Disclaimer : demi neptunus naruto bukan punya saya, punya masashi sensei. sasuke punya saya *dibantai masashi sensei dan sakura
Warning : OCC, TYPO tingkat akut, AU, OOT, EYD berantakan, flame tidak diijinkan.
Genre : Fantasy-Tragedy
Normal POV
Don't Like Don't Read
.
.
.
Aku akan tetap menganggapmu sebagai orang yang sangat berarti bagiku,
Kau itu temanku,kan?
Kita berteman sudah seperti saudara, tapi kenapa sikapmu seperti itu?
Aku mohon kembalilah,
Kembalilah seperti dulu.
~Stories~
"Kau mau cari masalah denganku, ha?"
"Cih, kau duluan yang mencari masalah denganku"
"Su-sudahlah, jangan bertengkar lagi"
Di sebuah taman bermain terlihat seorang anak lelaki yang berumur 7 tahun dengan rambut blondenya dan matanya yang sebiru langit menatap kesal dan meremas kerah baju seorang anak yang seumuran dengannya, dengan mata onyxnya yang kelam dan rambut model emo, dia pun tidak mau kalah dan juga meremas kera baju anak lelaki di hadapannya, sedangkan gadis yang berambut soft pink dengan mata emeraldnya menatap sedih ke arah mereka.
"Kita selesaikan sekarang!"
Mereka berdua mengambil ancang-ancang dan sama-sama mengeluarkan pukulan mereka dengan keras, gadis berambut pink itu hanya menutup matanya sambil menangis, dia tidak suka melihat hal itu, melihat dua anak lelaki itu melakukan kekerasan.
Beberapa menit kemudian.
"Sudahlah Sakura-chan, jangan menangis seperti itu, aku tidak apa-apa kok, hehehe" Kata anak laki-laki dengan rambut blondenya dan nyengir khasnya.
Sakura, nama gadis berambut soft pink itu, di bukanya perlahan tangannya yang sejak tadi menutupi matanya, di tatapnya anak lelaki yang berdiri di hadapannya sambil nyengir dan beberapa luka lebam di wajahnya, sudut bibirnya sedikit robek. Mata gadis itu beralih kearah anak lelaki yang berambut emo, dia hanya berdiri dan menatap ke langit, luka di wajahnya hanya sedikit. Pandangannya tiba-tiba kearah Sakura, Sakura sedikit kaget dan langsung menundukkan wajahnya.
"Dengarkan aku Teme, lain kali aku akan mengalahkanmu, ingat itu" Kata Naruto, anak yang berambut blonde itu.
"Cih, sampai kapanpun, kau akan tetap kalah" Kata Sasuke, anak yang berambut emo, kemudian dia berjalan meninggalkan Naruto dan Sakura yang masih dengan wajah sedihnya.
12 tahun kemudian.
Bruuuuk
Satu pukulan dengan keras mendarat di pipi Naruto, dengan keras Naruto terjatuh dan mengosok-gosok pipinya. Di atas atap gedung sekolah Konoha gakuen, dengan leluasa mereka bisa melakukan apa saja.
"Sampai kapanpun, kau akan tetap kalah, bodoh"
"Diam kau Teme, aku akan menang"
Dengan segera Naruto bangkit dan berlari sambil mengeluarkan pukulannya, tiba-tiba dengan cepat Naruto menghentikan langkahnya.
"Kau mengganggu saja" kata Naruto.
Terlihat seorang gadis yang berambut soft pink berdiri membelakangi Sasuke sambil meretangkan tangannya.
"Kau tidak perlu melindungiku" Kata Sasuke dengan tatapan dinginnya.
"Aku tidak melindungimu, aku hanya ingin kalian berhenti" Kata Sakura dan menurunkan tanganya.
"Ahk, Sakura-chan, jangan begitu, aku sedang usaha mengalahkan Teme" Kata Naruto berjalan santai ke arah Sakura, dengan keras Sakura menjitak kepala Naruto.
"Aduh..." rintih Naruto sambil memegang kepalanya.
"Kalau aku melihatmu berkelahi dengan Sasuke, aku yang akan membunuh kalian berdua"
"Ka-kau kejam sekali Sakura-chan" kata Naruto sambil menggosok-gosok kepalanya.
"Aku tidak akan berkelahi kalau Dobe tidak cari masalah duluan" Kata Sasuke.
"Dengarkan aku, kalian itu bukan anak-anak lagi, jadi berhentilah berkelahi"
"Aku tidak akan berhenti sampai aku bisa mengalahkan Sasuke"
Kembali satu jitak keras mendarat kearah Naruto, wajah Sakura betul-betul kesal. Tiba-tiba seseorang menggenggam tangannya dan menariknya menjauh dari Naruto, berjalan menuju pintu keluar.
"Teme...! jangan kabur dengan Sakura-chan, ayo kita berkelahi lagi, aku belum puas kalau aku tidak menang" teriak Naruto namun Sasuke dan Sakura sudah menghilang di balik pintu.
.
.
.
"Kau tidak apa-apa?"
"Hn"
Mereka berdua berjalan menuju kelas yang masih sunyi, masih ada beberapa menit lagi sebelum jam istirahat berakhir. Sasuke duduk di kursinya dan menyandarkan punggungnya sambil menutup matanya.
"Ada apa?"tanya Sakura.
