci itu, Mebuki hanya menggeleng-gelengkan kepalanya heran dengan rasa penasaran Sakura yang besar itu.
Setelah mendapatkannya, ia kembali lagi ke tempat pintu itu berada.
"Kalau ini tidak cocok, aku yang akan menghancurkannya sendiri. Shannaro!" ucap Sakura.
"Sudahlah Sakura, jangan terlalu penasaran begitu. Ibu yakin dibalik pintu itu tidak ada yang menarik." Kata Mebuki masih tetap memperhatikan Sakura yang mencoba mencocokkan kunci tersebut.
"Ayolah bu, siapa tahu didalam sana ada tersimpan banyak harta karun" seru Sakura mulai berkhayal.
Mebuki menghela napasnya, putrinya ini memang selalu berpikiran hal-hal yang diluar dugaan.
Sakura yang sibuk memasang kunci itu perlahan memasukkannya, dan memutar kunci itu terdengar bunyi 'cklak' membuat mata Sakura berbinar, segera diputar lagi kunci itu sampai terbuka dan dengan segera Sakura membuka pintu itu.
Namun sayang, setelah dibuka pintu tersebut tidak berisi harta karun seperti pikiran Sakura. Dibalik pintu tersebut hanyalah tembok, ya tembok yang buntu.
Sakura menghela napasnya "Yaampun, sudah semangat seperti ini ternyata terhalang tembok?"
Mebuki tersenyum melihat kekecewaan putrinya dan mengelus pundak Sakura "Sudahlah Sakura, ibu kan sudah bilang. Tidak ada yang istimewa disana. Kita kembali kedapur ya, masakanmu yang enak sudah hampir selesai"
"Baiklah bu," ucap Sakura sedikit kecewa.
Mereka berjalan perlahan kearah dapur, Sakura tidak tahu bahwa rasa penasarannya dapat membuat dirinya celaka.
o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o
Hari sudah malam Sakura berjalan kearah kamarnya, tanpa sadar ada seekor tikus kecil yang berlari menuju ruang tengah tempat dimana pintu itu berada.
Sakura segera mengejar tikus itu keruang tamu dan percaya atau tidak, tikus tersebut masuk melalui pintu yang terhalang tembok itu.
Sakura hampir tidak percaya melihatnya, bagaimana bisa tikus itu masuk melalui pintu yang buntu itu.
Dengan perlahan, ia berjalan menghampiri pintu tersebut ia menyentuh pintu itu dan segera membukanya.
Ternyata, pintu itu tidak buntu Sakura membulatkan matanya
"Apa yang aku tebak benar, pintu ini pasti bisa terbuka"
Setelah ia membuka pintu tersebut, terbentuk sebuah lorong yang menghubungkan pintu itu keseberang yang terlihat ada pintu yang mungkin dapat menghubungkannya ke tempat yang lain.
Tidak terlalu membuang-buang waktu, Sakura menunduk memasuki pintu tersebut dan berjalan merangkak sampai mencapai pintu diseberang.
Dengan mata berbinar-binar karena takjub, Sakura membuka pintu tersebut dan terlihat ratusan bahkan ribuan pohon yang mengelilinginya.
Suatu keajaiban atau mungkin kebetulan tiba-tiba saja setelah dia keluar melalui pintu itu dan berdiri ditengah-tengah hutan pintu tersebut menghilang.
"Wah, I-ini dimana? Tempat nya indah sekali dan suasananya yang dingin" ucap Sakura takjub sambil terus berjalan menyusuri hutan yang diliputi banyak pohon itu.
Sakura berjalan dan terus berjalan, sampai dia jauh dari pintu yang membawanya kesini.
Dia masih kagum dengan keindahan hutan tersebut, banyak bunga dan hewan-hewan yang bermacam jenis membuat Sakura lupa bahwa dia sudah terlalu jauh dari tempatnya.
Karena terlalu gembira dia tidak sadar ada sungai yang berarus deras dibawahnya, Sakura terpleset dan hilang keseimbangan sehingga dia tercebur kedalam sungai tersebut.
"Kyaaaaaa~"
Sakura berteriak sekencang nya agar ada seseorang yang menolongnya. Namun sayang, ditengah hutan seperti itu pastinya tidak ada yang mendengar teriakan nya barusan.
Tetapi untung saja Sakura bisa berenang, cuman karena arusnya yang sangat deras membuat Sakura berusaha sendiri agar tidak terseret arus tersebut.
Sakura berusaha menghindari arus, namun derasnya arus tidak mungkin dihindari sehingga Sakura terseret arus sungai.
o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o
"Hei, Nona? Kau tidak apa-apa? Bangunlah, aku sudah menyelamatkanmu,"
Sakura membuka mata nya perlahan dan mengumpulkan kesadarannya, perlahan ia bangkit dari tidurnya.
