Mata Sakura terbelalak. Tangan nya terkepal erat. Air mata sudah menggenangi matanya yang berwarna Emerald. Kakinya melangkah dengan perlahan, kearah pemuda yang berdiri tidak jauh dari arah depan nya. Matanya masih tidak berkedip, seolah jika tertutup, pemuda itu akan menghilang dari pandangan nya.
"Sa... su... ke... –kun." Rintihnya pelan dengan satu titik air mata yang mengalir di pipinya yang putih porselen. Keningnya berkerut, lalu bibirnya bergetar. Entah bagaimana caranya, kebahagiaan di hatinya terluap menjadi air mata.
Mata Onyx itu mengerjap. Masih memandang dingin pada gadis yang tengah berjalan dengan langkah terseok itu. "Sakura." Ucapnya dingin dengan pandangan yang sama.
Sakura berkedip. Air mata dengan cepat membasahi pipi gadis itu.
Tap Tap Tap
Dia langsung berlari dengan cepat, tanpa memperdulikan orang-orang yang menatapnya dengan heran. Dia terlalu senang akan kenyataan ini. Dia sangat senang.
Bruk
Pelukan itu tiba-tiba dirasakan oleh si pemuda Uchiha, hingga membuatnya mundur beberapa langkah ke belakang.
Sakura mendekap erat sosok Uchiha Sasuke yang merupakan pujaan hatinya. Tangan nya meremas pakaian yang dikenakan oleh Uchiha terakhir itu untuk melampiaskan kebahagiaan yang ia rasakan atas semua yang terjadi ini. Tidak perduli kalau air matanya akan membasahi pakaian pemuda itu, ia tidak perduli. Yang ia perdulikan sekarang adalah pemuda itu yang kini berada dalam jangkauan pelukan nya. Ia sudah sangat bahagia.
Isakan-isakan kecil mendendangi telinga bocah Uchiha itu. Sakura menangis dalam kebahagiaan nya. "Kau kembali... Kau kembali... Sasuke-kun." Dan ucapan demi ucapan seperti itu membuat anggota Rookie yang melihatnya hanya bisa tersenyum ikut bahagia melihat impian Sakura akhirnya terwujud.
Naruto tersenyum, ikut bahagia atas kebahagiaan yang Sakura rasakan sekarang. Tangan nya yang menggenggam tangan gadis Indigo yang berada di sampingnya dapat merasakan rasa hangat yang menyebar. Kepalanya menoleh. Dapat melihat gadis keturunan Hyuuga itu ikut tersenyum padanya dengan lembut.
Mendapat anggukan dari gadis itu, senyuman Naruto bertambah lebar. Dia melepaskan pegangan tangan nya, lalu berlari kearah Sasuke dan Sakura yang masih berpelukan. Sebenarnya hanya Sakura yang memeluknya.
Naruto menepuk bahu Sasuke pelan. "Teme." Ucapnya dengan perasaan bahagia, "Kau pulang." Tambahnya dengan cengiran lebar di wajahnya. Ikut bahagia dengan kepulangan mantan anggota Tim nya.
Jinchuriki Kyuubi itu berbalik kearah para Rookie 12. "Kami menyambutmu pulang, Sasuke." Ucapnya dengan cengiran yang masih terpajang di bibirnya.
.
.
Disclamer : Masashi Kishimoto-sensei
Rate : T
Genre : Hurt/Comfort and Romance
Maaf kalau ada kesamaan dalam cerita ini. Sesungguhnya ini hanya fic abal buatan saya yang memang sayanya juga abal. Jangan menginjak Bom Typo ataupun melihat EYD saya yang acak-acakkan.
.
.
.
.
.
Gadis bermata Amethyst itu mengerjapkan matanya dengan pipi yang memerah. Tangan nya bertopang pada pohon di depan nya. Objeknya sekarang adalah seorang pemuda dengan rambut Blonde, bermata Sapphire, dengan cengiran yang mampu membuat dunianya berputar seketika. Berlebihan, tidak juga.
"Na-naruto-kun." Gumamnya dengan pipi yang memerah.
