Fic pertama Tobito yang pake bahasa Indonesia! Yang dulu bahasa Inggris, tapi hanya dapat dua review. Sekarang Tobito ingin dapat banyak Review!

Warning: Bermasalah menentukan judul, Lagi stress karena nilai UKK ancur.

Inspirasi: Fic-ficnya Carrie2sky! Arigatou Carrie2sky! Dan lagu Life is Like a Boat by Rie Fu! Lagunya sedih... banget.

Disclaimer: Bukan punya Tobito pastinya, tapi ngga tau punya siapa. *digampar Masashi Kishimoto


Naruto bangun dari tempat tidurnya. Sinar matahari menyambutnya melalui jendela di samping tempat tidurnya. Naruto duduk diam di tempat tidurnya, masih merasa mengantuk. Tiba-tiba dia berlari keluar dari kamarnya dan bergegas menuruni tangga. Di samping kanan tangga terdapat ruang makan, dan di belakangnya terdapat dapur. Naruto berlari memasuki ruang makan, di meja makan duduklah seseorang berambut kuning, bermata biru cerah, mirip sekali dengan Naruto versi besarnya.

"Tou-san! Tou-san! Tidakkah Tou-san ingat sesuatu yang penting hari ini?" Naruto berteriak pada laki-laki yang duduk di meja makan itu.

"Hm? Apa itu Naruto?" Tanya Minato.

"Bukankah hari ini kita akan pergi ke Suna? Seperti yang Tou-san janjikan dua hari lalu."

Flashback

"Naruto." Panggil sang Hokage.

"Hm? Ada apa Tou-san?" Tanya Naruto.

Naruto sedang duduk di atas tempat tidurnya, menatap teman-temannya dari balik jendela saat ayahnya datang. Minato memakai baju standar Jounin, yang ditutupi jubah Hokage berwarna putih dengan pola api di bagian bawahnya. Dia berjalan menghampiri anaknya yang sekarang menatapnya dari atas tempat tidur.

"Dua hari lagi aku akan pergi ke Suna untuk rapat dengan Kazekage keempat. Apa kau mau ikut? Atau kau mau tinggal disini? Aku akan menugaskan Kakashi untuk menjagamu." Tanya Minato sambil menatap mata Naruto.

Naruto Nampak berpikir sebentar. Dia menyilangkan tangan di dadanya. Apakah ikut Tou-san ke Suna? Atau di sini bersama Kakashi-San? Aku cukup bosan di rumah, tapi apa yang akan kulakukan di Suna selama Tou-san rapat? Ah, nanti akan kucari tahu sendiri!

"Aku mau ikut! Aku bosan di rumah terus. Lagipula Aku ingin mendapat teman baru di Suna!" Seru Naruto bersemangat.

"Benarkah? Oh, kudengar Kazekage juga punya seorang anak seumurmu. Mungkin kalian bisa berteman baik?" Tanya Minato.

Naruto mengangguk sambil tersenyum.

End of Flashback

"Oh, tentu. Kita akan berangkat pukul 12.00." Kata Minato sambil menunjuk kearah jam yang menunjukkan angka 10.00.

"Baik. Aku mau mandi." Naruto bergegas naik ke atas dan mandi.

Setelah beberapa menit terdengar langkah kaki Naruto yang turun dari lantai dua. Dia segera duduk di meja makan dan melahap makanannya dengan cepat. Naruto memakai baju berwarna biru yang dilapis jaket orange tanpa lengan, celana orange dan sepatu berwarna biru. Di sampingnya terdapat sebuah tas ransel kecil berwarna abu-abu. Sedangkan Tou-sannya sedang berada di ruang Hokage, mengerjakan beberapa tugas sebelum mereka pergi.

Terdengar suara pintu, lalu terlihat Minato berjalan menuju ruang makan. Dia masih memakai jubah Hokagenya, hanya saja sekarang Minato membawa tas ransel yang tidak terlalu besar di punggungnya. Naruto terkejut melihat Tou-sannya sudah siap sementara dia masih melahap sarapannya. Naruto semakin cepat menghabiskan makanannya, dan satu menit kemudian dia akhirnya selesai. Minato tersenyum melihat tingkah anaknya, lalu mengusap kepala Naruto yang baru berusia tujuh tahun itu.

"Ikuzo, Tou-san!" Kata Naruto yang bersemangat.

"Yosh!" Balas Minato.