"Kau tidak apa-apa kan Nona?," Tanya Naruto
Sakura mendongakkan kepalanya kearah Naruto yang memasang wajah penasaran.
Seketika ia langsung kaget dan mundur dua langkah.
"Kau-kau siapa? Kenapa aku ada disini, jangan-jangan kau ini orang jahat ya? Pergi sana, pergi!" teriak Sakura sambil memukul-mukul Naruto.
"Hei, kau ini orang gila ya Nona. Aku ini tadi menyelamatkan mu tau, kenapa kau malah memukuli ku?" protes Naruto menghindar dari pukulan-pukulan Sakura barusan.
"E~eh? Menyelamatkanku?"
"Iya, aku menyelamatkan mu tadi karena kau terjatuh kedalam sungai itu Nona," kata Naruto menatap Sakura sebal, bukan mengucapkan terima kasih tapi gadis ini malang memukuli nya.
Sakura ingat bahwa ia memang terjatuh kedalam sungai didepannya tersebut, ia segera menoleh lagi kearah Naruto. Namun niatnya yang ingin meminta maaf dan berterima kasih kepada pemuda itu hilang seketika karena Naruto yang sedari tadi memperhatikan err, dadanya Sakura yang basah karena tercebur tadi.
"Apa yang kau lihat hah? Dasar laki-laki mesum!," teriak Sakura menutup tubuh bagian depannya dengan tangannya.
"Apa maksudmu? Aku tidak melihat apa-apa Nona,"
"Sudah jangan berpura-pura lagi, aku ingin meminta maaf tapi kau malah mesum. Rasakan ini, Shannarooo!"
BUAAGGH, BRUAAK~
Dan dengan pukulan keras Sakura barusan akhirnya Naruto jatuh tersungkur dengan sempurna ditanah.
"Aduuhh~ kau ini cantik-cantik tapi kasar sekali Nona"
"Aku tidak akan kasar kalau kau mesum!"
Naruto bangkit dari jatuhnya dan mengelap celananya yang kotor karena terjatuh tadi, ia kembali menghampiri Sakura dan melepaskan jaket oranye nya.
Sakura yang kaget melihat Naruto membuka jaket nya kembali berfikir macam-macam takut kalau pemuda didepannya ini melakukan hal yang tidak senonoh padanya.
"Pakailah jaketku, kau pasti kedinginan kan?," ucap Naruto ramah mengulurkan jaket oranye yang ia buka tadi.
Sakura membelalakkan matanya, tidak percaya bahwa apa yang ia pikirkan tadi adalah salah besar. Dengan ragu-ragu ia menerima jaket yang Naruto beri tadi.
"T-Terima kasih err~ "
"Naruto Uzumaki, panggil saja Naruto."
Sakura mengenakan jaket yang Naruto beri tadi, Naruto memperhatikan Sakura seksama, jujur saja ia belum pernah melihat gadis ini berada di Konoha dan ini baru kali pertama Naruto melihat gadis berambut merah muda itu.
"Maaf Nona, aku boleh tahu namamu siapa?," Tanya Naruto penasaran.
"Sakura, Haruno Sakura!" kata Sakura masih sibuk mengenakan jaket Naruto.
"Bunga Sakura yang mekar di musim semi? Nama yang bagus Sakura-Chan,"
Sakura mengernyitkan dahinya heran mendengar apa yang diucapkan Naruto barusan, kenapa pemuda tersebut yang baru dikenalnya memanggilnya dengan embel-embel 'Chan' segala.
Naruto yang menyadari keheranan Sakura hanya tersenyum selebar mungkin dan meletakkan tangannya dibelakang kepala seperti biasa ia lakukan.
"Kenapa Sakura-Chan? Apakah ada yang salah kalau aku memanggilmu seperti itu?," Tanya Naruto penasaran seperti apa reaksi yang akan Sakura keluarkan.
"T-tidak sih, cuman kau dan aku kan baru kenal tapi kau sudah memanggilku begitu,"
"Kau mau tahu alasannya Sakura-Chan? Karena suatu saat nanti saat kau kembali lagi kesini, kau pasti akan rindu padaku dan lebih akrab lagi dari sekarang," ucap Naruto sangat pede dengan nyengir menampakkan gigi-gigi nya yang putih.
Sakura kembali kaget dengan ucapan Naruto barusan, apa-apaan lelaki pirang bernama Naruto ini, kenapa dia sangat pede sekali kalau ia akan merindukan lelaki itu, sudah jelas tidak mungkin.
"Apa maksudmu? Sepertinya kau sangat percaya diri sekali ya" seru Sakura sedikit kesal.
"Tidak ada maksud apa-apa Sakura-chan, hanya saja aku yakin kalau kau akan kembali lagi kesini nanti dan kalau kembali lagi kesini berarti kau itu jodohku" ucap Naruto setengah menyeringai karena berhasil mengerjai gadis kasar tersebut.
