Ponytail to Shushu

Summary : Senyum secerah langit musim panas, dan seorang gadis ceria ikat ponytail berikat rambut biru. Mereka bertemu secara tidak sengaja, kemudian mengenal apa itu cinta, lalu masing-masing berusaha mengejar sosok idaman dalam mimpi mereka.

Rate : T

Chara : Natsu.D, Lucy.H

Genre : Friendship, hurt/comfort

Warning : OOC, typo, dll

Fairy Tail bukan punya author, tetapi punya Hiro Mashima.

Mungkin liburan musim panas seorang Natsu Dragneel akan terasa membosankan baginya. Seharian bermain hand phone di kamar tidur. Memakan semangka dingin sambil memasang kipas angin. Duduk santai di teras rumah memandangi langit biru muda, diiringi suara jangkrik yang bernyanyi riang di atas dedaunan. Dan terakhir, jangan pernah lupakan setumpuk PR di meja belajar. Entah apa itu terasa menyenangkan, tetapi semua orang menyukainya.

Ya mereka, beda dengan pemuda bersurai senada bunga sakura itu.

"Hoi Gray. Kamu ingin kemana saat liburan musim panas?" tanya Natsu seiring perjalanan pulang. Menyilangkan tangan malas tanda tak tertarik pada topiknya sendiri

"Seperti biasa, mengunjungi kakek dan nenek di desa. Selamat menghabisan liburan musim panasmu di kelas tambahan, Natsu" sindir Gray mempercepat langkah kakinya. Mengabaikan segala tatapan intimidasi si salam yang menusuk mata

"Semoga kau mati kebosanan. Gray bodoh!"

Kedua sahabat itu berpisah di perempatan jalan. Natsu tengah menunggu lampu berubah merah. Sesekali menguap merasakan tiap menitnya bergulir begitu lama. Ketika melangkahkan kaki menginjak belang putih zerba cross, iris onxy tersebut tertuju pada sesosok wanita bersurai pirang, ikat ponytail yang biasa dijadikan model rambut anak sekolah maupun pekerja kantoran. Namun….entah kenapa begitu spesial. Cantik memang, wangi pula, tetapi...bagaimana cara menjelaskan perasaan ini?

"Hnn….mungkin aku kenal. Siapa, ya?" gumam Natsu galau dalam hati, bahkan pertanyaan itu sama beratnya dengan satu soal matematika. Meskipun yang ini tidak butuh rumus, melainkan daya ingat berupa gambaran

Rambut pirang mirip orang bule. Ikat ponytail. Pakai parfum bunga. Seragam SMA Fairy Tail. Natsu sebatas mampu mengingat ciri-ciri sederhana tersebut, hal yang lebih spesifik semacam nama, kelas, tempat tinggal, dia tidak tau atau mungkin lupa. Oh ayolah, menghabiskan puluhan menit untuk seorang gadis asing di kamus kenalan, hanya karena sekilas ia terasa spesial. Pukul satu tepat, keluarga kecil Dragneel makan siang semangkuk nasi dan seekor ikan goreng. Rasanya nikmat, melahap satu semakin ingin menambah.

"Banyak sekali makanmu. Anak ibu sedang senang?" mendengarnya membuat Natsu terdesak. Buru-buru meneguk segelas air putih sampai tetes terakhir

"Se-senang bagaimana? Aku merasa normal-normal saja" dia bersikukuh mengkilah pernyataan tersebut. Meskipun hatinya berkata lain di lubuk sana. Masa, sih, gara-gara seorang wanita ponytail mendadak salah tingkah?

