Hai minna, gomen.. belum menyelesaikan fict yang satu author malah mempublish cerita baru.. yah pengisi waktu senggang..

selamat menikmati, mohon reviewnya yah, minna-san..


Kisahku

This story is mine

Naruto milik Masashi Kishimoto

Warning : AU, OOC, dan lain-lain

Don't like just don't read


"Hoy, Teme, kerjamu menghayal saja, sedang melihat apa?" Tanya pemuda Blonde pada Sahabatnya yang saat ini sedang ada di kantin.

Tak menjawab, pemuda yang di panggil Teme itu malah menunjuk sesuatu di belakang Naruto—Pemuda blonde—tadi dengan serius dan datar. Sedikit penasaran Naruto menengokan kepalanya menghadap objek yang sedang di tunjuk Sasuke, menampakkan kerumunan siswi yang mulai berkurang dan meninggalkan sosok yang di kerumuni mereka sedari tadi seperti semut gula.

Mereka meninggalkan sosok itu sambil tertawa, menghina dan mencaci maki gadis tersebut, bagi orang yang melihat hal ini tentu saja akan segera tau apa yang terjadi, coba tengok keadaan sosok yang mereka tinggalkan, sangat berantakan dengan pecahan telur di atas kepala bersurai merah mudanya, tepung yang telah melumurinya dan bercecer di sekitar lantai tempatnya terduduk, bahkan ada beberapa siswi yang meludah kearahnya, situasi apa ini? Tentu saja cukup satu kata untuk memahaminya, BULLY.

Yah, ini bukan ucapan selamat ulang tahun pada teman sekelas dan mengerjainya, setidaknya jika ini aksi kejutan selamat ulang tahun tidak akan ada memar biru keunguan di pipi gadis tersebut. Anehnya sang gadis, ia tak bersuara, tak menangis, hanya berdiri dan berlalu menuju toilet wanita untuk membersihkan diri, dan kembali beraktivitas seperti biasa. Bully, Hal yang sering terjadi di Senior High, kehidupan remaja yang menyenangkan namun juga menegangkan.

Uchiha Sasuke—Pemuda yang di panggil Teme—oleh Naruto beberapa waktu lalu, sudah sering melihat gadis itu, Haruno Sakura sering di bully. Uchiha Sasuke, pangeran Sekolah bersama ketiga teman lainnya, Naruto, Neji, dan Gaara, merupakan pangeran sekolah yang paling di hormati, dan di puja, tentu saja. Siapa yang akan berani pada anak-anak dari pemilik sekolah? Jika kau ingin kena depak dari sekolah yah silahkan saja.

Kembali ke pembicaraan mereka.

"Oh, si Sakura itu? Akhir-akhir ini kau jadi sering memperhatikannya." Ucap Naruto cuek dan mulai menyeruput jus jeruk miliknya.

"Bukannya memperhatikan, tapi dia selalu membawa keributan di sekitanya, mau tak mau membuatku dengan sendirinya menghitung berapa menit keributan itu berlalu." Ucap Sasuke datar pada Naruto yang hampir tersedak.

"Ck, kau melakukannya? Kurang kerjaan." Balas Naruto mengejek Sasuke.

"Dan kali ini, berapa menit keributan itu berlangsung?" Tanya Neji memandang Sasuke cuek dan datar.

"15 menit." Ucap Sasuke tak kalah datar. Sementara itu Gaara yang memang sedari tadi bersama mereka terlihat seperti sedang tak memperhatikan atau memang tidak memperhatikan pembicaraan mereka. Pandangannya tertuju pada sosok gadis merah muda yang berlalu dalam diam tersebut.

"Hey Gaara, kau sedang melihat apa?" Tanya Naruto yang kemudian mengikuti arah pandang Gaara, namun tak ada yang di dapatinya kecuali kerumunan siswa yang lalu lalang untuk segera mengisi perut mereka.

"Apakah kalian pernah mendengar Haruno bersuara?" Tanya Gaara menatap sahabatnya mengabaikan pertanyaan Naruto.

"Aku rasa tidak." Jawab Naruto sambil mengingat kapan terakhir kali ia berkomunikasi dengan Sakura.

