Sebelum melanjutkan diharapkan membaca warning terlebih dahulu.


©SYEnt present:

Love Is In The Air
by Cchi & Shii

Rating: T

Cast: Donghae, Eunhyuk, Kyuhyun, Siwon, Sungmin, SuJu's, others

Pairing: HaeHyuk, slight KyuMin

Genre: Romance, Family, Shoujo, Ecchi

Warning: AU. BoyxBoy!HaeHyuk. Fem!Sungmin. OOC,Typos,Gaje. KTT*.


Malam menjelang kian larut. Semilir angin musim gugur merasuk ke dalam tubuh seolah hawa dinginnya ikut menusuk ke dalam sukma jiwa. Taburan bintang di langit kian melebar dan bertambah. Cahaya bulan menerangi di salah satu sisi gelapnya langit malam.

Seorang namja tampan tengah duduk di balkon dengan memeluk kedua lututnya menghadap ke langit hitam di atasnya. Memandangi bulan purnama yang berdiri di antara ribuan kerlip bintang.

Meski angin berhembus menghantarkan hawa dingin, ia masih belum mau beranjak dari situ. Nyaman dan tenang yang dirasakannya saat ini membuatnya enggan untuk masuk ke dalam, membuatnya betah tetap berada di sana. Wajahnya yang menyiratkan kedamaian, matanya yang menyinarkan rasa kagum dan rindu yang amat, membawa pikirannya menyuruh saraf-saraf dalam tubuhnya untuk tetap duduk di situ. Meski seorang diri, meski hanya berdiam diri, dan meski hanya ia yang mengagumi pemandangan itu saat ini.

Di belakangnya, pintu balkon yang terbuat dari kaca itu menampakkan kamarnya yang masih gelap. Ya, rencananya tadi ia akan pergi tidur, namun urung ketika ia membuka pintu kamarnya ia melihat sinar bulan purnama masuk melalui pintu balkon yang belum ditutupnya. Dan betapa ia langsung merasa kagum saat ia hendak menutup pintu itu ia memandang ke atas langit. Pemandangan yang indah itu membuatnya melupakan tujuan utamanya masuk ke kamar.

Ia masih di sana. Memandang ke atas dengan tenangnya. Sesekali bibirnya membentuk lengkungan tipis dengan mata yang beredar ke sana-ke mari memandang lautan bintang di atas sana.

Seasyik itu hingga ia tak menyadari seseorang memasuki kamarnya. Berdiri di belakang pemuda itu dan memerhatikannya dengan seksama. Tersenyum, pemuda di belakangnya menarik napas panjang lalu menghembuskan begitu saja. Ia kembali masuk ke dalam dan mengambil sebuah selimut dari sana.

"Hyukkie-ya~ Apa yang kau lakukan di luar sini, hm?" Pemuda tadi berjalan ke arahnya lalu memeluk sambil menyelimutinya dengan selimut yang ia bawa tadi.

Eunhyuk menoleh ke belakang. Kaget juga bahwa Donghae ada di belakangnya. "Hae-ya..."

"Apa yang sedang kau lakukan, eoh?" tanya pemuda yang menyelimutinya tadi—Donghae. Ia masih memeluk namja di depannya itu.

"Aah~ aniya. Aku hanya sedang mengagumi betapa indahnya malam ini,"

"Hm... Ini sudah larut dan angin berhembus sedari tadi. Apa kau tidak merasa dingin?"

"Ani,"

"Bagaimana kalau kau nanti sakit, hm?"

"Kan ada kau yang nanti akan merawatku. Hehe..."

"Kau ini..." Donghae mengacak pelan rambut Eunhyuk. Tersenyum lalu ikut memandang ke atas seperti apa yang Eunhyuk lakukan saat ini.

"Indah, kan, Hae?" tanya Eunhyuk. Donghae menjawab dengan anggukan. Keduanya tersenyum damai.

