Disclimer © Naruto by Masashi Kishimoto

© Kuroko no Basuke

Warning : Abal, Gaje, Pikasebeleun, OOC, dan kegagalan lainnya.

Don't Like? Get easy to close this site.

.

.

.

~Wind~

.

.

.

"Naruto."

Seorang yang dipanggil namanya membuka kedua batu saphire-nya yang sedari tadi masih tertutup. Mengangkat kepala dari paha seseorang yang tadi ia jadikan bantalan untuknya tidur dan lekas menatap sang lawan bicara.

"Hm?" gumamnya. Menatap sosok gadis dengan surai merah muda yang menyender di kasur khusus pasien rumah sakit yang tentunya sosok itu tengah menggunakan baju rumah sakit. Menatap sedemikian lembut sama hal dengannya.

"Kau sebaiknya pulang. Bukannya besok adalah pertandingan final kalian?" tanya sosok itu yang membuat Naruto tersenyum.

"Tidak apa-apa. Aku ingin menemani Sakura-chan. Rumah selalu sepi" Naruto merebahkan kembali kepalanya di paha sang gadis. Menyamankan posisinya sementara tangan sang gadis mulai mengusap surai pirang miliknya.

"Tidurmu tidak akan senyaman di rumah. Setidaknya di rumahmu ada kasur bukannya sofa." Ujar Sakura sedikit menggunakan nada paksaan untuk membuat manusia pirang di pahanya segera berIstirahat setelah menjaganya seharian ini. Namun nyatanya sang pemuda menggeleng. Menolak apa yang baru saja gadisnya perintahkan padanya.

"Aku selalu senang disini. Menjagamu. Membantumu." Sakura mendesah karena gagal membujuk si pirang, namun tak bisa dipungkiri seukir senyum tak bisa ia sembunyikan dari wajahnya.

"Selain itu, permainanku tidak terlalu bagus hingga selama pertandingan SMA Konoha, aku selalu menduduki bangku cadangan."

Sakura mengerjap untuk sekian detik. Membayangkan beberapa waktu kebelakang tentang apa yang baru saja Naruto bicarakan. Ia alihkan netranya menatap keluar jendela dimana langit hitam bertabur bintang tergambar jelas di hadapannya. "Apa kau bermain seburuk itu?" gumamnya hampir tak jelas.

"Kurasa begitu." dan Sakura kembali mendesah. Menepuk kepala Naruto pelan.

"Bodoh." Naruto meringis menerimanya.

...~Wind~...

Priit

Peluit panjang pertandingan ditiup sang penguasa lapangan. Melemparkan bola setinggi tingginya untuk para pemain merebutnya.

Satu pemain dari masing masing tim, SMA Konoha dan SMA Suna melompat untuk mendapat bola sampai Lee yang pertama kali mendapatkannya. Ia tersenyum.

"Dapat." Saat itu juga Lee menepisnya tepat menuju arah Kiba. Dan Kiba menerima bola itu dengan baik.

"Bagus, Lee. Ayo semuanya , kita hancurkan mereka." Teriak Kiba optimis sambil mendreable bola. Melangkah dengan tangan menunjuk tempat untuk temannya bersiaga.

"Lee, bersiap-."

Sreet

"Tidak untuk Suna." suara berbisik yang samar terdengar di telinga Kiba membuat sang empu menegang karenanya.

Tap

Bola yang tadinya ia bawa dalam sekejap telah ada dalam dreable seorang pemain suna berambut merah, Sabaku Gaara yang dengan cepatnya berlari ke arah ring.

'Gawaat.' Kiba menatap dreable Gaara dengan wajah panik.

Duk duk duk

"Coba lihat ini." Gaara menyeringai. Melompat tinggi dan membalik badan membelakangi ring dengan senyum meremehkannya.

"Ini yang namanya menghancurkan."

Brak

Priit

09:54

[ Konoha - Suna ]

[ 00 ( 1 ) 02 ]

Sebuah slam dunk yang dilakukan Gaara cukup membuat pemain Konoha membeku di tempatnya. Terpaku dengan apa yang ia lihat dalam waktu enam detik terakhir. Skor untuk Suna tercetak.

Tap

"Kalian lihat..." ucap Gaara yang baru saja turun menapak di lapangan. Berjalan dengan santai melewati Kiba.

"... Konoha-yaro." bisiknya tajam membuat gigi Kiba bergemerutuk. Tangannya terkepal. Matanya menajam beriringan dengan Gaara yang menjauh darinya. "Lihat saja." geramnya.

"Kiba." Lee mengoper padanya yang dengan muda ia tangkap.

"Kali ini." Ujar Kiba. Baru saja Bola yang ia jatuhkan akan mengenai lantai, dengan sekejap mata bola telah menghilang dari tempat. Semua terbelalak kaget tak terkecuali Kiba yang mematung tak percaya. 'Omong kosong, ini terlalu cepat, bukan?'

