Pairing : Yunjae
Rating : T (sewaktu-waktu bisa berubah)
Genre : Romance, Drama, Litle Hurt?
Warning : BL, INCEST, PEDOFIL, M-PREG, TYPO
Disclaimer : Cerita ini hanya karangan semata, ASLI dan MURNI dari pemikiran saya. Jika ada kesamaan ide, kata-kata atau yang lainnya itu REAL ketidak-sengajaan. Saya berani mem-publish cerita ini karena saya TIDAK merasa meniru cerita dari author lain!. Tapi jika kesamaanya begitu fatal, saya akan benar benar menghapus cerita ini.
Summary : "Baiklah, jika tidak bisa mendapat eomma-nya mengapa tidak mencoba anaknya" batin Yunho sehingga mengahasilkan smirk yang terlukis di wajahnya.
Duk...
Terdengar suara yang timbul akibat nampan yang diatasnya terdapat semangkuk Sup Samgyetang yang di taruh di atas meja oleh pelayan yeoja.
"Silahkan, selamat menikmati" katanya, mengambil mangkuk yang berada di atas nampan sembari tersenyum.
Pemuda mengangguk, "Terima kasih" lanjutnya.
Melihat sang pemuda yang membalas sambutannya, pelayan itu semakin mengembangkan senyumnya. "Oh God! Tampannya" batin pelayan tersebut.
Jas hitam. Kemeja berwarna merah maroon. Dasi hitam memiliki motif garis putih miring. Manik musangnya yang tajam. Membuat orang dapat bergidik ngeri. Sekaligus bisa menarik perhatian para yeoja yang melihatnya menjadi kelimpungan. Tubuhnya yang tegap nan jangkung. Ototnya yang berbentuk nampak dari luar karena daerah lengannya yang terlihat lebih besar dari pemuda lain yang memakai jas. Pemuda itu terlihat sempurna bukan?.
Senyum terukir diwajah sang pemuda saat menyantap sesendok Samgyetangkedalam mulutnya.
"Ternyata...memang sama. Sama rasanya" ucapnya dalam hati.
.
"Jung Yunho!" mendengar namanya diteriaki suara husky, pemuda tersebut menolehkan kepalanya kearah pintu terbuat dari kaca yang bertuliskan Mugyodong Bugeokukjib dan dibawahnya terdapat tulisan open.
"Hhh" dengus sang pemuda yang disapa dengan nama Jung Yunho.
"Hai Tuan Jung!" sapa pemuda bersuara husky sambil menduduki kursi yang tepat berada di depan Yunho. "Lama tak bertemu. Sudah berubah rupanya, kau terlihat semakin tampan dengan penampilanmu sekarang".
"Kau membuatku malu! Tidak bisakah langsung duduk tanpa berteriak?" geram Yunho.
"Yah kenapa marah? Kita baru bertemu kau langsung marah ish"
"Bagaimana kabarmu? Kelihatannya jidatmu semakin lebar" goda Yunho tak mengindahkan pertanyaan Yoochun.
"Yak! Kau minta dibunuh? Mengataiku seperti itu?" Yoochun memajukan badannya dan mengangkat telunjuknya sejajar dengan hidung Yunho. Matanya melotot seakan bola matanya ingin keluar dari sangkarnya.
Yunho terkekeh. "Yah jangan seperti itu! Kau terlihat seperti eomma-ku yang sedang mengamuk, lihat saja matamu itu yang ingin meloncat" lanjut Yunho.
"Dasar Jung! Kau ini, lihat saja aku akan mengadukanmu kepada eomma Jung, kalau kau bilang matanya akan keluar saat ia marah" tidak heran Yoochun memanggil eomma Yunho dengan sebutan eomma juga. Ia sudah terbiasa sejak kecil menyebutkan panggilan itu kepada wanita yang telah melahirkan Yunho. "Ya seperti ini, baik! Lalu, bagaimana keadaanmu?" lanjutnya.
"Mwo? Jangan coba-coba mengadu pada eomma-ku! Kau ingin melihatku dipanggang olehnya? Yunho mengacungkan sendok yang berada ditangannya kepada Yoochun.
"Hahaha" balas tawa Yoochun membludak.
Yunho menurunkan sendoknya perlahan setelah memberi peringatan kepada Yoochun. "Seperti yang kau lihat. Aku baik sama sepertimu. Bagaimana keadaan Junsu dan Junno?"
"Istri dan anakku juga baik. Yah tapi saat ini mereka meninggalkanku pergi berlibur ke Pulau Nami".
"Hm? Lalu apa yang kau lakukan disini? Kau tidak ikut berlibur? Atau kau sedang mencari yeoja atau uke lain?" goda Yunho lagi.
"Yak! Tentu saja aku menemuimu pabo!" kesal Yoochun meninggikan suaranya.
"Haish jangan berteriak!" Yunho berteriak tak mau kalah.
Keadaan restaurant ini begitu ramai. Jadi meskipun Yunho dan Yoochun berteriak pun tak ada yang mendengar mereka. Karena memang restaurant yang menyediakan aneka makanan khas Korea ini memiliki rasa makanan yang begitu menajubkan. Restaurant ini cukup terkenal di kawasan Seoul. Luas restaurant ini yang cukup memadai, sehingga bisa menampung berpuluh puluh orang untuk makan di restaurant ini.
"Ishh pertanyaan bodohmu itu yang membuatku berteriak seperti itu. Aku tidak percaya bahwa orang sepertimu adalah pemimpin Tambang Grasberg" lanjutnya sakratis.
"Mwo? " Yunho mendaratkan buku menu yang sedari tadi kelihatan nganggur dimeja makan yang sedang ia tempati saat ini dikepala Yoochun dengan sangat keras.