"Benarkah? Kamu tidak pandai berbohong. Lebih baik jujur, ibu mana mungkin menyebarkannya ke tetangga sebelah" romansa anak sendiri pun hendak diumbar ke muka media. Kenapa makhluk hawa sangat suka bergosip? Terutama saat membeli sayur di pedagang atau pasar. Mengobrol paling sebentar dua jam

"Menurut ibu, perempuan ikat ponytail cantik?" pikiran inti yang menganggu kinerja sistem sarafnya. Setelah dikeluarkan justru terus kepikiran, justru dijawab begini :

"Ternyata tipe wanita Natsu yang ikat ponytail! Biar ibu carikan jodoh untukmu, oke?"

Justru menyasar ke topik absurd tersebut, walau penting demi masa depannya, yang sebentar lagi lulus SMA. Ia menaiki tangga bercampur perasaan kesal. Mengabaikan beliau bersama ekspetasi setinggi langit yang sulit dicapai. Natsu menghempaskan tubuh ke atas pulau kapuk. Berguling mengitari area serupa sembari merutuki kebodohannya. Jika Gray mendengar kabar ini, pasti dia tertawa keras dan berkata, 'ternyata kamu yang menikah duluan di antara kita berdua'.

Mengesalkan sekali.

"Yosh! Daripada berdiam diri, lebih baik aku mencari tau identitasnya mulai besok!" tekad Natsu terbakar api membara. Langsung beranjak bangkit mengerjakan beberapa tugas sebelum hari berganti sore

Diam-diam di belakang pintu, ibu menjadi saksi bisu dari janji putra semata wayangnya. Ia pantas mendapatkan jodoh secepat mungkin. Asalkan Tuhan berkehendak, kejadian di luar akat sehat manusia pun bisa terwujudkan. Kira-kira, siapakah sang gerangan?

Keesokan harinya….

Selesai menjalankan rutinitas harian, Natsu berangkat ke sekolah menaiki sepeda merah kesayangannya. Mengayuh pedal melawan angin kering musim panas, serta sinar matahari yang menyengat permukaan kulit ganas. Buliran sebesar jagung ia seka sebelum menetes mengenai seragam. Memakirkan kendaraan roda dua di tempat yang seharusnya, barulah pergi meninggalkan parkiran. Gray tiba di kelas terlebih dahulu, tengah memasang earphone mendengarkan lagu kesukaannya : berbahasa Inggris.

"Awas saja jika mendadak tuli. Nanti kamu tidak bisa mendengarkan teriakan wanita di lorong sekolah" ucapnya membalas ejekan yang kemarin. Duduk di kursi samping jendela menaruh tas kasar

"Berisik. Jarang melihatmu bersemangat, apa ada hal menarik, huh?"

"Kata siapa! Tapi yang pasti, nanti siang aku akan melakukan penyelidikan ala detektif, hahaha….terdengar keren bukan?" tidak untuk Gray yang menghela nafas panjang. Menganggukan kepala pelan agar Natsu merasa senang

"Ya, ya, selamat berusaha tuan detektif Natsu Dragneel. Kalau begitu, saat jam istirahat makanlah sendiri, aku harus mencari buku refrensi laporan bersama Jellal. Mengerti?"

"Baiklah. Pergilah dengan si playboy itu, hingga kalian botak akibat terlalu banyak membaca buku. Hati-hati, siapa tau dia malah meminjam komik hentai" iseng Natsu menurunkan volume suara lima puluh persen, karena yang dibicarakan telah tiba di daun pintu kelas

"Hey Jellal. Natsu tau satu minggu lalu kamu membeli komik hentai di toko buku"

"K-k-k…k…k….kau! ITU KOMIK SHOUJO BUKAN HENTAI. APA SALAH COWOK TIDAK MEMBACA SHOUNEN?!"

Salah satu penyebab Jellal dikatakan playboy : ia sering mengatakan menyukai karakter cewek di komik dan ingin mengencaninya. Sebagian besar, memang dia punya sifat sudah begitu sejak di dalam kandungan. Pelajaran dimulai pukul tujuh lewat sepuluh. Jam pertama matematika diajar Laxus-sensei, benar-benar lengkap penderitaannya, lupa bawa buku, kena hukum berdiri di depan kelas, lalu menghadapi mapel fisika dan kimia berturut-turut.