"Dasar lelaki aneh! Kalau begitu aku tidak akan kembali lagi kesini, supaya aku tidak menjadi jodohmu!"
"Oh ya? Lalu, bagaimana kalau aku yang datang keduniamu Sakura-Chan?" kata Naruto.
Sakura lagi-lagi dibuat kesal karena perkataan Naruto, entah apa maksud pemuda yang memiliki 3 garis di kedua pipinya seperti kucing itu.
Sakura segera berjalan meninggalkan Naruto, ia sudah bosan dikerjai seperti itu.
Naruto yang hanya tertawa mengikuti langkah Sakura yang berjalan dengan kesal didepannya itu, tidak lama terdengar bunyi ledakan dari arah perbatasan desa.
Naruto yang mendengarnya segera menarik lengan Sakura.
"Kita harus pergi dari sini, aku rasa sebentar lagi para Anbu desa Kirigakure akan melakukan penyerangan," ucap Naruto ke Sakura.
"Kita akan kemana memangnya?"
"Kita sembunyi dulu di gua itu sampai mereka menghilang, kau tunggu disana ya aku akan melaporkan ini kedesa,"
Mereka berlari kearah gua yang terletak disamping sungai berarus deras itu, mereka memasuki gua itu sampai kedalam berharap tidak ada yang mengetahui.
"Baiklah, kita sudah sampai. Kau tunggu disini ya Sakura-Chan, aku harus kembali kedesa secepat mungkin."
"Tunggu~" Sakura menahan lengan Naruto yang akan pergi.
Naruto menoleh kearah Sakura, ia melihat wajah Sakura yang ketakutan karena mendengar suara ledakan barusan.
Memang, ia tahu bahwa Sakura adalah orang awam yang berasal dari dunia yang tidak sama dengannya.
"Sudahlah, jangan merasa takut Sakura-Chan. Kalau begitu agar kau tidak merasa takut, aku akan menggunakan bunshin ku untuk menjagamu."
Sakura yang tidak mengerti maksud Naruto hanya membiarkan Naruto mundur selangkah dan melakukan jurus kagebunshinnya.
POOOF~
Muncul satu duplikat Naruto disampingnya yang membuat Sakura membulatkan matanya. Bagaimana caranya membuat kembaran seperti itu? Dia belum pernah melihatnya.
"Ini bunshin ku, dia akan menjagamu Sakura-Chan selama aku pergi. Tapi dia juga akan menghilang kalau terlalu lama" Ucap Naruto tersenyum lebar.
"Tapi, bagaimana caranya aku bisa bertemu denganmu lagi Naruto? Kalau kau akan pergi," kata Sakura masih belum yakin sepenuhnya dengan apa yang ia ucapkan tadi, tapi itulah isi hati Sakura sekarang.
Naruto tersentak mendengar ucapan Sakura, ia menghela napasnya perlahan dan berjalan kearah Sakura.
"Bawalah jaketku, dan kalau kau ingin kembali lagi kesini pergilah ke gua ini. Aku akan selalu mengunjungi gua ini dan menunggumu untuk kemari lagi."
Entah apa yang Sakura rasakan sekarang, ia hanya yakin kalau pemuda pirang dihadapannya ini adalah lelaki yang baik, dan yang satu ini ia tidak yakin kalau Naruto adalah pemuda yang berbeda dari sekian lelaki yang pernah ia sukai.
Pertama bertemu langsung suka? Aneh memang, tapi itulah yang dirasakan Naruto. Setelah ia bertemu Sakura ia ingat pesan mendiang ibunya Kushina yang memberikan pesan bahwa ia harus mencari gadis yang seperti ibunya, dan entah mengapa Naruto yakin dengan hatinya bahwa Sakura itu mirip sekali dengan ibunya.
"Baiklah kalau begitu aku harus cepat-cepat Sakura-Chan, tetaplah berhati-hati,"
o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o
Sakura terbangun dari tidurnya setelah mendengar ketukan yang sangat keras di pintu kamarnya.
Ia bangkit menuju kamarnya dan membuka pintu tersebut, ternyata itu ibunya Mebuki.
"Kenapa bu?" Tanya Sakura mengucek matanya yang masih Nampak mengantuk.
"Ini sudah pukul 6 pagi, kau harus sekolah. Segeralah mandi ibu akan menyiapkan mu sarapan ya," ucap Mebuki lembut mengelus rambut Sakura.
"Iya baiklah, aku akan mandi sebentar lagi,"
"Yasudah, kalau begitu ibu tunggu dibawah ya,"
Mebuki menuruni tangga menuju kedapur untuk membuatkan Sakura sarapan pagi.
