Schadenfreude
.
A fanfic by rocketeer7
Starring : Byun Baekhyun, Oh Sehun (Wu Sehun), Kris Wu
First chapter : Amity
Hari ini Baekhyun sudah sangat rapi, ia akan melaksanakan wawancara dengan Star Empire Coorporation untuk posisi General Manager disana. Well, bisa dibilang ini adalah penampilan paling rapi milik Baekhyun. Baekhyun sudah berusaha menamatkan kuliahnya dengan cumlaude, kini Baekhyun harus mendapat pekerjaan. Dia harus membuktikan pada teman temannya bahwa ia sudah mendapat pekerjaan lebih cepat dari mereka.
"Luhan-hyung, aku pergi dulu, ya!"
Luhan yang sedang mengoles roti pun menoleh dan tersenyum manis kearah Baekhyun yang sedang memakai sepatunya di ambang pintu. Luhan lalu membawa rotinya dan berlari menuju Baekhyun.
"Ini, makanlah dijalan." Karena tangannya sibuk memasang sepatu, Baekhyun mengambil roti Luhan dengan menggigitnya.
"Thanks, hyung."
"Hati-hati dijalan. Apa kau mau aku mengantarmu?"
"Ani, hyung, kau pasti masih capek. Aku pergi dulu, ya, hyung!"
"Fighting, Baekhyun-ah!"
Baekhyun lalu berjalan keluar dari rumahnya. Baekhyun yang rapi langsung berjalan menuju halte yang terletak di persimpangan jalan. Tak menunggu beberapa lama lagi, bus tersebut datang. Baekhyun naik ke bus itu selama 15 menit, lalu bus itu berhenti ke halte di dekat Star Empire Coorporation. Baekhyun berjalan sebentar, lalu sampai di depan gedung megah Star Empire Coorporation.
"Byun Baekhyun, kau pasti bisa!" Baekhyun mengepalkan tangannya di udara sembari menyemangati dirinya sendiri. Ia tersenyum dengan sangat manis, lalu mulai berjalan memasuki gedung.
Gedung Star Empire Coorporation sangat megah, terdapat orang-orang ber jas berjalan cepat di dalam gedung tersebut. Baekhyun tersenyum, semoga ia bisa menjadi salah satu dari orang-orang sibuk tersebut. Mata Baekhyun memandang ke seluruh penjuru gedung megah Star Empire Coorporation. Tekadnya sudah benar benar bulat bahwa ia ingin bekerja di istana megah itu.
Baekhyun lalu menuju ke hall di lantai 9. Baekhyun menaiki lift dan menekan tombol 9. Wajahnya begitu berseri-seri hari ini. Baekhyun sudah menyiapkan semua pertanyaan pertanyaan yang mungkin muncul waktu wawancara dari jauh jauh hari. Lift kemudian terbuka, Baekhyun berjalan keluar dan menuju hall.
Bruk!
"Auw!" Tepat saat akan membuka pintu hall, pintu tiba tiba terbuka dari dalam dan menyebabkan dahi Baekhyun terantuk pintu. Terlihat seorang namja jangkung yang sedang kaget karena tidak tahu bahwa di luar pintu ada Baekhyun.
"Oh, maaf! Kau tidak apa-apa?" tanya namja jangkung itu.
"Aku baik baik saja, sepertinya." Baekhyun masih mengelus dahinya yang masih nyeri. Oh, baguslah, ia bertemu seorang teman ternyata. Dari penampilannya dan berkas berkas di tangannya, ia yakin bahwa namja di depannya ini juga akan melakukan wawancara sama sepertinya.
"Apa yang kau lakukan disini?" Tanya namja jangkung itu lagi.
"Yeah, seperti yang kau lihat, aku ingin melakukan wawancara untuk posisi General Manager disini." Ucap Baekhyun sambil tersenyum bangga.
"Uh, bukannya wawancaranya ada di hall?" Namja jangkung itu mengernyitkan dahinya bingung.
"Bukankah ini hall-" Kata kata Baekhyun terhenti saat Baekhyun mendongak dan melihat papan diatas pintu besar tersebut yang ternyata bertuliskan 'Conference Room'.
"Coba kau lihat jam." Namja jangkung itu berucap lagi. Baekhyun yang masih bingung lalu melirik jam tangannya. 09.12 PM.
Dan wawancaranya dimulai jam 09.00 tepat.
