Disclamer : Naruto © Masashi Kishimoto
Pairing : SaixFemNaru
Genre : Romance
Rated : T
Don't Like! Don't Read!
RnR kudasai!
Chapter 1
-Meet-
Naruto POV
Hari ini adalah hari pertama aku masuk ke sekolah baru. Tempat baru, suasana yang baru dan teman baru pula. Aku sangat senang bisa masuk ke Konoha gakuen, sekolah yang sejak dulu ingin aku masuki setelah lulus SMP. Aku benar-benar suka sekolah ini, karena memang sekolah yang terkenal dengan tingkat kecerdasannya dan walau aku tahu aku tidak sepintar itu. Bahkan orangtuaku sebenarnya tidak menyetujui aku masuk ke sekolah ini, gara-gara sekolah yang tak mungkin aku jangkau. Dan satu lagi yang aku suka dari sekolah ini adalah seragam sekolahnya, seragam dengan sweater dan rok pendek dan ditambah lagi dengan kaos kaki yang bisa aku pakai dengan sesukaku. Karena aku paling suka memakai kaos kaki hitam panjang sepaha.
Pagi ini aku mulai memakai seragam baru sekolahku dan segera menyisir rambut orange panjangku. Setelah itu aku pun segera berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, karena kalau kakak yang mengantarkanku, pasti aku langsung jantungan dibuatnya. Karena kak Deidara pasti selalu mengebut jika mengendarai mobil sport baru yang dibeli Ayah minggu kemarin. Aku malah jadi ingat 3 hari yang lalu aku hampir mati gara-gara kak Deidara mengebut saat mengendarai mobilnya. Tentu saja aku hampir jantungan, kecepatannya saja melebihi normalnya.
Kembali ke awal lagi. Aku berjalan kaki menuju sekolahku, dan saat seperjalananku berangkat ke sekolah, aku melihat sebuah mobil limousine hitam yang begitu elegan lewat di depan mataku. "Waaah… Kereeeeeeeeen~~" kagumku melihat mobil limousine yang lewat di sampingku. Namun tak sengaja aku pun berpapasan dengan seorang cowok tampan dengan kulit putih pucatnya dan ditambah lagi dia memakai kacamata yang membuatnya begitu tampil mempesona. Dia berada di dalam mobil limousine hitam itu, nampak sekali bahwa dia benar-benar anak orang kaya. "Ah~ Tampannya. Kapan aku akan punya pacar setampan dia? Benar-benar tipe seorang pangeran. Kyaa~ aku jatuh cinta! Apa aku akan bertemu dengannya lagi, ya?" timpalku melihat seorang cowok yang begitu tampan yang berada di dalam mobil itu. Masih aku menatap dengan binar mobil dan orang yang berada di dalamnya sampai hilang di ujung tepi jalan, sunguh vitamin A di pagi hari. Tanpa aku sadari ternyata jam masukpun mulai dekat, dan akhirnya aku berlari secepat mungkin agar bisa sampai tepat waktu di kelasku.
Dengan nafas yang tak beraturan, aku pun sampai di kelasku. Untung saja Kakashi sensei, guru sekaligus wali kelas di kelasku belum datang. Hingga aku bernafas lega kali ini. Karena saat upacara penerimaan murid baru, Kakashi sensei bilang tidak akan pernah kompromi dengan hukuman anak yang terlambat masuk sekolah. Tapi di hari pertama masuk sekolah saja dia yang terlambat duluan.
"Kau terlambat Naru-chan." sahut seorang gadis bermata emerald dengan rambut sepundak merah mudanya, yang tak lain dan bukan adalah Sakura, teman SMP-ku. Kami memang memutuskan akan bersama-sama masuk ke Konoha gakuen, dan akhirnya kami pun diterima di sekolah ini. Sakura dengan mudah masuk ke sekolah ini, karena dia memang pandai. Sedangkan aku, aku hanya beruntung bisa masuk ke sekolah ini. Ayah, Ibu dan kakak saja tidak percaya kalau aku bisa diterima di Konoha gakuen ini. Sampai merekapun menangis tak jelas saat tahu kalau aku diterima di Konoha gakuen, lalu mereka menelpon dan memberitahu semua orang termasuk para tetangga kalau aku diterima di sekolah super terkenal itu. Memalukan! Kenapa aku bisa lahir di keluarga yang tak jelas ini? Dan kenapa aku harus mendapat otak yang super bodoh seperti otosan? Kenapa tidak mendapatkan kecerdasan yang tinggi seperti okasan? Dan kenapa harus kakak yang mendapat turunan dari okasan? Huuh, menyebalkan! Otosan hanya seorang pengangguran di rumah, kerjaannya hanya menonton Tv dan bermain kartu. Namun dia sudah seperti Ibu rumah tangga, dia pintar memasak. Masakan yang dibuatnya pasti selalu enak di lidah kami sekeluarga. Sedangkan okasan, dia adalah seorang dokter di sebuah rumah sakit terkenal di sini. Dan kakak, dia sekarang sedang kuliah di jurusan kedokteran mengikuti jejak okasan.