Begitu selama beberapa menit hingga kemudian Donghae menyudahi matanya memandang langit. Kali ini ditujukan matanya untuk memandang namja di depannya itu.

Ah... betapa indahnya makhluk di depannya saat ini. Dari samping sini, terlihat sekali tulang rahang yang terbentuk membingkai wajah sempurna itu. Dagunya yang lancip, hidungnya yang mancung, kulit wajahnya yang putih halus itu terlihat amat memesona di bawah remang cahaya bulan.

Wajah Donghae maju dan langsung mengecup pipi Eunhyuk sekilas. Sejenak Eunhyuk terpaku, tak berkedip. Menoleh ke arah Donghae, "Hae... ya...?" Hanya senyuman yang didapatinya lalu kembali sebuah ciuman melayang, kali ini ke bibirnya.

Donghae melepaskan ciumannya. "Ayo, kembali ke dalam. Angin sudah semakin dingin," katanya sambil menuntun Eunhyuk—yang masih shock—untuk berdiri dan membawanya ke dalam.

Direbahkan Eunhyuk yang masih diam entah kenapa itu ke kasurnya. Kemudian ia kembali menuju pintu balkon. Sejenak memandang ke luar dan tersenyum sekilas sebelum menutup dan menguncinya lalu merapatkan gordennya. Setelahnya, dinyalakan lampu tidur di meja samping tempat tidur Eunhyuk dan menyelimuti namja penyuka pisang itu.

"Good nite, Hyukkie..." bisiknya sambil mengacak pelan rambut Eunhyuk—yang masih diam dan hanya memandang Donghae abstrak—lalu mematikan lampu tidur itu dan kemudian hilang di balik pintu kamar Eunhyuk.

"Hae-ya..." panggil Eunhyuk lirih setelah kepergian Donghae dari pandangannya.

=== S Y E ===

Donghae masuk ke kamarnya. Segera direbahkan tubuhnya di atas kasur.

Menghembuskan napas lewat mulutnya, ia mengacak kesal rambutnya. "Aaarrgh! Kenapa bisa kelepasan, sih?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Kali ini diangkatnya tubuhnya—didudukkan, sambil mengusap wajahnya. Mengambil napas panjang lalu dihembuskan begitu saja. Seperti itu selama beberapa kali. Setelah dirasa cukup, kembali direbahkan tubuhnya di atas kasur.

Matanya masih menerawang kejadian tadi, saat ia mencium sekilas bibir Eunhyuk—dan ia bisa mengingat reaksi Eunhyuk yang kaget...mungkin.

"Aisshhh!" serunya lagi. Kembali diacak-acak rambutnya.

"Hah! Sudahlah. Biarkan saja apa yang terjadi besok!" ucapnya kemudian, lalu menyeret selimut yang berada di bawah kakinya untuk menutupi tubuhnya hingga kepala dan tertidur...


Semua orang telah berkumpul di meja makan, siap untuk menyantap sarapan mereka, tak terkecuali Donghae.

"Ck, aku masih heran, padahal aku adalah kepala keluarga, kenapa anak-anakku marganya harus Lee? Bukan Cho?"* seru suara Appa mengalihkan perhatian semua orang di meja itu.

"Kenapa? Kau tidak sudi, huh!?" jawab Eomma garang, ia duduk di sebelah kanan Appa.

"Bukan begitu Minnie... Hanya saja aku heran," jawab Appa dengan bibir dimonyong-monyongkan melihat sikap Eomma yang langsung garang jika menyangkut nama marga seperti itu.

"Sudahlah, cepat kau makan sarapanmu!" perintah Eomma pada Appa. Appa menghembuskan napasnya kesal lalu menyantap sarapannya. Donghae, Eunhyuk, dan Siwon hanya menggelengkan kepala mereka lalu ikut menyantap hidangan di depannya.

