D I A M

Cast:

HunKai, hint!KaiStal

Warning;

AU, SuperOOC, Crack, Yaoi/BL, Pointless

Dont Like Dont Read.

ENJOY!

.

.

.

Parkiran sekolah nampak begitu lenggang, bel pulang memang sudah berbunyi sejak sejam yang lalu kalau tidak salah. Tak heran. Murid-murid lain sepertinya sudah banyak yang sudah pulang ke rumah mereka masing-masing. Yah... terkecuali beberapa murid di lapangan―kebanyakan adalah anggota klub basket dan futsal yang kini telah berlatih. Jangan lupakan juga kumpulan murid yang kini menempati beberapa ruangan kelas, klub jurnalis dan OSIS memang gemar sekali mempersibuk diri dengan acara-acara seperti pertemuan dan rapat-rapat seusai pelajaran selesai untuk memperlambat pulang.

Ah, peduli amat―batin salah satu dari sekian murid yang masih tersisa di kawasan sekolah itu. Kim Jongin, adalah tulisan yang tertera di name tag pemuda itu.

Pemuda ini nampak berjalan dengan begitu santai, dengan rambut acak-acakan tertutupi topi, kemeja keluar, dasi tak terpasang benar dan jas yang ia tenteng di bahu, mendekati motornya yang terparkir diantara beberapa motor lain yang masih betah ditinggal pemiliknya. Sebenarnya ia sudah ingin cepat pulang sejak tadi, hanya saja tidak bisa. Ia harus menjalani hukuman membersihkan toilet karena lupa mengerjakan PR Kimia tadi. Terimakasih pada Kim-sonsaengnim yang begitu berbaik hati, batinnya sarkasme.

"Kai!"

Tak ada alasan khusus kenapa ia ingin pulang cepat sebenarnya. Di rumahpun ia hanya akan bermalas-malasan sambil bermain game atau mengusili noona-nya atau tidur seperti orang mati atau atau-atau yang lainnya. Meski ini malam minggu, fakta itu sama sekali tak merubah apapun. Sebagai jomblo (iya, pemuda tampan ini memang belum punya pacar) ini seperti sudah jadi kebiasaan baginya. Nothing spesial, karena ia tak memiliki someone spesial. Kasihan sekali...

"Kai, tunggu!"

"Tunggu sebentar, Kai!"

Apa itu tadi ada orang yang memanggilnya?

Pemuda itu menoleh cepat. Matanya melebar saat menyadari bahwa ternyata seseorang memang tengah memaggil namanya; Kai. Meski ia tak ingat pernah menganti nama sebelumnya (seperti yang telah disebut, nama aslinya memang Kim Jongin), setidaknya ia masih mengingat panggilan beberapa orang untuknya. 'Siapa?' batinnya sambil menyipitkan mata, sosok itu memang cukup jauh darinya dan sinar matahari senja membuat matanya silau.

Sosok itu semakin mendekat bersamaan dengan sosoknya yang semakin jelas.

Jongin merasa jantungnya tiba-tiba berdebar terlalu kencang. "K-krystal?" Oh, shit. Ia sangat terlihat tidak keren jika bicara terbata begini. Tubuhnya tiba-tiba saja menegang dan berkeringat dingin. Bertemu dengan orang yang kita taksir tanpa persiapan apapun itu sangat menjengkelkan bagi Jongin yang kini tak bisa mengalihkan pandangannya;

Bagaimana kaki jenjang itu melangkah mendekatinya, bagaimana suara yang tercipta dari sepatu dan tanah setiap ia melangkah, sampai bagaimana helai demi helai rambut panjang halusnya itu bergoyang dan dimainkan udara yang bergerak saat berjalan.

Jongin merasa sulit bernafas.

Sosok itu berada di depannya kini, nampak cukup lelah karena berjalan terlalu cepat sambil tak henti berteriak. Wajahnya memerah dan sapuan gradasi yang paling menonjol adalah di sekitar pipinya.

"Ehm...," Jongin membuat sebuah gumaman tak jelas sambil menutup mulut dengan kepalan tangan, berdehem. Tentu saja untuk menetralisir lompatan jantungnya yang yang tak terkontrol di dalam sana. "Ada apa, Krys?" tanyaya.

Gadis itu tak langsung menjawab melainkan merogoh sesuatu dari tas selempangnya. Menarik ke luar sebuah kotak kecil berbungkus pink cerah dengan hiasan pita emas. Menyodorkannya pada Jongin.

