Dimulai dari kalimat sederhana dan awal yang sangat sering kalian temukan dalam dunia fantasi yang indah. Namun, akan terjadi apa di akhir cerita nanti. Bahkan, seorang penulis pun tidak akan mengetahui akhir cerita mereka.
=L.O.V.E=
"Perasaanku saja atau memang mereka selalu memandangimu, oppa?"
Gadis cantik yang diketahui bernama Moon Soo Ah itu terus-menerus melirik ke arah tiga pemuda yang sedang bercengkrama di lain sisi itu. Sesekali ia bergumam tentang 'kenapa mereka melirik ke arah kami'
"Benar juga, sepertinya mereka melihat ke arahmu"
Chanwoo pun ikut mengintrupsi kegiatan makan teman sebangkunya itu. Ia menyenggol seolah memberikan kode jika ucapan Soo ah memang benar dan sesuai dengan apa yang ia lihat juga.
"Mereka tidak pernah memandangiku saat aku sendiri"
Chanwoo dan Soo Ah berbarengan membuat sosok pemuda manis yang sedari tadi diam itupun akhirnya menoleh dengan tatapan bingung.
"Bisakah kalian hentikan. Aku sedang berkonsentrasi memikirkan akhir yang manis di ceritaku"
Chanwoo dan Soo Ah langsung terdiam saat pemuda manis itu mematahkan sumpitnya. Beruntung mereka sudah selesai makan. Jadi, dengan cepat mereka pun pergi meninggalkan pemuda manis itu sendirian.
Moon Bin, sebut saja pemuda manis itu dengan Bin. Walaupun kenyataannya ia lebih suka dipanggil menggunakan nama lengkapnya. Namanya terlalu singkat. Dan itu membuatnya takut jika orang akan salah memanggilnya. Seperti, Bin untuk Kim Woo Bin atau Bin untuk Hyun Bin. Banyak yang menggunakan nama Bin.
Namun, di cerita kali ini hanya ada Bin untuk Moon Bin.
Berbicara mengenai cerita. Ini sebuah cerita singkat di mana seorang Moon Bin mencari cinta sejatinya. Ia pernah berfikir jika cinta sejatinya itu adalah Hwang Eunbi kalian bisa memanggil gadis itu dengan sebutan SinB.
Entah apa yang terlintas di benak Bin tapi, mereka berteman sejak kecil dan sampai saat ini mereka selalu di dalam kelas yang sama. Dengan formasi duduk yang selalu sama di mana gadis itu selalu duduk di depan Bin.
Menurut cerita yang Bin baca. Cinta pertama bisa jadi temanmu sejak kecil. Karena itu, Bin percaya jika cinta pertamanya itu adalah SinB. Karena, tidak mungkin jika mencintai Chanwoo yang sangat aneh itu.
Namun, mengejar cinta pertama itu nyatanya sesulit menemukan cinta. Begitu menurut Bin.
Kenapa Bin bisa mengatakan hal seperti itu?
Garis kurva wajah Bin cukup untuk membuat semua orang luluh padanya. Selain ia memang tenar karena ia ketua club dance. Hanya saja, SinB mulai menjauh darinya dan dikabarkan gadis itu sedang dekat dengan si ketua OSIS yang perfect.
Bin tidak pernah tau bagaimana rupa si ketua OSIS nya itu. Karena, ia tidak begitu mempedulikan lingkungan sekitarnya. Bahkan, ia tahu SinB dekat dengan ketua OSIS itu dari Chanwoo dan adiknya yang tukang gosip Moon Soo Ah.
Dan, jika kalian tahu. Si ketua OSIS ternyata memang jarang ada di sekolah. Ia sibuk dengan jadwal olimpiadenya yang padat. Sekalipun ia ada di sekolah. Ia juga hanya duduk di kelasnya atau di perpustakaan. Benar-benar sosok yang pintar.
Jika Bin ingin mengetahui tentang si ketua OSIS ia harus ke tempat keramat. Namun, yang dari tadi ia pikirkan hanya satu. Apa jika ia memasuki tempat keramat itu ia akan mendapatkan akhir cerita yang indah.
3=
Hal yang selalu didengar oleh Bin tentang si ketua OSIS itu hanya beberapa dan jawaban itu selalu sama. Padahal, ia menanyakan hampir ke seluruh gadis yang ada di sekolahnya. Sampai akhirnya, ia menemukan jawaban yang indah di mana orang itu mengetahui hampir semuanya.
