IMPERFECT LOVE
Cast : Sehun, Jongin, Luhan, Kris, Suho, etc
Fanfic yang aku persembahkan khusus untuk orang yang udah banyak bantu aku dalam dunia tulis menulis, Momma Jennie Fabian dan Poppa Fabian. Love U so much.
Aku dah baca semua review di ff yang sebelumnya dan makasih yang udah bilang kalo ff aku banyak typonya, hihihi...
Ga bela diri, karena tu memang iya. aku kerja di bagian yang butuh fokus tinggi dan sedikit banyak itu sangat menguras pikiran, hingga saat aku ngetik kadang aku sudah terlalu lelah untuk ngedit lagi, jadi ya aku biarin aja seadanya kek gitu, karena yah jujur aja pengen cepat-cepat aku publish supaya ga da yang ngomel-ngomel cantik lagi karena ff aku yang katanya lama baru update. Tapi sekarang karena sepertinya typonya udah merajalela, aku jadi punya pemikiran untuk ngedit dulu sebelum publish dan karena kesibukan aku di dunia real, itu mungkin akan waktu lebih lama dari yang aku pikirkan, jadi ga da yang keberatan kalau aku lama baru update kan?
KaiHun Lovea
.
.
.
.
.
Tak ada seorangpun manusia yang tahu apa yang akan terjadi di masa depannya. Setidaknya hal itu sekarang yang di iyakan oleh Oh Sehun. Seorang model papan atas yang namanya sedang menjadi perbincangan di mana-mana. Bukan karena prestasi yang mungkin harusnya kembali ia raih, tapi karena skandal yang sebenarnya sama sekali tidak ia lakukan.
Model Papan Atas Oh Sehun Kepergok Kencan Dengan Seorang Pengusaha Kaya Raya Di Sebuah Hotel
Oh Sehun, seorang model berusia 23 tahun yang selama ini dikenal memiliki image polos dan bersih dari skandal, tiba-tiba mengejutkan para penggemarnya dengan tersebarnya foto-foto dirinya sedang berciuman dengan seorang pria yang di duga adalah pengusaha kaya raya berinisal PC di sebuah hotel...
Sehun meremas koran di tangannya dan melemparkannya ke lantai dengan perasaan gusar. Ia menatap pada managernya yang juga tak kalah gusarnya dengan dirinya.
"Apa ini Oh Sehun, kau berkencan dengannya ? ya Tuhan, kau sedang berada di puncak kariermu dan bisa-bisanya kau menghancurkan semuanya."
"Itu bukan aku hyung," Sehun membantah, walau ia rasa itu akan percuma karena jelas-jelas wajah yang terekam kamera itu, memiliki kemiripan yang sangat banyak dengannya. Tentu saja, pikir Sehun dengan perasaan lelah, tentu saja wajah itu begitu mirip dengannya walaupun tentu saja itu bukan dirinya.
"Lalu kalau bukan kau, itu siapa Sehun?" manager hyung menatap gemas pada Sehun. "Kau ingin bilang kalau dia orang yang melakukan operasi plastik agar mirip denganmu? Memangnya kau pikir orang akan percaya dengan itu."
"Pastinya tidak," gumam Sehun. Namja cantik itu memejamkan matanya sejenak, "Hyung, sebaiknya kau pulang. Aku lelah. Kita akan bicarakan hal ini besok."
"Baiklah, tapi setidaknya beritahu aku siapa namja itu. Agency kita ingin agar kau menghubungi namja itu dan membawanya ke kantor."
"Aku tidak tahu dia siapa hyung."
"Mwo, jadi maksudmu kau sedang mabuk dan namja itu membawamu ke hotel? Demi Tuhan Sehun, bukankah aku sudah bilang padamu untuk tidak pernah menyentuh minuman itu."
"Sudah aku bilang kalau itu bukan aku hyung, jadi mana mungkin aku akan tahu siapa dia. Dan juga, aku tidak pernah minum seperti dugaanmu."
"Kau pikir aku akan percaya?"
Sehun tersenyum tipis, "Tidak, kau tidak akan pernah percaya padaku, Minseok hyung. Pulanglah, aku lelah."