"Aku mau istirahat sebentar, bangunkan aku kalau jam istirahat berakhir"
Sakura hanya mengangguk sambil menatap sosok lelaki yang tengah tertidur. Wajahnya yang imut saat masih anak-anak, kini menjadi sosok begitu tampan di mata setiap wanita, kulitnya yang putih dan mata onyxnya, serta lekukan di wajahnya begitu sempurna. Wajah Sakura menjadi sedikit merah.
"Berhentilah berkelahi, aku takut kalian akan seperti ini terus" gumam Sakura. Sasuke yang hanya menutup matanya, mendengar setiap kata-kata Sakura, gadis yang sekarang memiliki status hubungan dengannya.
"Bagaimana kalau kalian betul-betul akan berkelahi, sampai diantara kalian ada yang ma-" Kata-kata Sakura terpotong saat sebuah jari telunjuk menempel di bibirnya.
"Jangan ucapkan hal yang macam-macam" kata Sasuke dan kini menatap Sakura.
"Aku hanya tidak ingin kalian akan seperti itu"
"Kami tidak akan berkelahi sampai ada yang mati, kau tahu sendiri bagaimana Dobe"
"Hmm, aku hanya memperingati kalian"
"Iya, aku tahu itu" Kata Sasuke sambil mengusap pelan kepala Sakura.
Jaman yang di penuhi dengan orang-orang yang hanya berpikir, yang terkuat akan bertahan dan yang lemah akan mundur, Negara Konoha adalah Negara yang sangat damai, jaman modern seperti sekarang ini, banyak dari mereka yang memiliki kemampuan dan derajat yang tinggi, memanfaatkan segala pengetahuan dengan menciptakan berbagai senjata yang dikatakan hanya untuk berjaga-jaga jika ada pemberontakan dari pihak yang menyetujui menjadikan Konoha kota gudang senjata.
"Apa kau tahu hal ini, tuan Minato" Tanya seorang lelaki dengan rambut putihnya yang panjang. Jiraiya, dia adalah salah satu yang di anggap Minato seperti saudaranya, Jiraiya yang telah mengajarkan Minato bagaimana menjadi pemimpin yang bisa mengendalikan negaranya sampai menjadi makmur seperti sekarang ini.
"Aku belum bisa memastikan hal itu, menurut beberapa sumber mereka masih merahasiakan hal itu" Kata Minato.
Beberapa orang hanya mengangguk dan menatap Minato dengan serius, dalam rapat kali ini beberapa perusahaan yang bekerja sama dengan perusahaan Uzumaki, mulai merasa curiga dengan tindakan perusahaan Uchiha, mereka mulai membuat senjata dengan alasan pesanan dari pihak negara lain, ada pun yang beranggapan mereka membuat itu untuk melindungi Negara Konoha jika tiba-tiba ada pemberontakan dari luar. Namun semua hal itu masih simpang siur, belum ada yang bisa memastikan semua hal itu dengan benar. Perusahaan Uzumaki yang bergerak di segala bidang, juga merupakan bagian dari pemerintahan, Minato adalah kepala pemerintahan di Negara Konoha, kebijakan-kebijakannya membuat Negara Konoha selalu terhindar dari berbagai persoalan dan dari persoalan yang paling ditakutkan, yaitu perang.
"Kalau begitu, kita harus menyelidikinya, jangan sampai kita bertindak gegabah" Kata seorang lelaki dengan rambut peraknya dan memakai penutup mulut. Kakashi, dia adalah orang terpercaya Minato. Minato hanya mengangguk menanggapi setiap saran dari mereka, mereka yang di anggap Minato, orang-orang yang akan mendukungnya, orang-orang yang memilih mati untuk melindungi negara ini.
"Bagaimana setelah ini?" tanya Naruto.
"Aku tidak tahu" jawab Sasuke.
Mereka berdua hanya duduk bersandar di tembok pembatas yang ada di atap gedung sekolah, Sasuke hanya menutup matanya dan Naruto menatap lurus kedepan. Suasananya aman dan terkendali, tidak ada perlawanan dari kedua kubu, sepertinya mereka memilih istirahat dengan santai dari pada istirahat sambil berkelahi.
"Mungkin kita tidak akan bertemu lagi" Naruto terdiam sesaat, "Hahah, itu konyol, aku akan tetap datang dan menantangmu" Lanjut Naruto.
"Tentu saja kau akan tetap kalah"
"Ahk, berisik kau Teme, hmm, apa kau akan meninggalkan Sakura-chan?"
"Aku juga tidak tahu"
"Ahk, kau payah, pokoknya jangan sampai membuat Sakura-chan menangis, aku tidak segang-segang akan membunuhmu"
"Hn, aku tahu itu"
"Huft, padahal Sakura-chan itu lebih duluan mengenalku saat masih kecil, kenapa malah dia jadi menyukaimu"
"..."
"Teme, kau enak banget"
"..."
"Hei, katakan sesuatu, jangan diam saja"
"Karena dia tulus menyukaiku"
"Heee..., apa? Kau bilang apa?" kata Naruto sambil mengarahkan kupingnya.
"Lupakan saja" kata Sasuke dan berjalan meninggalkan Naruto.
"Arrghht, Teme!" teriak Naruto kesal.
Persahabatan itu indah, kau dan aku, tetap sahabat,kan?
Ah, kita adalah sahabat.
Itu akan menjadi kenanganku.
.
.
.
Kediaman Uchiha
"Tadaima" Ucap pria berambut raven, berjalan menuju ruang tamu.