Dan sumber informasi itu keluar dari bibir adiknya sendiri. Kenapa ia baru teringat adiknya di saat ia sudah hampir putus asa.
"Aku menunggumu bertanya padaku"
"Aku menyesal mempunyai adik sepertimu"
"Kau punya fotonya?"
Soo Ah menghentikan kegiatannya bersama PSP. Ia mengusap dagunya berfikir. Bola matanya berputar mencoba mengingat apakah ia punya foto si ketua OSIS itu. Namun, pada akhirnya ia hanya menggeleng kecil sebagai jawaban.
"Tapi, aku tahu orangnya" Soo Ah tersenyum kecil. "Kelasnya di lantai tiga pojok kanan. Jika kau duduk di kantin tempat kita sering duduk itu. Mungkin kau akan melihat wajahnya saat menatap ke langit"
Bin memeluk gulingnya kesal. Sekarang ia tahu jika musuhnya ternyata selalu mengawasinya. Pantas saja, ia tidak pernah dapat tempat kosong untuk bertemu SinB. Mengesalkan.
"Namun, akhir-akhir ini ia sering ke kantin. Jika kau mendengar teriakan para gadis saat itu pula ia turun ke kantin"
Bin bangkit dari tidurnya. Ia menatap adiknya yang sedang sibuk dengan PSP-nya. Sekarang yang ia pertanyakan hanya satu. Kapan jam pulang dan jam masuk sang ketua OSIS yang perfect itu. Karena, ia tidak pernah mendengar teriakan para gadis selama ini. Selain di kantin waktu itu.
"Kau akan bertemu dengannya saat gerbang baru dibuka dan saat gerbang akan ditutup. Sudah kukatakan jika ia itu orang yang tenang" Soo Ah menghentikan kegiatannya. "Dan juga di perpustakaan"
3=
Di lain pagi. Bin memutuskan untuk bangun sangat pagi. Dengan bantuan dari beberapa jam weeker dan dering ponselnya, akhirnya ia bisa bangun tepat waktu.
Dan, ia sangat menyesal mempercayai adiknya itu. Entah ia yang terlalu datang pagi. Atau memang adiknya itu sedang mengerjainya. Ia juga tidak mengerti. Yang ia tahu saat ia sampai di sekolah. Gerbang masih terkunci rapat.
"Kau bersekolah di sini juga?"
Bin menoleh saat suara yang cukup lembut menyapa gendang telinganya. Hampir saja ia meneteskan air liurnya. Dia terlalu terpesona dengan sosok di depannya.
Jika orang ini sang ketua OSIS yang perfect dan dipuja banyak gadis. Ia sangat memaklumi. Wajahnya terlalu sempurna. Dengan tinggi yang semampai dan suara yang lembut. Memangnya, ada gadis yang tidak menyukai orang ini.
Jika saja Bin seorang wanita mungkin ia juga akan mengaku sekarang jika ia menyukai sang ketua OSIS.
Tunggu. Perkataan bodoh macam apa itu.
"Earth calling Moon Bin"
"Kau kenal denganku?"
"Papan namamu"
Bin menggaruk tengkuknya gatal. Setelah ia sadar dari lamunan yang menggila ia pun merasa canggung sekarang. Bagaimana bisa ia mengakui jika musuhnya itu memang sempurna.
"Kajja. Gerbangnya sudah dibuka"
3=
"Dia itu orang yang tenang"
Di hari berikutnya pula kalimat itu selalu muncul dalam pikiran Bin. Selain perpustakaan masih ada tempat yang tenang hanya saja, ia tidak dapat menemukan si ketua OSIS itu dimanapun termasuk perpustakaan.
"Ia sibuk dengan olimpiadenya"
Bin merutuk kecil saat ingat jika sang ketua OSIS itu memang sangat jenius. Jika ia tidak menemukan orang itu di sekolahnya, hanya ada satu kemungkinan. Orang itu pergi mengikuti olimpiade.
"Ah, hujan"
Bin dengan cepat turun ke lantai bawah untuk mengecek apakah SinB membawa payung atau tidak.
