An Avengers Fanfiction,
Average
by SenjaRizh
Avengers by Marvel Comics and Studio
"Saya tidak mengambil keuntungan materiil apa pun atas pembuatan fanfiksi ini."
Rating K
Stony. Steve Rogers/ Captain America x Tony Stark/ Iron Man. BL/Slash.Sekumpulan Drabble. Semi-Canon. Fluff/Humor. Receh, maybe?
Don't Like, Don't Read!
[xxxxx]
#Late #Stony #StrangeIron (cameo doang)
.
.
Percaya atau tidak, kadar romantisme Tony Stark lebih rendah dibanding dengan ketahanannya akan minuman beralkohol. Kalau perlu bukti, kau bisa tanya kepada Nona Pepper Potts. Dia hampir jadi saksi hidup bagaimana realita kehidupan pemilik industri terbesar di dunia selama kurang lebih enam tahun.
"Steve, percayalah, kau lebih baik membawa pelumas baja atau vodka daripada bunga dan coklat untuknya." Itu komentar pertama yang diberikan kepada Steve ketika ia hendak meminta saran kepada sang asisten eksklusif.
"Potts, tidak adakah perbandingan yang lebih baik dari itu?"
Pepper menggeleng mantap. Sosok yang pernah menjabat sebagai mantan kekasih terlama si manusia besi menghela nafas. Ia bersedekap di sandaran kursinya.
Entah, sore itu pertemuan mereka bisa dianggap penting atau tidak. Mengingat dia--sebagai tangan kanan terpercaya sang bos tengah tinggalkan dua tumpuk dokumen--milik atasan--untuk direvisi.
Pepper kembali cermati keluhan dari sang rekan minum kopi. Bukannya dia tak hargai usaha seorang kapten yanh membawakan benda mahal berbau romantis--dia tak tega sebutkan kata "feminis" yang merujuk pada "kesukaan wanita". Hanya saja, lebih tepat... ia tak ingin jika mawar atau coklat--yakin, jika didalamnya akan disiapkan selingkar cincin atau apalah--sebagai senjata untuk menarik hati Tony.
Percayalah, ia jamin rencana barusan akan terbuang percuma di tempat sampah. Terlupakan.
"Jadi... Ini belum cukup sebagai ucapan--"
Steve bahkan tak mampu selesaikan frasa setelah gelengan tegas diterimanya dari Pepper. Dia sudah terlalu hafal pada watak luar sampai dalam kepala Tony seperti mengingat perkalian satu dikalikan satu.
"Belum. Aku lebih yakin Tony akan lebih tertarik jika kau beritahu rahasiamu awet muda dengan serum antitua atau semacamnya,"
Itu bercanda. Tetapi Steve menanggapi sedikit--hampir-- serius. Alis kanannya terangkat cemas.
"Baiklah, aku tak serius Kapt," sedikit menahan gelak tawa, wanita dewasa melanjutkan bicara, "tapi... " ia berdeham dengan ragu.
"...daripada itu, harusnya kau datang lima menit yang lalu, Kapten,"
Mata sebening langit menyipit. Tak menangkap makna juga maksud Pepper.
"Mengapa memang?"
"Karena...sudah ada yang melakukan rencana sepertimu barusan."
"Benarkah?"
"Yup." Pepper mengambil nafas sejenak, "sudah ada pengisi tempat dudukmu malam ini, Steve," tepukan prihatin diberikan pada punggungnya.
"Dan kau tahu siapa dia."
Oh. Steve tahu siapa yang Pepper maksud. Sudah jadi rahasia umum lelaki yang disebut wanita tangguh sebagai rival abadi perebut perhatian si armor besi.
"Lalu, bagaimana bisa dia dapatkan kursi makan malamku?"
"Ah, Steve..."
Pepper cukup bingung memberi jawaban. Jeda sejenak ia pakai berpikir. Seolah ingat akan satu hal--ia jentikkan jari hanya untuk sekejap merogoh tas. Tak Lama, secarik kertas sudah disodorkannya pada Steve.
"Tanyalah padanya, oke?"
Steve, tatapannya seolah butuh belas kasih ikuti apa kata sang asisten perusahan Stark untuk membaca tiap kata di sana.
Jasa Konsultan Patah Hati.
"Sembuhkan luka tak kasat mata, terlebih oleh mantan dalam sekali ketukan jari."
Oleh
Si Penyihir Greenwich, Stephen Vincent Strange._
.
.
.
Baiklah. Sampai beberapa detik ke depan, Steve Rogers kehilangan tiga hal: nafas, suara dan kata.
My God. Dia... bercanda, kan?
.
.
FIN
.
.
a/n: edited done. Asalnya post di fb, dan... pendek? Iya pendek. Begitulah mood saya yang turun naik ini. So, pembaca yang berkenan, silakan fave, save, follow, or review. Ada kemungkinan drabble ini akan berlanjut--sesuai hati dan ide kalau lagi mengalir, tapi... #disavlok
Okay, thank you so much for my readers and best regard,
SenjaRizh
