Penguins of Madagascar © Dreamworks and Nickelodeon
Story © Me- Chapter 1: Departure
Beta-ed by NakamaLuna

Warnings for: humanized, typo(s), AR version of episode 'It's About Time', unknown pair, sci-fi every where

Don't like? Don't read


Jika menengok ke langit luas yang membentang—mungkin pikiranmu akan tertuju kepada kehidupanmu sendiri.
Berpikir seperti apa dirimu nanti, ketika waktu sudah menggerogoti usia.
Masa depan.
Sebenarnya… Apakah masa depan itu sendiri?


"Baiklah Kowalski, buat kami terkesan."

Pria berjubah putih itu berbalik badan, menghadap kepada ketiga temannya yang menunggu dengan antusias, "Tuan-tuan, kupersembahkan padamu, mesin yang akan membawa kalian melihat semua masa, sejarah, dan fakta. The Chronotron!"

Sesaat terjadi jeda keheningan di dalam laboratorium itu. "Jadi… itu mesin waktu?" Skipper memberi komentar, sambil menyeruput kopi paginya.

"Ya memang."

"Lantas, kenapa kau tidak menyebutnya 'mesin waktu'?"

Kowalski mencibir, "Oh ayolah, Skipper! Lagipula mesin ini kubuat sesuai perintahmu!" serunya, sambil menunjuk mesin itu dan mengatakan fakta yang terjadi sekitar sebulan lalu—bahwa Skipper yang rasa penasarannya sudah mencapai titik beku, akhirnya meminta Kowalski untuk membuatkannya mesin waktu. Awalnya Kowalski menolak, karena ia belum pernah membuat alat yang sampai mampu menembus dimensi waktu. Namun, Skipper meyakinkannya dengan nasihat-nasihat optimisme dan sedikit gertakan tentang potongan gaji.

Pria berambut gelap itu malah tertawa kecil. "Maaf, maaf. Lanjutkan presentasimu."


Lalu, apa yang kau pikirkan ketika menatap ke bawah? Pernah berpikir apakah sepatu yang kau pakai akan meninggalkan jejak atas langkah yang kau buat?
Sederetan memori yang telah kau lalui. Sederetan jejak yang telah kau tinggalkan. Telah habis dimakan waktu. Telah berlalu bagai angin.
Masa lalu.
Sebenarnya apa masa lalu itu?


Kowalski menjelaskan tentang mesin waktu ciptaannya, yang mana berbentuk sebuah tabung raksasa. Tabung tersebut terhubung dengan mesin besar di sebelahnya. Mesin yang—nyaris—menyerupai bangun ruang trapesium, dan kau akan memilih kata 'rumit' sebagai kesan pertama saat melihatnya.

Tombol merah dan hitam berserakan diatasnya, lampu-lampu kecil berwarna berkedap-kedip lucu di permukaannya—saking banyaknya lampu berwarna, Private harus mengingatkan dirinya sendiri bahwa itu adalah mesin waktu, bukan bagian kecil dari karnaval. Selanjutnya masih ada layar hitam, skalator, dan semacam alat pengukur. Lalu, di sisi kanannya terdapat tuas besar berwarna merah, yang diyakini jika menariknya sama saja dengan memulai eksplorasi waktu.

Yang jadi pertanyaan adalah; ada sebuah lubang kecil di ujung mesin itu, yang tidak jelas apa fungsinya.

"Jadi, Skipper. Aku membuat mesin ini sesuai perintahmu yang ingin mengetahui masa depan dan mengungkap semua rahasia dan fakta dari semua kasus yang belum terpecahkan di masa lampau," Kowalski mengakhiri presentasinya. Private dan Rico bertepuk tangan kagum.

"Ya," Skipper menyunggingkan senyum lebar di wajahnya. "Terima kasih, Kowalski."

"Anytime, Sir," Kowalski membalas senyum kaptennya itu, senyum yang cukup memperlihatkan kebanggaan—juga kelelahan, "Omong-omong, kapan kau berencana untuk berangkat?"