Selalu saja pertengkaran kecil itu terjadi ketika hendak sarapan seperti ini. Appa bermarga Cho, sedangkan Eomma bermarga Lee. Memang seharusnya anak-anak mereka bermarga Cho, tapi entah mengapa dalam keluarga itu, justru marga Lee-lah yang disandang anak-anak mereka. Alhasil, banyak yang mengira bahwa Cho Kyuhyun bukanlah appa kandung dari Lee Hyukjae dan Lee Donghae. Namun, kenyataan yang tidak diketahui adalah bahwa Cho Kyuhyun merupakan ayah dari Lee Hyukjae dan Cho Siwon. Sedangkan Lee Donghae adalah anak dari Lee Sungmin.

Apa ada yang tanya mengapa bisa seperti itu? Ceritanya sangat panjang jika diceritakan sejak awal. Maka dari itu author akan menceritakan dengan sangat amat singkat dan tidak jelas. Yak, mari kita mulai. Lee Sungmin adalah seorang yeoja yang pernah menikah dengan Lee Kyumin. Dari pernikahannya yang pertama, ia menghasilkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Lee Donghae. Kemudian karena Lee Kyumin menderita sakit dan kemudian meninggal, akhirnya Lee Sungmin hidup hanya dengan Donghae yang masih berumur empat tahun. Dua tahun setelah itu ia bertemu dengan Cho Kyuhyun yang sedang mabuk dengan seorang bocah—seumuran Donghae—dibelakangnya mengikuti takut-takut. Dibawanya kedua orang itu—Kyuhyun dan bocah tadi—ke rumahnya. Dan begitulah cinta mereka terjalin. Bocah itu bernama Cho Hyukjae—yang kemudian diganti menjadi Lee Hyukjae. Maka kemudian sejak itu, kedua orang tua tadi menikah dan membangun sebuah rumah tangga yang menghasilkan seorang Cho Siwon setahun setelah pernikahan kedua mereka. —A/N: Benar-benar tak jelas bukan? xD—

Mereka berlima sarapan dalam damai dan tenang. Meski diawal sempat terjadi keributan kecil seperti itu, toh itu tak berpengaruh saat mereka sarapan.

"Ah, apa aku belum mengatakan padamu Kyu?"

"Eh? Mwo?"

"Nanti malam aku reuni dengan teman-teman SMA-ku. Mungkin pulang larut,"

"Belum,"

"Ya sudah. Itu saja,"

"Hee?"

"Sudah cepat habiskan sarapanmu,"

Seusai mereka habiskan sarapan mereka, semuanya sibuk dengan urusan masing-masing. Cho Siwon bersiap untuk pergi ke sekolah, Cho Kyuhyun bersiap untuk pergi bekerja, Lee Donghae bersiap untuk pergi kuliah, Lee Sungmin membersihkan dapur dilanjutkan mengurus Kyuhyun, dan Lee Hyukjae hanya menatap orang-orang di rumahnya dalam diam. Ia tidak ada jadwal kuliah hari ini, jadi mungkin ia hanya akan berada di rumah saja.

Setelah kepergian adik dan kakak serta ayahnya, Eunhyuk duduk di depan televisi. Menyilangkan kedua kakinya di atas sofa sambil menikmati program acara yang disuguhkan. Sungmin di kamarnya bersiap-siap untuk berangkat arisan.

"Hyukkie, kau jaga rumah, ne. Eomma pergi arisan dan mungkin akan pulang larut karena akan bertemu teman-teman lama Eomma," kata Sungmin sekeluarnya ia dari kamarnya. Melihat anaknya yang sedang menonton televisi.

Eunhyuk memalingkan wajahnya menghadap ibu tirinya itu. "Ne, Eomma. Apa perlu nanti Appa menjemputmu?" jawab dan tanya Eunhyuk pada perempuan manis itu.

Meski Sungmin dibilang sudah berumur karena anak-anaknya sudah mencapai kepala dua—kecuali Siwon yang masih berumur 17, tapi tetap saja keimutan, kemanisan, dan kecantikan dirinya masih sama seperti saat ia muda. Hanya beberapa kerut di bawah matanya, namun itu tersamarkan.

