Fairy Tail Disclaimer by Hiro Mashima
Beauty and The Beast Disclaimer by Disney
Happy Reading
Malam tenang di Magnolia. Lucy yang sedang kebanjiran inspirasi tengah menulis novel di apartemennya. Setelah berjam-jam berkutat dengan pena dan kertas, gadis penyihir roh suci itu pun merenggangkan punggungnya yang terasa kaku.
"Ara... Sudah waktunya tidur, aku sudah menulis banyak hari ini," ujarnya puas setelah membaca kembali karya tulisnya. Waktu memang sudah menunjukkan pukul 10 malam, sudah waktunya Lucy meluruskan punggungnya di atas kasur.
Namun, belum juga Lucy menaikkan tubuhnya ke tempat tidur, sebuah benda berwarna biru dan putih melesat cepat menerjangnya dari arah jendela.
BUKK!
"Aaaaa! "
"Lucy!"
"Happy! Luce!"
Lucy terkapar di lantai dengan mata berputar dan bintang-bintang di atas kepalanya. Happy si Exceed biru tengah menangis di atas perut Lucy dan Natsu tengah duduk di atas kasur Lucy dengan nyamannya.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN MALAM-MALAM BEGINI?! " teriak Lucy setelah sadar. Matanya melotot marah sembari menunjuk-nunjuk si Biang keladi, Natsu dan Happy.
"Huft! Tanyakan saja pada Happy!" jawab Natsu, pipinya digembungkan sembari memalingkan wajahnya, tangannya ia sedekapkan di depan dada.
"Kenapa aku?! Kau saja Natsu yang mengaku? " giliran si Kucing yang berteriak, nampaknya merajuk.
"Hee.. Kau kan yang kesini ingin mengadu pada Luce kan? Ya sudah kau bilang saja padanya! Lagipula, Luce pasti akan mendukungku! Ya, kan, Luce? " Natsu menatap kembali Lucy.
"Apa ini aku tidak mengerti?" Lucy bergumam, tangannya menghadang wajah Natsu yang terlalu dekat dengan wajahnya. 'Pertengkaran ayah dan anak, ka?' pikir Lucy.
"Oh iya! Itu benar!" Happy menepuk pelan kepalan tangannya dengan tangan kirinya, lalu kembali histeris.
"Natsu! Natsu memakan semua ikanku! Padahal, aku ingin memakannya nanti, tapi, dia malah sudah menghabiskan semuanya! Lucy, dia benar-benar jahat! " Happy mulai mengadu, dia mulai menangis dengan kerasnya di dada Lucy.
"Hee?"
"Itu karena sebelumnya kau juga memakan persediaan makananku, Happy! Lagi pula, ikan itu aku yang memancingnya! Berarti itu milikku. " Natsu membela diri.
"Tapi kau kan sudah memberikannya padaku! Berarti itu milikku!"
"Milikku! "
" Milikku! "
"Milikku!"
"Diam! " teriak Lucy menghentikan pertengkaran kekanakan Natsu dan Happy. Wajah Lucy memerah dan asap mengepul di atas kepalanya tanda dia benar-benar marah.
"Pertama. Natsu, bisakah kau tidak egois? Kau yang salah. Ganti ikan milik Happy! " perintah Lucy dengan telunjuk mengacung tepat di wajah Natsu.
"H-Hai!" ucap Natsu tergagap karena takut.
"Kedua!" telunjuk Lucy beralih pada si Kucing, "Happy, bisakah kau meminta izin terlebih dahulu sebelum memakan makanan Natsu? Dan jangan pelit, berbagilah dengannya! Sekarang, berbaikan!"
"H-Hai!" ucap Happy yang sama-sama ketakutan. Keduanya mengkeret di pojokan.
"G-Gomenne, Natsu... " ucap Happy sembari memeluk Natsu.
"G-Gomenne, Happy... " ucap Natsu juga sembari memeluk Happy.
Lucy mengangguk puas. Kemudian dia berjalan kearah tempat tidurnya dan berbaring di atasnya. Sebelum menutup matanya untuk tidur, dia berkata, "Sekarang, pulang! Aku mau tidur."
Entah karena keberanian mereka sudah kembali atau apa, Happy malah ikut tidur bersama Lucy. Begitupun dengan Natsu yang juga tidur miring di ujung tempat tidur. Keduanya memeluk Lucy membuat gilirannya yang histeris di tengah malam.