"ASTAGA AKU TERLAMBAAAAAT!" Baekhyun lalu berlari menjauhi Conference Room. Namun Baekhyun mengernyitkan dahinya karena namja jangkung itu tidak berlari bersamanya, bukannya dia juga akan wawancara? Kenapa dia tidak panik samasekali?
"AISH, AYO! KITA TERLAMBAT!" Baekhyun berbalik, lalu menarik tangan namja jangkung itu untuk berlari bersama. Baekhyun tak habis pikir, apakah namja jangkung itu sudah menyerah sebelum wawancara?
"E-eh, tapi aku-"
Tanpa babibu lagi, Baekhyun masih berlari dengan menarik tangan namja jangkung itu. Baekhyun menyusuri lorong gedung, dan sampai ke ujungnya. Baekhyun akhirnya berhenti ketika melihat ruangan bertuliskan 'Star Empire Hall'. Baekhyun lalu dengan buru-buru membuka pintu hall. Baekhyun melihat banyak sekali orang berjas sedang bermonolog mempraktikkan apa yang akan mereka jawab untuk wawancara.
"Eh? Wu Sajangnim?" Seorang wanita berjas hitam berjalan mendekati Baekhyun. Wanita itu lalu membungkuk di depan Baekhyun. Baekhyun lalu menoleh ke belakang.
Baekhyun mengernyitkan dahinya.
Wu Sajangnim?
Oh tidak. Jangan-jangan...
"Sa-sajangnim?" Baekhyun lalu menyadari bahwa tangannya masih menggenggam tangan namja jangkung itu. Baekhyun buru buru melepas pegangannya pada tangan namja jangkung itu.
"Ah, ya, bagaimana proses wawancaranya?" tanya namja jangkung itu kepada wanita tadi. Baekhyun masih cengo di tempatnya. Baekhyun melihat ke arah wanita itu, lalu ke namja jangkung itu lagi. Wanita-namja jangkung. Wanita-namja jangkung.
"Wawancaranya berjalan dengan sangat baik, sajangnim. Baiklah, saya akan ke bawah dulu, sajangnim." Wanita itu membungkuk, lalu pergi meninggalkan Baekhyun dan namja jangkung itu. Baekhyun yang sedang dalam keadaan trance perlahan lahan sadar.
"Sa-sajangnim? AH! Maafkan saya, sajangnim! Saya tidak tahu kalau... kalau..." Baekhyun membungkuk dan meminta maaf berulang kali kepada namja jangkung itu. Namja jangkung yang baru saja dipanggil Wu Sajangnim itu hanya tertawa awkward sambil menggaruk tengkuknya sendiri. Awkward.
"Tidak apa-apa. Sudah, masuklah dan lakukan yang terbaik untuk wawancara."
Yang Baekhyun tahu, para CEO perusahaan besar itu sebagian besar sudah berumur, sombong, dan pemarah, seperti halnya orang kaya kebanyakan. Namun kali ini teori Baekhyun salah, karena namja jangkung di depannya ini nyatanya adalah seorang CEO, namun ia masih terlihat sangat muda, ramah, dan juga baik. Benar benar merubah pandangan Baekhyun terhadap orang kaya kebanyakan. Baekhyun tersenyum, lalu mengangguk.
"Ne, sajangnim. Sekali lagi, maafkan saya."
Namja jangkung itu mengangguk dan berjalan meninggalkan Baekhyun. Baekhyun menghela nafasnya berat dan mulai memasuki hall. Well, hampir saja Baekhyun gagal hanya karena ia mengira CEO sebagai jobseeker. Namun untungnya CEO bermarga Wu itu baik dan melepaskan Baekhyun begitu saja. Baekhyun lalu melihat sekeliling untuk mencari tempat duduk kosong, namun nihil. Hall milik Star Empire memang sangat besar, namun para jobseeker juga banyak yang datang, jadi ruangan ini terbilang cukup ramai. Baekhyun akhirnya memilih untuk duduk jongkok dan bersandar di tembok.
"Nomor 25 Ji Yedam, nomor 26 Im Sena, nomor 27 Park Jiwoon silahkan masuk." Baekhyun melihat namja dengan rambut belah tengah meneriaki nama-nama yang akan masuk untuk melakukan wawancara. Baekhyun melihat lembar pendaftarannya dan mengingat ia urutan nomor 40. Ah, masih lama.