Sakura berbalik dan menutup lagi pintu kamarnya, ia duduk diatas kasurnya dan memikirkan sesuatu, seingatnya ia bertemu seorang lelaki bernama Naruto dan ia sedang berada di gua lalu kenapa dia malah tidur di kasur.
Atau mungkin Sakura hanya bermimpi saja apa yang dialami nya tadi?
Ia berjalan kekamar mandinya, sekilas ia menoleh kearah kasurnya. Kaget. Itulah yang ia rasakan, iya kaget melihat jaket oranye yang Naruto berikan padanya tergeletak diatas kasur.
Sakura menghampiri jaket itu dan mengingat-ingat tentang mimpinya.
"Tapi, bagaimana caranya aku bisa bertemu denganmu lagi Naruto? Kalau kau akan pergi,"
Bawalah jaketku, dan kalau kau ingin kembali lagi kesini pergilah ke gua ini. Aku akan selalu mengunjungi gua ini dan menunggumu untuk kemari lagi."
Sakura teringat ucapan Naruto saat dimimpinya, benarkah kalau Naruto itu nyata dan Naruto meminta Sakura jika ia ingin kembali harus membawa jaket ini lalu didalam mimpinya ia juga merasa memiliki rasa yang berbeda terhadap pemuda yang baru dikenalnya itu.
Perlahan Sakura menghela napasnya, ia harus ceritakan ini semua ke Hinata dan Ino.
o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o.O.o
Teenngg…Teenngg..
Bunyi bel istirahat menggema keseleruh penjuru sekolah, tidak lama setelah bel dibunyikan seluruh murid berhamburan keluar kelas untuk segera pergi kekantin.
Sakura, Hinata, dan Ino keluar bersama dari dalam kelas untuk ketaman belakang sekolah.
Hari ini mereka memang sengaja untuk membawa bekal supaya tidak susah lagi mengantri di kantin yang rame sekali murid-murid disana.
Ketiganya duduk di gazebo yang sudah ada.
"Jadi Forehead, kau mau menceritakan apa?," Tanya Ino memulai percakapan.
"B-benar sekali Sakura, kau i-ingin menceritakan tentang apa?" imbuh Hinata.
Sakura perlahan menarik napasnya dan menghembuskannya dalam-dalam, ia meletakkan kotak bekalnya disampingnya.
"Aku yakin kalian tidak akan percaya dengan apa yang akan aku ceritakan sekarang,"
"M-maksudnya Sakura?"
"Sebenarnya~"
Ino dan Hinata mendengarkan kelanjutan cerita yang akan Sakura ceritakan.
"Sebenarnya saat ayahku menyuruh untuk menghitung banyaknya pintu dan jendela dirumahku aku baru mengetahui ada satu pintu kecil yang terhalang tembok. Dan malamnya aku bermimpi tentang pintu itu, pintu itu terbuka dan aku bertemu seorang lelaki pirang," Sakura menjelaskan panjang lebar.
"Lalu Forehead apa menurutmu pintu itu nyata?"
"Entahlah, aku juga tidak yakin. Tapi dimimpiku lelaki itu memberikanku jaketnya dan kalau aku ingin kembali lagi kesana aku harus membawa jaket itu," seru Sakura.
Hinata dan Ino saling pandang, mereka juga tidak percaya pada fantasi dan sihir yang mungkin dikatakan Sakura. Namun karena sahabatnya ini sangat penasaran, mereka mendengarkan apa yang akan Sakura katakan.
"B-Benarkah? T-tapi itu kan diberi di dalam mimpi t-tapi kenapa dia bisa m-memberikannya kepadamu Sakura?" Tanya Hinata ikutan penasaran.
"Mungkin pintu itu memang nyata, aku ingin minta tolong ke kalian untuk kita menyelidiki apakah pintu itu nyata atau tidak,"
"Aku juga penasaran, seperti apasih dunia yang kau bilang itu Forehead. Hinata apa kau juga ingin ikut kedunia itu?," Ino menoleh kearah Hinata.
Hinata hanya mengangguk pelan dan diselingi senyuman Sakura dan Ino.
Dan itu lah awal petualangan mereka untuk meredakan rasa penasaran mereka, walaupun mereka belum mengetahui bahwa rasa penasaran itu mungkin bisa membuat mereka celaka.
TBC~
Horeee, chap 1 finished XD bagaimana para readers? Apakah sudah terhibur :p
Sejujurnya Kido merasa bersalah karena belum update chapter vampire and love, tapi insyaallah dalam minggu-minggu bakalan apdet
Silahkan tuangkan semua isi hati anda setelah melihat karya Kido melalui
Kotak review ^,~
Apakah mereka dapat memasuki dunia itu, dan apakah ramalan itu akan terjadi jika penguasa kegelapan tidak dibunuh?
Semuanya tersaji dengan lengkap di chap-chap selanjutnya XD
Terima kasih atas perhatiannya, sampai jumpa di chap 2.