Dengan itu Minato lalu bergegas keluar dari kantor Hokage. Dua orang ANBU terlihat mengawal mereka dari belakang. Minato berjalan sambil menggandeng Naruto. Lama-kelamaan Minato berlari semakin cepat. Tiba-tiba Hokage keempat itu berhenti karena tiba-tiba genggaman tangan Naruto menghilang. Dia membalik badannya, dan melihat Naruto yang membungkuk memegangi lututnya sambil ngos-ngosan.

"Tou... -san... ja.. ngan... cepat-cepat!" Naruto terlihat kelelahan.

Maklum, Minato yang dijuluki 'Konoha Yellow Flash' itu memang sudah terbiasa bergerak cepat, hingga melupakan anaknya yang belum bisa mengimbangi kecepatannya. Minato mendekati Naruto, mengusap kepalanya lagi, lalu membungkuk di depannya, seakan menyuruh Naruto untuk naik ke punggungnya. Naruto terkejut, tapi dia segera melompat ke punggung ayahnya. Sekarang Minato menggendong Naruto di punggungnya. Minato berlari lagi dengan cepat, melewati gerbang Konoha, terus berlari melewati hutan dan akhirnya sampai di padang pasir yang sangat luas.

Minato terus berlari dengan kecepatan tinggi dan akhirnya sampai di Suna pada malam hari. Perjalanan yang seharusnya memakan tiga hari itu dipersingkat menjadi delapan jam oleh Minato. Naruto sempat tertidur, tapi akhirnya terbangun lagi saat mereka hampir sampai di Suna. Minato bergegas menuju kantor Kazekage. Di sana Kazekage keempat sudah menunggu. Minato melambaikan tangannya pada Naruto karena dia akan rapat. Naruto membalas lambaian tangan Tou-sannya dan mulai mengelilingi kantor sekaligus rumah itu.

"Hey, ruangan apa ini?" Tanya Naruto saat dia melihat sebuah kamar di pinggir lorong.

"Ah! Jangan pernah sekalipun masuk ke ruangan itu! Itu adalah ruangan terlarang!" Orang itu segera bergegas meninggalkan Naruto.

Naruto's POV

Hah? Memangnya kenapa? Ruangan apa ini? Aku bisa melihat ada papan nama di atas, tapi tulisannya tidak terbaca dan terlalu tinggi. Apa aku masuk saja, ya? Dengan ragu kupegang kenop pintunya, lalu kuputar perlahan ke samping. Di dalam ruangan itu ada sebuah tempat tidur, lemari baju, dua buah meja, dan sebuah balkon. Kertas-kertas bertebaran dimana-mana. Kulihat selembar kertas. Di sana ada sebuah gambar makhluk yang tak jelas dan dibawahnya ada tulisan 'monster'. Aku bergidik melihatnya, dan kuputuskan untuk tidak melihat kertas lainnya. Aku segera berlari menghampiri balkon, dan melihat ada seutas tali panjang yang diikat di pagar balkon. Tali itu menjuntai ke bawah. Kupanjat pagar balkon itu, lalu aku turun ke bawah perlahan dengan menggunakan tali.

Aku sampai di bawah, dan kulihat ada jejak kaki yang menuju ke suatu tempat. Jejak kaki siapa ini? Kuikuti saja jejak kaki itu. Tiba-tiba aku berakhir di semacam taman bermain. Jejak kaki itu masih terus ke dalam taman bermain. Aku baru mau melangkahkan kakiku saat kudengar isak tangis seseorang.

Gaara's POV

Sakit. Hatiku terasa sangat sakit. Mengapa hatiku terasa sakit? Yashamaru sudah menjelaskan padaku tentang rasa sakit ini. Sebelum dia meninggal. Tapi aku tak terlalu mengerti, dan rasa bersalah juga terus membayangiku. Hatiku semakin sakit membayangkan Yashamaru yang telah kubunuh. Dua tahun lalu.

Sekarang aku masih duduk di ayunanku seperti biasa, pada malam hari yang cukup berangin. Tak ada seorang pun yang memperdulikan keberadaanku. Bahkan kakak-kakakku tidak pernah mencoba mencari tahu kemana aku pergi pada malam hari. Mungkin mereka tidak peduli. Tidak ada yang berubah selama dua tahun sejak Yashamaru meninggal. Ayahku masih menjadi Kazekage, kakak-kakakku masih tidak memperdulikanku, aku masih belum memiliki teman, dan orang-orang masih takut padaku.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki. Aku segera melompat turun dari ayunanku, bersiap menyerang walau aku tahu pasirku akan melindungiku. Bahkan jika aku hanya duduk di ayunanku tanpa menggerakkan tanganku. Suara langkah kaki itu mendekat, dan kulihat seorang anak seusiaku yang menimbulkan suara itu. Dia memakai baju biru yang dilapis jaket orange tanpa lengan, celana orange dan sepatu berwarna biru. Dia berjalan dengan santai di depanku sambil bersiul. Rambutnya berwarna kuning *blonde* dan mencuat kemana-mana seperti semak-semak.