"Kenapa malah tidur di tempatku?! Pulang sana! "
"Aku mau tidur disini. Tempat tidurmu enak, Luce.." jawab Natsu yang malah makin menggeser tubuhnya ke tengah.
"Aku tidak mau hanya tidur berdua dengan Natsu. Lagi pula siapa yang mau tidur dengan monster pemakan ikan! " Happy menggembungkan pipinya dengan tangan bersidekap. Jelas masih tidak terima tentang masalah ikannya.
"Hei! Siapa yang kau panggil Monster pemakan ikan? Justru kau Happy yang Monster pemakan ikan!"
"Kau yang Monster, Natsu! "
"Kau, Happy! Aku seorang Dragon slayer!"
"Bukan! Kau Monster, Natsu! Aku seorang Exceed! Baka! "
Lucy menyerah sudah. Dengan kepala tertunduk dan badan yang lesu, dia turun dari tempat tidur dan duduk di kursi tempat dia menulis tadi. Memperhatikan kedua temannya yang tengah bertengkar dan memonopoli tempat tidurnya.
Lalu, sebuah buku menarik perhatiannya. Lucy mengambilnya dan membaca judulnya. Sebuah lampu menyala di atas kepalanya.
"Baiklah kalian berdua! Berhenti bertengkar! " ucap Lucy. Kini dia sudah berdiri di sisi tempat tidurnya. Kedua tangannya di pinggangnya dan wajahnya ia tunjukkan segarang mungkin.
"Tapi, Luuucy! Dia Monster pemakan ikan! Tidak ada seorang pun yang mau tidur dengannya!" tangis Happy lagi. Yang disebut 'Monster' memunculkan kembali sudut siku-siku di kepalanya.
Sebelum Natsu kembali meladeni amarah Happy, Lucy kembali naik ke tempat tidur dan duduk selonjoran di antara Natsu dan Happy. Buku tadi di atas pangkuannya, lalu, Lucy pun bertanya , "Nah, Happy, apa kau pikir tidak ada seorang pun yang mau tidur dengan monster?"
"Tentu saja tidak ada! Terutama Monster pemakan ikan! Tidak ada yang mau! " jawab Happy yang kembali memancing amarah Natsu.
"Hei!"
"Padahal ada, Happy! " ucap Lucy, membuat Happy kaget. Natsu menatap Lucy dengan alis terangkat.
"A-Apa? Ada yang mau tidur dengan Monster pemakan ikan? I-itu mengerikan!"
"Sebenarnya aku cukup yakin dia bukan Monster pemakan ikan seperti Natsu, tapi, ya, dia cukup suka ikan seperti kau. Dan juga, dia cukup kejam seperti Natsu. Bahkan lebih! "
"H-Hei! Kenapa aku lagi?" giliran Natsu yang merajuk.
"A-Aku tidak percaya ada orang yang mau tidur bersama monster yang lebih kejam dan jahat daripada Natsu. Dia pasti sangat pemberani atau mungkin sudah gila. Apa mereka tinggal bersama atau hanya tidur bersama semalam lalu kabur? " tanya Happy. Matanya memancarkan rasa penasaran. Lucy melirik Natsu dan mendapati dia sama penasarannya dengan Happy.
"Aku akan menceritakannya, tapi, dengan syarat. Sesudah selesai, kalian pergi dan tidur di rumah kalian, janji? "
"Ha'i! Ha'i! Sekarang cepatlah ceritakan, Luce!" pinta Natsu antusias. Dia memeluk kaki Lucy supaya tidak terjatuh yang sukses membuat Lucy merona.
Lucy menggeser tubuhnya semakin menempel pada Happy, "I-iya! Baiklah! H-Happy geser!" Lucy pun mulai membuka bukunya.
"Sebenarnya aku tahu kisah ini dari Mama ku saat kecil. Katanya, itu adalah kisah yang telah lama dan sangat terkenal sehingga punya buku sendiri agar terus diingat dan kembali diceritakan lagi dan lagi. Ya seperti yang sedang aku lakukan pada kalian."
"Kisah ini terjadi di Benua Biru. Letaknya jauh, jauh sekali dari Fiore. Bahkan terlalu jauh hingga kehidupannya jauh berbeda di sini. Ini bermula ketika Princess Issabella Swan dari Selatan, kehilangan ayahnya, King Maurice Swan ke dua dari Selatan... "
"Luce! Kau membuatku bingung!" potong Natsu. Alisnya mengkerut dalam tanda dia memang benar-benar bingung. "Gunakan nama yang mudah! Aku sama sekali tidak ingat mana yang ayahnya mana anaknya!"