Kai menerima begitu saja, meski bingung. "Apa ini?"

"Itu hadiah Valentine." Krystal memamerkan senyumnya dan sungguh Jongin merasakan sesuatu menggelitiki perutnya. Apalagi dengan ucapannya setetah itu― "Untukmu."

Jongin nampak terkejut. "Untukku?" Ia bahkan sama sekali tak ingat jika hari ini adalah hari keempat belas di bulan Februari sebelum menerima in―tunggu! "Tapi hari ini bukan hari Valentine, Krys," balas Jongin tak mengerti. Ini bahkan sudah bulan April.

Krystal nyengir, "Memang bukan," balasnya santai tanpa dosa.

Dan sungguh, Jongin harus bersusah payah menahan tangannya untuk tak mencubit pipi gadis itu dan menggantinya dengan pertanyaan. "Lalu?"

Gadis itu mengangkat bahu, "Entahlah... aku juga tidak mengerti," balasnya tak yakin. "Yang jelas itu kado Valentine untukmu," ujarnya lagi sambil melirik arloji di pergelangan tangannya, sepertinya tengah terburu-buru. Atau menunggu seseorang? "Itu dibuat dengan penuh perasaan loh. Semoga kau suka ya...," lanjutnya lagi dengan seulas senyum.

Pasti. Kai pasti menyukainya, terlebih ini adalah pemberian dari Krystal. Bagaimana mungkin ia tak menyukai pemberian dari gadis yang ditaksirnya itu?

"Terimakasih, Krys," ujar Jongin sambil mengulas senyum tipis―padahal dalam hati sesungguhnya ia ingin sekali meloncat kegirangan.

Krystal balas tersenyum sambil mengibaskan tangannya, "Tidak, tidak. Jangan berterima kasih padaku, Kai. Sesungguhnya itu dar―"

"Stal?" potong sosok lain, tak jauh dari keduanya. Jongin dan Krystal menoleh dan mendapati Amber di sana.

Krystal langsung terdiam tak melanjutkan katanya. Wajahnya nampak sebal sebelum beralih menatap Jongin yang masih diam. "Ah, aku duluan, Kai," pamitnya.

Jongin tak menjawab dengan kata, hanya anggukan yang ia berikan bersama sebuah lengkungan senyum kecil saat Krystal berlalu darinya.

.

.

.

―-o0o-―

.

.

.

"Darimana saja kau, huh?" cecar Krystal begitu sampai di depan sosok itu. Wajahnya tak berekspresi dan nadanya dingin. Sepertinya gadis ini tengah marah. "Aku sudah menunggumu setengah jam yang lalu!"

"Untuk apa kau bertemu Kai?"

Krystal memutar bola matanya malas, pertanyaannya sama sekali tak dianggap. "Memberikan hadiah yang dititipkan Sulli. Dia memintaku memberikannya pada Kai." balasnya malas, "Kau tahu sendiri 'kan? Si nona bertampang kelewat imut itu benar-benar pemalu."

Amber menyerhit begitu mendapati sosok pemuda itu kini tengah meloncat-loncat di depan sana, sesekali meninju udara dengan kepalan tangan dan menciumi kotak pink cerah di tangannya dan meloncat-loncat lagi. Matanya beralih pada Krystal, nampak tak percaya. "Yakin hanya itu?"

"Iya!" Krystal menjawab ketus sebelum berbalik dan berjalan menjauh sambil menghentakkan kakinya.

"Lalu kenapa Kai menjadi gila begitu?" tanya Amber heran sambil nyengir, lalu berusaha mengejar Krystal setelahnya. "Soojung-baby, dont be angry~"

.

.

.

―-o0o-―

.

.

.

Sehun tidak tahu apa yang ia mimpikan semalam hingga ia dijadikan tempat Jongin bercerita tentang hal-apapun-yang-tak-penting-ini. Demi apapun, Sehun hanya ingin ketenangan untuk membaca komik Naruto-nya. Dan kenapa pemuda ini malah ada di kamarnya sekarang? Di malam minggu begini.

"Kau tahu Sehun. Aku senang, aku senang, aku senang, aku senang sekali. AAAAAAA!"