"Jangan mencoba lari dari masalah ini Oh Sehun, aku akan menjemputmu besok pagi."
"Aku tahu, hyung."
Dan ketika Minseok benar-benar telah pergi, Sehunpun bergegas keluar dari apartemennya menuju sebuah rumah yang sudah beberapa tahun ini jarang ia kunjungi, rumah orang tuanya. Beruntung baginya karena sepertinya para wartawan itu masih belum tahu letak apartemennya jadi ia masih bisa bebas untuk pergi, walaupun Sehun yakin sebentar lagi wartawan pasti menemukan apartemennya dan datang kesini. Jadi sebelum itu terjadi, Sehun lebih dulu pergi.
Tak butuh waktu lama bagi Sehun untuk tiba di kediaman orang tuanya. Segera saja setelah pembantu di rumah itu membukakan pintu, ia menyerbu masuk.
"Di mana orang tuaku?"
"Di ruang tengah tuan muda."
Tak membuang waktu lagi, Sehun bergegas ke ruangan yang dimaksud. Dan benar saja, ia menemukan kedua orang tuanya sedang duduk bersantai dengan orang yang sekarang sudah membuat karier Sehun hancur. Orang yang memiliki wajah yang begitu mirip dengannya, kembarannya sendiri, Oh Luhan.
"Luhan," Sehun mendekat dan kemudian menarik Luhan dengan kasar, meminta saudaranya itu untuk berdiri. "Apa yang sudah kau lakukan?"
"Harusnya pertanyaan itu ditujukan pada dirimu sendiri Oh Sehun," Kris, ayahnya, menatap tajam padanya. "Tak pernah pulang ke rumah dan begitu pulang langsung melakukan hal itu pada kembaranmu. Di mana sopan santunmu?"
"Aku tak perlu sopan santun untuk menghadapi dia, appa." Sehun menatap pada Luhan yang kini memasang ekspresi polosnya. "Apa yang sudah kau lakukan Luhan?"
"Apa maksudmu Sehun?"
"Dengan siapa kau berkencan di hotel dan kenapa sampai terekam kamera wartawan?"
"Dengan siapa aku berkencan, itu bukan urusanmu. Dan aku juga bukan seorang model, jadi kenapa aku harus takut kalau wartawan merekamku?"
"Shit, kau tahu bukan kalau wajahmu itu mirip denganku, orang akan mengira kalau yang melakukan itu adalah aku. Besok kau harus ikut aku dan jelaskan semuanya pada media dan..."
"Tidak mau, kenapa aku harus melakukannya? Yang rugi kan dirimu kenapa harus melibatkan aku?"
"Luhan, itu semua karenamu," pekik Sehun.
"Oh Sehun, jangan membentak kakakmu." Kris menatap tajam pada Sehun.
"Terus saja appa, terus saja bela dia dan hiraukan aku. Terus saja bela orang yang sudah membuat karierku hancur," Sehun menangis. Bagaimana bisa, karier yang sudah susah payah ia bangun kini harus hancur dalam sekejap. "Demi Tuhan, aku tidak pernah menginginkan apapun darimu appa, tak masalah bagiku kalau kau lebih memperhatikan Luhan, tapi menjadi model adalah satu-satunya impianku, kebahagiaanku dan..."
"Bukankah appa sudah bilang, jangan pernah bermimpi untuk menjadi model, lihat sendiri hasilnya karena kau membangkang."
"Itu semua tidak akan terjadi kalau Luhan mau bicara pada media, appa."
"Appa kan sudah bilang jangan libatkan Luhan dalam karier keartisanmu itu."
"Appa..."
"Appa tidak memperbolehkan Luhan pergi denganmu besok."
"Kris," Suho menatap tajam pada suaminya. "Sehun juga anak kita, tidak seharusnya kau melakukan hal itu, biarkan Luhan ikut dengannya dan..."
"Sekali tidak tetap tidak."
Sehun tahu kalau keputusan itu adalah keputusan final, jadi ia hanya bisa terduduk pasrah di lantai, meratapi nasib kariernya yang mungkin akan benar-benar hancur.