"Apa peduliku." Ucap Sasuke acuh kemudian menghabiskan jus tomat miliknya yang memang tinggal setengah gelas.

"Kenapa kau bertanya?" Tanya Neji memicingkan matanya pada Gaara yang menanyakan hal aneh.

"Just asking" Jawab Gaara singkat.

Setelah menghabiskan makan siang mereka, mereka segera melangkahkan kaki pergi meninggalkan kantin dari sekolah elit ini. (Elitnya di bayangin sendiri aja yah? Author malas ngejelasinnya)

Apa ada yang pernah mengatakan padamu?

Bahwa ketika kau mulai bertanya maka sadar tak sadar kau akan mulai mencari jawabannya..

Dan taukah kamu? Terkadang cinta itu seperti penyakit mematikan, ketika sadar kau telah berada di stadium 4 dan skak mat, kau tak bisa lari lagi..

SAKURA POV

Hay, Aku Haruno Sakura. Aku ini seorang pembohong besar. Duniaku begitu menyenangkan, dengan banyak sahabat di sekelilingku, banyak cinta dan kasih dalam setiap hariku. Aku berterima kasih pada tuhan atas hidupku. Kau percaya? Berarti kau bodoh, sudah ku katakan sebelumnya, aku ini seorang pembohong besar, yah setidaknya di hidup yang keras ini hanya dengan berbohong aku dapat menikmati hidup.

Kalau yang ini benar adanya.

Aku memang pembohong, tapi aku membohongi diriku sendiri bukan orang lain, membiarkan aku menjalani hidup di neraka seperti sekarang ini, di dunia ini tak ada tempat untukku, tak ada kasih untukku, aku hanyalah aku, tidak lebih dan tidak kurang. Berbeda dengan para pangeran yang duduk dengan santainya di meja kantin sana, alangkah menyenangkan hidup seperti itu, di puja dan di hormati. Oke aku tak butuh keduanya, aku hanya ingin di hargai, itu saja, tapi sepertinya aku memang tak berharga.

END SAKURA POV

Semua siswa memasuki ruang kelas mereka masing-masing, waktu istrahat telah selesai, kini saatnya berkutat dengan rumus dan literatur pelajaran yang dapat membuat otakmu bekerja secara maksimal.

Seorang gadis terlambat memasuki kelasnya di siang itu, gadis korban bully, menyita begitu banyak perhatian padanya, bukan tatapan kasihan melainkan tatapan membunuh dengan aura begitu mencekam, dan Sakura-nama gadis ini- malah menguap malas, terlalu biasa baginya sehingga ia mulai tak menganggap hal ini serius. Kau salah Sakura, tidakkah kau lihat siswi dan beberapa siswa di kelas ini mulai kesal dengan sikapmu yang seolah menantang? Ck,ck, gadis yang malang.

"Dari mana saja Haruno? Kau tak tau pelajaran sudah berlangsung selama 30 menit?" Tanya seorang Guru bermasker sambil memegang buku yang sedang berdiri di depan kelas mengajarkan beberapa rumus di papan tulis.

Sementara Sakura perlahan menuju bangkunya tanpa menyahut sang guru. Lagi, beberapa siswa dan siswi yang berkedok teman sekelas mulai garang mendapat tanggapan Sakura yang bisa di bilang bahkan tidak menanggapi.

"Sudahlah, kau bisa melanjutkan pelajaranmu." Kata Kakashi—si guru bermasker tadi—pada Sakura yang hanya membuka bukunya sesaat kemudian malah berkaca di cermin mini yang di bawanya dari rumah, mengobati luka memarnya, hanya sekedar menempelkan plester luka untuk menutupi lebam. Merasa kesal karena diabaikan Kakashi mendekat dan memukul meja Sakura kencang, membuat Sakura kaget juga beberapa siswa dan siswi lainnya yang memandang Sakura dengan pandangan menyeringai senang.