"Kemenangan hanya untuk Suna." Ucap Gaara yang telah berada di bawah ring melewati Lee dan melakukan lay up.

Plush

Priit

09:38

SMA Konoha v SMA Suna

00 - 1 - 05

"Apa yang salah dengannya?" desis Sasuke. Memerhatikan bagaimana dengan lagaknya pemain berambut merah itu berjalan pongah di area pertahanan Konoha.

"Kheh, hanya berbaik hati saja, akan ku beritahu." Sasuke mengalihkan matanya. Menatap sosok di belakang yang sedikit lebih kecil darinya dengan pandangan bertanya nan tajam.

"Wilayah pertahananmu adalah wilayah kekuasaan Gaara. Asal perlu kau tahu, Gaara adalah pemain tercepat di Suna dan akan menjadi yang tercepat se-jepang jika kau penasaran." pemain itu tersenyum menyeringai, menepuk punggung Sasuke main-main.

"Kau di sini saja, kita main bayang-bayang. Kau jadi bayangannya." pemain berambut coklat itu merentangkan tangannya, menatap dari sudut matanya bagaimana Sasuke berusaha melepaskan diri darinya.

"Tidak akan." ucapnya. Sasuke berdecih. Beberapa kali ia melangkahkan kaki ke kanan maupun kiri namun tak menemukan celah untuknya keluar.

'Kuso!'

.

Kakashi bertumpu dagu. Memerhatikan bagaimana Sasuke yang mati langkah di dalam pertahanan seorang defender SMA Suna. Melihat bagaimana Sasuke berusaha melepaskan diri dari pemain tersebut yang nyatanya tak membuat ia bisa bergerak bebas.

'Sabaku Kankuro, kemampuannya dalam defense dan mengawal hingga sangat luar biasa, menjaga lawan membuatnya tak berkutik dan hanya akan bergerak ketika Kankuro menginginkannya. Sang Master Boneka asal Suna. Dia adalah dinding tinggi untuk Sasuke.' pikirnya dalam hati.

Kakashi melipat tangannya di depan dada. Menatap harap cemas pada pemainnya yang menuai titik buntu akan serangan maupun pertahanan. Seakan pemainnya bukan hal yang perlu diperhitungkan. Bahkan setiap menit yang berlalu, permainan dan skor pun dimainkan oleh SMA Suna. Bahkan defense-nya di obrak-abrik hanya dengan satu orang.

"Ayolah, Konoha." doanya pelan.

.

Priiit

00:00

Konoha v Suna

04 -1- 28

.

.

~Wind~

.

.

.

'Semua kelelahan. Pemain terbaik telahku mainkan semua. Tetap saja itu tak mampu mengimbangi tim Suna. Apa yang harus ku lakukan selanjutnya?' Kakashi memperhatikan pemainnya yang berada di dalam lapangan intens. Memerhatikan bagaimana terlihat jelas bahwa semua hampir mencapai batas kemampuan mereka. Bahkan untuk ketua tim, Uchiha Sasuke yang kemampuannya diatas pemain lain, nampak telah mencapai batasnya. Begitu pula Neji, Lee, Shino dan Kiba yang keadaannya lebih buruk dari Sasuke.

Mata hitam Kakashi melirik bangku cadangan, memperhatikan bagaimana pemain cadangan yang telah kehabisan stamina tertunduk lesu dengan handuk yang menutupi kepala mereka. Ia mendesah prustasi, memikirkan semua kemungkinan yang terjadi. Tentang rencana yang telah dibuat menjadi hancur saat permainan SMA Suna lebih agresif dari Konoha. Otaknya seakan tumpul dan siap menerima kekalahan dari SMA Suna. Namun matanya langsung terbuka saat mengingat satu fakta bahwa ia masih memiliki seorang pemain yang masih tersisa. Pemain yang tak pernah ia pakai bahkan terpikirkan selama ini.

'Apa aku bisa mengandalkannya? Tapi dengan permainannya Dia akan menghambat tim, Dreable bahkan shooting yang dimilikinya berada di batas pemain biasa.'

"Pelatih! A-aku sudah mencapai batasku!" Kakashi terbelalak kala mendengar Kiba yang berteriak dari dalam lapangan. Dan memang benar kondisinya sudah mencapai batasnya. Tangannya sudah bertumpu di atas lutut dengan keringat yang bercucuran dan nafas yang tersenggal-senggal.

'Tidak ada cara lain.' Kakashi mulai melangkah ke arah wasit. Berjalan dengan berat hati untuk pergantian pamain dan rencana.

"Out of Ball"

Teeet

"Naruto. Kau masuk!" Naruto terbelalak. Merasa tak percaya dirinya akan dimainkan dibabak final yang sangat penting ini. Bukannya merasa rendah tapi memang ia tak pernah dimainkan bahkan barang satu detik sekalipun. Hanya menduduki bangku cadangan saja jika ia tak salah ingat.