Kelas sudah bubar beberapa menit yang lalu, hanya saja Bin malah melamunkan hal yang tidak penting sama sekali, sehingga membuatnya lupa dengan sang cinta pertamanya itu.
Deg.
Bin menghentikan langkahnya. Ia tersenyum kecil melihat pemandangan di depannya. Mungkin, memang lebih baik melamunkan hal tidak penting daripada ia harus turun dan melihat SinB dijemput dengan ketua OSIS yang menyebalkan itu.
Namun, kenapa tiba-tiba si ketua OSIS itu datang. Bukankah si ketua OSIS itu sedang sibuk dengan olimpiadenya? Aishhh. Sebenarnya, apa hubungan mereka saat ini.
3=
Di lain hari, Bin memecahkan mangkuk dengan sekali hentakkan membuat Soo Ah dan juga Chanwoo yang duduk berdekatan dengannya pun menjauh teratur.
Ia sangat kesal.
SinB gadis dengan rambut kecoklatan yang jatuh terurai itu sedang duduk berdua dengan si ketua OSIS itu.
Ia marah saat melihatnya. Apa itu tandanya jika SinB memang cinta pertamanya?
Jika terus menerus seperti ini. Bisa-bisa Bin tidak akan mendapatkan akhir bahagia untuk ceritanya.
"Oppa, kau masih memikirkan akhir dari ceritamu?"
Bin menatap Soo Ah jengah. Gadis yang sempat pergi saat Bin memecahkan mangkuk itupun kembali lagi dan menyapanya.
"Aku boleh menyarankan sesuatu tidak?"
"Memangnya kau tau apa, bocah"
"Aku kan hanya ingin menyarankan, kau itu emosian sekali"
"Bagaimana bisa aku mempunyai adik sepertimu"
"Seharusnya aku yang bertanya bagaimana bisa aku mempunyai oppa sepertimu. Yang bahkan tidak tahu jika kuah ramyun yang ada di mangkukmu itu membasahi celanamu"
Bin berkedip bingung beberapa kali sebelum ia menatap kaget celananya yang sudah basah. Bagaimana bisa ia tidak merasakan panas kuah ramyun.
Bin sepertinya kau memang tidak peka terhadap lingkungan.
"Apa aku yang memecahkan mangkuk ini juga?"
"Menurutmu?!"
Soo Ah memberikan celana olahraga pada Bin dengan kesal. Ia tahu kakaknya itu tidak peka terhadap lingkungan. Hanya saja, ia masih tak habis pikir panas kuah ramyun pun ia tidak dapat merasakannya.
Sebenarnya kakaknya itu terbuat dari apa?
"Pakailah itu. Setidaknya, itu akhir baik untuk ceritamu hari ini" Soo Ah berdecih kecil. "Beruntung, pagi tadi aku ada pelajaran olahraga. Dasar kau ini"
"Gomawo"
3=
Bin mengusapkan salep pada pahanya yang sempat tersiram kuah ramyun itu. Ia masih merasa aneh dengan dirinya sendiri yang tidak sadar jika pahanya itu hampir terkelupas.
"Kau kenapa?"
Bin menatap sesaat pintu UKS yang tiba-tiba terbuka. Sebelah tangannya yang bebas mengambil selimut yang ada untuk menutupi pahanya yang sempat terekspos itu.
"Itu bukan urusanmu"
Sosok itu terkekeh kecil menanggapi ucapan Bin yang terkesan marah itu. Alih-alih sosok itu pergi ia malah duduk di sebelah Bin.
"Cha Eunwoo"
"Pergilah jika kau sudah selesai"
"Hei, kau terkesan mengusirku"
"Memang iya"
Eunwoo terkekeh kecil menanggapi. Sejujurnya, ini adalah pertama kalinya ia bertingkah sok kenal terhadap seorang 'stranger'. Namun, ia merasa nyaman dengan Bin. Jadi, ia tidak peduli tentang kata 'stranger' yang melekat pada Bin.
"Aku mengantuk"
Bin mendelik kesal ke arah Eunwoo. Setelah kegiatan mengobati lukanya terganggu dan sekarang Eunwoo malah menempelkan kepalanya di bahu Bin.
Mengesalkan.
"Menyingkirlah, aku ada kelas sekarang"
Eunwoo menarik tubuhnya menjauh dari Bin. Ia mengambil bantal di sebelahnya lalu memukul Bin dengan bantal itu.