Rumahnya yang begitu luas dan besar, menggambarkan seorang uchiha yang identik dengan kemewahan dan kemegahan. Rumahnya yang besar terlihat sunyi, para pelayan sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, setiap harinya Sasuke akan jarang bertemu dengan ayahnya yang sibuk dengan perusahaannya, Kakaknya, Itachi Uchiha, hampir sama dengan ayahnya, berbagai negara pun jadi tujuan Itachi, begitulah kesibukan yang terjadi dikeluarga ini, di sebuah tangga terlihat seorang wanita dengan rambut hitam sepinggangnya, berjalan menuruni tangga dan menghampiri Sasuke.
"Okaeri" ucapnya dengan senyum yang lembut dan mengusap pelan puncuk kepala anak bungsu yang paling di sayanginya.
"Kaa-san, sudahlah, aku bukan anak-anak lagi"
"Kau tetap anak kecil bagiku"
"Aku mau istirahat" kata Sasuke dan berjalan menuju tangga dan masuk kekamarnya. Mikoto hanya menatap lembut anaknya, walaupun Sasuke anak bungsu, Sasuke sama sekali tidak manja apalagi merengek pada Mikoto, namun tetap saja Mikoto merasa anak bungsunya itu sangat menyayanginya, tatapannya saat menatap Mikoto, mata yang kelam namun tersimpan rasa sayang yang besar untuk Ibunya.
.
.
.
"Too-san kapan pulang?" Tanya Naruto sambil memakan ramen buatan ibunya.
"Ahk, aku tidak peduli lagi dengannya, setiap hari hanya pekerjaan yang dia urus, aku dilupakan" Kata Kushina dengan emosi yang meluap-luap.
"Kaa-san kalau marah lebih menyeramkan dari kyuubi" ucap Naruto dalam hati.
"Apa Too-san tidak menelpon?"
"Huft, tadi dia sudah menelpon dan katanya akan pulang larut lagi" kata Kushina, mulai tenang dan duduk di kursi meja makan sambil meminum teh hangatnya, Naruto masih sibuk dengan menghabiskan kuah ramennya.
"Waah, ramen Kaa-san memang paling enak" Kata Naruto. Kushina membalasnya dengan tersenyum.
.
.
.
Tak jauh beda dengan keluarga Uchiha, di kediaman Uzumaki, Naruto jarang bertemu ayahnya, hanya saja suasananya agak berbeda, Naruto lebih banyak menghabiskan waktunya bersama ibunya sedangkan Sasuke memilih kamarnya sebagai tempat menghabiskan waktu, walaupun Mikoto mengajaknya keluar, Sasuke akan ikut tapi hanya menemani saja.
Praaang... bruuukkkk...,
Suara ribut di lantai dasar kediaman Uchiha mengusik waktu tidur Sasuke. Sasuke mencoba menutup telinganya dan berusaha untuk kembali tidur.
Dorrrr...!
Mata Sasuke terbuka lebar mendengar sebuah tembakan dari arah lantai dasar, dengan segera Sasuke bergegas bangun dari tempat tidurnya dan berlari keluar. Saat menuruni tangga, Tubuh Sasuke menjadi kaku, matanya onyxnya membulat sempurna, napasnya tidak karuan dan jantungnya berdetak cepat, lantai dasar rumahnya menjadi tempat genangan darah dimana-mana, seluruh pelayan Sasuke terbaring bersimbah darah. Sasuke mencoba menguatkan dirinya, pikirannya tertuju pada ibunya, Sasuke kembali berlari, menelusuri rumahnya yang amat luas, mencari sosok wanita yang sangat di sayanginya.
"Kaa-san!" teriak Sasuke, sambil mencari-cari ibunya. Langkah Sasuke terhenti, beberapa orang dengan memakai jas dan celana hitam sedang menodongkan senjata kearah Mikoto.
"Jangan sentuh kaa-sanku!" teriak Sasuke.
"Sasuke, lari!" teriak Mikoto,
"Oh, ternyata masih ada satu orang" kata seorang lelaki dengan memakai jubah hitam menutupi kepalanya.
"Aku bilang jangan sentuh dia" Kata Sasuke lagi dengan wajahnya yang sangat marah.
"Wah, anakmu sangat berbakti ya" Kata laki-laki itu lagi,
"Sasuke cepat lari, jangan pedulikan ibu" kata Mikoto.
"Tidak, aku akan menolongmu" kata Sasuke.
"Menyelamatkan Ibumu? Kau tak akan bisa, bunuh dia" kata laki-laki itu,sambil menunjuk ke arah Sasuke dan beberapa orang siap dengan senjata dan sebuah pedang panjang.
Doorrr...doorr...doorrrr...
"Ka-kalian tidak boleh melukai anakku" kata Mikoto dan seketika tumbang, sesegera mungkin Sasuke menangkap ibunya.
"Kaa-san! Kaa-san!" teriak Sasuke.
"Aku tidak apa-apa Sasuke, kau adalah anakku dan aku wajib melindungimu" Kata Mikoto, di sela-selanya menahan rasa sakit diseluruh tubuhnya, darah segar mengalir dari luka tembak yang ada di tubuh Mikoto, entah berapa butir peluru yang sudah bersarang di dalam tubuhnya. Sasuke sangat terpukul melihat keadaan ibunya, sedih, itu yang ada di benak Sasuke, namun dia tetap menahan air matanya.