Brak

"A-Apa? Tak mungkin dia dimainkan, Pelatih. Permainannya terlalu biasa. Kita butuh sesuatu yang lebih dari pemain lemah sepertinya." Tentang Ebisu sembari berdiri. Menunjuk seseorang yang dimaksud Kakashi dengan tak terima. Sang pelatih mendesah.

"Aku tahu. Tapi kalian sudah mencapai batas, bukan? Aku tak bisa memainkan kalian."

"T-Tapi..."

"Kiba juga sudah mencapai batasnya." matanya melirik Kiba dan membuat semua pemain terdiam.

"Baiklah, Naruto. Kau masuk lapangan." Naruto mengangguk. Berjalan kepinggir lapangan dengan tubuhnya yang ia renggangkan sedikit melakukan pemanasan.

'Yosh, Aku pasti bisa.' ucapnya dalam hati meyakinkan diri.

Teet

Kiba berjalan lunglai ke arah Naruto. Tatapannya tajam mengintimidasi saphire di depannya. "Jangan sampai mengganggu alur permainan." ujarnya tajam. Melewati begitu saja tubuh Naruto tanpa tos yang biasa pemain lakukan.

Naruto menghirup nafas panjang. Memejamkan matanya berusaha berkonsentrasi akan permainan yang akan ia lakukan dan setelahnya ia melepaskan nafasnya perlahan.

"Yosh."

Kakinya melangkah. Berlari menuju bagian pertahanan dimana tempat Kiba berada sebagai point guard sebelumnya. Saphire-nya mengawasi pemain lawan yang saat ini tengah mendrible bola. Menatap tajam tepat pada manik biru miliknya dengan seringaian meremehkan.

Terlihat Gaara yang dengan lincah mendreable. Meliukan tubuhnya kesana-kemari berusaha melewati Neji yang menjaganya ketat. Dan saat kaki Neji terbuka lebar, dengan cepat Gaara meneroboskan bola di celah kaki Neji sedang dirinya memutar tubuh melewati Neji.

Tap

Bola kembali berada di tangan Gaara membuat Neji dan pemain Konoha lainnya terbelalak.

"Bermainlah serius." Ujar datar Gaara, melanjutkan drible cepatnya menuju ring Konoha.

"Gawat! Semua, kembali bertahan!" Teriak Neji, mulai berlari mengejar Gaara yang telah menjauh darinya.

Gaara melihat seorang pemain di hadapannya. Pemuda berambut pirang yang tengah mengambil posisi bertahan melawan dirinya. Ia menyeringai.

"Pemain baru lagi, 'kah? Menyedihkan." Kecepatan dreable Gaara tingkatkan. Bola beralih dari tangan kanan dan kiri bergantian dengan cepat. Melangkah ke kanan dan ke kiri mengecoh Naruto dengan kecepatan yang tak mungkin dimiliki pemain biasa. Melangkah cepat dengan gerakan zigzag membuat Naruto hanya bisa mematung di tempat.

Cket

Cket

Tap

"Keh, Mudah Sekali." ucap Gaara yang telah berdiri di belakang Naruto. Menangkap bola dengan kedua tangannya sebelum melompat kecil melakukan shoot pada ring.

Plush

Priit

Dua angka bertambah untuk tim Gaara, menjauhkan dua puluh point dari team Konoha yang berpoint 46 di menit ke tiga kuarter empat.

"Berjuanglah, pecundang." Gaara menepuk bahu Naruto, menyeringai meremehkan dengan dirinya yang berjalan menuju garis pertahanannya sendiri. Sedang Naruto hanya diam memerhatikan Gaara.

Buk

"Kenapa kau hanya diam, Hah? Pelatih memasukanmu bukan untuk diam menonton di tengah lapang, bodoh." Neji mencengkram baju Naruto keras. Matanya manyalak tajam menyeramkan.

"Sudahlah. Waktu masih berjalan." ucap Sasuke yang telah memegang bola di bawah ring. Tangannya memberi pass pada Naruto.

"Jangan menggagalkan ini, Dobe." Ujar Sasuke. Melewati Naruto dengan bahunya yang menubruk bahu pemuda pirang itu cukup keras . Naruto menghela nafas, mulai menjatuhkan bolanya dan men-dreable bola lambat membuat pemain Suna menyeringai.

"Apa-apan itu, bukankah dreable-nya terlalu lambat? Hey, kalian serius memainkannya." Ucap lelaki berambut coklat membuat pemain Konoha berdecih sebal.

'Baka-Dobe.' Sasuke geram. Bersiap melangkah mendekati Naruto sebelum pemain lawan menghalangi geraknya.