Ada satu kebiasaan Baekhyun jika sedang bosan, bersedih, atau berfikir. Baekhyun akan datang ke rooftop, dan melihat pemandangan sambil melepaskan penatnya. Baekhyun fikir, jika ia sedang berada di rooftop, semilir angin akan menerbangkan semua pikiran berkecamuknya. Kebiasaan ini sudah dilakukan Baekhyun sejak Middle School. Baekhyun akan berada di rooftop sambil mendengarkan lagu.
Dan kini disinilah Baekhyun, di dalam lift yang akan membawanya ke rooftop gedung Star Empire. Gedung Star Empire ini memiliki 25 lantai. Saat pintu lift terbuka, Baekhyun langsung keluar dan menaiki tangga menuju rooftop. Jika Baekhyun terus terusan berada di hall dan mendengar orang ber-monolog, ia bisa sangat gugup dan mengacaukan wawancaranya. Jadi, berada di rooftop adalah pilihan terbaik Baekhyun.
"SEHUN-AH! YAH WU SEHUN!" Saat akan sampai di akhir anak tangga, Baekhyun mendengar suara orang ramai berteriak-teriak. Namun, yang paling Baekhyun dengar adalah suara bass seorang namja diantara teriakan-teriakan lainnya. Baekhyun penasaran, lalu dengan cepat menaiki tangga.
"Sehun-ssi! Turunlah!"
"Bahaya, Sehun-ssi!"
"WU SEHUN! JANGAN BERBUAT HAL BODOH, IDIOT!"
Baekhyun lalu menerobos kerumunan orang di depannya. Badannya yang mungil memudahkan ia sampai di depan kerumunan orang orang berteriak tersebut. Baekhyun menyembulkan kepalanya, dan melihat seorang namja putih sedang berada di pinggir rooftop, bersiap akan meloncat kebawah.
Apa ia akan bunuh diri?
"Andwae! Jangan loncat!" Kini Baekhyun juga ikut berteriak. Matanya membulat khawatir, jantungnya berdebar sangat cepat memikirkan apa yang akan dilakukan namja putih itu.
"DIAM! SEHARUSNYA KAU BERTANYA PADA APPA, SIAPA YANG MEMBUAT AKU JADI BEGINI!" Namja putih itu menoleh, dan Baekhyun bisa melihat kilatan amarah, kesedihan, dan kekecewaan tersirat di raut wajah namja itu.
"Turunlah, Sehun-ssi!"
"Jebal, Sehun-ssi!"
"OI BODOH IDIOT! CEPAT TURUN!"
"DIAAAAAM!" Uh-oh. Kini bukan namja bernama Sehun itu yang berteriak, namun Baekhyun. Baekhyun risih, dan khawatir. Teriakan-teriakan itu hanya dapat memperkeruh suasana saja. Baekhyun harus berpikir cepat, mencegah Sehun untuk bunuh diri. Sontak semua orang yang tadi berteriak-teriak melihat Baekhyun bingung. Sehun yang sedang berada di ambang hidup dan matinya pun menoleh ke arah Baekhyun bingung.
"Ehem, jadi, namamu Wu Sehun, bukan?" Baekhyun bertanya dengan halus, dan mendekat perlahan ke arah Sehun.
"BUKAN URUSANMU! DAN JANGAN MENDEKAT!" Bentak Sehun.
"O-oke. Aku akan disini. Aku tidak mendekat," Baekhyun sudah seperempat jalan, lalu berhenti. Takut tiba-tiba Sehun akan loncat jika ia terus mendekat. "Wu Sehun-ssi, kelihatannya kau lebih muda dariku, dan kau masih punya masa depan yang cerah."
"CERAH KATAMU!? KAU TIDAK TAHU APA-APA!" Bentak Sehun lagi. Baekhyun kembali berjalan perlahan tanpa disadari Sehun.
"Wu Sehun-ssi, aku mempunyai kenalan saat aku masuk rumah sakit karena tifus bulan lalu." Baekhyun mulai bercerita, "dia Kim Dani. Kau tahu? Dia mengidap kanker paru-paru stadium tiga di umurnya yang baru 6 tahun. Dia begitu karena ayahnya seorang perokok berat,"
Sehun diam. Baekhyun semakin mendekat dengan perlahan.