3 meter dari sana. Dirinya merasakan chakra yang dikenalnya berada tidak jauh darinya. Kepalanya menoleh. Cengiran nya timbul karena melihat orang yang tidak asing baginya sedang berdiam diri di belakang pohon.
"Eh, Hinata-chan! Sedang apa kau disini!? Ayo kemari!" Teriakan nya yang melengking membuat gadis Hyuuga yang sedang mengintipnyapun gelagapan seketika.
Dengan jailnya, Naruto langsung melompat hingga berada di depan gadis Hyuuga yang kini hanya bisa membelalak.
"A-ah." Desahnya dengan pipi yang memerah sempurna.
Bruk
Dan gadis Indigo dengan nama Hinata itu pingsan seketika dengan pipi yang matang sempurna. Naruto hanya bisa mengerutkan keningnya melihat gadis Hyuuga itu yang tiba-tiba pingsan.
"Naruto!" Sakura datang dengan mata yang melotot tajam. Kedua tangan nya terkepal erat.
Bugh
Dan berhasil memukul Naruto hingga terpelanting 1 meter dari jaraknya berada.
Mata Emeraldnya berapi-api memandang Naruto dengan bengis. "Apa yang kau lakukan pada Hinata-chan, Baka Yaro!?" Teriaknya kembali dengan berkacak pinggang. Matanya masih memandang Naruto dengan kejam, seolah pemuda yang masih tergeletak dengan benjolan di kepalanya itu adalah pemangsa yang harus ia tangani.
Naruto mengusap kepalanya yang tiba-tiba memiliki benjolan. "Ittai Sakura-chan." Desahnya dengan mata yang memelas. "Aku hanya menghampirinya yang kebetulan aku lihat." Adunya dengan melirik pada Hinata yang masih tidak sadarkan diri karena ulahnya. Lagipula apa salahnya, gadis Pinky itu datang-datang langsung memukulnya.
Dari atas pohon, sepasang mata Onyx menatap gadis yang pingsan itu dengan pandangan dingin. Lalu memejamkan matanya seperti tidak ada masalah apapun. "Baka Kitsune." Ucapnya Sarkatis tanpa menatap kearah objek.
Naruto yang merasa terhina, langsung saja berdiri. "Kau bilang apa, Teme!?"
Sasuke mendengus. Lalu menatap Sakura yang sudah siap dengan tinjunya. "Lebih baik kau tangani dia, Sakura." Ucapnya dingin tanpa meladeni omongan Naruto yang tersulut itu.
Pipi Sakura memerah. Jarang-jarang Sasuke berbicara padanya seperti tadi. "H-hai." Jawabnya dengan berjongkok di depan Hinata yang berbaring di bawah. Tangan nya berposisi di atas perut sang sulung Hyuuga itu. Cahaya kehijauan langsung menyelimuti tangan nya yang berada diatas gadis manis dengan marga Hyuuga itu.
Sakura tersenyum. Lalu menarik tangan nya kembali. "Dia baik-baik saja. Dia cuma pingsan." Senyumnya berkembang dengan manis di wajahnya yang cantik.
Naruto melompat kearah Sakura dan Hinata yang hanya berjarak 1 meter dari tempatnya berada. "Syukurlah." Ucapnya dengan cengiran lega yang membuatnya terlihat amat sangat imut.
Bletak
Jitakan Sakura mendarat tepat di kepala kuning Naruto lagi. Gadis bunga semi itu benar-benar gemas dengan sikap pemuda pirang itu yang bahkan masih bisa santai saja setelah membuat orang lain pingsan dengan suksesnya. Sebenarnya dia ingin bertanya pada pemuda Uzumaki muda itu, otaknya seberapa besar sampai tidak merasa bersalah sama sekali ketika membuat orang lain pingsan dengan mudahnya.
Matanya itu melotot dengan pupil Emeraldnya yang membesar. Kesal. "Tetap saja kau salah, Baka!" Tudingnya dengan menunjuk Naruto dengan perasaan gemas.