"Maaf, aku tidak bisa melindungimu"
"Hee, daijoubu, aku menyayangimu, Sasuke" ucapan terakhir yang keluar dari mulut Mikoto dan senyum lembutnya sambil menghembuskan napas terakhirnya.
"Kaa-san...!"
"Haa, sudahlah, kau tidak perlu sesedih itu" Kata lelaki itu dan lainnya hanya tertawa, tertawa terbahak-bahak, sampai mereka tidak sadar kalau Sasuke sudah merebut pedang mereka, dan menebas beberapa orang, sampai yang lainnya mengeluarkan tembakan, Sasuke menghindar, namun satu tembakan mengenai bahu kirinya, tetap saja Sasuke tidak jatuh semudah itu. Beberapa menit kemudian, semuanya terbaring seperti para pelayan Sasuke, cuma lelaki yang berjubah hitam itu berhasil kabur dengan luka gores di bagian pipinya.
Sasuke tertunduk lesu di samping tubuh ibunya, matanya memancarkan kekosongan. Tembakan di bahu kirinya membuat baju putihnya berlumuran darah, luka yang ada di bahunya tidak begitu sakit, dibandingkan hatinya yang sekarang tercabik-cabik menatap sosok yang di sayanginya, terbaring dan tidak akan membuka matanya dan tersenyum lembut didepannya.
"Kaa-san, aku berjanji akan melindungimu" ucap seorang bocah berumur 4 tahun sambil tersenyum di depan ibunya.
"Waah, kau kuat yaa, Sasuke" Ucap Mikoto.
"Tentu, aku lebih kuat dari Itachi-nii"
"Ahk, kau cerewet" Kata Itachi sambil mencubit pipi Sasuke.
"Jangan mencubitku! Kau itu yang lemah, Itachi-nii" Kata Sasuke dengan tegas.
"Hahaha, kalian sudahlah, jangan berkelahi, kalian wajib melindungi ibu kalian, kalian mengerti" Kata Fugaku.
Sasuke hanya tersenyum dan begitu juga Itachi, Mikoto hanya tersenyum sambil terkekeh melihat kedua putranya.
"Kaa-san"
Terlihat seorang pria dengan rambut ravennya, membuka matanya perlahan dan menatap sekeliling ruangan yang asing di benaknya. Matanya yang kelam hanya menampakkan kekosongan. Tangan kanannya merasakan rambut seseorang yang ada di sisi ranjang tempat tidurnya. Di liriknya kesamping dan terlihat seorang gadis berambut soft pink sedang tertidur. Sasuke meletakkan tangannya di kepala gadis itu dan mengusap lembut. Merasa seseorang memegang kepalanya, Sakura segera terbangun dan menatap Sasuke.
"Kau sudah bangun, Syukurlah" jawab gadis itu dengan senyum lembutnya walaupun dari wajahnya tampak agak bengkak pada bagian matanya, Seharian Sakura hanya menangis menatap Sasuke di ranjang dan tidak juga sadar selama dua hari.
"Apa kau mau makan?" Tanya Sakura.
"Hn"
Sakura bergegas mengambil bubur yang sudah disiapkan rumah sakit tempat Sasuke di rawat.
"Bangunlah, aku akan memperbaiki posisimu"
Sasuke menuruti kata-kata Sakura, bangun perlahan dan duduk sambil bersandar, Kepala Sasuke masih agak pusing.
"Apa kau sudah merasa baikkan?" Tanya Sakura sambil menyuapi Sasuke.
"Hn" Sasuke masih memilih untuk tidak menjawab panjang lebar, pikirannya masih kacau, trauma yang berat sedang melanda dirinya.
Beberapa hari kemudian, Sasuke masih tetap dengan sikapnya, tidak ingin berbicara apapun. Sakura yang terus menjaganya, tidak ambil pusing dengan sikap Sasuke, Sakura masih takut jika bertanya macam-macam tentang kejadian yang terjadi dirumah Sasuke.
Flash Back
Kediaman Uchiha yang begitu sunyi, tidak ada satupun Pelayan yang berlalu-lalang, gadis berambut soft pink berjalan perlahan menuju ruang tamu sambil sesekali memanggil Sasuke. Tubuh Sakura menjadi gemetar melihat pemandangan yang ada di ruang tamu Sasuke. Sakura hanya terduduk sambil menutup mulutnya dengan tangan. Beberapa detik Sakura terdiam dan segera bangkit, berlari dengan tergesa-gesa mencari sosok yang sejak tadi di panggilnya.
Langkahnya terhenti, menatap orang yang di carinya hanya terduduk sambil menundukkan wajahnya, Tangisan Sakura pecah, Sakura segera berlari dan memeluk Sasuke.
Rumah Sasuke segera di evakuasi, para pelayannya sudah di makamkan, polisi yang datang di TKP hanya bisa menghembuskan napas perlahan, salah satu saksi mata, Sasuke, tidak juga berbicara, dokter mendiagnosakan Sasuke mengalami trauma yang cukup berat, setelah mendapat berita kematian istrinya, Fugakugegas pulang dan mengurus segala pemakaman istrinya, Fugaku meminta Sakura untuk merawat Sasuke, Masih terasa sesak di dada Fugaku, melihat istri tercintanya mati begitu saja, Fugaku berniat mencari pelakunya dan membalas dendam, namun sampai detik sekarang pun, Fugaku masih belum menemukan titik terang tentang pelaku pembantaian dirumahnya.
End Flash back
Sebulan kemudian
"Apa kau mau jalan-jalan?" Tanya Sakura.