"Dani bercerita padaku, ia ingin sekolah. Ia ingin ayah dan ibunya menjenguknya sekali saja. Namun ayah dan ibunya tidak pernah sekalipun menjenguknya. Para dokter memprediksi waktunya di dunia hanya 2 minggu. Itu artinya, Dani tidak bisa bersekolah, memiliki teman-teman dan bermain, ataupun melakukan hal yang ia sukai."
Baekhyun semakin mendekat ke arah Sehun.
"Dani sangat ingin sembuh, kau tahu? Dia selalu menatap iri anak anak yang hidupnya begitu sempurna. Namun Tuhan sangat menyayangi Dani, minggu lalu ia dipanggil Tuhan. Percayalah, Wu Sehun, banyak yang ingin hidup seperti kau. Belajarlah untuk bersyukur. Mungkin cobaanmu terasa begitu berat, namun percayalah bahwa masalah tidak akan selamanya datang. Ada kalanya kita berada di bawah, dan ada kalanya kita diatas. Karena...
...pasti ada seseorang yang membutuhkanmu untuk hidup."
Deg! Kalimat terakhir Baekhyun menohok hati Sehun sangat keras. Benarkah? Benarkah ada yang membutuhkannya? Selama ini ia merasa dirinya hanyalah sampah tak berguna yang pantas dibuang, yang jika ia mati pun takkan ada yang berubah. Ia berfikir bahwa ia hanyalah anak yang hanya bisa merepotkan orang-orang di dekatnya saja. Benarkah... Ada yang membutuhkannya?
Hup! Baekhyun menarik tangan Sehun, sehingga Sehun limbung, lalu jatuh menimpa tubuh Baekhyun. Semua orang di rooftop itu lalu menghela nafas lega melihat Sehun sudah tidak berada di pinggiran lagi.
Mata Sehun dan Baekhyun lalu bertemu. Sehun tidak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah Baekhyun yang begitu cantik, walaupun dia laki-laki. Surai coklat Baekhyun yang sangat halus, mata Baekhyun yang begitu jernih, dan bibir Baekhyun yang tipis, Sehun takkan mau melupakannya. Ah, lebih tepatnya, Sehun takkan bisa melupakannya.
"H-hei, Wu Sehun, kau berat." Ucap Baekhyun sambil meringis. Sehun yang sadar lalu mengerjap-ngerjapkan matanya dan buru-buru bangun dari tubuh Baekhyun.
"Ma-maaf." Ucap Sehun. Ia lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Baekhyun.
"WU SEHUN! BODOH!" Suara bass itu memecah suasana. Baekhyun dan Sehun menoleh, dan mendapati seorang namja jangkung berjalan kearah mereka. Namja jangkung itu lalu menjitak kepala Sehun. Baekhyun melihatnya, itu adalah Wu Sajangnim. Orang yang tadi ditarik oleh Baekhyun dan dikira jobseeker.
"Auw! Hyung!"
"Jangan lakukan itu lagi atau kau akan mati di tanganku sebelum kau melakukannya." Wu Sajangnim lalu menoleh kearah Baekhyun yang menundukkan kepalanya.
Mati kau, Baekhyun! Dia akan mengingatnya!
"Eh, kau? Ah, terimakasih banyak! Kau telah menyelamatkan adikku. Siapa namamu?" tanya Wu Sajangnim sambil menjabat tangan Baekhyun. Baekhyun membelalakkan matanya.
Dia tidak marah? Atau tidak ingat?
"Namaku... Byun Baekhyun, sajangnim."
"Nama yang cantik." Ucap Sehun. Wu Sajangnim lalu berdecak kearah adiknya itu. Beberapa menit yang lalu ia ingin bunuh diri, namun sekarang ia malah menggoda namja manis. Sungguh, ia tak tahu jalan pikiran adiknya yang labil itu.
"Aku Kris Wu, dan dia adikku, Wu Sehun. Sekali lagi terimakasih banyak, tanpa kau adikku yang idiot ini pasti sudah terjun." Kris tersenyum lebar kearah Baekhyun, yang kini sudah tidak menunduk lagi. Baekhyun juga tersenyum.
"Ah tidak, sajangnim. Aku juga tidak bisa tinggal diam, jadi... yah..." Baekhyun menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Aku juga berterimakasih, Baekhyun-hyung. Kalau tidak ada Baek-hyung, aku pasti sudah melakukan hal bodoh dan mati sia sia." Sehun tersenyum manis kearah Baekhyun. Baekhyun membalas senyuman Sehun lalu mengangguk.