Naruto hendak membantah, sebelum iris matanya menangkap pergerakan dari gadis Indigo yang sedang berbaring dengan nyaman nya itu. "Eh, kau sudah sadar, Hinata-chan!?" Teriaknya heboh dengan menatap kearah Hinata dalam-dalam.
Pipi Hinata memerah sempurna. Kepalanya sudah merasa pusing. "Na-na-naruto-kun."
"Jangan pingsan lagi, Hinata-chan! Jangan pingsan lagi!"
Hinata hanya mengangguk menurut pada pemuda pirang itu. "U-umh."
Kening Naruto berkerut. "Kenapa kau selalu pingsan saat dekat atau bertemu denganku sih, Hinata-chan? Apa aku menakutkan untukmu?" Cecarnya dengan nada menuntut. Membuat gadis yang baru sadar itu binggung untuk menjawab apa.
"U-umh. A-aku hanya g-gugup."
Naruto hanya mengangguk, meski keningnya masih berkerut. "Oh." Jawabnya pendek.
Sakura tersenyum manis menatap Hinata yang memandang Naruto dengan pipi bersemu merah. Sejujurnya ia tau gadis itu memiliki perasaan khusus dengan si Blonde baka. "Ne, Hinata-chan, kau sedang apa disini?" Tanya Sakura masih menampilkan senyum manisnya yang menawan,
Hinata meremas jemarinya gugup. Pipinya memerah. Pasalnya ia sedang binggung akan membalas apa. Ia tidak ingin kegiatan pribadinya ini diketahui oleh orang lain. "A-aku s-sedang..." Pipinya memerah seperti kepiting rebus.
"Hujan?" Ucapan itu membuat ucapan nya terhenti. Diam-diam, Hinata mengelus dadanya, karena tidak melanjutkan perkataan nya kembali.
Sakura berdiri. Menahan nyeri pada mata kaki dan lututnya berdarah karena tadi latihan dengan Naruto dan Sasuke. "Ayo. Cepat, kita pulang hujan akan semakin deras." Ajaknya kemudian dengan melangkah meski dengan tertatih.
Hinata mengerjap. Lalu mencoba berdiri. "A-ah. " Tubuhnya serasa lemas semua. Terduduk lagi. Matanya memandang Naruto yang kini menunjukan kekhawatiran nya pada Sakura.
"Sakura-chan, ayo, naik ke punggungku. Aku gendong."
Sakura menatap mata Sapphire Naruto. Mengernyitkan alisnya, lalu mengerjap perlahan. "Apa?" Tanyanya binggung dengan alis mengernyit. Binggung dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh pemuda Blonde itu. Sementara dalam kebingungan nya, air yang menetes semakin banyak.
Uzumaki itu menghela nafasnya. Lalu menunjuk lutut Sakura yang mengeluarkan darah. "Kakimu terluka."
Sakura memutar matanya bosan. Lalu mendengus kesal. "Aku masih bisa berjalan dan berlari, Baka. Sebaiknya kau gendong, Hinata-chan. Dia baru saja pingsan." Perintahnya dengan berkacak pinggang. Matanya menatap tajam pada Naruto yang masih menatapnya. Tetap teguh pada keinginan nya.
Sasuke mendengus. Lalu melompat dari atas pohon. "Jangan bertengkar sekarang." Nadanya begitu dingin di telinga gadis musim semi itu. "Sakura, kau sebaiknya naik di punggung Naruto, dan kau, naik ke punggungku." Perintahnya dengan berjalan mendekat kearah Hinata yang terduduk dengan mata mengerjap bingung pada pemuda Uchiha itu yang mendekat kearahnya.
Tubuh Sakura berbalik begitu melihat Sasuke sudah menggendong Hinata dengan gaya Bridal Style. Hati putri tunggal Haruno itu merasa panas. "T-tapi Sasuke-kun... a-aku yang seharusnya kau gendong." Ucapnya lirih dengan mata yang berkaca-kaca. Hatinya cukup merasa sakit ketika melihat pemuda impianmu sedang menggendong orang lain.
Mata Sasuke berkilat memandang gadis Pinky tersebut. "Jangan egois." Tegasnya dengan melangkah menjauhi gadis Haruno yang kini sedang menatap sang Raven dengan pandangan kecewa.
