Diterjemahkan dari 'This Night Is Sparkling (Don't You Let It Go)'

(story/view/884850)

Karya Tapestry (profile/view/799847)

Copyright © Tapestry, 2014

-tambahkan asianfanficsdotcom/ di depannya-


PETERPAN

"Kris membantu Baekhyun untuk menemukan jalannya pulang. Baekhyun membantu Kris menemukan jalan ke hatinya."


Chapter 1 part 1

-x-x-x-

Kris tak suka dengan omong kosong. Dia adalah tipe laki-laki yang suka dengan fakta dan statistik, yang baru-percaya-kalau-sudah-melihat-buktinya-sendiri-dan-mungkin-masih-akan-tidak-percaya-karena-ia-tipe-yang-sulit-percaya. Dia tidak asal mengambil apapun apalagi pekerjaan dari orang, tapi dia mungkin akan melakukan pekerjaan orang lain kalau diberikan bayaran yang setimpal, atau uang.

Dia biasa menghabiskan sebagian besar—tidak, seluruh waktunya dengan mendekam di dalam kamarnya. Dia tak ingat kapan terakhir kali dia merasakan sinar matahari menerpa wajahnya dan ketika ia melihat keluar jendela dengan maksud untuk mengagumi indahnya langit biru, dia malah mendapati bintang-bintang yang sedang bersusah payah untuk bersinar di langit yang sudah terpolusi. Sang rembulan bahkan tak terlihat semenawan biasanya. Kris menutup kembali tirainya saat ia menyadari—dengan helaan nafas pasrah, bahwa waktu dua belas jam penuh telah terenggut darinya. Dia telah kehilangan waktu yang seharusnya masih siang (pergi kemana waktunya?).

Tak jadi masalah, sih, karena waktu memang benar berlalu ketika kau bersenang-senang dan bagi dirinya, kegiatan menulis dengan serius kemudian hasilnya bisa melebihi batas minimal kalimat untuk laporan tugas itu sangat sangatlah menyenangkan. Meskipun punggungnya terasa sakit akibat terlalu lama duduk dalam satu posisi seharian dan lututnya gemetaran ketika dia mencoba untuk berjalan ke kulkas atau ke kamar mandi dengan punggung tegak.

Kris mendengar pintu depan dibanting terbuka dan suara teman satu flatnya yang pulang dalam keadaan mabuk berat.

Dia mengasihani laki-laki itu.

Pada dasarnya, Park Chanyeol hanya memiliki sedikit otak (baca: bodoh). Kebiasaannya minum-minum setiap malam, Kris percayai, telah membuatnya semakin kehilangan sedikit demi sedikit bagian otaknya setiap kali dia tersandung di tangga, ditampar orang atau tiba-tiba saja tersungkur tidur padahal dia sedang berjalan. Sebuah keajaiban kalau dia masih hidup dan masih dengan tololnya pergi setiap malam untuk minum dengan kawan-kawannya meskipun sudah berkali-kali terlibat dalam banyak insiden gara-gara alkohol. Ia bahkan masih berani untuk mengundangnya ikut minum-minum—benar-benar memalukan! Sudah cukup dengan mereka tinggal dalam satu flat.

Kris menunggu suara pintunya dibanting.

Bahkan dalam keadaan normalpun, Chanyeol tak membuka dan menutup pintu seperti layaknya, biasanya, dan seharusnya orang normal lakukan.

Saat Kris tak kunjung juga mendengar suara dentuman pintunya ditutup—yang telah dia tandai sebagai 'Drunk Chanyeol 2—Chanyeol Mabok 2', dia bangkit dengan kesal, sendi-sendinya bergemeletuk nyeri namun dia menghela nafas lega dalam waktu yang bersamaan. Dan dia menemukan Chanyeol terkapar di tengah-tengah koridor. Sayangnya tidak bersimbah darah, mati ataupun sekarat.

Dia melangkahi Chanyeol untuk mengunci pintu ketika ada seekor binatang kecil raksasa terbang masuk dan Kris hampir saja teriak. Dia tidak bisa mengingat dimana mereka meletakkan alat pengusir serangga elektriknya. Memang mereka pernah membelinya? Atau jangan-jangan dia mengurungkan niat untuk membelinya di detik-detik terakhir karena berpikir Chanyeol bisa saja membunuh dirnya dengan benda itu tanpa sengaja?