"Tidak akan. Bola itu milik Gaara." ucap Kankuro menyeringai. Sasuke kembali berdecih, mengalihkan pandangannya pada yang lain dan ia langsung terbelalak. Semua pemain Konoha telah dijaga dengan baik oleh tim Suna. Tak memberi celah bahkan satu langkah pun.

"Bola itu milikku." Gaara berjalan cepat menuju Naruto. Tangannya terulur berusaha menyambar bola yang tengah Naruto dreable.

"Orang lemah tak boleh membawa bola. Itulah peraturannya." Gaara menyeringai kala tangannya hampir menyentuh bola. Tinggal satu kali sentuhan bolanya akan terebut hingga point akan menjadi miliknya, sebelum ia terbelalak kala tangannya menembus bola. Bukan hanya Gaara, semua yang menyaksikan itu terbelalak menyaksikan itu. Tak terkecuali pelatih dan semua team SMA Konoha.

"Sasuke, Neji, dekati ring! Ambil rebound." Naruto berteriak. Melangkah dengan perlahan dan terlihat hati-hati men-dreable bola yang lambat. Sedikit demi sedikit mulai mencapai garis tengah lapangan.

"Apa-apaan itu tadi? Mana mungkin bola itu tak tersentuh olehku. Jangan bercanda." Gaara berjalan cepat mencoba mengambil bola dari belakang Naruto. Tangan kirinya kembali terjulur menggapai bola hingga sekali lagi tangannya menembus permukaan bola. Semua terbelalak.

"Neji! Sasuke!" Naruto berteriak keras membuat Sasuke dan Neji tersadar. Dengan cepat keduanya melepaskan diri dari kukungan pemain lawan, berlari ke bawah ring sedang Sasuke mencari tempat di area three point.

Naruto yang melihat semua telah siap langsung menangkap bola dengan kedua tangannya dan melakukan shoot. Tak berselang lama, Neji langsung melompat. Merasakan felling bahwa memang shooting yang Naruto lakukan tidak akan mencetak angka bagi Konoha.

Trak

Bola hanya menyentuh Ring, sedang Neji yang telah melompat pertama kali langsung menepis bola ke arah Sasuke yang telah siap.

Tap

Bola berada di tangan Sasuke. Kakinya bersiap memulai kuda-kuda hingga ia melompat dan melepaskan shoot ke arah Ring.

Plush

Teet

06:02

SMA Konoha v SMA Suna

49 (4) 66

"YEAAH!" Sorak penonton menggemuruh mengisi stadion. Bersorak bangga akan point yang telah dibuat Sasuke yang sedikit memberi harapan untuk mereka. Riuh penonton menyoraki nama Sasuke. Memuja sang shooter terbaik Konoha akan kehebatannya dalam melakukan three point shoot.

Tak mengindahkan segala riuh penonton menyebut namanya, yang dipuji justru menatap intens sosok pirang yang tengah berlari ke arah garis pertahanan.

'Apa itu sebenarnya?' Sasuke ikut berlari menuju garis pertahanan.

"Kau melihatnya tadi, 'kan?" Sasuke mengalihkan pandangannya pada seseorang yang berjalan di sampingnya. Terdiam sejenak sebelum mengangguk mengiyakan.

"Siapa sebenarnya dia?" Sasuke tak menjawab pertanyaan yang terlontar dari mulut Neji. Lebih memilih fokus pada permainan walau sebenarnya pertanyaan itu terus terulang di benaknya.

Di sisi lain, Gaara menggeram. Mengepalkan tangannya keras sampai buku-buku jarinya memutih. "Tak akan ku maafkan, aku akan merebut bola darinya."

"Gaara." teriak Kankuro. Mengoper bola pada Gaara membiarkannya mendreable bola dan mencetak skor.

Tak lama, Gaara langsung berbalik dan mendreable bola dengan kecepatan penuhnya. Bola berganti tangan dari kiri ke kanan dan kembali lagi. Sangat cepat hingga Ke empat pemain Konoha terlewati dengan mudahnya. Bahkan Neji dan Sasuke pun terbelalak.

Gaara menyeringai. "Tinggal kau dan aku." ia menambah kecepatannya. Melakukan dreable zigzag hingga Naruto terlewati sama halnya dengan kejadian sebelumnya.

Seringaian Gaara semakin lebar. "Dua point untuk..." Gaara tersentak. Bukan karena sesuatu menghalanginya. Tapi, bola yang ia bawa...

"A-Apa ini?" Neji tercengang saat kedua tangannya telah memegang bola yang asalnya entah dari mana. Menatap tak percaya pada Gaara yang mematung dengan kuda-kudanya.

"Neji, tak usah di pikirkan!" teriak Sasuke sembari tangan yang terangkat. Tak membuang waktu Neji mengoper bolanya pada Sasuke hingga Sasuke berhasil mencetak Tiga angka dengan baik.