Hati Naruto merasa tercubit melihat gadis musim tersebut berkaca-kaca. Helaan nafasnya terasa lelah. "Teme." Ucapnya dengan nada memohon. Mencoba membujuk Sasuke. Tidak masalah jika ia menggendong Hinata, hanya saja biarkan Sakura mencapai tujuan nya dengan Sasuke.
Kepala Sasuke menoleh. "Aku benci sikapmu yang egois, Sakura." Nada dingin yang diucapkan nya membuat hati Sakura terasa tercabik. Pemuda itu melompat, bersamaan dengan suara guntur, dan rintikan hujan yang mengalir dengan derasnya dari hutan. Bersama dengan derasnya hujan di hati Sakura –lagi-.
Naruto mengerjap. Setengah pakaian nya sudah basah. "Sakura-chan." Tegasnya dengan menatap gadis itu dengan kasihan.
"Pergilah."
"Nani?"
Kepala dengan mahkota musim semi itu menunduk. Menyembunyikan air matanya yang mengalir indah dari matanya yang menawan. "Aku bilang pergi! Tinggalkan aku disini sendiri!" Teriaknya membelah kesunyian pada hujan di siang itu.
Naruto menggeleng. Lalu menghela nafasnya. "Sakura-chan." Kemudian melompat tanpa menoleh ke belakang meski hatinya diselimuti perasaan khawatir yang menyakitkan.
.
.
Hinata meremas kimono putih Uchiha itu yang setengah basah. Kepalanya menunduk. Pipinya memerah. Rambutnya setengah basah. Hatinya merutuki dirinya yang selalu menyusahkan orang lain.
"U-uchiha-san." Ucapnya dengan gugup ketika Uchiha terakhir itu menurunkan nya tepat di depan gerbang rumahnya yang berdiri kokoh di desa itu.
Uchiha itu memandang Hinata dengan datar. "Maaf, Hyuuga. Sampai disini saja." Ucapnya dengan nada datar. "Maaf, masih membuatmu basah." Tambahnya ketika melihat helaian rambut Indigo Hinata lepek. Mungkin akibat hujan tadi.
Hinata mengangguk dengan kikuk. "B-bukan m-masalah, Uchiha-san. dan terima kasih." Ucap gadis Hyuuga itu lalu menundukan separuh tubuhnya untuk menghormati Sasuke.
Sasuke berdecih, ia tidak suka hal formal. "Hn." Balasnya lalu dengan gesit meloncat ke atap-atap rumah warga dengan cepat.
.
.
Sakura memandang bayangan dirinya sendiri yang terlihat menyedihkan di air kolam. Rambut lepek yang acak-acakkan, mata sembab, hidung memerah, dan hati yang masih kalut, cukup untuk membuat orang mengira ialah gadis gelandangan. Tapi bukankah ia sudah biasa mendapat perlakuan penolakan itu dari pemuda Uchiha yang dari kecil masih selalu saja menolaknya itu? Harusnya ia sudah biasa.
"Hai, Sakura." Ucapnya parau pada pantulan dirinya sendiri.
Senyum sinis berkembang di bibirnya yang ranum. "Kau telihat sangat kacau." Ejeknya dengan bibir yang kembali bergetar. "Tapi kau jangan patah semangat! Kau harus berjuang mendapatkan hati, Sasuke-kunmu!" Tambahnya dengan pandangan sendu, meski bibirnya mengucapkan kata penyemangat. Ya, sakura harusnya bertahan, kan? Meski ada hujan, badan, atau angin topan sekalipun, bunga sakura akan tetap bertahan diam di cabangnya sebelum dia benar-benar menyerah hingga akhirnya gugur.
.
.
Senyum Sakura berkembang dengan cerah di pagi yang cerah juga. Semangatnya udah menyala kembali. Melupakan fakta bahwa kemarin, kemarin, kemarin, dan kemarin nya lagi ia dikecewakan oleh pemuda Uchiha yang bahkan tidak pernah meliriknya sekalipun. Namun, bagi Sakura, melihatnya saja sudah membuatnya senang.