"Sayang, maafkan eomma." Suho ikut berlutut di hadapan Sehun dan memeluk tubuh anaknya itu dengan penuh sayang. "Eomma tidak bisa membantumu, kau tahu bukan seberapa keras sifat ayahmu itu."
"Aku mengerti eomma..." pandangan Sehun lurus pada Luhan yang masih diam di tempatnya. "Luhan, ku mohon kali ini saja.."
"Tidak mau, kau tahu menjadi model adalah impianku juga dan kau merampasnya dariku, jadi sekarang kenapa aku harus menolong orang yang telah merampas impianku."
"Aku tidak pernah merampasnya darimu," bantah Sehun. Ia masih ingat akan kejadian sepuluh tahun lalu saat ia dan juga ibunya ingin mengantar Luhan ke tempat audisi untuk menjadi model cilik sebuah produk, tapi sayang sebuah kejadian tak terduga telah terjadi, Luhan terjatuh dan ia membuat kakinya menjadi terkilir dan saat itu ibu mereka yang panik segera meminta Sehun untuk naik ke atas panggung menggantikan Luhan. Ia menang dan sejak itulah karier modelnya di mulai. "Kalau kau tidak ceroboh saat itu, pasti kau yang akan mendapatkannya."
"Kau menyalahkanku atas kejadian itu," Luhan menatap penuh kebencian pada Sehun. "Kalau kau sadar itu semua adalah salahmu yang sudah merebut impianku, kalau itu memang salahku pastinya appa tidak akan menyalankanmu juga kan?"
"Itu karena appa lebih menyayangimu."
Luhan mendengus, "Terserah apa yang kau katakan tapi yang jelas, aku tak akan pernah membantumu."
Sehun menggigit bibirnya, "Kalau begitu, siapa dia?"
"Dia?"
"Namja yang sedang bersamamu di hotel itu, siapa dia?"
"Apa kau pikir aku akan sebodoh itu mengatakannya padamu, kau pasti akan datang menemuinya dan membujuknya untuk membuatku mengeluarkan pernyataanku di depan media bukan?"
"Luhan, ku mohon kali ini saja."
"Tidak."
"Dia bukan Jongin kan?" Sehun ingat, Luhan pernah mengatakan kalau ia tengah berpacaran dengan seorang pembalap F1 yang kariernya tengah menanjak saat ini, Kim Jongin.
"Jongin? kau pikir aku akan terus bersama dengan bocah itu, aku bosan dengannya, dia terlalu posesif dan juga aku butuh hiburan selain dengannya." Luhan dengan acuh, kembali duduk di sofa dan kemudian mulai menyalakan televisi. "Ku rasa mendengar beritamu akan menarik," ia menyeringai.
"Berita menghebohkan kembali terjadi, pembalap yang kariernya sedang bersinar saat ini, Kim Jongin telah terlibat sebuah kecelakaan fatal di jalanan tol, di duga sopir truck yang menabrak mobil yang ditumpangi oleh Kim Jongin, sedang mabuk, hingga membuat kecelakaan itu terjadi. Kim Jongin sendiri saat ini telah dilarikan ke Rumah Sakit Seoul Center, dengan luka parah yang ia derita..."
Luhan mengecilkan volume televisi dan melirik ke arah Sehun yang tatapannya terpaku pada layar televisi yang menampilkan video saat Jongin di bawa ke rumah sakit. "Wow, apa yang sebenarnya sedang terjadi, apa ini takdir? Si bodoh itu kecelakaan dan kau terkena skandal."
"Kenapa bicara seperti itu Luhan? Dia itu kekasihmu, kau tak ingin menjenguknya?"
"Buat apa? dia bukan kekasihku lagi sejak ia terlibat kecelakaan, aku yakin ia tak akan bisa lagi untuk balapan melihat lukanya itu," Luhan melirik ke arah layar televisi. "Aku tak mau mempunyai kekasih yang cacat."
"Luhan, itu belum tentu terjadi, dia mungkin saja."
"Aku tak peduli dan tak mau tahu lagi tentangnya," sela Luhan dengan acuh.
"Kau benar-benar tak punya hati, saat ini Jongin pasti membutuhkan dukunganmu."
"Kalau kau peduli padanya kenapa tidak kau saja yang pergi ke sana? Aku yakin ia tidak akan tahu kalau itu adalah kau dan bukan aku."