"Tapi itu memang nama mereka, Natsu."
"Ganti saja! Ganti dengan nama kita atau apa agar aku mudah mengerti! Yang pentingkan jalan ceritanya."
Lucy menghela nafas lelah, "Baiklah-baiklah."
"Aku ulangi. Cerita ini berasal dari tempat yang jauh dari sini, Benua Biru. Di sana hidup seorang putri bernama Lucy Heartfilia dan ayahnya, Jude Heartfilia... "
Sang Putri, Lucy, sudah tidak memiliki ibu karena meninggal saat dia masih kecil. Karena penyakit yang belum ada obatnya, kata ayahnya, Jude, dulu. Lucy sangat bersedih tentu saja, sama seperti warganya yang juga merasa kehilangan sosok Ratu yang begitu baik hati. Tapi, itu tidak berlangsung lama karena Lucy masih memiliki ayahnya yang juga sangat menyayanginya seperti Mamanya.
"Hime, papa akan pergi berkunjung ke Negeri Utara untuk beberapa lama. Sudah lama papa tidak mempererat pertemanan ayah dengan Raja Weisslogia. Aku harap kau mengerti. " ujar Raja Jude suatu hari.
Lucy hanya tersenyum dan menjawab dengan lembut dan penuh perhatian, "Tentu saja aku mengerti, Papa. Tapi, berhati-hatilah, papa. Papa tidak boleh mengambil jalan pintas lewat Hutan Hitam itu. Kata orang-orang, tempat itu dikutuk."
Raja Jude tersenyum mendengar perkataan putrinya yang ternyata begitu mengkhawatirkannya.
"Baiklah, Hime, papa berjanji. Jadi, apa yang kau mau sebagai oleh-oleh? " tanya Raja Jude sembari mengusap penuh sayang kepala anaknya.
"Aku tidak mau apa-apa, papa. Papa pulang dengan selamat saja, aku sudah bersyukur."
"Tidak, tidak. Kau selalu mengucapkan itu setiap aku pergi ke kerajaan lain. Kali ini pintalah sesuatu. " paksa Raja Jude sembari mengeleng-gelengkan kepalanya.
Lucy terkekeh, dia memang jarang meminta oleh-oleh ketika ayahnya mengunjungi kerajaan tetangga. Baginya, ayahnya yang pulang dengan selamat adalah buah tangan terbaik sepanjang masa. Namun kali ini, Lucy berpikir apa yang dia inginkan.
"Um.. Sebenarnya ada. Aku membaca di buku, Negeri Utara adalah kerajaan pelabuhan yang kaya akan hasil ikannya. Katanya, itu karena dulunya kerajaan itu adalah pertemuan dari keempat samudra. Selain mengakibatkan garam di sana terasa lebih gurih, ikan-ikan di sana juga unik-unik dan langka."
Raja Jude memperhatikan putrinya yang tengah menjelaskan panjang lebar tentang Negeri Utara. Terlalu lama duduk diam di perpustakaan kerajaan membuatnya secerdas ini.
"Jadi papa, bolehkah aku mendapatkan satu ikan dari sana? Katanya, ikan di sana adalah yang terbaik di dunia. " pinta Lucy pada akhirnya. Raja Jude tertawa keras mendengarnya.
"Kupikir kau harusnya meminta permata atau baju baru dari sana, tapi, kau malah meminta ikan untuk makan malam, Hime? Hahaha! "
Lucy mengerucutkan bibirnya. Memang sih permintaannya cukup aneh, tapi, dia memang benar-benar ingin merasakan masakan ikan dari sana.
"Baiklah, Hime. Papa akan bawakan kau ikan dan papa akan pulang dengan cepat sehingga ikan itu masih segar saat tiba di sini. "
Lucy pun tersenyum lebar mendengarnya, lalu, memeluk papanya dengan erat. "Arigatou ne, papa."
Keesokan harinya, Lucy dan beberapa pelayan berkumpul di depan istana untuk mengucapkan selamat jalan pada ayahnya.
"Ne, papa, berhati-hatilah. "
"Tentu, Hime. Baik-baiklah di rumah." dengan itu Raja Jude pun memasuki keretanya. Tentu setelah mencium kening putri tersayangnya.