Tok Tok Tok
Sakura mengetuh pintu kayu klasik itu dengan pelan, namun tegas. Rumah klan Uchiha yang sudah diperbaiki itu mungkin membuat si Uchiha merasa akan nyaman, jadi mereka memperbaiki rumahnya.
Kening Sakura mengernyit. Lalu mengetuk kembali pintu itu dengan agak keras. "Sasuke-kun! Sasuke-kun!" Teriakan nya membuat rumah itu terlihat lebih hangat dengan teriakan Sakura yang memekakkan telinga.
Sret
Di depan nya, Sasuke sudah berdiri dengan celana pendek, dan kaos santainya di rumah. Pandangan nya menatap malas Sakura yang berdiri di depan nya dengan menenteng kotak makan yang entah apa isinya.
Uchiha itu mengernyitkan alisnya. "Hn?"
Gadis musim semi itu terlihat sangat bahagia. Lalu mengangkat kotak berisi makanan yang akan diberikan nya pada si Uchiha. "Aku membawakanmu makan siang! Ayo kita makan! Kau pasti lapar, kan." Cerocosnya dengan mata yang menyipit karena senyum cemerlang dan semangat yang membara. Ia akan berjuang untuk mendapatkan hati Sasuke-nya.
Sasuke mendengus. Lalu melirik kotak makan itu tanpa minat. Melihat warnanya saja membuatnya sakit mata. "Aku tidak lapar. Lebih baik kau pulang." Perintahnya dengan memegang ujung pintu rumahnya.
Tangan Sakura buru-buru memegang lengan kekar Sasuke. Dia memberikan tatapan Puppy eyes yang mungkin saja meluluhkan hati es pemuda itu. "Sasuke-kun." Bujuknya dengan Puppy eyes yang masih bertahan.
Sasuke mendesah keras. Menghela nafas, menahan amarah yang mungkin saja akan meledak-ledak. "Pulanglah. Aku tidak ingin diganggu." Ucapnya dingin tanpa menatap kearah mata Sakura yang mungkin saja akan membuatnya merasa tidak tega.
"Setidaknya, terimalah makanan ini. Aku membuatnya sendiri." Bujuknya kembali dengan sedikit meremas lengan Sasuke yang cukup gagah. Membuat pemuda dengan iris mata Onyx itu memutar bola matanya bosan.
"Setelah kau menerimanya, aku akan pulang." Ucapnya tiba-tiba saat melihat pemuda itu hendak menutup pintu rumahnya. "Aku janji." Tambahnya dengan senyum manis yang mungkin saja akan membuat pria lain terjerat.
Sret
Sasuke langsung mengambil kotak makan itu dengan cepat tanpa mengucapkan apapun.
"Sekarang kau pulang." Perintahnya dengan nada dingin seperti biasa, membuat Sakura tersenyum gembira meski dalam hati merasakan kekecewaan karena pemuda di depan nya masih saja dingin.
"Dimakan, ne. Sasuke-kun." Ucapnya terakhir kali sebelum melangkah dengan riang keluar dari halaman rumah klan Uchiha itu.
.
.
Sasuke melangkah dengan kotak bekal pink di tangan nya. Wajahnya masih saja datar. Seolah pemandangan di depan tidak ada artinya sama sekali. Onyx pemuda itu melirik pada pemuda yang tengah duduk bersandar di bawah pohon yang cukup besar untuk meneduhkan nya dari sinar matahari pagi itu.
Kakinya berhenti melangkah. "Dobe." Ucapnya dengan nada dingin.
Naruto mengerjap ketika iris matanya menatap kotak bekal yang dibawa pemuda itu di tangan nya. "Eh, Teme. Tumben sekali kau membawa bekal." Intimidasinya pada si tunggal Uchiha dengan kening mengernyit bingung.
Sasuke mendengus. Lalu mengungsurkan nya pada si Uzumaki yang hanya menatapnya. "Hn. Ini untukmu."
