No Way!

Title: No Way!

Author: 2Whitechan

Disclaimer: Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki but this fanfic actually mine. Don't plagiat my fanfic, or you would know the consequences.

Warnings: OOC, Typo, bad story, super duper abal/?, AU!,

Main cast: Kise Ryouta, Aomine Daiki


No Way!

"Berisik! Tak bisakah kau diam sebentar saja, Kise!"

"Mou, aku kan hanya bertanya Aominecchi!"

"Kau tau, Kau seperti ibu-ibu cerewet yang selalu menanyai anaknya tentang hobi, sekolah dan segalanya!"

"..."

Pemuda bersurai biru tua itu menggaruk kepalanya –walau sebenarnya tidak gatal- kenapa pemuda pirang ini gampang sekali ngambek? Oh ayolah, seharusnya dia tau kalau pemuda biru tua itu bukan tipe orang yang suka diganggu oleh pertanyaan bodoh seperti itu, maksudku bagaimana jika seorang pemuda yang tidak tertarik dengan apapun yang bersifat 'romantis' ditanyai dengan pertanyaan "Kalau Aominecchi bertemu Mai-chan, apa kau akan meninggalkanku ssu?" Dan Aomine tau, pemuda berwajah manis itu menginginkan jawaban yang romantis, tapi apa daya, otaknya tak mampu merangkai kata-kata dan lagi kenapa kekasih manisnya itu selalu membandingkan dirinya dan Mai-chan? Wajarkan jika Aomine menyukai wanita berdada besar itu, toh dia juga masih suka wanita –walau dia sekarang menjalin hubungan dengan Kise yang notabene adalah seorang lelaki-.

"Oy Kise-"

"Maaf Aominecchi, aku mau ke toilet dulu."

"...Hoy dengar-"

Sebelum Aomine selesai berbicara, Kise sudah beranjak dari tempat duduknya. Aomine berulang kali memanggil nama pemuda beriris madu itu namun nihil, dia tetap tak mau menoleh ke belakang, malah dia mempercepat jalannya.

"Kise!"

Aomine berlari menuju Kise, dengan cekatan dia menarik tangan Kise dan membuat pemuda madu itu berhadapan dengan pemuda berkulit eksotis itu.

"Hoy, dengarkan aku dulu!"

Aomine terkejut saat melihat iris madu Kise mulai mengeluarkan air,
Kise menangis.

"Kise.."

"Gomene hiks.."

Kise menghapus air matanya dengan lengannya, sebenarnya kalau boleh jujur ehm..sekarang wajah Kise sangat menggemaskan, wajahnya yang semula berwarna putih sekarang berwarna merah merona, Bibir plumnya terbuka-menutup karena mulutnya tak berhenti mengeluarkan isakan kecil, oh, rasanya Aomine ingin mencium bibir plum merah muda milik pemuda yang sudah 6 bulan berpacaran dengannya itu.

"Sudahlah jangan menangis.., kau terlihat menggo- maksudku kau terlihat ehm..jelek saat menangis.."

"Hiks..tapi Aominecchi tidak bisa memilih aku atau Mai-chan, berarti kau tak sepenuhnya mencintaiku ssu!"

"Bukan begitu ehm..aku bingung menjelaskannya.."

"Benarkan! Aominecchi tak mencintaiku! Hiks.., kalau Aominecchi tak mencintaiku lebih baik kita pu-"

'Brakk!'

Aomine menarik Kise dan mendorongnya ke dinding, sekarang Kise bisa merasakan kalau tubuhnya dihimpit oleh tubuh besar Aomine. Lihat, bahkan sekarang Kise merasakan deru nafas hangat berada di sekitar tengkuk lehernya.

" .."

"Baiklah akan aku beritahu jawabannya, tapi jangan harap aku akan mengulangi jawabanku."

"Aku tak akan meninggalkanmu, aku menyukai Mai-chan hanya karena dia cantik dan berdada besar, tapi kalau kau, aku menyukai semua hal dalam dirimu, termasuk semua kekuranganmu..."

'Blush!'

Dan rona pipi Kise makin berwarna merah pekat seperti tomat yang baru matang.

"Aominecchi kau membuatku malu ssu~!"

Kise menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, Aomine tersenyum kecil, tangan besarnya mulai mengacak-acak surai madu Kise.