Saat kereta berjalan, Raja Jude melambaikan tangannya. Lucy menatap kereta ayahnya hingga menghilang karena jarak.
"Ne, Virgo. Aku sungguh merasa cemas melihat papa pergi. " ucap Lucy pada salah satu pelayan setianya.
"Anda memang selalu cemas setiap Baginda Raja pergi, Hime."
"B-bukan seperti itu. I-ini, perasaan ini, seolah-olah aku tidak akan bertemu papa dalam waktu yang lama. Perasaan ini, seolah firasat yang mengatakan akan ada sesuatu yang memisahkan kami. " Lucy menyentuh dadanya yang berdetak tidak karuan.
"Tenanglah, Hime. Lagi pula ada Panglima Taurus dan pengawalnya. Tentu mereka bisa melindungi Baginda Raja."
Lucy mencoba percaya pada perkataan Virgo. Ya, lagipula ada Panglima Taurus bersama ayahnya, panglima terkuat se-Negeri Selatan. Ya, Lucy percaya Panglima Taurus dan pengawal terlatihnya bisa melindungi ayahnya.
"Papa, cepatlah pulang dengan selamat..."
"Negeri Utara, seperti yang dijelaskan Lucy, adalah kerajaan pelabuhan. Letaknya di ujung sebelah utara Negeri Selatan, kerajaan dimana Lucy dan ayahnya tinggal. Negeri Selatan pun sebenarnya juga berada di ujung selatan yang mengakibatkan jaraknya begitu jauh dengan Negeri Utara. "
" Untuk menuju Negeri Utara, setidaknya mesti melewati empat kerajaan kecil lain. Namun, sebenarnya ada jalan pintas yang dapat memotong waktu perjalanan dari yang seharusnya empat hingga lima hari menjadi sehari saja. "
" Tapi, perjalanan yang harus dilewati sangatlah berbahaya. Untuk sampai ke Negeri Selatan melalui jalan pintas haruslah melewati Hutan Hitam terlebih dahulu yang katanya terkutuk. "
"Apa maksudnya 'terkutuk' seperti telah dikutuk oleh sihir Tartarus atau apa?" tanya Natsu, tangannya masih memeluk kaki Lucy.
"Hee? Bukannya Guild Tartarus sudah kita kalahkan dulu? " giliran Happy yang bertanya dengan panik, tangan kecilnya juga memeluk erat kaki Lucy.
"Tentu saja bukan. Di Benua Biru, tidak ada yang namanya sihir seperti yang kita gunakan atau kutukan seperti yang anggota Tartarus gunakan. Di sana, lebih seperti Edolas. Tapi, masih ada beberapa yang bisa melakukan sihir seperti penyihir yang berkelana dan tua di sana, itu pun jumlahnya sedikit. Dan ada juga yang bilang, hanya Elf atau kita sebut di sini sebagai Peri, yang bisa menggunakan sihir. " jelas Lucy panjang lebar.
"Hei! Kita juga peri, apa maksudmu ada anggota guild kita yang berkelana ke sana?" tanya Natsu lagi.
"Um.. Sepertinya bukan. Sepertinya yang disebut Elf atau peri dikisah ini adalah yousei. Peri sungguhan seperti yang Shodai katakan. "
"Hm.. 'Apakah peri punya mempunyai ekor? Dan apakah peri benar ada? ' maksudmu peri yang itu, Lucy?"
Lucy mengangguk, "Ya, kurasa."
"Woaaa! Jadi Shodai benar! Peri yang benar-benar asli memang benar ada. Kita harus memberitahu Kakek dan Shodai! Mereka pasti akan menyuruh kita ke sana untuk menemukan Elf itu! " ujar Natsu menggebu-gebu.
"Tapi, Natsu, kisah ini sudah beratus mungkin beribu tahun lamanya. Jadi kemungkinannya, meskipun di sana memang ada peri, pasti sama halnya dengan di sini, sulit ditemukan. Lagipula, tempat itu sangat jauh. Memangnya kau kuat berada di atas kapal berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun? " tanya Lucy yang sukses menciutkan nyali Natsu.
"Kau benar. Mendengarnya saja aku sudah merasa mual."
"Tunggu! Jangan bilang ayahmu akan melewati Hutan Hitam, Lucy! Pasti ayahmu tahu kalau ikan tidak bisa bertahan selama empat hingga lima hari?! " tanya Happy yang mulai kembali panik. Ada apa dengan kucing biru itu malam ini? Kenapa mudah sekali histeris?