"Hmm.. Entahlah. Nanti Eomma kabarkan," jawabnya. Mengambil tas dan handphone-nya, ia berjalan ke luar rumah.

"Jaa Hyukkie, Eomma pergi dulu. Hati-hati di rumah, ne," pamitnya sebelum ia keluar rumah karena mendengar bunyi klakson mobil temannya.

"Ne, hati-hati, Eomma—dan aku bukan anak kecil lagi," jawab Eunhyuk, melambaikan tangan sambil memasang muka jutek. Sungmin tertawa ringan dari sana melihat ekspresi anaknya itu.

Tinggallah Eunhyuk sendiri di rumah itu. Setelah akhirnya bosan menonton acara televisi yang hanya menampilkan gosip-gosip tak bermutu, ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan berbaring di sana kemudian terlelap.

=== S Y E ===

"Hyukkie-ya... Kau sangat manis, kau tahu? Apakah aku salah jika aku menyukaimu?"

"Hyukkie-ya... Kalau boleh, aku akan dengan sangat senang hati menciummu. Apa aku boleh?"

"Hyukkie-ya... Wajahmu benar-benar seperti malaikat, kau tahu? Aku tak akan pernah bisa melepaskanmu"

"Hyukkie-ya... Benarkah kita saudara tiri? Aku benar-benar ingin menjadikanmu milikku"

"Hyukkie-ya... Hyukkie-ya..."

Lamat-lamat Eunhyuk terbangun mendengar suara seseorang memanggil-manggil namanya sambil mengguncangkan tubuhnya. Diusap-usap matanya supaya ia dapat melihat orang yang membangunkannya itu dan setelah beberapa detik berlalu akhirnya matanya bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Tampaklah sosok Siwon di depannya. Memandangnya kesal.

"Wae?"

"Hyung, kau benar-benar tukang molor. Ck," decak Siwon kesal, berkacak pinggang menghadap hyungnya itu.

"He?"

"Hanya untuk membangunkanmu saja butuh lima belas menit? Ck. Kau benar-benar malas. Untung saja aku sabaran, jadi aku mau membangunkanmu. Kalau saja aku tak sabaran, pasti aku akan membangunkanmu dengan cara memukulmu menggunakan kursi itu," ucapnya lebih pada dirinya sendiri, menyilangkan kedua lengan di depan dadanya. Menunjuk kursi lipat kecil yang berada di samping meja belajar Eunhyuk di salah satu sisi kamar.

"Ada apa memangnya?" tanya Eunhyuk tak mengindahkan celotehan Siwon itu. Didudukkan badannya, melihat jam dinding kamarnya yang telah menunjukkan pukul sebelas siang.

"Aku lapar, Hyung. Belikan aku sesuatu!" seru Siwon, ikut duduk di samping Eunhyuk dengan masih menyilangkan kedua lengannya.

"Kau kan lebih bisa masak dari pada aku. Buat sendiri saja,"

"Tidak ada apa-apa di dalam kulkas. Semua bahan sudah habis dibuat tadi pagi. Bukannya Eomma juga sudah mengirimkan pesan padamu untuk membeli bahan makanan? Apa kau tidak membacanya?"

"Eh? Benarkah?" tanya Eunhyuk bingung. Segera saja diraih handphone yang tergeletak di meja samping kasurnya itu. Benar ada pesan di sana. Dua dari Sungmin, satu dari Siwon, dan dua dari Donghae.

Dibacanya pesan dari Sungmin. 'Ah, Eomma lupa mengatakan bahwa bahan makanan sudah habis. Tolong beli di mini market terdekat ya. Untuk hari ini dan besok saja, selebihnya nanti Eomma yang beli. Jaa Hyukkie chagi~ :*'

Lalu pesan kedua dari Sungmin. 'Aku mengirim pesan pada Siwon untuk memintamu memasakkannya kalau kau tidak keberatan ^3^'

Yang terakhir dibaca pesan dari Siwon. 'Hyung, nanti aku saja yang masak. Kau beli saja bahan-bahannya. Masakanku jauh lebih enak dari pada masakanmu :p'

Siwon mengamati hyungnya itu. "Pasti Hyung tidak membacanya, kan? Hyung asyik molor sih," ujarnya kemudian setelah ia rasa Eunhyuk membaca semua pesannya. Eunhyuk menatapnya lalu memberikan cengirannya pada Siwon. Siwon mendengus sebal.