"Hn" gumam Sasuke.
Sakura menghampiri Sasuke dan menopangnya berjalan keluar kamar, sesampainya di taman rumah sakit, Sakura mendudukkan Sasuke di sebuah kursi kayu, Sakura juga duduk di samping Sasuke.
Terlihat di hadapan mereka, hamparan bunga-bunga berbagai warna yang menghiasi setiap taman rumah sakit itu. Pandangan Sakura hanya menuju ketaman bunga itu, tiba-tiba Sasuke membaringkan kepalanya di bahu Sakura.
"Indah ya" kata Sakura.
"Hn"
"Bagaimana keadaanmu?
"Jauh lebih baik"
"Syukurlah, aku turut senang"
"Terima kasih sudah menjagaku"
"Aku senang bisa berada di sampingmu"
"Sebaiknya kita masuk, sekarang jadwal minum obatmu" kata Sakura dan mengajak Sasuke menuju kamar rawatnya.
Sesampainya di kamar Sasuke, Sakura mengambilkan beberapa butir pil untuk Sasuke.
.
.
Triiit...Triiiit...
Naruto Calling.
Sakura berjalan agak menjauh dari Sasuke dan mengangkat ponselnya.
"Naruto, ada apa?"
"Sakura-chan, apa Kau melihat Sasuke?"
Sakura berbalik dan menatap Sasuke, Sasuke yang melihat Sakura mengerti maksud dari tatapan Sakura, Sasuke hanya menggelengkan kepalanya.
"Maaf, sudah beberapa hari ini Sasuke tidak menghubungiku"
"Apa! Sasuke juga tidak menghubungimu, hmm, dia kemana yaa? Sudah sebulan lebih dia tidak masuk sekolah, kau juga, kemana saja kau?"
"A-aku, aku sedang berada di luar kota, maaf, soalnya ada urusan mendadak"
"Kalian berdua aneh, apa ada masalah? Ponsel Sasuke juga tidak bisa dihubungi"
"Ma-masalah, tidak, kami baik-baik saja, yaa, aku tahu itu, sepertinya ponselnya rusak"
"Baiklah, hubungi aku kalau kau sudah kembali ke konoha"
"Iya"
Tuuut...Tuuuut...
.
.
Sakura menutup ponselnya dan berjalan menghampiri Sasuke. Sakura hanya terdiam menatap Sasuke yang duduk di sisi ranjang sambil menatap lantai.
"Naruto, khawatir padamu" Kata Sakura.
"Hn, aku tahu"
"Sasuke!" teriak sebuah suara dari arah pintu masuk. Terlihat seorang lelaki dengan wajahnya yang mirip Sasuke, mata kelamnya dan rambut hitam panjangnya yang terikat rapi.
"Kau baik-baik saja?" Tanyanya.
Bruuk...!
Satu pukulan keras mendarat di pipi Itachi, pukulan yang cukup keras membuat Itachi jatuh kelantai, Sasuke hanya menatapnya dengan kesal dan amarah yang memuncak.
"Kau dan Too-san sama saja, kalian tidak mempedulikan Kaa-san, aku benci kalian!" teriak Sasuke.
"Maaf, Sasuke, aku juga telat mendengar kabar ini" kata Itachi dan berdiri merapikan pakaiannya "Aku tidak tahu kalau ada yang menyerang rumah kita, Too-san juga sangat menyesal tidak meningkatkan sistem keamanan di rumah dan juga-"
"-Diam! Aku tidak butuh alasanmu!"
"Sasuke tenanglah" Kata Sakura dan berjalan menghampiri Sasuke, membelai lembut pipi Sasuke dan menenangkannya "Maaf, Itachi-nii, Sasuke sedang dalam masa terapi, jadi mohon jangan membuatnya emosi" ucap Sakura.
"Aku minta maaf, aku hanya ingin tahu kabar Sasuke" Kata Itachi kepada Sakura, Sakura hanya membalasnya dengan anggukan dan senyum lembut "Sasuke, aku turut menyesal atas hal ini, kau patut menyalahkanku, aku terima itu, aku tidak bisa menjadi kakak yang baik untukmu dan melindungi kaa-san, aku tahu ini berat bagimu, aku bisa pahami itu, tapi, kaa-san pergi karena dia ingin kau tetap hidup, dia ingin melihatmu menjadi anak yang dia banggakan, sekali lagi aku minta maaf" sambung Itachi dan membungkuk di hadapan Sasuke.
Sasuke yang tadinya emosi, sekarang menjadi tenang dan kembali duduk di sisi ranjangnya. Sakura berjalan mengambilkan kursi untuk Itachi, setelah itu Sakura berjalan keluar, membiarkan Itachi dan Sasuke menyelesaikan masalahnya.
"Apa kau tahu siapa yang menyerang rumah kita?" Tanya Itachi.
"Aku tidak tahu, mereka menggunakan pakaian serba hitam, namun salah satu dari mereka ada yang mengenakan jubah hitam dan dia memakai kaca mata"
"Apa yang mereka cari dirumah?"
"Aku hanya mendengar mereka meminta data rahasia yang disembunyikan Too-san saat mereka menangkap Kaa-san"
Itachi terdiam, kalimat-kalimat Sasuke membuatnya sedikit berpikir dengan kata-kata 'data rahasia'
"Apa kau sudah memberitahukan Too-san?"