Teet

SMA Konoha v SMA Suna

52 (4) 66

"Uwoaah, Konoha semakin mengejar."

"Jika terus begini Konoha pasti bisa mengejar ketertinggalan."

"Owoah, Sasuke-kun memang hebat."

Sasuke berdecih. Berbalik dan berlari kembali ke daerah pertahanan timnya.

Sedang Neji hanya mampu terpekur memikirkan bola yang tadi didapatnya. Menatap kedua tangannya tak percaya.

'Apa itu tadi?'

Di bangku cadangan Kakashi sendiri hanya mampu terbelalak. Tak mempercayai akan apa yang ia tatap.

"Bola yang tak bisa di rebut, bola yang dengan tiba-tiba ada pada Neji. Apa ini?"

Priit

SMA Konoha : SMA Suna

45 (4) 66

"Uwoaah, Sasuke memasukan angka lagi."

"Tinggal beberapa skor lagi"

"Ayo Konoha!"

Kakashi terbelalak. 'Tidak. Bukan Sasuke. Bukan dia aktor utamanya. Tapi...' Kakasih menatap Naruto yang tengah sendiri di daerah pertahanan seperti tak terjadi apa-apa.

'... Apa yang aneh darinya?'

..

Teet

05:40

SMA Konoha v SMA Suna

60 (4) 66

"Yeaah, Tinggal sedikit lagi."

"Maju terus Konoha."

Tap

"Tangannya." Sasuke mengalihkan pandangan pada seseorang yang menepuk bahu kanannya.

"Apa Maksudmu?" tanya Sasuke.

"Kau melihat saat dia men-dreable bola?" Sasuke mengangguk.

"Kau melihat itu dreable yang lamban, bukan?" Neji menatap Naruto. Memerhatikan dimana Naruto yang tengah men-dreable dengan jalan yang cukup lambat sementara dua pemain Suna susah payah merebut bola dari Naruto.

"Tapi justru itu kebalikannya." Sasuke menatap tak mengerti Neji.

"Apa maksudmu kebalikannya?"

Neji mengangkat tangannya, alhasil bola telah berada di tangannya. Matanya mencari celah, melirik pemain Konoha yang tengah Kosong. Melihat suatu celah ia langsung melepaskan bola menuju temannya.

"Lee" Ia melakukan passing pada pemuda berambut Bob. Dan tak lama Lee melakukan lay up dan mencetak dua angka untuk Konoha.

05:34

SMA Konoha v SMA Suna

62 (4) 66

"Bagus Lee!" Teriak penonton. Memberi sorak pada pemuda itu setelah bermain cukup baik di beberapa menit terakhir.

Neji mengalihkan sebentar pada penonton. Memberi tos pada Lee sebelum menatap Sasuke.

"Maksudku, kekuatan dorongan pada tangannya cepat hingga bola memantul 2 kali dalam 1 detik. Artinya, saat bola dipantulkan dari tangan sampai lantai hingga bola pada tangan lagi memerlukan nol koma lima detik. Dan dari pandangan kita, bola itu memantul tidak lebih dari 3 detik sekali."

Sasuke terbelalak. "Mana ada. Jika begitu bukankah kita akan mendengar setiap pantulan bola di lantai?" Neji mengangguk.

"Ini hanya spekulasiku. Ada pada ketukan tertentu dimana ia akan melakukan dorongan terkuat pada bola, jadi..."

"Maksudmu suara pantulan lain tersamarkan?" potong Sasuke. Mengusap peluh dengan kerah bajunya. Neji mengangguk.

"Tapi ada satu kelemahannya, kurasa." ujar Neji.

"Aku mengerti. Dia tak bisa mendrible sambil berlari karena itu akan membuat bola menjadi liar dan ia akan kesusahan menangkapnya." Neji kembali mengangguk.

"Rahasiakan itu. Kita hanya perlu bersikap biasa. Jangan sampai semua terbongkar." Neji mengacungkan tinjuannya dan Sasuke membenturkan tinjunya pada Neji.

"Hn."

.

.

.

Priit

03:45

SMA Konoha v SMA Suna

76 (4) 69

"Astaga, Konoha unggul. Yeaah!"

...

"Sial. Anak itu, aku ingin menghancurkannya." Geram Gaara. Menatap tajam pada Naruto yang tengah men-dreable bola.

"Tapi kita tak bisa mengambil bola begitu saja. Kau tau itu. Jika kau ingin menang, Satu-satunya cara kita adalah dengan melakukan Three point shoot seperti sebelumnya. Jadi sangat tidak mungkin kau melakukan one-on-one." Ujar Kankuro. Mengusap keringat yang ada di dahinya.

"Aku tahu. Tapi dia..." gumam Gaara.

"Pikirkan untuk kita menang, Gaara." Gaara menepis tangan Kankuro yang baru akan menyentuh pundaknya.