"Sudahlah, biar aku saja yang beli dan masak!" seru Siwon kemudian sambil beranjak dari kamar Eunhyuk lalu pergi ke mini market terdekat.

Sekeluarnya Siwon dari kamarnya, Eunhyuk membuka kembali handphone-nya. Membaca dua pesan dari Donghae. Setelahnya ia mengingat mimpinya tadi.

"Hae-ya.. Kenapa aku memimpikanmu seolah-olah kau mencintaiku? Hmmph..." gumamnya, memasang ekspresi bingung yang lucu. Ia kembali merebahkan dirinya.

Dalam mimpinya tadi, ia bisa sangat jelas mendengar suara Donghae membisikkan kata-kata manis untuk menyanjungnya. Hanya suara, tidak ada wujud dan tidak ada rupa. Tapi, sembilan belas tahun bersama tentu ia bisa mengenali suara siapa dalam mimpinya itu.

=== S Y E ===

Donghae merenggangkan kepalanya ke kanan dan kiri setelah akhirnya pelajaran keduanya selesai. 'Huuh... benar-benar menyebalkan,' gerutunya dalam hati.

"Haaahh~! Kenapa dosen itu tidak dipecat saja sih? Atau kapan ia akan pensiun? Benar-benar ngantuk aku diajarnya," seru seorang namja di sampingnya. Ia adalah Kangin, teman dekat sekaligus sahabat sejak kecil yang Donghae punya.

Kangin tahu apa-apa yang terjadi pada Donghae selama ini dan ia benar-benar tak habis pikir ketika mengetahui bahwa Donghae menyukai adik tirinya itu. Well... walau hanya beda beberapa minggu saja tetap dihitung sebagai adik bukan?

Donghae tertawa mendengarnya.

"Yha, memangnya hanya kau yang tak bisa berkutik? Aku juga tak bisa melakukan apa-apa. Untuk mengirim pesan pun sangat susah. Untung saja tadi dia sempat keluar sebentar," kata Donghae menyahuti perkataan temannya itu.

"SMS siapa kau? Monyet itu lagi? Sehari kau tidak sms tidak bisa apa?" tanya Kangin mengambil alih handphone Donghae dan mendapat protes dari sang pemilik HP. Dilihatnya outbox di handphone itu. Dua pesan terkirim ke kontak yang bernama Lee Hyukkie. Kemudian dikembalikan lagi setelah dibaca isinya.

"Heh.. payah kau, Hae. Mengapa tak mau bertindak, sih? Sudah jelas-jelas kau mencintainya dan mungkin ia juga tertarik padamu—kalau kulihat dari balasannya itu tadi," ujar Kangin enteng. Dibereskan buku-bukunya.

"Memang gampang sekali untuk berkata demikian, tapi aku tak bisa. Mengingat kami adalah saudara," jawab Donghae, ikut membereskan barangnya. Setelah mereka berdua selesai membereskan buku-buku mereka, mereka keluar kelas menuju ke kantin hendak makan siang.

"Oh, ayolah, Hae. Kalian hanya saudara tiri. Itu tak akan menjadi sebuah larangan kalian bersama. Lagian, bagaimana kalau ternyata Kunyuk itu juga menyukaimu?" tutur serta tanya Kangin. Ia melambaikan tangannya pada seseorang yang ia kenal saat mereka tengah berjalan. Donghae melihat siapa itu dan ternyata adalah Yesung.

"Benar juga, tapi tetap saja Appa dan Eomma pasti akan sangat kaget," jawab Donghae. Dilihatnya beberapa yeoja yang ia kenal melambai-lambai ke arah mereka.