Kening Naruto kembali mengernyit melihat warna yang dibenci oleh teman se-Timnya itu. "Pink? Aku rasanya pernah melihatnya," Gumamnya ketika melihat gambar bunga sakura yang ada di bagian luar kotak makan tersebut. Tangan nya dengan cepat meraih kotak bekal yang dibawakan Sasuke untuknya itu. jarang-jarang lho Uchiha itu membawakan bekal.
"Hn."
Sasuke mendengus. Lalu berjalan dengan kedua tangan yang berada di dalam saku celana nya.
"Kau mau kemana, Teme?!"
"Aku ada misi." Jawabnya tanpa menoleh ke belakang. Seolah mengacuhkan si Uzumaki pirang itu.
Naruto nyengir kuda. "Arigatou untuk makanan nya ya, Teme!" Acungnya dengan rasa terima kasih.
.
Angin nakal membuat rambut dengan warna Unik itu bergoyang pelan dan membuat daun-daun yang berada disekitar menari-nari dengan riang. Sakura Haruno merasakan tenaganya terkuras habis. Lari dari Rumah sakit Konoha ke Hutan perbatasan bukanlah hal mudah. Dan bodohnya ia tidak memakai chakranya, saking buru-burunya.
"Hah.. Hah.. Hah.." gadis itu menekan lututnya. Memaksanya agar nafasnya cepat normal. Degupan jantungnya seolah terdengar dengan merdu dan indahnya di telinganya yang sensitif. Dia jelas lelah.
Pemuda yang tengah memakan bekal dari teman Raven nya itu mengernyitkan keningnya bingung. "Sakura-chan." Gumamnya pelan. Bingung dengan sikap si Cherry di depan nya.
Sakura tersenyum. Meski nafasnya masih tertahan. "Hah... Maaf.. aku telat." Desahnya dengan senyuman manis yang hadir di wajahnya yang cantik.
Si pirang Naruto nyengir. Lalu menggeleng tegas untuk menjawab gadis musim semi itu. "Bukan masalah." Ucap Naruto pelan dan memakan kembali makanan yang ada di dalam kotak makan nya.
Alis Sakura mengernyit melihatnya. Dia bingung. "Dimana Sasuke-kun?" Tanyanya dengan satu alis yang naik.
Naruto mengangkat kepalanya. Dia kembali memperlihatkan cengiran lebarnya. "Dia menjalankan misi. Baru saja pergi. tapi kau tau, dia hari ini baik sekali.." Celotehnya riang dengan menyodorkan kotak makan yang berada di tangan nya. "Dia membawakanku makanan. Hahaha, tau sekali kalau aku belum sarapan." Jelasnya dengan mata berbinar-binar riang.
Alis Sakura mengernyit melihat kotak makan itu. "Pink? Sarapan? Sasuke-kun?" Gumamnya dengan kening yang berkerut. Merasa familiar dengan kotak bekal yang berada di tangan Naruto.
Tangan mungil itu dengan cepat merampas kotak bekal pink yang kini berada di tangan siempunya. Mata Sakura terbelalak. Hatinya tiba-tiba mencelos. Pandangan nya terasa berbayang. "I-ini... " Gumamnya pelan dengan mata berkaca-kaca.
Kepala Naruto memiring. Dia jelas tidak tau dengan apa yang terjadi pada sahabat pinkynya tersebut yang tiba-tiba terdiam. "Ada apa, Sakura-chan?"
Sakura dengan cepat mengerjap. Dirinya kembali ke dunia nyata. "Eh, " Tangan nya lalu mengusap setitik air mata yang berada tepat di bawah matanya, "T-tidak ada."
"Naruto." Sakura kembali menyerahkan kotak makanan itu untuk Naruto yang sepertinya terlihat lapar.
Sapphire itu terangkat. Menatap Sakura dengan pandangan bingung.
Senyum itu terpajang dengan amat sangat terpaksa. "Aku pergi dulu, ya. Ada urusan di rumah sakit."
Mahkota pirang itu mengangguk. Dia tidak peka dengan keadaan yang terjadi disekelilingnya. "Hu'um. Tidak masalah." Jawab Naruto dengan cengiran yang dengan setia menghiasi wajahnya.