"Jangan coba mengabaikanku Nona, aku bisa melaporkanmu kepada—

Kakashi tidak menyelesaikan kalimatnya ketika melihat buku Sakura yang memang sudah terisi penuh dengan jawaban dari soal yang saat ini sedang terpampang di papan tulis dengan benar, bahkan beberapa soal untuk pertemuan di 3 minggu depan telah terisi di bukunya. Kakashi menatap Sakura malas, sementara Sakura menunduk takut.

Kakashi merupakan salah satu guru matematika di Konoha Senior High School, Hatake Kakashi lengkapnya. Kakashi bukannya tidak tau, Sakura adalah muridnya yang berprestasi, sangat di sayangkan Sakura harus mendapat bully setiap hari dari teman-teman sekelasnya, para guru sudah menegaskan para siswa agar tidak melakukan hal itu pada Sakura, namun bagi guru yang menegur perbuatan hal ini mereka akan segera di pindah tugaskan bahkan di pecat, yah, beginilah nasib jika kau mengajar di salah satu sekolah elit yang para siswa dan siswinya merupakan donator di sekolah tersebut, kau tak dapat melakukan apa-apa bahkan jika kau adalah seorang kepala sekolah sekalipun. Sakura merupakan anak dengan beasiswa di sekolah ini, alasan mengapa ia di bully, hanyalah karena Sakura tidak termasuk dari salah satu orang terpandang di konoha yang pantas memasuki sekolah elit tersebut.

Sakura berdiri kemudian berojigi pada Kakashi, meminta maaf. Yah memang Sakura tidak pernah berbicara lagi semenjak ia di bully, seluruh perkataannya di gambarkan dengan gerakan, dia hanya berbicara pada para Guru di sekolah ini yang tak bisa berbuat apa-apa untuk menolongnya, berbicara dalam bentuk gerakan yang bisa di mengerti oleh para guru, bukankah seorang guru sama seperti orang tua pengganti yang dapat mengetahui maksud dari anak-anaknya. Ini sebenarnya rahasia, tapi di sekolah ini Sakura adalah murid kesayangan para guru termasuk Kakashi-sensei, hanya saja para guru berusaha tegas terhadap Sakura di depan para siswa dan siswi agar Sakura tidak semakin di bully , meskipun kenyataannya tak ada yang akan berubah dari keadaan tersebut.

Kakashi berbalik tanpa memperhatikan Sakura, ia kembali menerangkan apa yang ada di papan tulis, Sakura kembali duduk berdiam diri entah sedang menghayalkan apa, 3 tempat duduk dari tempat duduk Sakura, seseorang memperhatikan Sakura dengan pandangan yang sulit diartikan.

.

.

.

.

Pelajaran telah usai, saatnya kembali ke rumah masing-masing, para siswa dan siswi telah di jemput atau sekedar pulang dengan membawa mobil atau motor sport masing-masing, sementara Sakura masih harus terjebak di dalam kelas bersama Karin, Tayuya, Sasame, dan Shion para siswi yang sering menyiksa Sakura.

"Baiklah, Sakura. Saat ini aku sedang tak ingin menyia-nyiakan waktu bersamamu, jadi aku hanya akan mengatakan ini sekali dan dengarkan baik-baik. Aku piket hari ini, tapi tentu saja aku akan menyerahkan tugas terhormat ini padamu, kau tau kan? Lebih mudah bagiku menyewa seorang cleaning service dari pada mengotori tanganku sendiri, salahkan para guru yang masih mengharuskan kita bersih-bersih. Cih" Cerocos karin panjang lebar dengan gaya centilnya yang memamerkan kuku panjang terawatnya di depan Sakura, sementara Sakura yang sudah mengetahui hal ini masih berdiam diri, namun memandang Karin dengan tatapan memohon.

"Cih, kenapa menatap Karin begitu? Biasanya kau penurut, anak manis." Ucap Tayuya angkuh sambil menepuk pucuk kepala Sakura kasar.

"Apa kau ingin ikut kami ke Mall?" Tanya Sasame menawarkan namun di sertai senyum ejekan yang membuat Karin dan kawan-kawannya tertawa menghina.