"Belum"
"Hmm, baiklah, setelah kau keluar dari rumah sakit, segera hubungi aku, Too-san ingin bertemu denganmu"
"Hn, bagaimana dengan kaa-san?"
"Makamnya ada di tempat pemakaman umum Uchiha, berkunjunglah jika kau mau" kata Itachi dan berjalan keluar, Sasuke hanya terdiam dan membaringkan tubuhnya di tempat tidur, Saat Itachi keluar, Sakura berjalan menghampiri Itachi.
"Sasuke-"
"-Tenang saja, dia tidak emosi lagi" kata Itachi sambil tersenyum.
"Kata dokter, 3 hari lagi Sasuke sudah bisa keluar dari rumah sakit" Kata sakura.
"Oh, terima kasih infonya, dan terima kasih juga sudah mau menjaga Sasuke" kata Itachi dan membelai lembut kepala Sakura.
"Sama-sama Itachi-nii" Ucap Sakura sambil tersenyum tulus.
.
.
.
3 hari kemudian.
Sasuke membereskan pakaiannya dan barang-barangnya yang ada di rumah Sakit, Sakura turut membantunya, kemudian mereka berdua berjalan keluar dari rumah sakit, di jalan depan rumah sakit, sebuah mobil sedan hitam menunggu Sasuke dan Sakura, keduanya berjalan menghampiri mobil itu dan masuk kedalamnya, tidak menunggu lama, mobil mewah hitam itu sudah berada di jalan raya, menelusuri jalan-jalan perkotaan yang ramai dengan kendaraan dan orang-orang yang berlalu-lalang.
Sasuke menatap ke kaca mobil sambil tangan kanannya menopang dagunya, tangan kirinya menggenggam tangan Sakura.
"Sebaiknya kau pulang kerumahmu" kata Sasuke, tetap dengan tatapannya kekaca mobil.
"Iya" ucap Sakura dan tersenyum.
"Maaf sudah merepotkanmu"
"Tidak apa-apa, aku tidak merasa di repotkan"
"Hn"
"Setelah pulang nanti, kau harus menghabiskan obatmu, sampai luka yang ada bahu kirimu sembuh total, ok"
"Hn"
Setelah beberapa menit, mobil sedang itu berhenti di depan pagar yang cukup tinggi dan halaman dirumah itu cukup luas.
"Aku turun disini saja" Kata Sakura dan membuka pintu mobil sambil menurunkan kakinya dan berjalan keluar dari mobil "Terima kasih sudah mengantarku" sambung Sakura.
"Hn, aku akan menelpon nanti"
"Tidak perlu, kau harus banyak-banyak beristirahat"
"Aku akan tetap menghubungimu"
"Huft, dasar keras kepala, Dah"
"Dah"
Mobil sedang itu kembali melaju menuju jalan raya, selama di mobil Sasuke hanya terdiam, peristiwa kematian ibunya, masih terbayang-bayang di pikirannya, walaupun Sasuke mencoba melupakannya, tetap saja dia akan mengingat ibunya yang mati karena melindunginya.
"Baa-san" panggil Sakura saat memasuk ruang tamu.
"Sakura, kau sudah pulang" kata seseorang yang begitu tua, dilihat dari wajahnya dengan beberapa keriput yang menghiasi wajahnya, berjalan menghampiri Sakura.
"Sasuke bagaimana?" tanya nenek Chiyo.
"Sasuke baik-baik saja, dia sudah sembuh" jawab Sakura.
"Syukurlah, sebaiknya kau beristirahat, selama di rumah sakit kau hanya menjaga Sasuke dan tidak memperdulikan kondisi tubuhmu sendiri"
"Iya-iya, aku tahu itu Baa-san"
Nenek Chiyo hanya ternyum dan menepuk-nepuk pelan kepala Sakura, sejak kecil Sakura dibesarkan nenek Chiyo, orang tua Sakura sudah lama meninggal karena kecelakaan pesawat saat Sakura berumur 5 tahun, walaupun nenek Chiyo dan Sakura tidak ada hubungan darah, nenek Chiyo tetap menganggap Sakura sebagai cucu kandungnya. Dirumah yang cukup besar dan megah ini, mereka hanya tinggal berdua dan di temani dengan beberapa pelayan yang mengurus rumah serta pelayan pribadi nenek Chiyo.
Kami laporkan beberapa kerusakan terjadi di dekat sekolah konoha, sekarang daerah ini kembali aman setelah terjadi perang sengit antara sebuah R tipe wing dan R tipe alfa. Sampai sekarang pun kabar yang beredar menyatakan perang ini terjadi karena pemberontakan yang mulai bergerak menentang pemerintahan konoha, sekian berita dari kami.
Sakura hanya menatap layar kaca televisi dengan tatapan yang begitu kaget.
"Ada apa Sakura?" tanya nenek chiyo, melihat Sakura yang berdiri terpaku didepan layar televisi.
"Ada apa ini? Kenapa seperti itu?" pertanyaaan mulai bermunculan di kepala Sakura.
"Hmm, kau belum mendengar berita akhir-akhir ini?"
"Apa yang terjadi?"
"Di beberapa daerah di negara Konoha ini, tiba-tiba sebuah R 'Robot' dengan berbagai tipe bermunculan, yang kau dengar barusan adalah R tipe wing milik perusahaan Uzumaki sebagai R pertahanan negara, sedang R tipe alfa masih rahasia, entahlah mereka dari mana, mereka tiba-tiba muncul begitu saja dan menghancurkan beberapa gedung dan membunuh orang-orang yang ada di sekitarnya, sepertinya mereka benar-benar pemberontak di negara Konoha, tujuan mereka ingin mengambil alih kepimpinan Minato dan mengubah masa depan di negara konoha" Kata nenek Chiyo, menjelaskan semua hal yang telah terjadi selama Sakura hanya berada di rumah sakit.