"Oi Kise."

"Hm~?"

"Karena pertanyaanmu membuatku kesal jadi.."

"Jadi apa ssu?"

"Kau harus menerima 'hukuman'nya Kise~"

Mata Kise langsung membulat, melihat posisinya dan Aomine saat ini bisa dikatakan sudah level 'awas' tingkat 3, sirine bahaya mulai berbunyi dalam otak Kise, dia harus cepat kabur atau...

Suatu hal buruk akan menimpa dirinya.

"Aominecchi lepaskan aku! Kelas sebentar lagi dimulai ssu~! Hari ini pelajaran Kitazawa sensei! Aku tak mau dihukum lari keliling lapangan sepak bola karena telat ssu~!"

"Hey, jika menurutmu ada singa kelaparan yang sudah menemukan mangsanya apa mungkin dia akan melepaskan mangsanya begitu saja, eh?"

"Ahomine! Lepas-"

Sebelum Kise berhasil meneruskan perkataannya, bibir Aomine sudah berhasil menempel pada bibir plum yang sudah sejak tadi ingin ia kecup.

"!"

"Baiklah itu saja 'hukuman' dariku."

"Eh?"

"Kenapa? Kau meminta lebih?"

"Ahominecchi no Hentai!"


"Kise-chin, Mine –chin kau berutung, Kitazawa-sensei tak masuk hari ini, jadi kau tak dihukum."

Sesosok mahluk raksasa dengan rambut ungu berdiri di hadapan Kise dan Aomine, sekotak snack berwarna ungu tengah dipeluknya dengan erat-seolah-olah tak mau dilepaskan- dasar raksasa pecinta maibou.

"Benarkah itu Murasakicchi?! Hwaa~aku senang sekali ssu~!"

"Sudah kubilang kan, lebih baik kita lanjut-"

"Diam Baka! Aho! Hentai! Erominecchi!"

"Oh ya, Aka-chin menyuruh berkumpul sepulang sekolah nanti.'Jika kalian terlambat, maka besok orang tua kalian akan menangis didepan makam kalian dengan gunting merah tertancap di atasnya.' begitu katanya."

" H'hai!"

'Akasicchi hidoi ssu!'

'Cih, sepertinya jika masih sayang nyawa sepertinya hari ini aku tak boleh tak mau mati sia-sia karena terlambat latihan.'


Jam, menit dan detik telah berlalu, tak terasa waktu telah berlalu. Kise mulai membereskan buku-bukunya dan bergegas pergi menuju lapangan basket. Namun sepertinya ada yang kurang, pemuda yang merangkap sebagai model majalah remaja itu mulai mengingat-ingat sesuatu, sepertinya dia melupakan sesuatu yang sangat penting atau mungkin bisa disebut seseorang yang berharga.

"Oh ya! Aominecchi kemana ssu?"

Kise mulai mencari Aomine, dari kelas 3-1 sampai kelas 3-6, lapangan sepak bola, halaman sekolah, sampai gudang olahraga namun sampai sekarang dia masih belum menemukan Aomine. Sampai akhirnya dia masuk ke toilet laki-laki.

"Oh Kise."

"...Aku mencarimu dari tadi ternyata kau di sini ssu."

"Ya, aku dan Murasakibara bergegas menuju ke lapangan basket, kupikir tadi kau sudah duluan."

"Hm, ayo ssu."

Aomine dan Murasakibara berjalan di depan Kise, mata elang pria bertubuh raksasa itu menatap Kise tajam. Sepertinya raksasa berambut ungu ini merasa ada yang janggal dengan pria manis yang berjalan di depannya sekarang ini.

"Mine-chin, kau tak lihat ada yang aneh dengan Kise-chin?"

"Hm? Memang apanya yang aneh?"

"Tidak jadi."

Murasakibara hanya bisa menghela nafas dan memakan Maibounya lagi dan lagi, sepertinya hanya snack berwarna ungu dengan gambar kucing seperti doraemon yang bisa menenangkan pikiran sang raksasa yang tinggi badannya mencapai 202 cm itu.

"Murasakibaracchi cepat sedikit jalannya, jangan makan Maibou terus ssu."