"Baekhyun? Kau sudah selesai wawancara?" Ucap Kris. Baekhyun trance sejenak.
Wawancara...
Wawancara...
"Wawancara! Aku terlambaaaaaaaaat!" Tanpa babibu lagi, Baekhyun langsung berlari dengan tergesa gesa menuju hall. Pasalnya, acara menyelamatkan Sehun tadi cukup lama, dan Baekhyun tidak yakin sekarang masih urutan dibawah nomornya. Saat menuruni tangga, Baekhyun sedikit terpeleset dan kakinya berdarah karena mengenai pinggiran tangga.
"Auw!" Pekik Baekhyun. Namun Baekhyun tak ingin lama lama membuang waktu, ia kembali berlari menuju lift dan buru buru menekan angka 9. Setelah pintu lift terbuka, Baekhyun langsung berlari menuju hall, tak peduli dengan jalannya yang terseok-seok. Baekhyun sampai di hall, lalu menghampiri seorang namja yang sedang bermonolog ria.
"Permisi, ini sudah urutan ke berapa ya?" tanya Baekhyun tergesa-gesa.
"Um... sudah urutan ke 60. Baru saja dipanggil." Jawab namja itu.
Oh tidak.
"Tidaaaaaaaaaaaak!" Baekhyun berteriak sambil menarik rambutnya frustasi, membuat semua orang di hall itu memandangnya aneh. Baekhyun tidak peduli, rasanya ia ingin berteriak kencang sekarang. Pupus sudah harapannya untuk bekerja di gedung megah itu.
Baekhyun benar benar kacau sekarang.
"Ada apa ini?" Seorang yeoja berpakaian rapi dan mengenakan tanda pengenal menghampiri Baekhyun yang sempat membuat keributan. Yeoja itu mendelik marah kearah Baekhyun sambil melipat tangannya. Baekhyun yang tadinya menunduk langsung mengangkat kepalanya menghadap yeoja itu.
"A-ah, bisakah saya ikut wawancara susulan? Ta-tadi saya sedang berada di atap dan tidak tahu kalau saya sudah dipanggil." Ucap Baekhyun memelas. Yeoja itu menyunggingkan senyuman meremehkannya kepada Baekhyun.
"Kau tahu bahwa perusahaan manapun tidak akan mengadakan wawancara susulan. Jadi lebih baik kau sekarang pergi sebelum aku memanggil security kesini." Ucap yeoja itu angkuh. Baekhyun membelalakkan matanya, ia tidak percaya dengan situasi yang sedang dihadapinya.
"Ku-kumohon, saya ingin wawancara susulan." Baekhyun semakin memelaskan wajahnya, namun yeoja itu malah mengangkat ponselnya dan mulai mengetik angka-angka.
"Security? Cepat ke hall. Ada yang mengganggu disini." Ucap yeoja itu melalui telepon. Baekhyun semakin membelalakkan matanya, ternyata yeoja itu benar-benar menelpon security. Baekhyun lalu menggeleng-gelengkan kepalanya cepat.
"Tidak, tidak! Jangan panggil security, saya hanya ingin wawancara susulan—hei!" Baekhyun sontak kaget ketika ada dua orang kekar yang menarik tangannya untuk menjauhi yeoja itu. Baekhyun dapat melihat yeoja itu mengembangkan senyum sinisnya kearah Baekhyun. Baekhyun bersumpah akan membenci yeoja itu seumur hidupnya.
"He-hei! Lepaskan! Aku hanya ingin wawancara susulan! Aish, lepaskaaaan!" Baekhyun semakin berontak tatkala dua security itu semakin menarik tangannya kasar. Semakin Baekhyun berontak, semakin kencang dua security itu menarik tangannya.
"Lepaskan dia!"
Suara bass memecah suasana yang sedang tegang itu. Baekhyun dan kedua security itu sontak menoleh dan melihat Kris berlari kearah mereka. Kedua namja kekar itu kaget, lalu dengan sendirinya melonggarkan cengkramannya pada lengan Baekhyun. Baekhyun yang menyadari itu langsung menarik tangannya dari tangan kedua security itu.
"Sakit, tahu!" Sungut Baekhyun kepada dua security tersebut.