"I-ini tidak mungkin" Kata Sakura masih tidak percaya dengan kata-kata nenek Chiyo.
"Aku tahu, kau masih tidak percaya dengan hal ini,kan, kau beranggapan Konoha adalah negara terdamai, itu tidak akan bertahan, suatu saat negara ini juga akan di serang, baik di luar maupun di dalam negara konoha itu sendiri.
Sakura hanya terdiam, setiap kalimat Nenek Chiyo masih belum bisa di cernanya.
Di lain tempat.
Sasuke berjalan memasuki sebuah rumah mewah yang sangat luas, di ruang tamu Ayah dan kakaknya, Itachi, sudah menunggunya. Sasuke berjalan menghampiri sebuah sofa dan duduk di situ.
"Bagaimana keadaanmu, nak?" tanya Fugaku dengan wajahnya yang masih lesu, melihat Sasuke di hadapannya, seakan terbayang wajah istrinya yang telah pergi.
"Aku baik-baik saja, ini berkat Sakura" Kata Sasuke dengan tatapan dinginnya.
"Syukurlah, aku turut senang kau selamat saat insiden yang terjadi dirumah, aku juga berterima kasih sama Sakura, dia telah menjaga dan merawatmu"
"Hn" respon malas Sasuke.
"Sebaiknya kita langsung pada intinya saja, sepertinya Sasuke mulai bosan dengan acara ngobrol seperti ini" Kata Itachi kepada Fugaku. Sasuke kembali menatap serius kearah Ayahnya.
"Hmm, baiklah Sasuke, Too-san akan membawamu ke perusahaan Too-san yang ada disebuah pulau yang tidak jauh dari negara Konoha ini, Too-san ingin kau mengembangkannya" kata Fugaku.
"Untuk apa Too-san mengirimku? Aku masih ingin pergi sekolah"
"Kau tidak tahu, sekarang konoha menjadi negara yang penuh dengan peperangan dimana-mana, kita sebagai Uchiha wajib menyelesaikan masalah ini"
"Aku tidak tertarik"
"Salah satu dari mereka adalah orang-orang yang berencana membunuh kita semua, itulah sebabnya kenapa Kaa-sanmu pergi"
Sasuke terdiam mendengar kata-kata terakhir Fugaku.
"Kau bisa menemukan orang yang telah membunuh Mikoto"
Lagi-lagi Sasuke hanya terdiam, setiap kata-kata Fugaku masih belum mendapat respon dari Sasuke.
"Aku lelah, nanti saja bicarakan hal ini" kata Sasuke dan beranjak menuju kamar barunya, setelah kejadian itu, Fugaku memilih meninggalkan rumah lamanya dan pindah kerumahnya yang sudah lama tidak di tinggali, namun rumah itu selalu di bersihkan oleh pelayan-pelayan yang tinggal di rumah itu.
"Haa... Too-san terlalu memancingnya dengan menyebut kaa-san, sekarang dia sedang berpikir makanya dia pergi" Kata Itachi setelah Sasuke sudah menghilang dari ruang tamu.
"Aku tetap akan membawanya dan menjadikannya pilot dengan R tipe zero"
"Apa Sasuke akan tertarik dengan hal itu?"
"Bagaimana pun caranya dia tetap akan menggunakan itu"
"Jika seperti ini, lama-kelamaan kita akan menjadi pemberontak"
"Kau tidak perlu berkomentar apapun, negara ini perlu ada perombakan, kita harus lebih ekstra mengusir mereka"
"Aku tidak setuju dengan i-"
"-Dengarkan Kata Too-san!" Kata Fugaku dengan nada yang tinggi.
"Terserahlah kata Too-san, aku tetap tidak akan ikut" kata Itachi dan berjalan menuju kamarnya.
Nasib akan berbalik, dan negara ini akan hancur...
Triitt...Triiitt...
Naruto Calling
"Ada apa Naruto?" Tanya Sakura melalu ponselnya.
"Aku ingin bertemu denganmu, apa kau sudah kembali dari urusanmu itu?"
"Hmm, iya, kapan?"
"Besok, di taman sekolah kita"
"Tapi di tempat itu sudah di isolasi"
"Tidak masalah, kita hanya akan berbicara di sana"
"Baiklah"
Tuuutt...tuuuuut...
.
.
Triiiit...trriiittt...
Sasuke-kun Calling
Sakura masih menatap layar poselnya, setelah berbicara dengan Naruto, tiba-tiba Sasuke menelpon.
"Halo"
"Sakura, apa kau ada waktu?"
"Iya, ada apa?"
"Aku ingin bicara denganmu"
"Kapan?"
"Besok"
"Hee, besok?"
"Iya, ada apa? Apa kau sibuk?"
"Ti-tidak, hanya saja-"
"-Kenapa? "
"Eh, ti-tidak, besok kita ketemu, tapi sore yaa"
"Hn"
Tuuut...tuuutt...
"Wow, sugoi...!" kata Naruto saat berada di dalam sebuah R.
"Bagaimana Naruto? Apa kau menyukainya?" Teriak Lee dari arah bawah di samping kaki R.