"Benar apa kata Kise! Lihat! Jika kau memakan snack itu terus tinggimu bisa sampai 3 meter Murasaki!"

"Mine-chin, memang maibou mengandung kalsium?"

"Err...tidak sih, tapi tetap saja Maibou bisa membuatmu bertambah tinggi seperti monster!"

"Aku tidak heran kalau ternyata nilai ulangan biologi Mine-chin selalu dapat 10."

"Apa kau mengataiku bodoh?! Monster maniak snack?!"

Selagi mereka bertengkar, mereka tak melihat Kise tengah tersenyum sedih menatap mereka. Kise menundukkan kepalanya dalam-dalam, iris madunya mulai berkaca-kaca, namun dia langsung mengusap-usap mata madunya dengan lengannya.

"Kise-chin kenapa?"

"Eh? Aku tidak apa kok ssu."

"Kise-chin cemburu ya?"

"Tidak kok ssu! Aku masih normal! Aominecchi dan Murasakibaracchi kan seme! Gak mungkin kan seme makan seme?"

Aomine dan Murasakibara hanya bisa sweatdrop mendengar jawaban yang terdengar sedikit mengandung makna 'ambigu' tersebut, Aomine langsung mengapit kepala Kise dengan lengannya.

"Lebih baik kita cepat ke lapangan, daripada kita dibunuh psikopat bermata belang itu."

"Kata-kata Mine-chin benar Kise-chin."

"Baiklah ayo ssu."


"Kalian lama sekali, kalau telat sedetik saja..."

"Maka kepala kalian akan terpisah dari tubuh kalian, mengerti Atsuhi, Ryouta, Daiki?"

"Ha'i Akashi/Akasicchi/Aka-chin..."

"Dan sekarang cepat latihan."

Sebelum mereka bertiga beranjak pergi, Akashi memegang dagunya dan memikirkan sesuatu, sesuatu yang bisa menyiksa 3 pemuda bertubuh tinggi nan tampan itu (minus Kise karena wajah Kise cantik/?).

"Mm..karena kalian terlalu lama, maka kuberi kalian makanan pembuka, lari keliling lapangan 10 kali."

"Eh?"

"Cepat, atau-"

"Ha'i!"

Tanpa basa-basi lagi ketiga remaja itu langsung berlari memutari lapangan dengan cepat, daripada mati karena dibunuh akashi, lebih baik mati karena lari mengelilingi lapangan, lebih elite dan lebih jantan.


Setelah latihan 'Neraka' Akashi selesai, Kise dan Aomine berjalan lemas menuju rumah mereka masing-masing, wajah mereka terlihat pucat dan mata mereka terlihat sayu, oh dan jangan lupakan kaki mereka yang penuh dengan plester-karena beberapa kali terpleset saat lari-.

Dan kini, sampailah mereka di perempatan yang memisahkan rumah Kise dan Aomine. Rumah Aomine belok ke kiri, sedangkan rumah Kise belok ke kanan.

"Aominecchi sampai jumpa besok!"

"Sampai jumpa."

Belum sampai Aomine melangkahkan kakinya, Kise berteriak dengan keras.

"Aku mencintaimu Aominecchi!"

Dan Kise berlari kencang setelah mengatakan itu, dia tak bisa menutupi wajahnya yang memerah karena telah mengucapkan hal seperti itu di muka umum. Tapi sekali lagi mereka beruntung, jalanan sepi, hanya ada Aomine, Kise dan segerombolan anak kecil yang berlari-larian sambil tertawa keras-dan itu menjadi poin positif bagi Aomine karena dengan itu teriakan Kise jadi tak terlalu terdengar-.

"Cih dasar bodoh."

Dan rona merah mulai tampak pada pemuda berkulit eksotis bernama lengkap Aomine Daiki itu. Tanpa ia sadari, Kise tersenyum kecut melihat punggung Aomine yang makin menjauh.

'Aominecchi, aku tak akan mengecewakanmu!'

'Aku akan berusaha! Lihat saja besok!'

TBC

Moshi-moshi! Ini ff pertama gua dalam bidang yaoi/? Maaf kalo agak canggung .

Buat senpai-senpai semua mohon bimbingannya *bows* kritik dan saran kalian sangat membantu!

Jadi mohon RnR ya semua readers

arigachuuu~