"Ya, sayangnya, ayahku tahu hal itu. Jadi, Raja Jude memberi titah pada Panglima Taurus untuk melewati Hutan Hitam agar segera sampai rumah."
"Tidak! Cegah dia, Lucy! Cegah! Jangan biarkan dia melewati hutan yang dikutuk! Ikannya pasti akan berubah menjadi tidak enak! Aku yakin itu! "
"Apa itu yang kau pikirkan? Ikannya?" Lucy balik bertanya, sweatdrop bertengger di dahinya. "Seandainya aku bisa, Happy. Aku juga ingin mencegahnya, tapi..."
"Raja, saya mohon. Pertimbangkanlah kembali. Hutan Hitam terlalu berbahaya untuk dilewati, lebih baik kita melewati jalan memutar seperti biasa tapi pulang dengan selamat. " Panglima Taurus memohon dengan sangat pada Raja Jude. Tapi sayang tak dihiraukan sama sekali.
"Taurus, kalau kita melewati jalan memutar seperti biasa, ikan Lucy akan mati sebelum kita sampai rumah. Dan meskipun ini ikan terbaik di dunia, tetap saja rasanya tidak akan enak jika dimasak saat sudah mati apalagi busuk. Kau tahu aku hanya menginginkan yang terbaik untuk putriku. " Raja Jude memang terkenal baik hati, tapi, dia juga terkenal dengan sifat keras kepala dan teguh pendiriannya. Panglima Taurus adalah orang yang mengenal baik hal itu. Jadi, dengan berat hati, dia memerintahkan pasukannya untuk mengarahkan kereta ke Hutan Hitam.
"Tidak akan terjadi apa-apa. Aku tahu aku akan pulang dengan selamat. " ucap Raja Jude sembari memeluk kotak kaca berisi 3 ekor ikan berwarna perak mengkilat. Ikan pesanan Lucy dari kerajaan Negeri Utara.
Untuk beberapa lama, rombongan Raja Jude melewati Hutan Hitam tanpa gangguan sedikitpun. Walaupun dengan suasana mencekam karena jalan yang gelap dan suara hewan malam, tidak ada hal berbahaya lain yang mereka dapatkan. Bulan purnama menggantung di atas kepala mereka. Namun, sama sekali tidak membantu menerangi jalan di Hutan Hitam. Malahan, membuat hutan terasa semakin menakutkan. Seakan, semua yang ada dalam Hutan Hitam menjadi jahat dan berbahaya, termasuk bulan itu sendiri.
Panglima Taurus dari awal sudah memperkirakan tidak akan ada penjahat yang berani merampok rombongan mereka di sini, tapi, Panglima Taurus lebih mengkhawatirkan kekuatan yang tersembunyi di dalam Hutan Hitam. Dengan gelisah, Panglima Taurus mengawasi keadaan dari dalam kereta. Di depannya, Raja Jude telah tertidur di kursinya.
"Loke, bagaimana keadaan di luar? " bisik Panglima Taurus pada salah satu bawahannya.
"Keadaan aman. Namun, aku tidak bisa menghilangkan perasaan mencekam ini, tuan." jawab Loke sama gelisahnya.
"Bagaimana keadaan depan dan belakang rombongan? "
"Sama. Sagittarius dan Capricorn juga merasakan hal yang sama. Tapi, keadaan masih aman."
"Baiklah. Tetap waspada! "
Untuk beberapa lama, Raja Jude dan rombongan pengawalnya melewati hutan dengan tenang. Namun, tiba-tiba saja hutan menjadi sunyi. Sangat sunyi hingga suara angin pun tidak terdengar. Kemana hewan-hewan malam yang tadi bersuara itu?
Panglima Taurus dan anak buah terpercayanya menyadari hal itu. Kereta pun berhenti. Semua orang dalam keadaan waspada dan siap siaga menghadapi serangan dari... Dari apapun itu.
Raja Jude yang semula tidur, terbangun karena merasakan kesunyian yang mencekam. Pegangan pada kotak kacanya semakin erat.
Semendadak kesunyian itu datang, secepat itu pula badai salju datang. Angin yang menerbangkan salju seolah berasal dari segala penjuru arah. Belum hilang rasa terkejut mereka, dari arah samping sebuah suara melengking yang mengerikan menggema. Setiap sendi manusia-manusia itu bergetar hebat merasakan kengerian.
