new year's eve plan © illustrations
kuroko no basuke © fujimaki tadatoshi
.
.
.
Saat itu tanggal tiga puluh Desember, mereka berenam, para anggota Generasi Keajaiban berkumpul di ista—rumah megahnya Akashi Seijuurou.
Oh, ngomong-ngomong, ini Akashi yang bokushi, alias yang masih ngeselin, yang suka bawa-bawa gunting dan suka melotot.
"Kalian Tahun Baru-an ke mana?" tanyanya langsung sambil menatap mereka satu-satu. Mereka sedang berkumpul di aula—bukan, maksudnya di ruang tamu Akashi yang luar biasa besar sehingga bisa disebut aula, dan mereka berenam duduk di atas karpet sambil merenung. Kise yang menjawab pertama.
"Aku rumah sepupuku, ssu!" ujarnya ceria. "Kami semua sudah sepakat untuk berkumpul di rumah keluarga jauhku di Kyoto."
Akashi mengangguk dan berpaling pada badan kelebihan hormon gigantis yang berada di sebelah Kise Ryouta. "Kau, Atsushi?"
"Etto, makan-makan di restoran sama keluarga … makan yang banyaaaaaak," tandasnya sambil mengambil beberapa keripik dan langsung memasukkannya ke mulut sekaligus.
Akashi mengangguk lagi dan berpaling pada makhluk keenam mereka. "Tetsuya?"
"Di rumah," katanya datar, sedatar penggaris, "Sama Nigou."
Nigou, tentu saja sudah pada tahu siapa dia. Anjing kesayangan Kuroko yang ditakuti Kagami sampai mati. Muka sekuriti hati helo kiti.
"Aku dan keluargaku berencana ke Hokkaido," tukas Midorima tanpa ditanya sambil menimang-nimang pisau dapur yang hari ini menjadi benda keberuntungannya. Untung saja Akashi sudah punya gunting, jadi dia tidak perlu meminjam pisau dapur milik Midorima. Bisa jadi tempat kejadian perkara pembunuhan anak SMA kalau pisau itu ada di tangan Akashi.
Akashi melotot pada mereka semua, tapi mulutnya menyeringai lebar. "Kalian semua batalkan rencana kalian. Ini pe-rin-tah." Dan dia mengacung-acungkan gunting yang sedari tadi diputar-putarnya. Buru-buru Midorima meletakkan pisau dapur itu di belakang punggungnya.
"APAAAAA?!"
"KENAPAAAAA—"
"Ayahku pergi kerja tanggal tiga puluh satu nanti—"
"DEMI APA MASIH ADA YANG KERJA TANGGAL TIGA PULUH SATU—"
"Jadi karena Akashi tidak ingin terlihat seperti orang ngenes di Malam Tahun Baru, kalian semua harus menginap di sini," ujarnya puas, menyela teman-temannya tanpa rasa berdosa, dan menatap mereka berlima satu-satu. "Ada yang mau protes?"
"Bagus," kata Aomine dengan seringai lebar. "Kali ini Dewi Keberuntungan berpihak padaku."
"Memangnya saat Malam Tahun Baru kau ke mana, Aominecchi?" tanya Kise penasaran, bulu matanya mengedip sampai jatuh ke paha Murasakibara.
"Nggak ke mana-mana," gerutu Aomine, "Kan jones."
.
.
.
Krik. Inilah sebabnya mengapa Akashi tidak mau sendirian di tanggal tiga puluh satu Desember. Eh tapi Akashi nggak jones lho, ya. Yang bilang Akashi jones gunting melayang.
"Oke jadi semua sudah siap kan tanggal tiga puluh satu?"
Tidak ada yang menjawab kecuali Aomine mengangguk semangat.
"Bagus. Sekarang pulang ke rumah masing-masing dan beritahu orangtua kalian, oke? Selamat bekerja!"
Murasakibara mau protes, "Tapi, Aka-chin, keluargaku sudah mempersiapkan semuanya, lho … booking tempat di restoran juga sudah."
Jangan tanya kenapa keluarga Murasakibara pesan tempat. Mungkin takut nggak cukup karena badannya gede semua. Murasakibara Atsushi benar-benar merengut, "Di rumah Aka-chin ada makanan yang enak dan banyak, nggak?"
"Shintarou," panggil Akashi tiba-tiba.
"Eh?" Midorima kaget, karena dia tidak protes sama sekali walaupun dia pengen ke Hokkaido. Bukannya dia peduli atau gimana Akashi sendirian, sih. Midorima nggak peduli. Iya nggak peduli—
"Pisaumu mana?"
"EH IYA AKA-CHIN AKU NGINAP DI SINI."
"Oke, deal."
Dan mereka keluar ke halaman bersalju karena ini adalah bulan Desember, siap menyongsong tahun baru bersama mantan kapten mereka. Hitung-hitung reuni.
.
.
.
fin.
a/n: IYA SAYA JONES LHO DI RUMAH DOANG PAS MALAM TAHUN BARU HAHAHA—hay Aomine kita sama-sama jones jadian yuk?
Krik.