"Aku tahu." Gaara mulai melangkah menuju Naruto. Tangannya terbentang menjaga daerah yang akan Naruto lewati.

"Tidak untuk yang satu ini." ucap Gaara. Bergeser ke kanan saat Naruto melangkah ke arah kanan, dan kembali ke kiri saat Naruto melangkah ke arah kiri.

"Akan kurebut bola itu." ucap Gaara hingga setelahnya ia terbelalak. Menatap Naruto tak percaya.

Dihadapannya Naruto hanya berdiri tanpa bola di tangan kanan ataupun tangan kirinya.

'Dimana Bolanya?'

"Ba-Bagaimana bisa?"

Priit

02:23

SMA Konoha v SMA Suna

79 (4) 69

"Sasukeee, kau hebat!"

"Three point lagi."

"Keadaan yang sebelumnya terjadi untuk Konoha, kini menjadi keadaan Suna."

"Itu semua berkat Sasuke."

Gaara menatap tajam Naruto.

"Siapa kau sebenarnya?"

Naruto balik menatap Gaara. Ia nyengir lebar. "Aku hanya angin." Naruto langsung berbalik ke garis pertahanan dan bersiap di sana.

"Angin?" Gaara tertegun.

"Gaara." Bola super kencang mengarah padanya yang dengan lihai ia tangkap dan langsung menjatuhkannya.

"Ayo kita coba lagi." Gaara menggiring bola dengan kecepatan andalannya. Meliukan badan dengan lihai melewati Shino dan memutari Rock Lee dalam sekejap hingga saat ini terjadi lagi One on One antara dirinya dan Naruto.

"Entah sihir apa yang kau gunakan, aku akan menghancurkannya." Gaara berlari kearah sudut kanan lapangan dengan dreable cepatnya dengan Naruto yang mengikuti. Menjaga ketat permainan Gaara dengan tubuhnya yang sedikit lebih besar dari Gaara.

"Sial." Gaara berhenti men-dreable bola. Tatapannya mencari celah pada tubuh Naruto yang merentang menjaganya. Tak mampu menemukan celah yang baik untuk melakukan Shoot. Hingga saat tubuh Naruto lebih condong ke arah Kiri, ia langsung memanfaatkannya.

"Jangan remehkan aku." Gaara memiringkan tubuhnya ke arah kanan sebelum memutar tubuhnya searah jarum jam melewati Naruto dan langsung melakukan Shoot.

Plush

Priit

02:00

SMA Konoha v SMA Suna

85 (4) 72

"Uwooaah, Suna ternyata tidak mau kalah."

"Gaara tak membiarkan skornya tertinggal jauh."

Gaara menyeringai, menatap Naruto dengan pandangan menantang dan mengintimidasi.

"Hanya sekali saja kau merebut bola-ku. Tidak untuk seterusnya." ucapnya dan mulai berlari ke tengah lapangan. Naruto hanya menatapnya dalam diam.

"Naruto." Lee memberikan pass padanya. Mendreable seperti biasanya, Naruto mulai berjalan ke wilayah permainan musuh. Gaara dengan cepat menuju hadapan Naruto, memasang pose bertahan dengan tangan yang melebar menjaga area passing Naruto.

"Kheh, bukan waktumu saat ini." ucap Gaara.

Grep

Naruto memangkap bola dengan kedua tangannya, melirik semua teman satu tim dengan cermat. Hingga menemukan Neji yang melambai dengan pertahanan yang kosong.

Gaara yang melihat arah mata Naruto tersenyum kecil. Melihat Naruto mencondongkan tubuhnya ke arah kiri dan melakukan pass, Gaara dengan cepat pula memblock arah bola Naruto.

'Dapat' Gaara tersenyum, namun nyatanya bola yang ia kira terpegang tak pernah ada. Seakan menghilang.

'Kemana?'

Sedang Neji yang bersiap menerima passingpun terbelalak. 'Aku maupun Gaara tak mendapatkanya. Dimana bola sebenarnya?'

Grep

Sasuke terkejut bukan main saat telapak tangan kanannya menyentuh permukaan bola. 'Bukankah dia mengoper pada Neji?'

'Tidak, bukan saatnya." Sasuke mengambil langkah mundur dan langsung melompat melakukan Three point Shoot.

Plush

Priiit

01:42

SMA Konoha v SMA Suna]

88 (4) 72

Sasuke menatap tajam Naruto. Berpikir tentang bagaimana cara Naruto bermain. Tentang semua kemampuan Naruto yang tak ia ketahui. Tentang siapa sebenarnya Naruto.

.

.

.

TEEET

00:00

SMA Konoha v SMA Suna

99 (4) 83

"YEAH, Konoha juaranya."

"YEAAH." riuh penonton penuh suka cita. Babak final terlewati dengan Konoha sebagai pemenangnya. Semua pemain mengangkat tubuh Sasuke yang merupakan orang yang memberi point bagi Konoha untuk menang. Bersorak gembira akan kemenangan yang diraih.

