Author : ChaNara
Cast : All EXO's members, Chen and Shoo(OC) as the main cast, etc
Genre : fantasy, little romance, friendship, mystery, mixed genre detected :D
Length : Chaptered
Summary :
"Bahkan aku tak tahu harus menyebutmu apa. Kau bukan seekor hewan, tapi kau bisa berkomunikasi dengan Monggu. Kau bukan seorang manusia, tapi kau berhasil… membuatku tahu apa itu arti jatuh cinta, Shoo,"-Chen
A.N. : Annyeong! Aku bawa ff bertemakan manusia serigala (versiku sendiri tapi XD) Pertama kalinya aku bawa tema kayak gini. Well, berhubung ujicoba kali ini aku berharap di-review-in, jadi tolong bantuannya yak!
Disclaimer : Plot is mine
So just let the story begin…
"Chen! Angkat barang-barangmu!"
"Maksudmu yang ini, Hyung?"
Suho menatap Kai kesal. Bocah laki-laki itu memamerkan cengiran khasnya sambil menggotong kotak berisi peralatan computer milik Chen. Sedangkan pemiliknya sendiri sedang asik menatap dua rumah besar di hadapannya. Ia tak beranjak dari tempat barang sejengkal sampai Xiumin menubruknya.
"Kau mau tinggal di rumah mana? Kau tidak kasihan pada Kai? Lihatlah, anak itu kebingungan menaruh kotak ajaibmu," celetuk Xiumin sambil lalu. Chen memiringkan kepalanya lalu menunjuk rumah sebelah kanan.
"Aku mau di situ! Kai! Angkat kotakku ke rumah itu!" titahnya. Kai mengacungkan jempolnya sambil berlari ke rumah yang ditunjuk Chen.
Dan butuh waktu lama sampai anak-anak itu tak sibuk lagi mengangkat barang.
Kini mereka berduabelas berkumpul di ruang tengah rumah yang ditunjuk Chen. Tampak Dio dan Lay bolak-balik mengantarkan senampan berisi gelas kosong dan seteko air putih. Anak-anak itu kelelahan setelah kegiatan tadi.
Pengecualian untuk Chen yang tengah berdiri di depan jendela. Ia tak melakukan apa-apa dari tadi. Dia hanya menatap rumah, lalu masuk ke dalamnya, memilih ruang kerja pribadinya-yang otomatis milik Chanyeol juga- dan duduk manis di ruang tamu. Ia tak peduli yang lain tengah susah payah bergotong-royong.
"Bagaimana menurutmu? Pilihanku bagus kan?" tanya Kris sambil menuangkan air ke dalam gelasnya.
Glek.
Dan seketika isi gelas itu tandas.
"Yayaya, peneliti macam kita akan tinggal selama enam bulan ke depan di sini ya? Sepertinya aku harus meminta Tuan Onew sering-sering membantu kita mencari Kai dan Sehun. Tempat ini berbatasan langsung dengan hutan, bukankah dua bocah itu hobi sekali 'kabur' dari rumah?" sahut Baekhyun. Sehun dan Kai tak mendengarnya. Mereka tengah bermain bersama Monggu, anjing besar milik Kai yang bentuknya lebih mirip serigala. Tenang, Monggu sudah jinak.
"Lebih tepatnya hari-hari Tuan Onew tak akan pernah tenang selama kita masih di sini. Ya ampun, bahkan kita sudah merepotkannya sejak awal. Menyiapkan dua rumah sebesar ini untuk kita tentu saja memakan waktu-well, meskipun ini memang rumah kosong jadi cukup dibersihkan saja. Padahal ia sendiri harus ke ladang setiap hari…" timpal Luhan.
"Dan aku bersyukur Tuan Onew selalu tersenyum pada kita. Oh, bahkan istrinya juga ramah. Ia mengirimkan kentang rebus untuk kita…"
"Maksudmu Nyonya Victoria?" tanya Xiumin pada Tao yang menunjuk sebaskom kentang rebus. Tao mengangguk.