"Sa-sajangnim?" Ucap salah satu dari kedua security itu, takut jika mereka berbuat kesalahan dan CEO muda itu bisa memecatnya kapan saja.
"Wu Sajangnim!?" Yeoja itu juga kaget melihat kehadiran Kris di hall tersebut.
"Kau baik-baik saja, Baekhyun-ah?" Kris lalu menarik tangan Baekhyun dan memeriksanya, takut jika cengkeraman kedua namja kekar itu menyakiti Baekhyun. Kris memeriksa dan membolak-balik lengan Baekhyun. Baekhyun tidak menyadari bahwa pipinya berubah menjadi merah merona.
"Sa-saya baik-baik saja, sajangnim." Cicit Baekhyun.
Kris lalu menoleh ke arah yeoja galak itu, "Ra Ae-ssi, aku ingin mengadakan wawancara susulan bagi Baekhyun. Dan aku sendiri yang akan mewawancarainya. Jadi bilang kepada Heeyeon untuk mencarikan jadwal kosongku."
"Ba-baiklah sajangnim." Yeoja galak itu lalu terlihat kikuk, namun mengiyakan perintah atasannya itu.
"Sa-sajangnim, terimakasih banyak." Ucap Baekhyun sambil membungkuk kearah Kris. Kris lalu tersenyum kearah Baekhyun.
"Sangat tidak adil jika melepasmu tanpa wawancara, bukan? Dan kau tidak ikut wawancara juga karena menyelamatkan Sehun. Jadi anggap saja ini rasa terimakasihku kepadamu, Byun Baekhyun." Kris mengecek jam-nya, "dan satu lagi, ayo makan siang denganku."
"N-ne?" Baekhyun sepertinya sedang mendadak tuli sekarang.
"Makan siang. Ayo." Kris lalu berjalan didepan Baekhyun.
"Tunggu. Baekhyun-hyung, kau ikut denganku." Sehun tiba-tiba berlari mendatangi Baekhyun dan menarik tangan Baekhyun. Kris menatap kesal kepada adiknya itu.
"Apa-apaan, Wu Sehun? Kau seharusnya sudah di rumah sekarang." Ucap Kris, meninggikan suaranya. Adiknya itu benar-benar bebal dan selalu berhasil membuat Kris naik darah dengan segala tingkahnya.
"Kau tidak lihat kakinya terluka, hah?" Sehun lalu berjongkok dan memeriksa kaki Baekhyun yang sobek. Sehun mencoba memeriksa luka Baekhyun.
"Akh!" Kris yang mendengar pekikan Baekhyun sontak menoleh dan buru-buru menghampiri Baekhyun yang kesakitan memegangi kakinya. Ternyata Sehun benar, Kris melihat darah di kaki Baekhyun, sepertinya kaki Baekhyun sobek.
"Aku akan mengantarnya ke rumah sakit, hyung." Sehun lalu melingkarkan tangan Baekhyun pada pundaknya, membantunya berjalan. Kris menghela nafas kasar lalu memijit pelipisnya saking pusingnya. Adiknya baru saja membuat keributan dan sekarang ingin bertindak baik.
"Ani, Sehun-ssi, akan kuobati sendiri di rumah." Baekhyun mencoba menolak tawaran Sehun dengan halus, dia tidak ingin merepotkan Kris dan Sehun lebih jauh setelah Kris memberikannya wawancara susulan. Dan perlu kau ingat, Kris Wu sendiri yang akan mewawancarai Baekhyun. Sang CEO akan turun tangan.
"Pertama, Baekhyun," Sehun menoleh ke arah Baekhyun, "kau bukan dokter. Dan aku tidak bisa percaya begitu saja dengan kemampuanmu mengobati. Kau mau infeksi? Tentu tidak. Jadi lebih aman jika aku membawamu ke rumah sakit."
"Ta-tapi Sehun-ssi, temanku adalah seorang dok-"
"Kedua, tidak ada penolakan."
Baekhyun menghela nafasnya, sepertinya percuma saja menolak. "Baiklah."
"Ketiga, aku mau kau berhenti memanggilku Sehun-ssi. Kau baru saja menyelamatkanku, dan kau sudah kuanggap menjadi teman. Panggil aku Sehun saja. Dan yang kali ini juga tidak ada penolakan." Sehun berbicara dengan penuh antusias kepada Baekhyun. Baekhyun lalu mengangguk-angguk patuh.
