ZeRou:

Moshi, minna! Saia post oneshot lagi. Ini hanya fic suka-suka saia, intinya gak nggenah. Yang nunggu request ama apdet-an `Meitantei Kiba', gomen~ gak ada ide. Mungkin bentar lagi -minggu depan- saia bakal post fic sasuSaku ato sasuHina. Do'akan aja.;)

Happy reading!

--

Warning: AU, OOC, drabble, SaiIno(mungkin)

Disclaimer: Naruto (c) Kishimoto Masashi


Warna Kanvas

by Kobayakawa Zerou

--

Sret. Sret. Sret.

bulu-bulu kuas terus bergerak menyambung tanpa henti. Memoles biru jernih pada warna polos yang dibiarkan sedikit sebagai arakan awan. Kemudian kuas beralih ke warna lain. Mencoret rerumputan, membentuk kokoh batang pohon dan helaian dedaunan. di tengahnya nampak sosok gadis menengadah ke angkasa. lalu menebalkan polesan untuk proyeksinya.

Seulas garis lengkung berhias pada paras sang pelukis. Karyanya telah selesai. Ia memandang sejenak hasil akhir karyanya. Kepuasan terpancar pada air muka pemuda itu.

Ia pun membereskan kekacauan yang terjadi di ruang itu. Tempat yang memenuhi hasrat, keahlian juga kegemarannya. Jejaka itu merapikan perlengkapan melukis di tempat sekadarnya--asal rapi saja dan tak tercampur dengan milik yang lain. Ia mendudukkan pantatnya lagi seraya meraih buku sketsanya.

Srek.

Lembar sampul dibaliknya. Halaman-halaman awal diacuhkan guna mencari goresan terakhirnya. Sumrinah menimbul ketika lembar yang dicarinya didapatkan.

Sesosok gadis dengan senyum merekah tergores di sana. Hitan ujung pensil telah membentuk garis-garis indah.

Lamat-lamat terdengar suara yang menggangu ketenangannya dari arah jendela. Ia melirik dari balik kaca dan menyadari siapa sumber keberisikan barusan.

Buru-buru ia mengeluarkan pensil dari pembungkus bukunya. lalu memulai aktivitas rutin--menggores lembaran buku sketsa. Hitam inti pensil mengikuti coretan jemari yang cepat namun pasti. Berawal dari sebuah titik, menarik garis dan membentuk goresan kasar.

Lagi, sesosok gadis tersenyum--sama seperti halaman-halaman sebelumnya. Hanya latar yang membedakannya.

Gerakan jemari lelaki itu terhenti. Garis melengkung sederhana mencerminkan ungkapan perasaannya.

Krieeek...

Derit pintu terdengar jelas. Lelaki itu menutup bukunya.

"Sai-kun, aku sudah selesai. Ayo, pulang!"

Coretan tadi telah nyata. Berdiri menggantungkan tas di luar garis pembatas ruangan. Gadis berambut kuncir kuda berwarna pirang menyilaukan. Lengkung bahagia yang sama dengan goresan tadi.

"Hai."

Pemuda itu bangkit. Mengambil tasnya dan melangkah keluar. Lalu, menutup pintu perlahan dengan kebahagiaan bersemayan di wajahnya.

Blam.

Goresan semesta alam pada kanvas dibiarkan tetap tergeletak di atas tiang penyangganya menghadap pinyu masuk. Sebagai ucapan selamat datang untuk yang tiba esok pagi.

--

.owari.

--

Saia gak mengubah statusnya jadi complete, soalnya sapa tau saia pingin bikin fic tentang melukis lagi.