Mengenyahnya segala pikiran jeleknya jauh-jauh, Kris segera mengambil jendal jepit yang tergeletak di samping pintu dan dengan sasaran dan perhitungan yang tepat dia menepuk binatang kecil itu ke tembok.

Tidak ada yang bisa membuat Kris lebih bahagia selain kesuksesan. Eh, kecuali uang. Uang dan kesuksesan 'kan saling berhubungan.

Dan juga, tak ada yang bisa membuat Kris marah kayak Disney. Mungkin ada hubungannya dengan gelar yang dia dapatkan waktu lulus SMA dulu; Grumpy of Snow WhiteSnow White Penggerutu, tapi Kris menolak untuk setuju dengan alasan tersebut. Dia dengan tegas menyatakan bahwa kebenciannya pada Disney murni karena dia benci kebohongan yang mereka gunakan sebagai bahan hiburan.

Berita, bursa saham dan jadwal perjalanan sudah cukup menghibur baginya.

Jadi, saat Kris memfokuskan matanya pada binatang kecil tersebut—yang telah merosot jatuh dari tembok, dia berpikir mungkin dia telah tertular kebodohannya Chanyeol.

Kebodohan tak seharusnya menular. Ia telah mengeceknya di minggu pertama dia pindah kesini.

Serius deh, tidak ada yang bisa menjelaskan apa yang sebenarnya sedang dia lihat sekarang kecuali dengan alkohol, obat-obatan terlarang, rose-tinted glasses—kacamata mawar(1), atau memang imajinasinya yang terlalu liar. Atau dia jadi Chanyeol.

Dia mencubit dirinya dua kali, memastikan kalau dia belum bertukar tubuh dengan Chanyeol dan melakukan Ten Breaths Procedure—semacam prosedur tarik-nafas-buang-perlahan sepuluh kali, yang dia lakukan setiap kali merasa panik atau akan mengamuk.

Makhluk itu masih ada disitu. Berbaring di lantai dengan tubuh manusianya yang berukuran kecil, tangan dan kaki yang bergerak-gerak dan sayap transparan dengan pembuluh darah bersilangan yang berkerlap-kerlip.

Sungguh mengagumkan dan menggelikan dan sulit dipercaya. Dan ini cuma bohongan 'kan?

Kris mengambil toples kecil yang ada di pojokan—flat ini punya sejarah luar biasa dengan toples itu, dan memasukkan serangga kecil itu ke dalamnya. Dan karena makhluk kecil itu jelas-jelas tidak memenuhi syarat untuk disebut sebagai serangga, Kris akan menyebutnya sebagai 'mutan'. Dasar radiasi sialan.

Satu-satunya yang jadi alasan Kris untuk memerangkapnya di dalam toples karena makhluk itu terlihat beneran dan hidup untuk dibiarkan lepas begitu saja. Sejujurnya, dia juga penasaran setengah mati.

Kris harus menyiapkan studi kasus rahasia atas makhluk mutan ini.

Kris harus merencanakan pembantaian kalau-kalau ternyata ini cuma bohongan.

Dia ingin menyentuh makhluk itu untuk mempelajarinya dengan seksama, tapi dia takut akan tertular radiasi. Akhirnya keberadaan Chanyeol disini ada gunanya juga, atau dengan kata lain, tujuan Chanyeol dilahirkan ke dunia ini akhirnya terungkap. Sedikit pengorbanan memang diperlukan demi kemajuan ilmu pengetahuan.

-x-x-x-

Merupakan suatu pagi yang langka ketika Kris bangun karena Chanyeol dan bukan sebaliknya.

Tunggu…

Kris tidak pernah membangunkan Chanyeol dan Chanyeolpun tidak akan pernah bangun tepat waktu.

Pemuda itu perlahan-lahan duduk di kasur, keningnya berkerut, pupilnya menyempit dan fokus ke teman satu flatnya itu dengan pandangan curiga.