"YA! DONGHAE-ya! KANGIN-a!" seru seorang dari mereka. Donghae tahu itu adalah Yuri. Kawan mereka di kelas tadi.

"WAE!?" teriak Kangin tak kalah seru—mengingat jarak mereka yang cukup jauh.

"Nanti malam kalian harus datang, ne! Kalau tidak datang, kalian besok mati!" seru seorang lagi. Yang satu ini Donghae tidak mengenalnya, karena rasanya ia baru melihat sekali ini.

"LIHAT NANTI SAJA, NE!" teriakan terakhir dari Kangin. Yeoja yang tadi mengancamnya mengacungkan kepalan tangannya dan ditanggapi senyuman lebar dari Kangin, Donghae hanya tersenyum.

Kembali mereka melanjutkan perjalanan menuju ke kantin.

"Sampai mana kita tadi?" tanya Kangin. "Orang tuaku," jawab Donghae singkat.

"Ah, benar. Kalau kalian sembunyi, itu tak masalah bukan?"

"Itu namanya berbohong pada orang tuamu,"

"Sekali ini saja, Hae. Biarkan hatimu yang menuntunmu untuk melakukan apa, jangan kau pikirkan dengan kepalamu,"

"Kau gila?"

"Sedikit,"

"Ck. Aneh. Pantas saja tak ada yang mau denganmu. Selain penampilanmu yang mirip preman ternyata otakmu juga tak beres,"

"Kau mulai lagi, Hae..." -.-'

"Haha, baiklah. Aku akui kau memang tampan dan menggairahkan,"

"WHAT?! Aku seme! Aku tak sudi bercinta denganmu!"

"Aku tahu. Hanya ingin menggodamu,"

"Jangan goda aku dengan cara seperti itu. Aku sangat mencintai Leeteuk dan cukup hanya dia seorang yang boleh menjamahku," jawab Kangin. Donghae tertawa keras mendengarnya. Mereka telah sampai di kantin dan kini antri menunggu giliran makan mereka.

"Kau berani?"

"Apa?"

"Mengakui perasaanmu pada Eunhyuk. Kalau kau berani, kuanggap kau melakukan tugas mulia dan kau akan masuk surga, kekeke~"

"Ck. Tantangan macam apa itu? Entahlah. Aku masih bingung,"

"Jangan lama-lama atau nanti Eunhyuk diambil orang lain, Hae," kata Kangin menyudahi pembicaraan mereka. Mengambil jatah makannya.

Donghae di belakangnya memikirkan kata-kata itu.

=== S Y E ===

Tbc...


Cchi: Kalian tau? Ryuu itu setelah comeback jadi pelit banget. Ini sebenernya mau dipost sampe 4k kata, tapi Ryuu cuma ngizinin 2k-an. Ya jadilah nanggung begini.. Mianhae

Ryuu: Masalahnya, Saya yakin walaupun banyak pun tetap bakal sedikit yang review.

Cchi: *bisik-bisik sama Shii* nah tuh kan.. dia emang berubah.

Shii: /ikut bisik-bisik/ iya, sepertinya (?) wks.

Cchi: Oh iya, perkenalkan ini Shii. Partner kita. Project ff kali ini dia yang buat, aku juga ikut terlibat, tapi tetap aja Ryuu yang megang kendali publishnya *sigh*

Ryuu: Saya hanya akan diam.

Shii: NAH! Daripada suasana tambah nggak ngenakin(?) mending kalian review aja deh. Sian mereka kan ya. Gue sebenarnya rada ngga paham situasinya dulu dan sekarang apa bedanya, wks. Mohon review lah ya, buat ngehargain gue sebagai author baru. Dan SALAM KENAL!

Cchi: Kamsahamnida ne udah mau baca.. ^^

Cchi&Shii: REVIEW JUSEYO! :)

NOTE:
KKT = Khayalan Tingkat Tinggi