"Kalau begitu cepatlah keluar"
"Kalau begitu jangan menatapku, bodoh"
"Siapa bilang aku menatapmu"
Bin mengambil celana olahraga milik adiknya itu. Sesekali ia melirik ke belakang untuk memastikan Eunwoo tidak menatapnya. Ia harus cepat memakai celana dan pergi menjauh dari Eunwoo. Itu yang ada di kepalanya.
"Apa kau itu yeoja?"
Plakk.
Bin dengan cepat menepak kepala Eunwoo setelah ia selesai dengan kegiatannya. Ini benar-benar memalukan sekaligus menyebalkan. Bagaimana bisa Eunwoo mengatakan hal semacam itu. Sudah jelas ia itu lelaki tulen.
"Aneh saja. Kau menyuruhku jangan menatapmu karena kau se-"
Plakk.
Eunwoo mengusap kepalanya sesaat sebelum ia tertawa melihat aksi Bin yang menurutnya lucu. Ia baru pertama kali bertemu dengan pemuda yang suka memamerkan badannya di depan para wanita namun, menutupi tubuhnya saat di depan pria lain.
How cute.
3=
Bin menatap langit malam di balkon kamarnya. Ia suka dengan kegiatan menatap langit malam. Terkesan membosankan. Hanya saja, ia merasa sedikit ada ketenangan yang menjalar di tubuhnya. Dan itu membuatnya nyaman.
Ia tidak pernah tau kapan dan bagaimana ia bisa memiliki kebiasaan menatap langit malam di saat pikirannya sedang kacau. Yang ia tahu pikirannya saat ini sedang kacau.
"Sebenarnya, cinta itu apa?"
Bin mengacak rambutnya frustasi. Selama belasan tahun ia hidup. Ia tidak tahu dan tidak pernah merasakan apa yang disebut cinta. Wajar bukan jika ia menanyakan hal seperti itu pada ponselnya.
"Cinta itu kau merasa nyaman dengan orang itu"
Bin menoleh kaget saat ia mendengar suara Soo Ah yang entah kapan ia datang. Beruntung, jika ponselnya tidak jatuh dari lantai dua.
"Kau juga bahkan tidak ingin meninggalkan orang itu barang sejenak"
Bin mendelik kesal ke arah Soo Ah. Adiknya itu mulai merangkulnya dan mencubit pipinya. Hal itu memang sering dilakukan Soo Ah hanya saja, Bin dalam keadaan sedang malas bersenda gurau dengan adiknya itu.
"Jadi, apa kau merasakan getaran cinta itu, oppa?"
"Itu bukan urusanmu dasar bocah menyebalkan"
3=
Bin termenung dalam lamunannya. Ia menatap SinB yang tepat ada di bangku depannya. Ia tidak mempedulikan Kim saengnim yang sedang berceloteh di depan. Ia masih fokus pada yang diucapkan adiknya semalam.
"Merasa nyaman dengan orang itu"
Bin melirik Chanwoo yang duduk di sebelahnya dengan tangan yang terus-menerus menyalin tulisan yang ada di papan tulis. Bin mengetuk-ngetuk dagunya berfikir.
Ia merasa nyaman dengan kedua teman kecilnya itu. Hanya saja, mungkinkah ia juga mencintai Chanwoo? Itu menggelikan. Ia bahkan tak berani untuk membayangkannya.
"Kau juga tidak ingin meninggalkan orang itu barang sejenak"
Bin menggigit bibirnya sendiri. Pikirannya melayang jauh ke angkasa. Omongan adiknya itu membuatnya benar-benar berfikir keras hingga ia meneteskan keringatnya.
Tapi, setelah cukup lama ia berfikir dengan otaknya. Bin menemukan pencerahan yang terang. Cinta bukan hanya sekedar itu saja. Mungkin, definisi cinta menurut beberapa orang itu berbeda.
Lalu, apa definisi cinta menurut Bin?
"Moon Bin, apa jawaban nomor enam belas"
e-eh?
3=
"Kepalamu seperti ada awan hitam"
Chanwoo melayangkan kedua tangannya di atas kepala Bin seolah ia sedang mengusir awan jahat yang ada di kepala Bin. Ia tidak tahu ada apa dengan sahabatnya hingga ia merasakan ada hawa-hawa negatif di sekeliling Bin.