"Gomen Sakura-chan, habisnya kalau kak Dei yang mengantarku pasti jantungku sudah copot keluar. Tahu sendirikan kak Dei naik mobilnya seperti apa." timpalku menjawab kata-kata Sakura.
"Hahaha.. Iya, aku tahu. Tapi syukurlah, untung Kakashi sensei belum datang juga." ucap Sakura saat aku telah duduk di kursiku. "Eh, tahu nggak kakak kelas kita ada yang cakep banget, lho!" timpalnya.
"Benarkah? Ah~ ngomong-ngomong di jalan tadi, aku ketemu sama pangeran. Benar-benar cowok tampan." khayalku.
"Pangeran? Jangan berkhayal yang tidak-tidak Naruto. Kakak kelas yang aku bicarakan ini tidak cuma wajahnya saja yang tampan, tapi dia juga pintar, anak orang kaya pula."
"Kau tidak melihatnya langsung, sih. Kalau kamu melihatnya pasti kamu juga akan menganggapnya pangeran. Benar-benar laki-laki pujaanku."
"Kau itu terlalu polos, Naruto. Jangan terlalu percaya dengan apa yang kau lihat pertama kali."
"Lalu kakak kelas itu, memangnya kamu sudah bertemu dengannya?"
"Belum, tapi gosibnyakan sudah meyebar di berbagai penjuru sekolah Naru-chan!" kata Sakura sambil mencubit kedua pipiku.
"Kamuh juja beyum liat oyangnya udah pecaya.." kataku tidak karuan karena tangan Sakura masih mencubit kedua pipiku, sehingga aku susah untuk berbicara dengan benar.
Lalu beberapa menit kemudian datanglah seseorang yang membuatku terkejut setengah mati. Senpai yang begitu tampan dan keren, apalagi dia adalah orang yang baru saja kami bicarakan tadi. Dia dengan tenang melangkah masuk dan berdiri di depan kelas, hingga membuatku harus berdiri karena kaget.
"Hari ini aku akan menyampaikan…" ucap senpai itu terpotong.
"Waaa~ cowok yang tadi pagi!" teriakku seketika berdiri dari kursi yang aku duduki itu sambil mengarahkan jari telunjuk ke arahnya. Senpai itu pun terlihat begitu heran mendapati ekspresiku yang membuatnya kaget, dan sedangkan teman-teman sekelas mulai menatapku dengan cengok. "Aah~ maaf." sahutku malu menyadari tatapan teman-teman sekelas yang mengarah padaku.
"Baiklah, aku akan melanjutkan pembicaraan yang sempat terputus tadi. Hari ini aku akan menyampaikan bahwa Kakashi sensei tidak bisa datang hari ini karena ada sesuatu yang harus ia kerjakan. Dan untuk sementara waktu saya sebagai ketua osis akan mengarahkan para murid baru untuk belajar dengan baik di Konoha gakuen ini. Apakah ada pertanyaan?"
"Senpai, siapa nama senpai?" tanya salah satu teman sekelasku.
"Maaf, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Sai, aku berada di kelas 3-A. Jika kalian ada yang tidak dimengerti, kalian bisa mencariku. Apakah ada pertanyaan lagi?"
"Senpai sudah punya pacar?" sahut Sakura.
"Hmm.. Untuk saat ini aku tidak membutuhkannya." sungutnya dingin pada pertanyaan Sakura.
"Kenapa?"
"Maaf, sebaiknya kita langsung ke pokok pelajaran saja. Saya tidak bisa menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang bodoh seperti itu." ketusnya.
Sai senpai memang terlihat dingin, orang yang benar-benar susah untuk didekati. Tapi mau bagaimana lagi, aku benar-benar jadi suka melihatnya. Apakah ini yang disebut orang-orang dengan cinta pada pandangan pertama? Hatiku benar-benar berdetak lebih kencang saat bertemu dengannya. Badanku serasa panas hanya dengan melihatnya seperti ini. Waaa~ aku jadi semakin gila dibuatnya!
'Pokoknya sudah aku putuskan! Sai senpai harus menjadi pacarku!' batinku membara dalam hati.
"Baiklah, kita mulai pelajarannya. Buka buku matematika kalian di halaman pertama."
Beberapa saat kemudian.
Pelajaranpun sudah dimulai, dan hari ini memang pelajaran matematika. Pelajaran yang paling membosankan dan paling aku benci. Senpai menerangkan semuanya dengan baik dan mudah dimengerti oleh semua orang, tapi aku adalah aku, seberapa aku berusaha belajar dengan giat tetap saja tidak akan bisa secepat itu memasukkan rumus ke dalam otak bodohku ini.