Sehun tak peduli sungguh, setidaknya ia mencoba. Memilih berkonsentrasi pada gambar-gambar di komik yang tengah ia nikmati dibanding melihat tingkah ababil kawannya itu. Tapi tidak bisa. Hell, bagaimana caranya kau tidak memperdulikan seseorang yang tengah berteriak sambil berguling-guling tak jelas tepat di lantai kamarmu, heh?

"..."

"Krystal memberiku hadiah, Hun! Ia bilang ia membuatnya dengan sepenuh hati! Untukku. Kau dengar itu, Hun? KAU DENGAR? UNTUKKU! AAAAAAAAA!"

Ya tentu saja Sehun mendengar, pendengarannya masih sangat terlalu baik untuk mendengar suara Jongin yang―bagi Sehun―terdengar cempreng saat itu. Kemana suara bass yang terkesan manly miliknya? Hilang, dibawa Krystal kalo Sehun bilang. Menyisakan suara melengking milik gadis-gadis yang tergabung dalam fansclub. Cih, Krystal Jung, Jung Soojung, apa bagusnyanya gadis itu hingga Jongin begitu tergila-gila padanya.

Dasar bodoh, sinis Sehun dalam hati merutuk sahabat dekatnya itu.

Semua orang di sekolah sudah sama-sama tahu jika Krystal sudah punya pacar dan dia adalah; Amber J. Liu. Apa? Jangan menatapnya begitu. Ia tidak sedang berbohong. Itu memang benar. Itu seperti sudah menjadi rahasia umum di kalangan siswa sekolahnya. Karena meski mereka tak mengakuinya secara langsung sekalipun, perilaku mereka menunjukkannya dengan sangat jelas ke muka umum jika mereka memiliki hubungan khusus yang lebih dari sekedar 'dua teman wanita'. Ya semua orang tahu, kecuali Jongin. Entah karena terlalu polos, lugu atau bodoh, sahabatnya itu sama sekali tak curiga. Dasar tak peka. Kepalanya sudah terlalu banyak terbentur, atau sudah terlalu banyak terkena virus Krystal kalo Sehun bilang.

"Krystal memberiku hadiah Valentine. Tak bisa kupercaya. Aku bahkan tak menyangka aku bisa berbicara dengannya tanpa pingsan," ujar Jongin berlebihan. Matanya berbinar-binar dan Sehun merasa perutnya mual saat melihat Jongin memeluk kotak pink cerah itu dan mengelusnya sambil tersenyum seperti orang gila lewat ujung matanya. "Akan aku buka sekarang."

"Hm...," respon Sehun tak minat.

Snut―

Alis Sehun berkedut begitu mendapati Jongin benar-benar membuka bungkus hadiahnya dengan terlalu hati-hati. Sebegitunyakah?

"Ini..."

Sehun melirik malas sedetik.

"...coklat, Hun..."

"Aa," angguk Sehun. Tadi Jongin bilang hadiah Valentine, kan? Sudah bisa ia tebak takkan jauh-jauh dari benda hitam pahit-manis itu. Aneh juga sebenarnya jika dipikir, memberi kado Valentine di bulan April begini.

Hening...

"Hun..."

"...?"

"Kau tahu?

"...Apa?"

Hening...

Hening...

Hening...

Hening...

Hening...

Hen―

"BENTUKNYA HATI KYAAAAA!"

Duk.

"KAU MENGAGETKANKU, BODOH!"

Sehun hampir saja melempar komiknya karena kaget. Sebagai gantinya ia melempar bantalnya ke muka Jongin.

"AHHHH! AKU BAHAGIA SEKALI!"

"KRYS! KRYS! KRYS! AAAAAAAAAAAA!"

Jongin sudah gila. Positif.

"AAAAAAAA!"

"Kai... diam."

"YA, AMPUN! APA INI TANDANYA DIA MENYUKAIKU?"

"...Berisik. Diamlah."

"PASTI BEGITU, PASTI BEGITU! AAAAAAAAAAA!"

"DIAM, KAI!"

"BAGAIMANA BISA AKU DIAM, HUN! KRYSTAL MEMBERIKU COKLAT BERBENTUK HATI DAN IA BILANG MEMBUATNYA DENGAN PENUH PERASAAN! DAN INI HANYA UNTUKKU! SEKALI LAGI UNTUKKU."

Sehun sudah lama tahu jika Jongin itu cerewet. Tapi ia tak pernah tahu ia bisa secerewet ini, serius. "Diam atau aku cium," ancam Sehun.