"Hentikan tingkah konyolmu itu, atau ku tusuk kau menggunakan garpu ini"
"Kau ini emosian sekali"
Chanwoo menghentikan kegiatannya mengusili sahabatnya itu. Ia kali ini menatap lekat ke arah Bin seolah mengatakan "Beritahu aku apa yang ada dipikiranmu"
"Menurutmu, cinta itu apa?"
Chanwoo mengedipkan kedua matanya bingung. Ia menunjuk ke arah dirinya sendiri seolah mengatakan "Kau bertanya padaku".
"Cinta itu kebahagian"
Bin menaruh garpunya. Ia yang semula fokus pada bekal yang dibawakan ibunya pun mulai memberikan perhatian lebih pada Chanwoo.
"Maksudnya?"
"Saat kau bersama orang itu, kau akan merasakan kebahagian dengan sendirinya"
"Sekalipun aku sedang kacau?"
Chanwoo mengangguk kecil mengiyakan pertanyaan Bin. Ia yang semula duduk agak jauh dari Bin pun mulai mendekat.
"Apa ada orang yang membuatmu seperti itu?"
3=
Bin memainkan kunci di tangannya. Sesekali kedua matanya itu berkeliling seolah ia sedang jadi buronan di sekolahnya sendiri.
Bel masuk sekolah sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu. Dan, Bin memutuskan untuk membolos di pelajaran Sejarah. Ia terlalu malas untuk berhadapan dengan Kang saengnim dengan pikiran yang seperti ini.
Setelah acara makan bersama Chanwoo pun otaknya seperti terbawa oleh omongan Chanwoo.
"Apakah ada orang yang membuatmu seperti itu?"
Seperti lullaby kalimat itu terulang lembut hingga Bin dibuat menguap karena terlalu banyak berfikir.
Cklek.
Bin terdiam. Sepertinya Bin sudah menduplikat kunci dengan benar kemarin. Namun, kenapa ia tidak dapat membuka pintu ini?
Klek.
Bin menatap tangannya tak percaya. Ia hanya perlu menggoyangkan kenop pintunya saja dan pintu itu sudah terbuka? Lalu fungsinya ia mengendap ke ruang OSIS dan menduplikat kunci itu apa?
Bin memperhatikan pintu itu setelah ia berhasil melewati pintu itu dengan selamat. Ada sebuah kunci. Mungkinkah ada orang lain yang menduplikat kunci seperti yang dilakukan Bin?
Tapi, siapa?
Bin meneliti sekitar sebelum kedua matanya tertarik pada sosok pemuda yang tengah berbaring dengan tas sebagai bantalannya.
Perlahan namun pasti Bin mengendap mendekati sosok itu. Wajahnya tertutup jas sekolah mereka yang berwarna navy. Bin mengetuk dagunya berfikir. Ia penasaran, namun ia takut membangunkan sosok itu.
Srakk.
Bin mundur satu langkah saat sosok itu bangun dan melempar jasnya. Sekarang ia benar-benar lebih memilih mendengarkan Kang saengnim berceloteh ketimbang ia harus berada di sini.
"Apa yang kau lakukan?"
Bin menatap Eunwoo gugup. Ia mundur perlahan tanpa menjawab pertanyaan si ketua OSIS itu.
Brukk.
Tangan Eunwoo langsung menarik tangan Bin cepat, membuat pemuda perpaduan kucing dan anjing itu sukses jatuh di atas tubuh Eunwoo.
"Ehm, Cha Eunwoo aku ada kelas Sejarah saat ini. Bisakah kau melepaskan tanganmu dari pinggangku?"
Bin mendorong-dorong tubuh Eunwoo berusaha melepaskan tangan Eunwoo yang melingkar sempurna di pinggangnya. Namun, bukannya terlepas Eunwoo malah mengeratkan pelukannya.
"Aku tahu kau ingin membolos"
"Jangan salah sangka"
"Yasudah. Kalau begitu, ambilkan jasku"
Eunwoo melepaskan pelukannya lalu mengusap kedua matanya yang memerah. Ia masih setengah sadar saat ini wajar saja jika ia bertindak sangat amat tidak Cha Eunwoo sekali.