"Ini hebat sekali, apa betul R ini buat aku?"
"Tentu, ayahmu yang memintaku untuk menunjukkannya kepadamu?"
"Aku jadi bersemangat, kapan uji pakainya?"
"2 hari lagi, setalah semua mesinnya di cek dan di perbaiki"
"Ok, aku tunggu" Kata Naruto sambil menuruni R.
Rock Lee, atau sering di sapa Lee adalah seorang anak yang seumuran dengan Naruto, hanya saja otaknya yang selalu bekerja dalam hal mesin dan suku cadang R, Lee menguasai berbagai hal itu membuat sebuah R lebih maksimal saat di gunakan di lapangan.
"Berusahalah lebih giat, pemberontak itu harus segera dihancurkan" kata Lee.
"Tentu, aku akan sekuat tenaga menghancurkan mereka, tidak peduli mereka sekuat apa"
"Hahaha, kau bisa saja Naruto, tenang saja, Rmu ini akan aku pasangkan sistem mesin yang lebih kuat dari R yang telah di pakai oleh pilot-pilot sebelumnya, dan Rmu ini sengaja di buat khusus"
"Khusus? Hee, keren" kata Naruto dengan wajah berbinar-binar.
"Kau ini, jangan lupa, ini adalah perang, jangan kau anggap seperti main-main"
"Iya-iya, aku paham kok, ok, besok kita uji lagi"
"Ok, senang bisa bekerja sama denganmu"
"Sama-sama"
.
.
.
"Laporan hari ini, kemungkinan mereka akan mengirimkan senjata lagi ke luar negeri" Kata Shizune, dia adalah sekretaris Minato yang melaporkan segala pergerakkan Uchiha, semua laporan mereka dapat dari mata-mata yang ditugaskan sebagai salah satu kaki tangan Uchiha.
"Kapan mereka akan mengirim?" tanya Minato.
"Besok, di perkirakan sekitar jam 4 sore"
"Hmm, kita akan siaga saja, jika mereka tidak memiliki ijin, sita barang mereka" kata Minato.
"Baik"
"Bagaimana hasil uji Naruto?" Tanya Minato kepada Lee.
"Hasilnya bagus, Tuan Uzumaki, Naruto sudah bisa mengendalikan kecepatan R dan uji menembaknya juga tepat sasaran, aku rasa seminggu lagi Naruto siap menjadi pilot andalan kita"
"Terima kasih atas kerja samanya"
"Eh, tidak perlu bilang begitu tuan Uzumaki, aku yang senang bisa menjadi ahli mekanik disini"
"Baiklah, lanjutkan pekerjaanmu, aku mengandalkanmu"
"Siap!"
Terlihat dua orang yang sedang berdiri di depan pintu tanpa membukanya, mereka berdua hanya mematung sambil mengarah kearah gagang pintu itu, keringat mereka sedikit bercucuran dan sesekali mereka menelan ludah mereka.
"Bagaimana ini?" tanya Minato.
"Aku tidak tahu" Jawab pasrah Naruto.
"Kushina pasti marah besar"
"Tentu saja, Too-san sudah meninggalkannya selama berbulan-bulan tanpa pulang kerumah, dan sekarang Too-san menyeretku dalam masalah ini"
"Siapa yang menyeretmu, aku melatihmu menjadi pilot yang handal!"
"Tetap saja, Too-san yang mengajakku!"
"Kalian berhentilah berkelahi...!"
Plaak...plaak...
Saat di ruang tamu yang tenang, Kushina dengan wajahnya yang masih kesal duduk di sofa, Minato dan Naruto berlutut di lantai sambil menggosok-gosok masing-masing pipi mereka bekas tamparan Kushina.
"Maaf, Kaa-san" kata Naruto.
"Kushina, maafkan aku"kata Minato.
"Kalian berdua seperti melupakanku, coba kalian rasakan dirumah sendirian"
"Apa pembantu dirumah tidak cukup?" Tanya Minato.
Urat-urat dikening Kushina keluar, Melihat sikap Kushina yang semakin kesal Minato hanya menunduk, Naruto hanya nyengir melihat sikap Too-sannya yang takut setengah mati.
"Hah, sudahlah, aku sedang capek" Kata Kushina dan beranjak dari sofa, saat melewati keduanya, sebuah tangan kekar menggenggam tangan Kushina, Kushina berbalik dan menetap Minato yang sedang berdiri sambil tetap memegang tangan Kushina.
"Sebaiknya hari ini kita jalan-jalan, bagaimana?" tanya Minato.
"Huft, baiklah" Kata Kushina, terlihat dari raut wajahnya yang begitu senang saat menatap wajah suaminya.
"Curang mereka pergi berkencan" kata Naruto dalam hati dan hanya terdiam menatap orang tuanya pergi.
Naruto berjalan menuju kamarnya dan membaringkan tubuhnya dikasur, menatap langit-langit kamarnya dan wajah Sasuke yang terlintas.
"Kau sekarang ada dimana, Teme?"
Tiba-tiba terlintas di pikiran Naruto, rumah Sasuke, dengan segera Naruto mengambil jaketnya dan mengendarai sebuah motor menuju rumah Sasuke.
~TBC~
gomenn... ini karena terlalu panjang dan ternyata tidak bisa dibuat one shoot... *suram dipojokkan...
maaf, ceritanya biasa-biasa aja *suram lagi.
silahkan review, atau review aja dengan chapter selanjutnya... heheheh... *onegai