"Kenapa kau mencemari kamarku dengan keberadaanmu?"

Chanyeol tidak pernah sedikitpun terlihat terganggu akan sesuatu. Bisa saja suatu waktu ada drum yang menggelinding keluar dari jendelanya dan dia masih akan mencari-cari kaos kakinya di lemari.

Kris berharap Chanyeol tidak telah salah menaruh sesuatu di dalam kamarnya. Teman satu flatnya yang jangkung dan kurus itu memiliki kecenderungan untuk membuat benda-benda mati melakukan aksi bunuh diri setiap kali dia masuk ke sebuah ruangan—apalagi dapur. Tahu-tahu saja ada benda yang jatuh tanpa ada alasan yang masuk akal. Park Chanyeol adalah satu dari misteri alam semesta yang Kris tak mau dan tak ada waktu untuk dicari tahu.

"Krease, bangun! Kau harus menolongku!"

Kris menepuk mukanya. Telapaknya diturunkan secara perlahan—dan menyebabkan kulitnya mulur ke bawah, sengaja, untuk menunjukkan kejengkelannya.

"Kau sedang mencoba untuk memasak apa dan dalam skala satu sampai sepuluh—sepuluh yang paling tinggi, seberapa banyak yang bergerak-gerak di atas piringmu?"

"Aku tak memasak apa-apa. Sekarang, ayolah! Bangun! Kau benar-benar harus melihatnya!" Chanyeol meloncat-loncat tak sabar di tempatnya, ekspresi di wajahnya kali ini berkebalikan dari wajah nyengir-selalu-senangnya yang biasa. Lalu Kris menyadari pemuda itu mengenakan kacamata dan Kris tahu sekarang. Apapun itu, kali ini benar-benar serius—karena kaca matanya!

Ia akan menyerahkan saja dirinya pada takdir.

Kris merapikan kaus lamanya dan mengikuti Chanyeol ke dapur saat matanya dalam sekejap menangkap keberadaan satu-satunya barang yang tak seharusnya ada di sana.

"Mengapa ada tempat sampah di atas meja? Mengapa posisinya terbalik? Mengapa kau mati-matian untuk berpikir secara normal? Mengapa aku membiarkanmu saja selama ini? Apa aku mengatakannya keras-keras?"

Chanyeol sepenuhnya mengacuhkan dirinya, "Krease, lihat!" Ia berseru sembari berdiri di samping meja dan menunjuk-nunjuk ke wadah berjaring itu.

"Mengapa pula kau menangkap seekor tikus di bawah tempat sampah?" Kris berseru dengan jengkel.

"Aku berharap itu memang tikus, tapi aku tidak tahu itu mahluk apa. Sepertinya penglihatanku jadi bertambah parah!" Chanyeol mencengkeram wajahnya putus asa, "Aku bahkan tak ingat apa yang telah aku lakukan semalam. Ya Tuhan!" Pemuda itu merogoh sakunya untuk mengambil sebuah kacamata lain dan meletakkanya di depan kacamata yang sedang dia gunakan. Ia memandang wadah yang terbalik itu, mengedip-ngedip beberapa kali sebelum menoleh ke arah teman satu flatnya yang lebih tinggi dengan putus asa, "Makhluk itu masih peri!"

Bagaikan batu yang tercebut ke dalam kolam, Kris tiba-tiba teringat akan kejadian semalam. Rasa-rasanya jadi dia yang lupa ingatan karena mabuk bukannya Chanyeol. "Makhluk itu benar-benar peri?" tanya Kris pelan.

"Serius?"

"Aku bertanya padamu."

"Aku tak tahu," Chanyeol mengeluh, "Aku stress!" Ia mengisyaratkan ke dua kacamata yang sedang dia gunakan.

Jadi, makhluk mutan kecil yang dia lihat semalam bukanlah lelucon dari teman satu flatnya itu. Tapi… "Bagaimana dia bisa sampai di sini?" Kris bertanya sebab dia ingat telah mengurung mutan itu di ruang depan.

"Makhluk itu ada di dalam toples istimewaku," Chanyeol merengut, "Jadi aku membawanya kesini dan mengurungnya di bawah tempat sampah."