"Baiklah, Sehun."
Baekhyun dan Sehun lalu berjalan menuju parkiran, tempat corvette stingray milik Sehun diparkir. Selama perjalanan menuju parkiran, Sehun sangat berhati-hati memapah Baekhyun. Sesekali Baekhyun meringis menahan sakit di kakinya yang sempat ia lupakan sejenak waktu berdebat dengan yeoja galak yang bernama Ra Ae tadi.
"Pelan-pelan, Baekhyun-hyung." Sehun lalu menuntun Baekhyun memasuki mobilnya. Sehun lalu berlari kecil menuju kursi supir. Corvette stingray milik Sehun meluncur di jalanan Seoul dengan kecepatan sedang. Sebenarnya Sehun suka sekali kebut-kebutan, namun disebelahnya kini terdapat namja mungil yang sedang terluka dan tidak mungkin Sehun mempercepat laju mobilnya.
"Maaf merepotkanmu, Sehun." Ujar Baekhyun.
"Ani, Baekhyun-hyung. Lagipula kau sedang terluka, aku hanya tidak bisa diam saja. Dan aku akan lebih lega jika aku sendiri yang membawamu ke rumah sakit untuk memastikan kau terawat dengan baik." Ucap Sehun yang tersenyum sambil masih fokus ke jalanan.
"Tapi sudah kubilang temanku seorang dokter..." cicit Baekhyun.
"Aku tidak bisa mempercayainya. Aku tidak ingin penolongku terluka." Sehun terkekeh pelan.
"Kau tidak tahu betapa paniknya kami semua tadi. Jangan melakukan hal bodoh seperti itu lagi." Baekhyun mem-poutkan bibirnya tanpa sadar, mungkin sudah menjadi kebiasaan Baekhyun yang akan mempoutkan bibirnya ketika sedang kesal atau merajuk.
"Haha, baiklah, baiklah." Sehun terkekeh. "Nah, Baekhyun, kita sudah sampai."
Sehun dan Baekhyun lalu sampai di rumah sakit. Sehun kembali memapah Baekhyun hingga menuju ruang UGD. Dan benar saja, dokter memberi Baekhyun 3 jahitan di kakinya karena robek. Sehun yang melihat proses jahit-menjahit itu hanya bisa meringis melihat Baekhyun yang menahan sakit. Setelah selesai memasang perban di kaki Baekhyun, dokter pun memperbolehkan Baekhyun pulang.
"Aku antar kau pulang, namun sebelum itu bagaimana kalau kita makan dulu? Aku lapar, Baekhyun-hyung." Usul Sehun yang masih mengemudi di jalanan padat Seoul.
"Baiklah." Baekhyun mengangguk setuju.
"Aku akan mengajakmu ke restoran favorite-ku, hyung."
Setelah 10 menit mengemudi, Sehun dan Baekhyun lalu sampai di restoran megah dan mewah di kawasan cheondam-dong. Baekhyun pernah tahu restoran ini karena Luhan pernah bercerita bahwa ia pernah ditraktir oleh Chanlie—kakak kelas Luhan yang punya perusahaan besar di China. Sehun lalu memarkir corvette stingray-nya dan bersiap-siap untuk turun. Baekhyun lalu menoleh kearah Sehun bingung.
"Eng, Sehun, kenapa kita makan disini?" Ucap Baekhyun ragu.
"Kenapa? Ini restoran favorite-ku. Percayalah, makanan disini enak-enak." Sehun mengangkat kedua jempolnya sambil tersenyum kearah Baekhyun yang masih bingung.
"Ya, aku percaya, tapi tidak bisakah kita ke restoran lain? Begini, Sehun, aku bahkan belum diterima di perusahaan kakakmu dan kau mengajakku ke restoran yang harga satu makanannya sama dengan 40 kardus ramen yang bisa kumakan berbulan bulan." Ucap Baekhyun. Sehun menatap Baekhyun sejenak, lalu tertawa kearah Baekhyun.
"Seriously, kau benar benar polos. Tentu saja aku akan mentraktirmu."
"Hah?"
"Sudah, ayo turun! Aku lapar."
Mau tak mau, Baekhyun kini mengekor di belakang Sehun memasuki restoran tersebut. Sehun lalu memilih duduk di dekat jendela, dan Baekhyun hanya mengikutinya. Baekhyun sungguh tidak habis pikir dengan adik CEO Star Empire itu.