.
.
Tangan lentik dan mulus itu dengan cekatan memasukan beberapa racikan ke dalam botol dan menambahkan beberapa cairan untuk menjadikan nya obat-obatan.
Gadis berambut pendek dan berwarna hitam yang berada di sebelah Sakura mengernyitkan dahinya melihat gadis manis tersebut memiliki aura suram di wajahnya. "Sakura. Kau terlihat tidak bersemangat." Telitinya dengan mengambil botol racikan yang telah Sakura buat. Menakar-nakar, kemudian mencicipinya.
Gadis dengan mahkota pink itu mengerjapkan mataya. Dia tersenyum terpaksa pada asisten gurunya itu. "Aku baik-baik saja, Shizune-nee." Jawabnya pelan dan terkesan lirih.
Gadis berambut pendek dengan warna hitam itu mendengus. Dia menempelkan punggung tangan nya ke dahi gadis itu yang lebar. Keningnya lalu mengernyit merasakan tekanan darah gadis itu normal. "Mukamu terlihat suram. Apakah kau ada masalah?" Tanyanya kemudian dengan meletakan kedua tangan nya di depan dada.
Sakura menggeleng pelan. Ia sebenarnya ingin jujur, namun mau bagaimana lagi, dia tidak ingin menyebarkan masalah pribadinya. "Tidak ada. Mungkin, aku kekurangan vitamin." Dustanya dengan menghindari kontak mata langsung dengan Shizune yang kini menatapnya dengan tatapan selidik.
Kekasih dari Genma Shiranui itu kembali menatap Sakura dengan selidik. "Kau yakin?" Intimidasinya dengan mata yang memicing tajam menatap gadis musim semi tersebut.
"Aku yakin."
Shizune lalu tersenyum lembut. Lalu menepuk pundak murid yang sudah dianggap sebagai adiknya tersebut. "Baiklah. Aku akan memberimu beberapa resep vitamin nanti."
Sakura mengangguk. "Arigatou, Nee-san." Ucapnya pelan dengan membalas senyum Shizune, meski tidak setulus gadis rambut hitam tersebut.
.
.
Gadis gulali dengan nama Sakura itu menyusuri jalanan Konoha yang kini sepi dengan tampangnya yang suram. Helaan nafas sesekali terdengar dari bibirnya yang mungil dan ranum.
Keningnya kini berkerut. Ia melihat sosok bayangan yang menurut instingnya tidak asing. Kakinya dengan cepat melompat dengan jurus ninjanya. Mengawasi apa yang terjadi disekelilingnya.
Sakura menghela nafas. Tepat 2 meter dari tempatnya berada, ternyata bayangan itu adalah Hinata Hyuuga. Teman sesama Kunoichinya. Gadis itu kemudian sedikit berlari kecil hingga dapat mensejajarkan langkahnya dengan si Hyuuga yang kini menatapnya dengan senyum di wajahnya yang ayu.
"Konbanwa, Hinata-chan." Sapa Sakura ramah dengan senyuman nya yang manis.
Hinata mengukir senyumnya yang lembut nan manis. "A-ah.. Umh.. K-konbanwa mo, S-sakura-san." Jawabnya dengan kikuk yang masih sama seperti Akademi dulu.
Mata Sakura berkedip beberapa kali. Tidak biasanya gadis manis di sampingnya ini berkeliaran malam-malam. "Kau mau kemana?" Tanya gadis gulali itu ramah dengan satu alis yang naik.
Hinata menunduk. Wajah gadis itu jelas memerah sekarang. Dia malu. "A-aku mau ke rumah, N-naruto-kun. M-mengantarkan m-makan malam." Jawabnya gugup masih dengan menundukan kepalanya.
Kedua tangan Sakura terkepal di dadanya dengan mata berbinar-binar cerah. "Uwah... kau perhatian sekali." Pekiknya dengan senyum berkembang di bibirnya yang manis.
"A-arigatou, Sakura-san."