Neji memerhatikan sekitarnya. Mencari seseorang yang sangat ia curigai. Hingga ia menemukan sosok itu berjalan menjauh dari lapangan. Ia mengikutinya. Namun secara lebih cepat darinya Kakashi melangkah mendahuluinya mengikuti Naruto. Neji membuntuti dari belakang.

.

.

.

Ruang ganti pemain

"Hei." Naruto terkejut bukan kepalang hingga ia menjatuhkan botol minumannya ke lantai. Menatap takut-takut pada orang itu yang rupanya Kakashi. Ia mendesah.

"Ternyata hanya Pelatih." ucapnya. Membawa botol minumannya sebelum melangkah pada loker di mana perlengkapannya disimpan. "Ada perlu apa?" ucapnya santai. Mengambil handuk dan mengusap surai pirang yang ia miliki. Mengeringkan kepala yang tadi terbasahi oleh keringat usai bermain.

Kakashi mendudukan diri. "Bukan apa-apa. Hanya heran kau tak ikut merayakannya." Naruto tertawa.

"Aku tak berhak merayakannya. Aku tak berbuat banyak, bahkan satu point-pun aku tidak mencetaknya."

Kakashi tertegun. "Kau tau bukan skor yang menuntutmu untuk bersenang-senang?" ucap Kakashi. Menyilangkan tangannya di depan dada dengan kepala bersender dipintu loker.

Naruto menghentikan mengusap kepalanya. "Aku hanya bermain tujuh menit terakhir, sedang mereka bermain lebih lama dariku." Naruto membereskan perlatannya pada tas soren yang ia bawa. Merapihkannya dan menyeleting tas itu.

"Kau juga pemain inti, Naruto."

Naruto memakai seragam Khusus pemain SMA Konoha dan setelahnya menyambar jaket dan memakainya.

"Hanya tujuh menit bukan berarti aku pemain inti. Aku hanya pelengkap bangku cadangan, pelatih juga tau itu." Kakashi terbelalak mendengarnya. Yang secara tidak langsung seperti mengkritik keputusannya selama ini.

Naruto meyorenkan tasnya, mulai melangkah pada pintu keluar ruang pemain.

"Siapa kau sebenarnya?" tanya Kakashi. Menatap punggung tegap pemuda jangkung itu.

Naruto berbalik dan menunjukan cengirannya. "Aku hanya angin." sedikit lama terdiam, Kakashi mengangguk paham. Sedikit mengambil kesimpulan tentang yang Naruto maksud.

"Tak bisa disentuh, tak bisa ditahan dan tak dapat diperkirakan. Bukan begitu?" ucap Kakashi. Naruto masih tersenyum.

"Itu terlalu rumit. Cukup dengan sepoi angin untuk membuat sebuah kincir berputar walau satu gerakan kecil." dan setelahnya ia menghilang di balik pintu yang baru saja tertutup.

Kakashi mendesah. "Kerja bagus."

Tap

"Aku memperhatikannya selama permainan. Kurasa aku tahu kemampuannya." Kakashi membuka matanya. Melirik melalui ekor mata di mana suara itu berasal.

"Hm, apa yang kau temukan?" tanya Kakashi.

"Tangannya memiliki kekuatan yang besar hingga dia bisa melakukan dorongan pada bola dengan begitu cepat. Mengelabui mata seakan-akan itu adalah dreable murahan yang nyatanya justru itu pantulan yang sangat cepat." jelas Neji.

Kakashi mulai berdiri. Menyakukan tangannya kedalam kantong celana dan melangkah pelan. Mendesah kecil. "Kau hampir benar." ucapnya. Neji berkerut. "Apa maksud pelatih? Apa kau tahu jawaban yang pasti?" Kakashi mengusap belakang kepalanya sembari menggeleng. "Masih spekulasi." gumamnya.

"Memang benar dorongan dari telapak tangannya sangat kuat hingga tak mampu terlihat begitu saja dengan mata biasa." Neji mengangguk.

"Sesaat Gaara akan menyambar bola, beberapa detik sebelum tangannya menyentuh bola, Naruto terlebih dahulu meningkatkan dorongan pada bola. Hingga di mata kalian, bola terlihat menembus tangan Gaara."

"Dia menggunakan kemampuan itu hanya saat bolanya akan terebut, sementara saat dirinya sedang sendiri dia sengaja membuat dreablenya selambat mungkin untuk mengelabui musuh. Bukan begitu, pelatih?" Kakashi dan Neji mengalihkan pandangannya pada pemilik suara lain itu.

"Sasuke." pemuda raven itu berjalan mendekat dan menyenderkan punggungnya di loker dengan tangan yang terlipat di depan dada.