"Your order, please?" Pelayan berjas hitam itu bertanya kepada Baekhyun dan Sehun.
"One foie gras, please. Dan Baekhyun-hyung, kau ingin makan apa?" tanya Sehun kepada Baekhyun. Sementara Baekhyun sedang melihat daftar menu dari atas ke bawah dengan bingung.
Uh-oh. Sebenarnya Baekhyun melihat daftar harganya.
"Cobalah risotto saffron. Itu sangat enak, Baekhyun." Usul Sehun. Baekhyun hanya mengangguk pasrah. "One risotto saffron."
"And the wine?" Ucap pelayan itu lagi.
"No, wait. Just plain water—" Saat Baekhyun ingin bicara air putih saja, Sehun langsung menyela kata-kata Baekhyun.
"Sauvignon blanc." Ucap Sehun cepat. Pelayan itu mengangguk, lalu meninggalkan Sehun dan Baekhyun.
...
Setelah makan malam yang menurut Baekhyun sangat megah itu, Sehun mengantar Baekhyun pulang. Di rumah, Luhan sudah menyambut Baekhyun di depan pintu. Luhan tertegun saat melihat Baekhyun pulang dengan diantar mobil sport yang Luhan tahu itu adalah corvette stingray, dan Luhan tidak bisa membayangkan harganya. Dan anehnya, Baekhyun keluar dari mobil itu, dibukakan pintunya oleh sang supir pula.
"Terimakasih, Sehun. Kau tidak masuk dulu?" Ucap Baekhyun.
"Ah, maaf Baekhyun, aku harus bertemu dengan abeoji sebentar lagi. Oh ya, Kris hyung baru saja memberiku pesan, katanya jadwalnya kosong minggu depan jam 4 sore. Jadi kau bisa wawancara dengannya minggu depan jam 4 di ruangan Kris hyung, lantai 12. Oke?" Sehun tersenyum kearah Baekhyun. Baekhyun mengangguk senang.
"Sekali lagi terimakasih, Sehun. Baiklah, hati-hati di jalan."
"Sampai jumpa besok, Baekhyun."
"Eum."
Sehun lalu melaju meninggalkan rumah Baekhyun. Baekhyun lalu mengunci pagar dan berjalan memasuki rumahnya, namun ia melihat Luhan bersandar di ambang pintu dengan tangan dilipat dan cengiran anehnya itu. Baekhyun mengernyit heran kearah Luhan.
"Kau kenapa, hyung?" tanya Baekhyun bingung.
"Itu tadi siapa, Baek? Woah, dia terlihat kaya, dan... tampan." Luhan tersenyum menggoda kearah Baekhyun. Baekhyun berdecak kearah Luhan. Tatapan sahabatnya itu menandakan bahwa Luhan sedang berfikir yang tidak-tidak.
"Dia adik CEO Star Empire, Wu Sehun." Ucap Baekhyun malas. Baekhyun lalu masuk ke dalam rumah, sementara Luhan mengekor di belakangnya setelah menutup pintu.
"Uh, tunggu dulu. Adik seorang CEO mengantarmu pulang, dengan mobil mewahnya, dan dengan dia yang menyetir—maksudku bukan supirnya, well, itu mencurigakan, Baek." Luhan lalu duduk di sofa dan mengambil snack honey butter chips yang sebenarnya milik Baekhyun. Baekhyun memutar bola matanya malas sambil mengambil air putih di kulkas.
"Ceritanya panjang, hyung." Ucap Baekhyun sembari menyandarkan tangannya pada meja makan, "Tapi sepertinya aku bisa memberimu rangkumannya. Aku menyelamatkannya dan dia berterimakasih padaku. Selesai."
"Hei, apa-apaan itu? Tak ada romantis-romantisnya samasekali." Luhan kembali mengunyah honey butter chips milik Baekhyun. "Dan bagaimana wawancaramu?"
"Aku ikut wawancara susulan, hyung. Minggu depan jam 4 sore." Baekhyun lalu berlari kecil menuju kamarnya, "Aku mandi dulu, hyung!"
...
End of Amity; 3735 words
Personal contact : pathcode461 (fast response)
Thanks to Stephanie Yuri for the cheer my NSDC competition. I'm waiting for your fics.