Anak itu menyadari keberadaanku dan tiba-tiba melihat kearahku. Terlihat bahwa matanya berwarna biru cerah dan di kanan-kiri wajahnya ada tiga garis yang tampak seperti kumis kucing. Wajahnya nampak bingung melihatku.

"Sedang apa kau disini?" Tanyanya, berhenti bersiul.

"Kau sendiri?" Tanyaku balik, sudah berdiri biasa.

"Hmm, aku bosan. Jadi aku memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar sini." Jawabnya sambil menyilangkan tangannya dibalik kepala dan tersenyum dengan lebar.

"Jadi, apa yang kau lakukan disini?" Tanya anak berambut kuning itu.

"Aku… memang setiap malam ada disini. Aku suka tempat ini. Begitu sunyi, damai, dan tidak ada yang mengganggu." Jawabku hampir tersenyum.

Entah mengapa ada perasaan aneh di hatiku. Rasanya tidak seperti rasa sakit yang biasa kurasakan atau semacamnya. Rasanya begitu hangat. Sepertinya Yashamaru menyebutnya… bahagia. Ya, mungkin itu yang kurasakan. Anak ini tidak seperti anak lain yang langsung berlari saat melihatku. Aku bisa merasakan sesuatu yang berbeda darinya, walau aku tak tahu apa itu.

"Hey, kau masih akan lama disini?" Pertanyaan itu membuyarkan lamunanku.

Aku menganggukkan kepalaku.

"Tou-san sedang ada rapat malam ini. Daripada aku tinggal diam, aku lebih suka berjalan-jalan mengitari desa ini. Dari tadi aku sudah berputar-putar tanpa arah, dan sekarang aku lelah. Maukah kau menemaniku duduk di taman ini?" Tanyanya.

Aku mengangguk lagi.

Dia segera berlari kearah ayunan dan duduk di atasnya, membuat rantainya bergemerincing pelan. Aku berjalan pelan ke ayunan di sebelahnya dan duduk disana. Selama beberapa detik aku terus menatapnya.

"Kau… tidak takut… padaku?" Kata-kata itu tiba-tiba keluar dari mulutku.

"Hm?" Wajahnya menampakkan ekspresi terkejut sekaligus bingung.

" Tidak. Mengapa aku harus takut?" Jawabnya santai.

"Karena orang-orang takut padaku. Mereka selalu lari dariku." Jawabku sedih.

"Kalau begitu, orang-orang itu yang aneh. Kau tidak nampak menakutkan. Tidak bagiku." Dia mencoba menenangkanku.

"Dan… aku tidak punya teman." Suaraku bergetar saat mengucapkannya.

Air mataku hampir menetes lagi. Aku mencoba sekuat tenaga untuk menahannya, tapi memikirkannya saja sudah membuat hatiku terasa sakit lagi. Semua ingatan-ingatan buruk itu kembali padaku. Aku merasa sendiri lagi. Sendiri dalam kegelapan.

Naruto's POV

Anak ini nampak sangat kesepian. Sepertinya sepanjang hidupnya yang dia kenal hanya dirinya seorang. Dari lingkaran di sekitar matanya, sepertinya dia tak pernah tidur. Dan menghabiskan seluruh malamnya di taman ini. Tulisan di dahinya berarti 'cinta', tapi aku tak mengerti apa arti tulisan itu baginya.

Aku beruntung memiliki Tou-san yang peduli padaku. Terlalu peduli malah *overprotektif. Walau kadang dia menyebalkan karena terlalu mengkhawatirkanku, aku tak bisa membayangkan jika dia tak ada. Mungkin aku akan seperti anak ini. Aku juga beruntung memiliki Kakashi-san yang menjagaku saat Tou-san sedang bekerja. Kadang mereka berdua mengganggu, tapi itu lebih baik daripada benar-benar sendirian.

Meski belum pergi ke akademi, temanku juga lumayan banyak. Shikamaru, Chouji, Kiba, dan anjingnya Akamaru. Kami selalu bermain bersama, walau Kakashi-san pasti tak jauh dariku, mengawasi. Kurasa anak ini butuh teman. Dan aku tahu siapa yang bisa menjadi temannya.

"Kalau begitu aku akan menjadi teman pertamamu."