"Jangan mimpi kau, lebih baik cepat selesaikan, kami tak peduli jika kau punya urusan lain, awas saja kau kabur, kita lihat cerita apa yang akan tertuang di buku diary-mu besok jika kau berani kabur." Sambung Shion mengancam. Setelah shion mengancam keempat gadis tersebut segera pergi meninggalkan Sakura yang gelisah dengan cepat dan tergesa menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya di kerjakan oleh keempat iblis tadi, sambil menyapu dan membersihkan jendela Sakura berdoa dalam hati.

'Ku mohon ya Tuhan, biarkan aku kembali tepat waktu.' Ucapnya dalam hati, penuh kekhawatiran dan kegelisahan, dan secara tiba-tiba saja mendung menyelimuti Konoha, dan hujan deras mengguyur Konoha.

.

.

.

.

"Sasuke, Itachi, ayo cepaat.." Teriak Uchiha Mikoto, sang ibu dari bersaudara Uchiha, Sasuke dan Itcahi, yang kini terlihat kacau di mansion Uchiha, sementara Uchiha Fugaku sang kepala keluarga telah menunggu di mobil Limosin bersama sang supir.

"Sebentar Kaa-san." Teriak Itachi menuruni tangga rumah ini sambil merapikan dasi. Tunggu sebentar, ada apa dengan keluarga ini? Mari kita lihat penampilan keluarga ini yang serba Hitam, dan hey, Mikoto menangis?

"Sudahlah kaa-san, kaa-san harus tenang." Bujuk Itachi khawatir pada Mikoto yang saat ini sedang berada di mobil mereka menuju sebuah rumah.

"Sasuke, katakan sesuatu!" Geram Itachi pada adik satu-satunya ini, bagaimana tidak geram jika Sasuke sedari tadi diam saja, Itachi-lah yang selalu menenangkan sang ibu.

"Kau tau aku benci melihat ibu begitu, lagi pula kau mau menenangkannya seperti apapun kaa-san akan tetap menangis, ini pemakaman kalau kau lupa, dan oh ya sekedar pengingat yang meninggal adalah sahabat sejak kecil kaa-san, kalau kau fikir kaa-san akan berhenti menangis karena bujukanmu silahkan lakukan hingga kau mati." Ucap Sasuke panjang lebar dengan sarkastik.

Yah, Sasuke bukannya tidak pernah bisa berbicara panjang lebar, hanya saja ia tak mau, dan dia hanya akan melakukannya di saat seperti sekarang ini. Bukannya tak peduli pada ibunya, tapi Sasuke tau ibunya akan sulit di tenangkan dalam situasi seperti sekarang ini, bahkan sang kepala keluargapun lebih memilih berdiam diri.

Sementara itu di satu sisi..

'Kenapa hujannya deras sekali? Terpaksa aku harus menerobos hujan'. Bathin Sakura yang kini sedang berteduh di toko obat, dan kemudian berlari menembus hujan yang lumayan sangat deras. Beruntunglah Sekolah tak begitu jauh dari rumahnya yang sederhana, dimana hanya ada ia dan ibunya yang menempati rumahnya tersebut. Ayah Sakura sudah meninggal 2 tahun lalu, sementara Sakura adalah anak tunggal, yang dimiliki olehnya adalah seorang ibu yang sangat di kasihinya yang sekarang sering sakit-sakitan.

Entah karena apa perasaan Sakura benar-benar tak bisa tenang, sehingga ia memutuskan untuk menambah kecepatan berlarinya.

'Ku mohon sedikit lagi..' ucapnya dalam hati. Yah Sakura sedang berlari berbalap bersama waktu, ibunya sakit parah, dan telah terlambat meminum obatnya selama 2 jam karena keterlambatan Sakura pulang dan memang persediaan obat yang sudah habis.

Akhirnya sampai, senyum bahagia mulai bersinar di wajah Sakura namun menghilang ketika melihat segerombolan orang memakai pakaian serba hitam kini membanjiri rumahnya. Untuk anak jenius seperti Sakura, ia tak perlu menerka apa yang terjadi, namun Sakura tetap tak mau menerima kesimpulan yang dibuat oleh otak jeniusnya, meskipun pada kenyataannya memang benar apa yang ia fikirkan bahwa ibunya telah meninggal dunia.


Tsudzuku~~

Sampai jumpa minna-san ^_^