Jongin diam.

Hening...

"Benar-benar... aku tak bisa mempercayainya, Hun...," Jongin bangkit dari tidurnya berbicara lebih pelan sekarang. Ancaman Sehun memang selalu berhasil. Menatap kado di tangannya sambil ber-blushing dan kembali memeluknya dengan mata tertutup.

"Sekali lagi kau berteriak, aku benar-benar akan menciummu, Kai." Ugh... ekspresi polos Jongin membuat Sehun mulai tak fokus. Dan memilih menutup komiknya dan duduk di hadapan sahabatnya itu. Ia menatap Jongin lekat. Lagipula kenapa pemuda itu jadi kelihatan manis sekali jika sedang begitu sih? "Kau yakin itu dari Krystal, Kai?" tanya Sehun asal.

Hening...

"Tentu saja!" balas Jongin yakin―

CUP!

Jongin menatap horor Sehun yang benar-benar menciumnya.

"Krystal yang memberikannya padaku tentu ini dari dia...," lanjut Jongin dengan nada agak pelan.

Snut―

Manis sih manis, tapi kok berasa bodoh sekali. Polos dan bodoh memang tak bisa dibedakan sebenarnya. Tipis sekali perbedaannya. "Bisa saja 'kan ada orang lain yang memintanya memberikan itu padamu," tebak Sehun santai. Dan jika itu memang benar. Sehun―dengan kemampuan otak cerdasnya―bisa langsung menyimpulkan siapa yang memiliki kemungkinan besar memberi Jongin coklat dengan perantara Krystal. Choi Jinri, Sulli. Si nona bertampang kelewat imut yang sangat-sangat-sangat pemalu. Dan FYI―ia fans Jongin.

Dari mana ia tahu? Tentu saja karena dulu ia pernah dipaksa oleh salah satu kakak tingkat yang kebetulan teman Sulli―Song Qian―untuk menjadi mak comblang mereka. Sehun menerima saat itu, tapi tentu saja tak benar-benar melakukan tugasnya dan malah mngacaukan semuanya. Hahahaha.

Jahat?

Memang benar.

Apa?

Kenapa kalian menatapnya begitu?

Ugh, baiklah. Ia memang melakukan itu karena tak suka jika keduanya dekat. Cemburu? Ya... bisa dibilang begitu. Tapi, cemburu pada siapa? Tentu saja bukan pada Jinri karena gadis itu sama sekali bukan tipe Sehun. Sehun kurang menyukai gadis bertampilan imut dan manis begitu, ia lebih menyukai gadis dewasa yang terkesan seksi dan menggoda―Miranda Kerr misalnya. Dan tentu saja, Jongin bahkan jauh lebih seksi dari Jinri, meski ia bukan perempuan.

"Jangan-jangan, Krystal menyukaiku juga, Hun! Ah benar, aku yakin!"

CUP! CUP!

"..." Keyakinanmu salah, Kai. Krystal tak mungkin menyukaimu. Aku, aku yang suka padamu―tunggu! Apa baru saja ia mengaku. Oh sialan.―batin Sehun

Diam...

Kim Jongin, Kai. Ha, meski dari luar terlihat begitu manly dan urakan, ia tak lebih dari sekedar anak manja polos yang tak mengerti apapun. Pemalu, mudah merona, manis, cengeng.

Sehun jadi ingat saat pertama kali ciuman mereka. Yang terselubungi kata 'persahabatan' yang sebenarnya hanya akal-akalan Sehun, yang dengan bodohnya dipercayai oleh pemuda itu. Belum lagi saat kali pertama ia mengajak Jongin untuk menonton film yang 'iya-iya'. Coba tebak apa? Pemuda itu malah tertidur pulas. Karena memang saat itu sudah pukul sebelas dan Kim Jongin yang manja itu sudah melewati waktu tidurnya yang biasanya pukul delapan. Ia bahkan tertidur bahkan sebelum film terputar.

"Krystal pasti menyukaiku, jika tidak ia tidak mungkin memberiku hadiah ini...," Jongin kembali bergumam. "Ya benar!" teriaknya tanpa sadar. Dan―

CUP!

"YA, KENAPA KAU MENCIUM BIBIRKU TERUS, HUN?"

CUP―hisap, jilat, hisap, gigit―CUP!