Gaara's POV

"Kalau begitu aku akan menjadi teman pertamamu."

Suara itu… Seakan-akan ada seberkas cahaya menembus semua kegelapan dan kesendirianku. Terdengar suara langkah kakinya lagi, dan tiba-tiba kurasakan sebuah sentuhan di bahuku. Kubuka mataku, dan kulihat anak laki-laki itu berdiri di belakangku, memegang bahuku. Pasirku tidak menghalangi, seakan pasir itu tahu bahwa anak ini tidak berbahaya. Bahuku terasa hangat. Begitu pula dengan hatiku.

"Kau mau, kan?" Tanyanya sambil tersenyum lebar.

Untuk beberapa saat aku diam terpaku di ayunanku. Aku tak bisa mempercayai kata-kata yang baru saja kudengar. Akhirnya aku tersadar. Aku menutup mataku, dan mengangguk pelan. Perasaan ini… begitu hangat. Hatiku seakan ingin meledak karena penuh dengan perasaan yang kurasa disebut 'bahagia' ini.

"Namaku Naruto. Namamu?" Dia menjulurkan tangannya ke depan mukaku.

"Gaara." Aku berjabat tangan dengannya.

Hatiku kini terasa seperti es krim yang meleleh. Meleleh karena terkena panasnya kebahagiaan yang kudapat dari Naruto, yang kini adalah teman pertamaku. Terdengar suara langkah kaki lain, dan aku tidak bangki tdari ayunanku. Tangan Naruto masih menempel di bahuku. Terlihat seorang laki-laki berusia sekitar dua puluh-an. Rambutnya berwarna kuning seperti Naruto. Dan mencuat-cuat seperti Naruto juga. Kuduga inilah Tou-san yang tadi dia sebut. Wajahnya terlihat marah. Dan Naruto terlihat sangat ketakutan. Perlahan, Naruto melepaskan pegangannya pada bahu Gaara dan menghampiri ayahnya sambil menunduk.

"NARUTO! APAKAH KAU TIDAK TAHU AKU SANGAT KHAWATIR SAAT TAHU KAU TIDAK ADA DI KANTOR KAZEKAGE? KUPIKIR KAU DICULIK ATAU MUNGKIN SAJA DIBUNUH!" Naruto semakin menunduk seiring setiap kata yang diucapkan Minato.

Gaara terkejut melihat betapa mengerikannya ayah Naruto yang sedang marah. Sekarang dia sedang berpikir, apakah ayahnya juga akan seperti itu seandainya dia bukan monster? Menjadi overprotektif terhadapnya?

"Ne, ne, Tou-san! Aku berjalan-jalan sebentar... Lalu aku bertemu dia di taman ini. Sekarang aku memiliki teman baru, seperti yang kubilang, kan?" Kata Naruto sambil tersenyum.

Minato baru menyadari banwa ada orang selain dia dan Naruto yang sedari tadi melihat kemarahannya. Gaara ketakutan melihat Minato. Minato perlahan mendekati Gaara yang masih duduk di atas ayunan.

"Kau pasti Gaara, anak dari Kazekage keempat, benar?" Minato bertanya sambil berjongkok di depan Gaara.

Gaara mengangguk pelan.

"Kau mirip sekali dengan ayahmu, Gaara-san. Kau mau pulang sekarang bersama kami?" Kata Minato tersenyum sambil mengulurkan tangannya.

Naruto tiba-tiba menyandarkan kepalanya di bahu Minato. Dia tersenyum sangat lebar, mencoba membujuk Gaara untuk ikut dengannya. Gaara terdiam sejenak, lalu akhirnya mengangguk. Disambutnya tangan Minato. Pasir Gaara sedikit bereaksi, tapi akhirnya turun lagi ke tanah. Setelah itu Gaara berdiri dari ayunan dan bergandengan tangan dengan Minato. Naruto di kanan, Minato di tengah, dan Gaara di kiri. Gaara menggenggam tangan Minato erat, takut pasir akan melepaskan genggamannya lagi. Bertiga, mereka berjalan menuju rumah Gaara, sekaligus kantor Kazekage. Bulan menerangi jalan mereka.


Vocab:

Tou-san: Panggilan untuk ayah.

Ikuzo: Ayo!

Yosh: Baik!, OK!

Fuhhh…. Akhirnya selesai juga! Kalau kepanjangan bilang ya… Soalnya aku Author baru yang udah pengalaman bikin cerita yang lebih banyak tulisan daripada ngomongnya, sih…

Kalau lebih ingin banyak ngomongnya, nanti di chapter 2, deh… Kalau bisa…

Mind to Review?