"Aduh! Kenapa tidak juga terjawab!" gumamku mengacak-ngacak rambut yang sudah tertata rapi itu menjadi sedikit berantakkan karena belum ada satu soalpun yang bisa aku pecahkan. 'Ah, malas.' batinku dalam hati lalu meletakkan kepalaku di atas meja sambil mencorat-coret buku panduan belajar yang membuatku pusing dengan beberapa rumus-rumus membosankan. Aku pun mencoba menggambar wajah Sai senpai, membuatnya semanis mungkin di buku yang paling aku benci itu. Sambil menggambar, aku pun tak luput dengan senyum cengar-cengir hingga membuat Sakura menengok ke belakang.
"Apa yang kau gambar Naruto? Inikan sedang pelajaran. Kau tidak takut dimarahi Sai senpai?" bisik Sakura heran melihatku.
"Malas!" sungutku. "Aku paling tidak suka dengan pelajaran matematika. Rumus-rumus itu membuatku pusing."
"Terserah kamu saja." ketusnya sambil memalingkan kembali wajahnya ke depan papan tulis.
Dan saat aku masih dengan kesibukkanku mencorat-coret buku panduan, tanpa aku sadari sebuah suara tengah lewat di dalam telingaku. Membuatku harus berdebar dan kaku saat mendapati Sai senpai berada di dekatku.
"Apa yang kamu gambar Namikaze Naruto? Ini sedang pelajaran matematika, bukannya pelajaran menggambar. Kenapa kau tidak mengerjakan soalmu?" sahut Sai senpai padaku. Dan saat itulah pertama kalinya Sai senpai memangil namaku. Uuh, hatiku benar-benar tidak tahan lagi.
"Maaf, aku sudah mengerjakannya. Tapi~" kataku terpotong saat wajah Sai senpai mulai berada tepat di depan mataku. 'De-dekat sekali!' jeritku dalam hati.
"Ini aku?" tanyanya setelah melihat gambar yang aku buat di buku panduan itu.
"Aah~ Maaf! Akan segera aku hapus."
"Dari pada mengambar yang tidak-tidak lebih baik kau selesaikan soalmu." ketusnya sambil membenarkan sisi dari kacamatanya.
"Baik. Tapi senpai, anu… Aku tidak mengerti dengan rumus-rumus ini."
"Hmm, aku akan mengajarimu. Perhatikan dengan benar." katanya. "Jika x = y maka persamaan antara x1 dan y1…" jelasnya. Aku benar-benar beruntung bisa melihatnya sedekat ini. Aku benar-benar tidak tahan jika berada sedekat ini. Hidungku serasa akan mengeluarkan darah saja. Oh, Tuhan tolong kuatkan aku. Matanya begitu hitam mempesona dengan kacamata yang membuatnya tambah kelihatan keren. Hidungnya sangat mancung dan kulitnya begitu putih. Bibirnya yang menggairahkan itu sangatlah seksi. Aah~ aku benar-benar ingin pingsan saat ini juga! "Apa kau sudah mengerti?" sahutnya. Dipikir-pikir aku sama sekali tidak memperhatikan penjelasannya, aku saja sibuk dengan pemikiran mesumku.
"Senpai, anu.. Aku.. Aku.. Aku." Karena gugup, aku pun langsung berdiri hingga kursi yang kududuki terguling jatuh sampai membuat dentuman suara keras, hingga membuat mata seluruh teman sekelas melihat ke arahku. Aku pun menutup kedua mataku. Memberanikan diri mengungkapkan isi dari perasaanku. "Aku menyukai senpai! Aku menyukai senpai saat pertama kali bertemu tadi pagi. Aku ingin senpai jadi pacarku!" teriakku mengungkapkan perasaanku. Namun beberapa saat kelas menjadi sepi, tak ada satupun suara yang terlintas keluar. Memang ini tindakan yang paling bodoh sedunia! Mempermalukan diriku sendiri di hadapan semua orang. Aku benar-benar takut, bagaimana kalau seketika ini juga dia akan menolakku. Waaa~ Aku takut! 'Okasan! Otosan! Maafkan anakmu yang begitu memalukan keluarga ini! Aku memang anak yang tak tahu diuntung! Anak yang merepotkan! Tapi aku mohon doakan kisah cintaku ini!' batinku menjerit takut menunggu jawaban darinya.
Dan saat aku sedikit demi sedikit mulai membuka mata, kulihat Sai senpai berdiri dengan tatapan yang dingin namun masih tersirat sedikit wajah terkejutnya. Aku benar-benar bodoh! Tamatlah riwayatku kali ini!
-To be Continued-
Jaaa~~ Terima kasih sudah membaca fanfic Prince of Megane-kun ini.
Di tunggu ya review dari semua orang.. n_n
Sankyuu,,
Bertemu lagi di chapter selanjutnya.
Jane~
-Kiss Bye-