"Apa kau gila, kenapa aku harus melakukannya, dia kan kekasihmu dan juga... aku tak bisa kemana-mana saat ini."
Luhan menyeringai, "Aku punya solusi untukmu."
"Apa itu?"
"Serahkan saja semuanya padaku dan kau akan melihat hasilnya besok pagi."
Sehun diam, ia memandang pada ibunya yang balas memandangnya dengan senyuman teduh, "Istirahatlah Sehun, kau tampak lelah."
"Baiklah eomma, dan Luhan kuharap apa yang kau lakukan itu tidak akan memperburuk keadaan saat ini."
"Tentu saja tidak," sahut Luhan, "Untukku pastinya." sambungnya lagi dengan nada pelan.
.
.
.
.
.
.
Sehun bangun kesiangan pagi ini dan ia tidak menemukan satu pun orang di dalam rumahnya kecuali seorang pembantu keluarga yang sedang membersihkan peralatan dapur.
"Kemana eomma dan appa?" tanya Sehun padanya sambil meraih semangku sereal yang sudah disiapkan pembantu itu.
"Tuan dan nyonya besar sudah pergi ke kantor."
"Lalu Luhan?" Sehun meraih handphonenya dan mengerutkan dahi karena managernya sama sekali tidak menghubunginya.
"Tuan muda pergi ke tempat konferensi apa itu ya, ahjumma lupa tuan muda."
"Mwo, dia pergi tanpa memberitahuku?" Sehun bergegas bangkit dari duduknya tanpa menyentuh buburnya sama sekali. Ia meraih jaketnya, memakainya dengan cepat dan kemudian pergi dari rumah.
Saat Sehun tiba di lokasi konferensi pers, sudah sangat banyak wartawan yang datang, Sehun menarik tudung jaketnya, berusaha untuk membuat para wartawan itu tidak mengenalnya. Namja manis itu sudah hampir sampai tiba di bagian depan ruangan di mana Luhan tampak sedang berbicara dengan media. Namun langkahnya terhenti saat Luhan mulai bicara dengan suara lantang.
"Aku minta maaf pada semua penggemarku yang sudah kecewa karena berita yang tersebar kemarin."
Apa-apaan ini, kenapa Luhan terdengar seperti sedang menjadi dirinya saat sedang berbicara.
"Hari ini aku akan memberitahukan pada kalian semua kalau apa yang kalian lihat itu adalah salah. Itu bukan aku."
Deg
Sehun meremas ujung jaketnya, perasaannya benar-benar tidak enak.
"Aku punya kembaran, namanya adalah Oh Luhan, dialah yang terekam kamera saat itu."
"Apa anda punya bukti kalau anda benar-benar punya kembaran?" terdengar suara wartawan yang bertanya.
"Tentu saja," Sehun dapat melihat kalau Luhan tengah menatap kepadanya dengan seringaian tipis di wajahnya. "Dia di sana, yang memakai jaket berwarna biru."
Dalam sekejap Sehun dapat merasakan kilatan cahaya kamera mengarah kepadanya.
"Wah, benar-benar mirip, ternyata apa yang anda katakan memang benar."
"Dan," Luhan mengeraskan suaranya lagi. "Dia adalah kekasih Kim Jongin, pembalap yang terlibat kecelakaan tadi malam. Kim Jongin memergoki dirinya sedang bersama selingkuhannya di sebuah hotel, karena itulah Jongin melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi hingga terjadi kecelakaan itu."
Semua cacian dan hinaan kini mengarah pada Sehun yang hanya bisa diam sambil meneteskan air matanya. Dirinya benar-benar tak pernah menyangka kalau saudaranya sendiri akan benar-benar menghancurkan dirinya seperti ini. Kariernya hancur dan begitupun juga dengan hidupnya sekarang. Sehun yakin kalau saat ini tak akan ada orang yang percaya padanya bahkan meski itu adalah orang tuanya sendiri.
.
.
.
.
.
TBC
Mungkin masih banyak typonya ya #plakk
Tolong support ff ini dengan cara review kalau masih mau dilanjutin disini sih..
KaiHun Lovea.