"Apa... Itu? " tanya Raja Jude dengan berbisik. Peluh menetes dari keningnya padahal suhu melonjak turun dengan drastis. Bahkan hidungnya mimisan karena itu.
"Jalankan keretanya! JALANKAN KERETANYA!" pekik Panglima Taurus. Kereta pun kembali bergerak melawan angin. Semua orang tahu, jika mereka tidak berhasil keluar dari hutan ini dengan cepat, apapun makhluk itu yang melengking tadi, akan menangkap mereka. Dan mereka tidak akan pernah bisa keluar.
Kereta Raja Jude melaju dengan cepat di tengah badai salju itu. Kini, Panglima Taurus yang langsung mengendarai kereta. Dia tak cukup percaya pada kusir sebelumnya untuk mengendalikan kereta di tengah badai salju dan jalan berbatu dengan jurang di sisi kirinya.
'Salju di musim panas. Suara melengking yang mengerikan. Hutan ini benar-benar dikutuk! ' ucap Panglima Taurus dalam hatinya.
Satu jam merasa aman dari makhluk yang melengking tadi, tiba-tiba sebuah suara kepakkan sayap yang sangat besar terdengar di belakang mereka. Seiring dengan itu, angin pun berhembus semakin kencang dari arah belakang.
"Bertahan! Tetap melaju! " teriak Panglima Taurus.
Makhluk itu, apapun makhluk itu, mereka harus lepas darinya. Tidak dapat terbayangkan apa yang akan terjadi jika mereka tertangkap.
Di tengah ketegangan itu, sebuah batu meluncur dari tebing di atas mereka. Batu besar itu menggelinding dan menghantam keras kereta Raja Jude. Melemparnya ke sisi jurang. Dengan kemampuan Panglima Taurus, kereta mampu bertengger di ujung tanah.
"Cepat! Selamatkan Baginda Raja! "
Loke dengan beraninya mendekati pintu kereta yang sebenarnya menggantung di atas jurang gelap. Entah berapa dalamnya jurang itu.
"Pegang aku!" Loke mengencangkan tali yang dia ikatkan di pinggangnya. Sagittarius dan beberapa prajurit lain memegang erat ujung yang lain, menahan tubuh Loke untuk tidak jatuh. Capricorn dan prajurit lain berjaga di berbagai arah, bersiaga akan adanya serangan lain. Sisanya membantu kereta supaya tidak terjatuh. Setidaknya hingga Raja Jude keluar.
"Raja, raih tanganku! " Loke mengulurkan tangannya sejauh mungkin pada Raja. Raja Jude yang masih linglung karena mendapat benturan tepat di kepala, mengerang dan mulai menggapai tangan Loke. Tak disangka, kotak kaca berisi ikan masih dipeluknya erat dengan tangan kirinya.
"Cepat! " teriak Panglima Taurus.
Seolah mendengar teriakan sang Panglima, makhluk tadi kembali melengking. Kini terasa lebih dekat. Mendengarnya, Loke semakin mengulurkan tangannya menggapai Raja Jude. Jari tengahnya bersentuhan dengan jari Raja, tapi, masih belum sampai.
Tiba-tiba angin kencang itu kembali. Semakin kuat, semakin kuat. Lalu, WUSSSH! Sesosok makhluk di kegelapan melewati mereka. Makhluk yang pastinya berukuran besar. Dan mungkin saja, sangat membenci keberadaan rombongan Raja Jude. Semua prajurit terpana, terpana karena takut akan kengerian yang makhluk itu bawa. Kemudian, BRUAK!! Makhluk itu menubruk kereta. Panglima Taurus ditarik salah seorang prajuritnya. Namun, sang Baginda Raja... Raja Jude terjatuh bersama keretanya. Teriakan Panglima dan para pengawalnya mengiringinya hingga ditelan kegelapan. Raja Jude, jatuh ke dalam kegelapan.
To be continued
.
.
.
.
-Pojok Curhat Author -
Perkenalkan semuanya, aku author baru di sini. Dan, ya, lumayan baru juga di fandom Fairy Tail. So, aku masih butuh banget yang namanya kritik juga saran (flame juga silahkan, iti hak kalian).
Dan untuk cerita ini, aku memang terinspirasi banget dari dongengnya Disney, tapi aku usahakan untuk tidak terlalu jiplak. Well, harap tinggalkan jejak, ne?
Arigatou :) :) *