"Ya! Kenapa kau memukulku eoh?" bentak Yoochun, tangan kanannya mengusap-usap ujung kepalanya yang menjadi korban pukulan Yunho agar mengurangi rasa sakitnya. "Kau mau membuatku bodoh?" sambungnya.
"Hhhh" dengus Yunho "Sudahlah! Kau mau pesan apa?" ucap Yunho mengganti topik pembicaraan yang membuatnya sedari tadi hanya menimbulkan keributan.
.
Mereka berdua sudah menjadi sahabat dari kecil. Yoochun yang berasal dari Seoul pindah ke Gwangju saat ia berumur tiga tahun. Yunho yang memang asalnya dari daerah Gwangju mendapat tetangga baru.
Mulai saat itu mereka selalu bermain dan bersekolah bersama-sama. Karena memang anak kecil yang se-usia Yunho dan Yoochun tidak ada. Ada, tapi letak rumahnya agak jauh dari rumah mereka berdua. Sehingga itulah yang membuat mereka begitu dekat.
Yoochun sering berkunjung ke rumah Yunho begitupun sebaliknya. Sehingga keempat orang tua itu serasa memiliki anak bersama.
Saat usia mereka menginjak dua belas tahun, Yunho bersama keluarganya pindah ke Seoul karena appa Yunho naik jabatan dan dipindahkan tugas. Tak ayal tempatnya bekerja juga berpindah karena tugasnya yang Manager di sebuah Tambang Emas.
Satu tahun setelah kepindahan keluarga Jung, keluarga Park kembali ke daerah asalnya–Seoul-. Mengikuti sang kepala keluarga yang memang kerjanya sebagai Tentara Negara. Membuatnya tinggal berpindah-pindah dari daerah satu ke daerah lain. Entah kebetulan takdir atau apa tempat tinggal keluarga Park yang berpindah berada disebelah rumah keluarga Jung meskipun dibatasi oleh empat rumah.
Yunho dan Yoochun saat itu pernah satu SMA. Ya pernah, karena pada saat umur tujuh belas tahun Yunho melanjutkan sekolahnya di Yunho telah direncanakan oleh orang tuanya saat mereka telah memiliki biaya yang cukup untuk mewujudkan cita-cita Yunho yang ingin menjadi seperti ayahnya. Ayahnya juga tak keberatan dengan cita-cita Yunho toh dengan itu Yunho juga bisa melanjutkan usahanya yang telah berkembang saat ini. Ya, satu tahun mungkin waktu yang terlalu cepat bagi Managerseperti ayah Yunho untuk menjadi seorang Direktur. Lalu ia membangun Tambang Emasnya-nya sendiri.
.
"Aku pesan Haemul Japchae" jawab Yoochun.
"Kenapa kau bilang kepadaku? Memang aku pelayan? Atau aku pembantumu yang nantinya akan menyampaikan pesananmu kepada pelayan? Sana bilang sendiri! Enak saja" jawab Yunho seakan memancing emosi Yoochun.
"Yak! Aish.. Jung pabo!"
.
"Kau masih memikirkannya?" tanya Yoochun setelah salah satu pelayan restaurant mengantarkan semangkuk Haemul Japchae yang dipesan olehnya
"Siapa?" jawab Yunho tapi tidak merubah pandangan matanya dari mangkuk yang berisi setengah Samgyetang yang sudah dingin. Ya, Yunho belum menghabiskannya karena Yoochun melarangnya untuk menghabiskan Samgyetang-nya duluan.
"Jangan pura-pura bodoh Yun" Yoochun mulai menyuapkan sumpit yang menggulung Dangmyeon kedalam mulutnya. "Kau seperti orang gila jika terus menunduk menatap makananmu seperti itu. Orang akan mengira kau jatuh cinta pada Samgyetang. Cepat makan! Aku tak mau berteman dengan orang gila" lanjut Yoochun berbicara karena dia tak mendengarkan balasan dari Yunho.
"Makanan ini mengingatkanku padanya" akhirnya Yunho berbicara. "Apakah kau sudah bertemu dengan anaknya?" Yunho mengangkat wajahnya yang sedari tadi ia tundukkan.
"Hm"Yoochun menganggukan kepalanya. "Kau mau beretemu dengannya? Dia begitu mirip dengan eomma-nya. Ya meskipun wajah sang aegya lebih indah karena mendapat perpaduan dari wajah sang appa. Dia namja yang begitu cantik" sambung Yoochun.
Yunho mengangguk sebagai jawaban. "Baiklah, jika tidak bisa mendapat eomma-nya mengapa tidak mencoba anaknya" batin Yunho sehingga mengahasilkan smirk yang terlukis di wajahnya.
TBC
Annyeong ..
Saya mencoba mem-publish cerita pertama saya disini. Bisa dibilang ini cerita debut saya. Maklum jika bahasanya masih ancur yang gak karuan seperti itu.
Saya ngaco ketika Manager menjadi Direktur trus membangun tambangnya sendiri, karena pada kenyataannya saya tidak tahu apapun tentang hal itu, mohon dimaklumi.
Jika ada bagian yang tidak dimengerti bilang pada saya, saya akan berusaha memperbaikinya.
Jika masih ada typo tolong ingatkan saya juga.
Tolong bantuannya ya, jika ceritanya menarik saya akan melanjutkannya, jika tidak saya akan membiarkan cerita ini disini selamanya (jika tidak dihapus oleh admin FFN) sampai lumutan.
Saya menerima segala macam kritik tapi tidak dengan kata-kata kasar.
Gomawo
Review?