Nasib anak IPA semester dua memang miris.

Jam istirahat….

Sambil mengigit roti yaksiobanya, Natsu keluar kelas mencari cewek ponytail yang terus terbayang dalam benak. Dia sempat bertanya ke beberapa orang, meskipun kebanyakan mengabaikannya merasa dipermainkan. Yang bersurai pirang bukan hanya satu. Yang model rambutnya seperti itu ada hampir di seluruh penjuru sekolah. Ya, itu tindakan terbodoh di dunia, siapapun pasti bingung jika diajukan pertanyaan, 'siapakah perempuan ponytail?'

"Ano….terima kasih banyak, Gray. Berkatmu aku selamat dari mereka"

"Tentu. Lain kali jangan berbuat sembarangan" suara sehalus sutera yang menenangkan hati. Begitulah kesan pertama Natsu, lebih-lebih setelah melihat bahwa dialah sang wanita ponytail. Gray belum berangkat ke perpustakaan. Jellal menghilang entah kemana

"Jangan-jangan….mereka pacaran?!"

Tanggapan macam apa itu?! Natsu mengibaskan tangan di udara. Mencabuti pemikiran-pemikiran aneh yang tertanam di kepala. Ia berniat balik ke kelas. Melupakan si wanita ponytail berserta rasa penasarannya. Meskipun demikian, tetap saja sulit dibuang jauh-jauh. Aneh, kenapa bisa begitu, ya?

Pulang sekolah….

Kebiasaannya adalah, sebelum pulang ke rumah mengunjungi halaman belakang sekolah. Sekadar bernaung di bawah pohon rindang, menghirup segarnya angin sepoi-sepoi yang menenangkan. Liburan musim panas dimulai tiga minggu lagi, masih lama sedangkan puluhan tugas menggunung menanti untuk diselesaikan. Waktu mau berbelok, tanpa sengaja Natsu menyaksikan pembullyan di dekat gudang. Di awal ia acuk tak acuh, namun lama-kelamaan kesadarannya bangkit dari alam bawah,

si wanita ponytail menjadi korban.

"Berhenti! Kalian mana boleh menyakiti perempuan!"

"Apa-apaan maksudmu?! Kita…."

"Cepat pergi dan pulang ke rumah! Berhenti jika kalian tidak ingin dilaporkan ke guru!" bentak Natsu mengusir kumpulan geng tersebut, membuat mereka kalang kabut ketakutan setengah mati

"Wajahmu luka parah. Aku obati, ya, ke UKS?"

"Te-terima kasih banyak! Aku merasa berhutang budi padamu" hutang budi, huh? Natsu baru pertama kali mendengar hal serumit itu. Apalagi ini dari seorang perempuan, jelas jauh lebih spesial

"Rambutmu panjang juga, ya" teliti Natsu memperhatikan sekilas. Mengelus sayang surai pirang itu berlimpah perasaan campur aduk. Ia mengambil kunciran yang tergeletak di atas rerumputan. Mengikatnya perlahan-lahan membentuk model semula

"E-eh? Kau menguncir rambutku?"

"Memang aneh, ya, cowok bisa begitu? Terserah apa anggapanmu, mulai sekarang menjauhlah dariku"

Cewek ponytailnya menyungging seulas senyum tipis. Membuat air mata di ujung tertahan agar tidak jatuh. Jelas Natsu kaget, dia tidak menangis atau mengadu nasib buruk kepada Tuhan, seakan mengisyaratkan bahwa semua itu bukanlah masalah besar. Hatinya yang sekarang tertusuk seribu jarum, karena Lucy Heartfilia, nama sang korban, adalah sasaran empuk geng terkenal di SMA Fairy Tail, dan dia merupakan salah seorang anggotanya.

Bersambung….