Mata Skipper menyipit, sambil meletakan cangkir kopinya diatas meja, cengiran yang lebar terus ia tahan sampai berkata;

"Sekarang."

Sebuah kata yang membuat kacamata Kowalski melorot hingga ke pangkal hidung. Dan membuat Rico serta Private melirik lekat-lekat pada Skipper dengan wajah kaget.

Jawaban yang mengejutkan.


"DEPARTURE"


"Demi Tuhan, Skipper. Mesin ini masih terlalu cepat untuk dipergunakan sekarang," Kowalski memberi komentar (atau, saran) pada pimpinannya itu, meskipun perbuatan dan kata-katanya tak selaras. Karena kini ia membantu Skipper untuk bersiap dengan peralatan mengarungi waktunya. Tidak terlalu banyak, memang. Hanya berupa ikat pinggang pemancar sinyal dan headphone kecil untuk berkomunikasi. Sisanya hanyalah kemeja putih dan setelan jas hitam khas Skipper.

Pria bermata merah itu hanya menjawab, "Semakin cepat, semakin baik."

'Semakin besar juga resikonya,' Kowalski membatin, ia tidak berani berkata demikian di depan Skipper.

KLIK.

Ikat pinggang hitam dengan chip yang menempel sudah terpasang sempurna. Headphone yang melingkar di telinga kiri Skipper juga sudah terpasang dan terhubung dengan mesin yang tadi. "Selesai."

Di lain tempat, Rico dan Private duduk saling berdampingan. Tidak berubah sejak Kowalski mempresentasikan mesinnya. Rico sibuk mencari posisi nyaman untuk dagunya bersandang di tangan, sambil memperhatikan hilir mudik Skipper dan Kowalski.

Sedangkan Private sedang asyik membaca dan memilah halaman sebuah buku fiksi dengan judul Lord Arthur Savile's Crime. Entah sejak kapan anak itu jadi punya hobi membaca. Apa karena buku itu pemberian Skipper untuk ulang tahunnya atau apa? Misteri.


Masa depan adalah sebuah prediksi.

Masa lalu adalah sebuah fakta.


Persiapan Skipper sudah mantap. Kowalski menyalakan alatnya dan mengatur segalanya. Private dan Rico kini akhirnya berdiri untuk melihat aksi Skipper nanti lebih dekat.

"Mesin sudah siap. Kusetel untuk pergi ke 3 hari sebelum penyerangan Hoboken yang terjadi beberapa puluh tahun lalu. Kasus penyerangan yang ini belum terpecahkan motif dan caranya, kan?" pria berkacamata itu melirik kaptennya. Orang itu hanya mengangguk, tanda ia setuju. Penyerangan mendadak yang menewaskan ratusan orang itu memang merupakan kekalahan mutlak yang terburuk di dalam sejarah bagi tim Central.

Kowalski lalu mengeluarkan sebuah tabung reaksi, dengan cairan kental berwarna merah jambu yang memancarkan sinar redup. "Ini namanya MacGuffium 239. Cairan yang akan menyetel mesin ini secara otomatis agar langsung terhubung dengan jalur dimensi." Jangan tanya dimana pria ini mendapatkan cairan bercahaya itu. Dulu mereka mendapatkannya saat menyusup ke laboratorium musuh, dan Kowalski secara tidak sengaja menemukannya dan membawanya pulang. Penemuan paling fantastis, katanya. Kini tabung itu sudah tertancap pada lubang di mesin. Secara ajaib, cairan itu terhisap ke dalam dan tabung raksasa yang tadinya berwarna logam keperakan berubah menjadi berwarna merah jambu muda, sama seperti cairan tadi.

"Masuklah, Pak."

Skipper mengambil nafas. Dengan langkah besar, ia mulai masuk ke dalam tabung yang menyala itu. Beberapa detik lagi, ia akan menjadi seorang time traveller pertama di abad ini dan akan kembali membawa berita hebat, lalu ia akan termahsyur seketika.

"Skippa."

Langkahnya terhenti karena panggilan suara mungil itu, ia pun menoleh pada sumber suara.