Kakashi tersenyum. "Nmaa~, begitu lah." ucapnya. "Tapi ada satu lagi." wajah Kakashi berubah serius.

"Kemampuan lain yang ia miliki." Neji dan Sasuke ikut menunjukan mimik seriusnya.

"Kalian menyadarinyakan, Saat kalian menerima umpan yang tak pernah kau perkirakan." Neji dan Sasuke berkerut.

"Kemampuan lain yang dia miliki adalah 'fake' yang bisa dikatakan sempurna."

"Kita ambil saat dia berhadapan dengan Gaara dan bermaksud mengoper pada Neji. Dia mengandalkan kecepatan tangannya untuk membuat lawan berfikir bahwa memang ia akan melakukan passing pada Neji. Mata, langkah, bahkan gerakan menunjukan bahwa dia memang akan mengoper pada Neji, sebelum Gaara menyadari bahwa dia tak mendapat bola tapi yang menerima bola adalah Sasuke." jelas Kakashi. Melangkah maju meninggalkan Sasuke dan Neji yang diam memikirkan semuanya.

.

.

.

Tok Tok

"Aku masuk." Sosok pria jangkung berambut pirang memasuki kamar inap pasien dengan senyuman. Pakaian khas pemain basket SMA Konoha masih melekat di tubuh pemuda itu. Berjalan santai menuju seseorang yang tengah diam menyender di kasur pasien.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Naruto pada gadis di sana. Mendudukan diri tepat di kursi samping kasur gadis itu. Sang gadis dengan rambut bublegum itu tersenyum lembut. Meraih tangan pemuda pirang dan menyimpannya di pangkuan dirinya masih dengan tangannya yang menggenggam telapak tangan pemuda itu.

"Semakin baik. Besok juga sudah bisa pulang." jawabnya. Manik jambrudnya berpindah dari Saphire ke televisi yang masih menyala mempertontonkan perayaan kemenangan juara Basket salah satu SMA.

"Yang tampan itu namanya Sasuke. Bukankah permainannya bagus?" ujar Naruto yang ikut menonton acara TV tersebut. Sakura mengangguk dengan senyum yang mengembang.

"Tembakannya selalu masuk. Dia pemain yang hebat." ujar Sakura memuji. Naruto tersenyum. "Iya. Dia Shooter terbaik senegara Hi, kurasa." pujinya yang membuat Sakura mengalihkan atensi pada Naruto. Masih dengan senyum manisnya.

"Kau jarang masuk TV jadi aku kesulitan menilai permainanmu. Meski begitu, aku melihat kemampuanmu sangat hebat." Naruto ikut tersenyum.

"Terima Kasih. Aku bukan aktor utama, aku hanya pemeran pembantu yang melancarkan sebuah pertunjukan film. jadi sangat sulit untukmu melihatku bermain." Naruto menurunkan kepalanya, menempelkan sebelah sisi wajahnya di paha Sakura yang berselonjor. Tangan bebas Sakura naik ke atas kepala Naruto dan mengusap surai pirang itu lembut membuat mata Naruto terpejam menikmatinya.

"Hm, aku tadi hampir mematikan TV jika saja aku tak melihat kau berdiri di sisi lapangan." Naruto terkekeh mendengarnya.

"Berapa kali kamera menangkapku?" ujar Naruto. Sakura terdiam, mulai menghitung berapa kali kamera menyorot Naruto. "Jika hanya menyorotmu seorang kurasa hanya lima, tapi saat kau berhadapan dengan si rambut merah kurasa lebih dari 20." ujarnya.

Naruto mengangguk. "Si rambut merah pusatnya, jadi aku juga terbawa." Sakura terkekeh.

"Kau pesimis sekali. Kau tak suka terkenal apa?" ujar Sakura. Naruto menggeleng lembut tanpa mengubah posisinya.

"Terkenal itu merepotkan. Semua orang terutama para gadis akan menyorakan namaku. Kau tidak cemburu?" ujarnya membuat Sakura memutar bola matanya bosan.

"Katakan itu pada Kurama. Kucingmu pasti senang." alih Sakura dengan garis-garis merah di pipinya.

"Are, kau pemalu sekali. Jujur saja, Sakura-chan." Kekeh Naruto. Sakura yang mendengar itupun lekas menarik kuping Naruto dan memutarnya pelan.

"Kau mau kita tidak berkencan selama sebulan, hah?" ancamnya.

"A-ahaha Sakit Sakura-chan." rintih Naruto sembari tertawa dan Sakura ikut tertawa bersamanya. Menundukan wajah dan meraih pipi Naruto dengan bibirnya membuat Naruto membeku karenanya.

End

Ff Lama, dibuat 1 taun lalu. Gak di edit karena saya susah merevisi diksi-nya. Tapi semoga menghibur. ^^)a

Minal aidzin wal faidzin, Reader semua.

Review please.

.

.

v

V