"Aku tahu orang yang tinggal di desa rasa solidaritasnya sangat tinggi. Nah, mari mencocokkan tempat tinggal kita. Yang memilih tinggal di rumah ini Chen, Chanyeol, Dio, Kris, dan Sehun. Sedangkan di rumah sebelah ada aku, Xiumin, Lay, Baekhyun, Tao, dan Kai. Eung… Luhan, kau di rumah sebelah saja ya? Kamar rumah ini penuh dengan barang-barang kita dan menurut hasil rundinganku bersama Kris, sebaiknya rumah ini yang kita jadikan pusat penelitian. Masing-masing rumah ada tujuh kamar," ucap Suho.
"Kau serius? Kalau begitu lebih baik kita semua tinggal di rumah sebelah saja…"
"Kalian saja. Aku tetap di rumah ini,"
Semua menatap Chen kaget.
"Setidaknya harus ada satu orang yang menjaga alat-alat kita. Aku mau kalau memang hanya aku sendirian di sini," tambah Chen. Chanyeol menggeleng.
"No no no, brother. Aku yang akan menemanimu di sini," ucap Chanyeol sambil tersenyum lebar.
"Asal kau mau sediakan dapur, aku juga tetap tinggal di sini. Aku tak mau kelaparan kawan," sahut Dio. Giliran Sehun, Kai, dan Tao yang menggeleng.
"Lalu siapa yang memasak di sana kalau Hyung di sini?" tanya Sehun.
Pletak!
"Kau anggap aku apa, Oh Sehun?!" bentak Lay yang sukses mendaratkan jitakan penuh 'cinta' pada Sehun. Remaja itu hanya bisa bersungut-sungut sambil mengusap kepalanya.
Akhirnya Chen, Chanyeol, dan Dio yang akan tinggal di rumah ini. Sisanya tinggal di rumah sebelah. Kai yang paling girang karena ia akan tidur di kamarnya sendiri-karena ia memaksa sekamar dengan Monggu-sedangkan Sehun justru makin kesal karena Kris tak mengizinkannya memiliki kamar sendiri. Ia harus berbagi dengan Tao, anggota termuda ketiga yang kalau tidur dengan bangga akan menendang setiap orang yang ada di sekitarnya.
Oh, aku belum memperkenalkan mereka. Ekhm, mari kita mulai perkenalan secara garis besarnya saja.
Mereka berduabelas menyebut diri mereka dengan sebutan 'EXO', yang terdiri dari remaja-remaja cerdas luar biasa yang hampir separuh berhasil menyelesaikan sekolahnya dengan sistem akselerasi. Mereka bukan sebuah geng ataupun kelompok belajar. Mereka adalah sekelompok peneliti milik pemerintah yang bertugas melakukan penelitian sekaligus survey di tempat tertentu di kota tersebut. Mereka wajib melaporkan keadaan, potensi, serta kekurangan di tempat yang mereka teliti.
Kali ini mereka ditugaskan di pinggiran kota, jauh masuk ke dalam desa. Hanya ada dua keluarga di sini, yaitu keluarga Tuan Onew dan keluarga Tuan Joon. Tempat ini berbatasan langsung dengan hutan-yang membuat Kai dan Sehun langsung menyusun rencana petualangan-dan cukup jauh dari istilah modern.
EXO akan memulai penelitian mereka hari ini.
Oh, sepertinya belum, karena Suho dan Kris sudah melangkah pasti ke arah salah satu mobil-ada dua mobil, satu mobil bak, dan satu motor serta tiga sepeda yang mereka bawa- membuat seluruh kawannya-minus Chen-berkumpul di depan pintu.
"Kami akan kembali besok pagi. Mulailah penelitian kalian!" ucap Suho dari dalam mobil.
"Tidak mau! Suho-hyung kan ahli geologinya!" bantah Baekhyun. Tao mengacungkan jempolnya tanda setuju.
"Terserah! Tapi aku harap andai Profesor datang bersama kami kalian tidak menyesal!" seru Kris lalu segera melajukan mobilnya menjauh dari rumah. Semua menatap kepergian dua orang penanggung jawab itu dengan tatapan sayu.