Bin langsung bangkit dan mengambil jas Eunwoo yang sempat dibuang oleh pemiliknya itu. Ia berdecih kecil sebelum akhirnya ia memutuskan untuk melempar jas itu kepada pemiliknya.
"Tidakkah kau berfikir untuk menemaniku?"
Bin yang sudah berbalik membelakangi Eunwoo pun terdiam. Ia menimang beberapa kali. Ia ke tempat ini memang ingin membolos kelas karena otaknya penuh dengan pikiran yang membuat konsentrasinya di kelas berkurang. Namun, bersama dengan si ketua OSIS yang perfect itu? Ia masih memikirkannya berulang kali.
Pukk.
Bin tersentak saat kepala Eunwoo sukses mendarat di kedua kakinya. Ia yang semula sedang memikirkan akhir ceritanya hari ini pun hanya terdiam tak merespon.
"Kau memergoki kegiatan membolosku kemarin. Jadi, hari ini kau harus menemaniku membolos"
Bin menggaruk tengkuknya bingung. Ia baru tahu jika si perfect pujaan hati para wanita di sekolahnya itu ternyata memiliki hobi membolos. Ia pikir orang yang ada di hadapannya ini sosok yang benar-benar patuh dengan aturan sekolah.
"Oke, aku akan menemanimu. Tapi, sebelumnya singkirkan kepalamu"
Eunwoo tersenyum puas mendapati putusan final dari bibir pink Bin. Ia pun bangkit dan menarik tas yang sempat ia jadikan sebagai bantal.
"Kau dari pagi di sini?"
Eunwoo melirik ke arah Bin sebelum ia lagi-lagi menjatuhkan kepalanya di bahu Bin dan membuat Bin menggeser tempat duduknya. Namun, bukannya mendapati Eunwoo yang menjauh ia malah mendapati kepala Eunwoo di kedua pahanya.
"Apa kakimu masih sakit?"
"Tidak juga"
"Baguslah"
Eunwoo menarik sebelah tangan Bin dan memainkan jemari panjang Bin dengan senyum yang masih terlukis sempurna di bibirnya.
"Jika sudah bel pulang. Kau bangunkan aku, ne"
Bin masih terdiam dalam posisinya. Tidak peduli dengan tangannya yang dijadikan mainan oleh Eunwoo. Ia merasakan jika ini sebuah detik yang langka yang tidak mau ia ingat barang sedetikpun.
"Merasa nyaman dengan orang itu"
Bin tersentak dalam ingatannya akan perkataan adiknya itu. Ia menduga-duga apakah ia merasa nyaman dalam posisi seperti ini? Bahkan ia tidak bergeming sejak Eunwoo menaruh kepalanya dan memainkan jemarinya.
Apa definisi cinta yang lain?
Mungkin besok ia akan pergi ke perpustakaan dan membaca banyak buku tentang cinta hingga jam pulang sekolah berakhir.
"Kau tidak ingin meninggalkan orang itu barang sejenak"
Bin menatap wajah damai Eunwoo yang terkena pancaran sinar matahari. Ia menarik tangannya yang masih dalam genggaman tangan Eunwoo.
"Apa kau tau cinta itu apa?"
Bin bermonolog kecil sebelum ia melepas jas nya dan menjadikan jas itu sebagai pelindung kepalanya yang mulai menghangat akibat sinar matahari.
Bin mengeluarkan sapu tangannya dari saku, berusaha sebisa mungkin untuk memperkecil gerakannya agar Eunwoo tidak terbangun dari tidurnya.
Tunggu, apa pedulinya jika Eunwoo terbangun? Seharusnya ia mencaci Eunwoo yang seenaknya tidur dan tidak memikirkan perasaan orang lain yang kesulitan bergerak.
Lagi-lagi Bin bertarung dengan kepalanya sendiri.
Bin menaruh sapu tangannya yang sudah dilipat kecil itu untuk menutupi kedua mata Eunwoo. Ia sedikit tersenyum melihat Eunwoo dalam keadaan seperti ini.
Tunggu, apa ini kebahagiaan yang di maksud Chanwoo?
Itu tidak mungkin dasar Bin bodoh.
Yeahhhh finally, diriku membuat sesuatu yang disebut chaptered story
Sebenarnya, ini tercipta karena kegalauan yang sangat amat mengganggu.
Klasik sih idenya XD
hope you like it arohadeul