"Hati-hati." ucapnya, Private, sambil tersenyum dan memegangi bukunya dengan erat. "Dan kembalilah dengan selamat."

Dengan senyum pula, Skipper hanya menjawab singkat. "Ya, tenang saja." Meskipun dalam hati ia ingin bicara lebih banyak lagi sebelum pergi. Di sisi lain, ia senang melihatnya mau membaca buku pemberiannya.

.
.

Kini pemuda berumur 25 tahun itu sudah berdiri di dalam tabung raksasa. Kowalski berulang kali memutar dan menekan tombol, matanya tidak berhenti menatap layar yang penuh angka. Ia harus berkonsentrasi. Salah-salah ia bisa saja mengirim Skipper ke zaman mesozoikum.

"Skipper, uhm, hanya ingin mengingatkan. Sosokmu akan tebentuk sempurna di zaman kau pergi. Jadi, kumohon kau jangan sampai terlihat atau malah sampai berhubungan kontak dengan orang-orang di 'zaman sana'. Sedikit saja, kau akan mengubah sejarah dan masa kini. Lain lagi ceritanya jika kau kukirim ke masa depan, seluas apapun kau berhubungan dengan orang di masa depan, itu takkan berpengaruh untuk masa kini." Kowalski mengingatkan.

"Roger that."

Pemuda yang tak pernah lepas dari jas labnya itu melanjutkan urusannya dengan mesinnya. Selesai, ia menekan tombol biru kotak, dan hal itu membuat pintu tabung tertutup rapat. Seraya mengambil napas, Kowalski menangkap tuas merah. Dan,

JGREK!

Tuas sukses ditarik. Lampu-lampu di mesin berubah menjadi keunguan, tabung tersebut semakin menyilaukan sinarnya. Sesaat, kau bisa merasakan bumi bergetar karenanya. Kilatan listrik kecil terlihat di sekitar tabung. Private hanya bisa gigit jari dan tak bisa membayangkan bagaimana keadaan Skipper di dalam sana. Yang pasti; tersetrum, sakit, dan merasakan bahwa badannya di tarik dari berbagai sudut, kemudian seluruh atom di tubuhnya akan menyatu dalam jalur dimensi. Dan—

PEESSH…

Chronotron menunjukkan tanda-tanda bahwa aktivitasnya telah selesai. Kowalski membuka pintu tabung itu, lalu keluarlah kepulan asap berbau yang tebal. Setelah berkali-kali mengibaskan tangan mereka, Kowalski, Rico, dan Private menemukan bahwa pimpinan mereka telah lenyap.


To Be Continued
Coming soon: "Chapter 2: Rendezvous"

P/B/A:

Pendek? Emang 8D

Dan ah, bagi yang baru pertama kali baca fanfic ini, secara sepintas memang kelihatannya mengingatkan kita pada fanfic NegaKaNa karya Ratu Galau. Karena kami memang memakai konsep yang sama: Eksplorasi waktu. Apalagi di kedepannya, ada beberapa konsep dan lain-lainnya yang miriiiip sama NegaKaNa, saya sendiri heran OwO; Pada dasarnya, NegaKaNa memang udah publish lebih dulu, disaat saya sedang mengerjakan plot kasar fanfic ini. Dan begitu baca NegaKana, baru tahu kalau ternyata konsepnya mirip. Semuanya terjadi tanpa disengaja, sumpah. Enggak ada unsur eaeo macam plagiarisme yang disengajakan =w= Demi Tuhan ini. Jangan-jangan kita jodoh, ka /plak

Saya sudah diskusi sama Aya-chin. Terpublishnya fic ini juga atas izin (dan todongan) dari dia :3 Tapi kalau para reader masih risih sama eksistensi fic ini... silakan memberi kritik. Atau perintah untuk menghapus fanfic ini :'3

Hontou ni Arigatoo~

Eh iya, omong-omong, mana ini yang udah semangat sama event IFAnya? Kalau kurang jelas bisa intip link-link yang ada di profile page saya ya :D

Review?