Kening gadis gulali itu kembali berkerut. Lalu menatap bulan yang tengah berdiri dengan angkuhnya di atas sana. "Ini sudah malam, sebaiknya kau cepat ke rumah, si baka itu." Titah Sakura dengan mimik muka menggoda yang membuat Hinata kembali memerah.
Gadis Hyuuga itu hanya mengangguk dan menundukkan kepalanya. Membuat Sakura tersenyum senang. Akhirnya teman nya yang polos dan pemalu itu dapat Pdkt juga dengan sahabat Bakanya.
.
.
Sakura berjalan dengan kening yang menekuk. Mungkin memang hanya ia yang tidak punya pasangan. Ino Pig dengan Sai. Tenten dengan Neji. Shikamaru dengan Temari. Chouji dengan Ame. Oke, mungkin hanya Lee yang masih jomblo untuk saat ini. tapi tetap saja, hanya dia yang tidak memiliki pasangan diantara semua teman nya.
Sakura memasang senyum miris. "Mereka pasangan yang serasi." Gumamnya dengan mata menatap lirih kearah bawah. Dimana jalanan dengan tanah kecokelatan di injaknya.
Kepala Sakura mengangkat begitu dirasa olehnya chakra yang tidak asing, dan benar saja. Di ujung gang disana, sosok Uchiha Sasuke sedang berjalan dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya.
"Itu... Sasuke-kun." Gumam Sakura pelan dengan alis mata yang menukik tajam.
"Sasuke-kun!" Teriak gadis itu kencang membelah kesepian malam yang damai itu.
Bocah Uchiha itu masih saja berjalan. Membuat gadis Haruno itu merasa geram. "Sasuke-kun!" Teriaknya sekali lagi dan langsung melompat ke arah pemuda Raven yang hanya berjalan dengan santainya.
Sasuke mengangkat satu alisnya melihat gadis dengan rambut berwarna pink itu berada tepat dihadapan nya. "Hn?"
Kedua tangan gadis itu terkepal. Siap mementalkan siapapun yang berurusan dengan nya. "Kenapa kau membagikan makanan yang telah aku buat dengan susah payah pada Naruto!?" Teriaknya keras dengan nada menuntut. Deru nafasnya tidak beraturan menandakan kalau gadis itu sedang menahan amarahnya yang mungkin saja akan memuncak dihadapan pujaan hatinya.
Pemuda dengan marga Uchiha itu mengangkat satu alisnya tanpa perasaan bersalah. "Ada masalah?" Tanyanya dengan nada dingin seperti biasa membuat hati Sakura terasa mencelos seketika.
"Sasuke-kun."
Pemuda itu lalu mendengus. "Kau membagikan nya padaku. Berarti makanan itu otomatis menjadi milikku, kan? Jadi apa ada larangan kalau aku salah membagikan nya pada orang lain?"
Bibir Sakura bergetar. Dengan mudahnya dia mengatakan hal yang akan menyakiti hatinya. Apakah Uchiha itu memang tidak peka? Harusnya dia berpikir sesuatu dengan nada suara itu.
Kepala gadis muda itu menggeleng tidak percaya. Air mata merebak di matanya. "Kau jahat!" Teriaknya dengan tumpahan seluruh emosi yang mengalir pada kata demi kata yang diucapkan nya. Setelah itu dia langsung melompat pergi meninggalkan Sasuke hanya hanya menatapnya tanpa ekspresi.
.
.
.
.
.
~Saat kau kecewa dengan semua yang dia lakukan padamu. Mungkin, saat itulah kau harus berpikir bagaimana cara untuk melupakannya. Orang yang telah menyakiti hatimu.~
"Flower's Yelow Aster"
Ini tantangan yang cukup berat sebagai Author baru bagi saya. Kenapa? Oke, ngebuat cerita ini sebenernya emang udah niat. Cuma awalnya peran Hinata itu digantiin sama Ino, tapi ini tantangan dari kak Yuli buat nambahin Hinata ke dalam cerita ini. Wess, saya butuh beberapa fic supaya bisa ngebuat tokoh Hinata-san bener-bener kayak yang asli.
So, saya harap anda-anda sekalian mereview cerita saya yang terkesan abal ini.