"..." Wajah Jongin tiba-tiba saja memerah.

Sehun senang mendapati respon itu.

Jongin memang sering melakukan ciuman dengan Sehun. Sebuah tanda persahabatan jika Sehun bilang. Tapi ia selalu merasa berbeda jika Sehun sudah melakukan lebih dari sekedar menempelkan bibirnya. "A-ah, aku harus menelpon ibuku." Dan akhirnya ia mengambil ponselnya dan sibuk sendiri. Tak sadar jika Sehun sudah memanjangkan tangannya untuk mencuri satu demi satu cokelat―yang ia anggap―pemberian Krystal dan menguyahnya dengan santai.

Jongin yang masih menelpon dan mengalihkan padangan dari Sehun masih tak sadar.

Cokelat ke empat.

Jongin terdengar merengek kepada Ibunya, sesuatu tentang tambahan uang jajan untuk mengajak Krystal berkencan. Cih, Sehun yang kesal mendengarnya megunyah dengan lebih cepat sambil menatap tajam cokelat-cokelat tak berdosa itu.

Cokelat keduabelas.

Jongin pamit, sepertinya acara menelponnya akan beres sebentar lagi.

Cokelat ketujuhbelas.

Jongin benar-benar selesai dengan teleponnya. Ia berbalik dan memadang Sehun―yang balik menatapnya dengan seringai kemenangan dengan sebuah cokelat terselip diantara bibirnya. Mata Jongin membola, beralih ke arah kotak cokelatnya dan mendapatinya kosong tak bersisa. Kembali Jongin menatap Sehun yang kini tengah mengunyah lagi.

Itu cokelat terakhirnya!

"YAAAA! SEHUN PABBO! KENAPA KAU MEMAKAN COKELATKU! CEPAT KEMBALIKAN! KEMBALIKAN SEHUUUUUNNN!"

"ITU COKELATKU PABBO! KENAPA KAU MEMAKANNYA!"

"SEHUUUUUUNNNNNNNN!"

Duk

Duk

Duk

Jongin menerjang Sehun dan memukuli kepalanya nya dengan bantal.

"..."

"MUNTAHKAN SEMUA, CEPAT! SEH―" BRUK! "―MMMPTTT!"

.

.

.

.

.

.

.

"Kai?"

Jongin mendongak.

"Kenapa diam?"

Jongin menatap Sehun dendam. Entah sudah sebengkak apa bibirnya, entah sudah sependek apa nafasnya, entah sudah seberapa parah tampilan seragam yang dipakainya saat ini. Ia bahkan tak bisa mengeluarkan suaranya selain engahan nafasnya.

Lemas.

Benar-benar lemas,

...Dan semua ini gara-gara ciuman brutal Sehun pada bibirnya. Pantas saja bibirnya tebal, itu semua pasti gara-gara Sehun!

"Sudah aku bilang 'kan. Kalau kau berteriak lagi maka aku akan menciummu." Sehun menyeringai senang. "Dan karena kau nakal. Aku akan memberimu hukuman untuk tak bisa berhenti berteriak malam ini, Jongin..."

Uh-oh. Ini gawat.

Jika Sehun sudah memanggilnya Jongin, maka Sehun tidak akan bermain-main dengan ucapannya.

.

.

.

―-o0o-―

.

.

.

Sehun melempar komik dan beberapa buku lain yang tadinya tergeletak di ranjang, ke lantai. Ia beralih menatap Jongin yang kini tengah terikat ke kepala ranjang, terimakasih pada dasi miliknya yang sangat berguna di saat begini. Pandangan Sehun terlihat lapar. Ahh... ia memang belum makan, tapi sepertinya ia bisa menunda acara makannya dengan acara 'makan yang satu ini'. Ia tak keberatan sama sekali, malah senang sekali, sungguh. Hell, Jongin bahkan terlihat lebih seksi dari Miranda Kerr.

Ia menyeringai, "Siap?"

Kai menggeleng kuat-kuat―

Tapi toh, pada akhirnya Sehun tak menerima penolakan, 'kan?

.

.

F I N~

Besok UTS dan aku malah bikin OS aneh beginian masa :/

Iseng aja sih sebenernya dan ini KAINYA SUNGGUH SANGAT OOC! HHAHAHA XD

Peduli amat daaah~~

YASUD―

REVIEW PLIS? JANGAN KAYAK JUDULNYA; DIAM :D