"Baiklah, ancaman Kris-hyung yang paling ampuh. Ayo! Kita atur dulu barang-barang ki… YAK! CEPAT SINGKIRKAN MONGGU DARI PERALATAN MASAKKU!"
-ChaNara's Story -
"Fiuh… ini sungguh melelahkan! Apa kau juga lelah, Chen?" celetuk Xiumin yang membantu Chanyeol menata peralatan elektronik-Chanyeol ahli elektronika-di ruangan yang sama dengan tempat Chen menaruh komputernya.
"Bertanya pada Chen yang serius dengan computer itu sama saja kau bertanya pada batu, Hyung…" timpal Chanyeol.
Memang benar, Chen sudah duduk manis sambil menatap layar komputernya.
Dia seorang programmer.
"Apalagi proyekmu kali ini, Chen Kim?" tanya Xiumin lagi. Chen menoleh sejenak.
"Alat pembaca pikiran. Cara kerjanya ia akan menggali semua informasi dan memori yang ada dala otak orang yang dibaca pikirannya. Chanyeol-ah, mana helm yang kuminta kema…"
"Kau lupa aku sudah menaruhnya tepat di depanmu?" potong Chanyeol. Chen hanya mengangguk sekilas, lalu mengambil helm-yang bentuknya lebih mirip topi tanpa peneduh sekarang-yang telah dipenuhi kabel. Serius ia mengatur helm itu, menyambungkannya dengan CPU computer yang sudah dirombak habis-habisan olehnya dan Chanyeol.
Chen menoleh pada Chanyeol.
"Mau mencobanya?" tawar Chen. Chanyeol mengangguk antusias dan segera menyongsong Chen. Xiumin mengernyit, tapi ia tetap ikut mendekat.
Dengan cekatan Chen memasang helm itu pada kepala Chanyeol. Setelah itu, ia segera menjalankan programnya.
"Chanyeol, lihat mataku," suruh Chen. Chanyeol membulatkan matanya, tapi tak berani membantah sama sekali. Ia menatap Chen dan…
"Apa? Dia tidur secepat ini?!" kaget Xiumin. Chen tersenyum sekilas.
"Ada kabel yang gunanya untuk mengatur rasa kantuk dan kebetulan anak ini sudah lelah dari awal. Sekarang lihat bagaimana aku… ya ampun! Harusnya aku tahu kalau anak ini hanya memikirkan alat-alat elektroniknya!" pekik Chen kesal setelah melihat data yang muncul dalam program buatannya. Xiumin yang tak mengerti banyak tentang dunia keprograman hanya bisa melongo.
"Lihatlah, Hyung. Tujuh puluh persen otaknya dipakai untuk memikirkan listrik dan peralatannya, sepuluh persen tentang orang tuanya, sepuluh persen tentang kebebasan, sepuluh lagi tentang kita. Dasar bocah!" rutuk Chen. Jemarinya menyentuh keyboard cepat, menghentikan kerja programnya, dan perlahan Chanyeol terbangun.
"Akh… rasanya lemas sekali… kenapa kalian membangunkanku?" tanya Chanyeol. Xiumin melirik Chen yang menahan tawa.
Wajah Chanyeol cukup konyol saat ini.
T.B.C
Ini baru awal brotha sista! Hihihi, emang belum ada cerita yang menjurus ke tokoh 'Shoo' karena ini aku mau angkat karakter Chen dulu. Karena konsepnya bersambung, jadi aku nggak boleh asal ngasih petunjuk, ntar ketauan endingnya dong…. #digaplok
Well, aku ngelanjutinnya berdasar review. Kalo ada yang minta lanjut, aku usahain lanjut, tapi kalo nggak ada yang review (atau ngereview tapi minta ff ini stop) ya nggak aku terusin. Nah, semisal imbang antara yang lanjut dan yang stop, aku bakal liat alasan review-nya. Kalau alasannya untuk stop lebih masuk akal, aku bakal stop dan begitu juga sebaliknya. Aku nggak mau jadi author yang maksa mencekoki readers dengan ff yang nggak mereka nikmati/ampun bahasa gueh-.-/
So decide it guys! Give me your opinion! :D