"Chanyeol, demi Tuhan, kalau kau mencoba untuk menanam Opium Poppy di dalam toples itu lagi-"

"Yang ini Cannabis." Chanyeol memotongnya. Dari ekspresi yang tampak di wajah laki-laki yang lebih muda darinya itu, Kris bisa bilang kalau Chanyeol ingat dengan jelas hari dimana Kris mencabut paksa Poppy itu dari toples dan menyabet-nyabetkannya ke Chanyeol.

"Bukankah ganja terbuat dari itu?" Alisnya naik satu.

"Benarkah? Jongin sudah menjual bibitnya padaku." Chanyeol memberengut, "Mungkin aku akan menanam Kaktus saja."

Kris tidak mau mengambil resiko kerusakan IQ jadi dia mengalihkan perhatiannya ke wadah berjaring itu dan mencoba untuk mengintip ke dalamnya. Ia tak yakin apa matanya sedang membohongi dirinya tapi mutan kecil/peri itu sedang duduk dengan kaki dan tangan yang bersilang dan menatapnya balik.

Makhluk itu seperti diva kecil, pikir Kris.

"Chanyeol," panggil Kris, "Bisa kau angkat makhluk ini? Aku mau melihatnya dari dekat."

"Apa kita harus memanggilnya Tom Thumb—Tom Jempol?" tanya Chanyeol, ketakutannya akan penglihatannya yang memburuk sudah berganti jadi kehebohan akan hal yang tak penting lagi.

Ia mengangkat tempat sampah dan makhluk kecil itu berdesing melesat melewati pinggang mereka, meninggalkan jejak kilauan warna emas. Kris bersumpah dia melihat makhluk kecil itu menolehkan wajahnya yang seperti manusia untuk menjulurkan lidahnya pada mereka, kemudian teman satu flatnya meringis saat makhluk itu tiba-tiba menabrak tembok. Suaranya terdengar sangat keras di dalam ruangan kecil itu. Tidak akan ada yang kaget apabila makhluk kecil tadi telah mematahkan satu tulangnya, atau dua, atau dua ratus enam.

"Apa menurutmu Tom Thumb baik-baik saja?"

Kris ragu antara mengangkat mutan itu—ia tak mau melakukan kontak apapun secara langsung dengan apapun yang tercipta dari radiasi—tapi dia tak perlu terlalu mencemaskannya. (Sekarang kalau dipikir-pikir, cuma dengan adanya makhluk yang terbuat dari radiasi di sekelilingnya saja sudah berbahaya. Ia harap Chanyeol bisa menyerap radiasi tersebut—demi melaksanakan takdirnya dan memberikan kontribusi yang berarti pada masyarakat. Sudah cukup banyak orang yang mabok di pinggir jalan, terimakasih).

Chanyeol, si murah hati, bergegas ke arah makhluk itu dan mencolok-coloknya dengan jari. "Hey, apa kau baik-baik saja?" Kris memutar matanya, "Krease, lihat, aku rasa sayapnya patah."

Penasaran, Kris berjalan perlahan dan berjongkok disamping Chanyeol. Teman satu flatnya yang lebih muda itu mengangkat dan meletakan makhluk itu di atas telapak tangannya (kerja yang bagus, penyerap radiasi). Sekarang Kris dapat melihat dengan jelas kalau makhluk itu seorang 'laki-laki'. Laki-laki mutan itu tak memakai apa-apa, bugil, tapi ada daun kecil yang terhubung dengan sebuah benang tipis di antara kedua kakinya, dan benar seperti yang Chanyeol katakan tadi, salah satu sayapnya keriting, rusak. Yang satunya juga sepertinya rusak, namun tak separah yang satunya. Sayap-sayap itu tak berkerlap-kerlip seperti yang Kris ingat semalam.

Kris merasakan ada sensasi aneh bergejolak di dasar perutnya ketika dia mendapat firasat bahwa bisa saja dia adalah penyebab sayap-sayap yang rusak itu.

Tentu saja, dia tak yakin.

Bisa saja karena apapun, sungguh. Bisa saja karena sandal jepit (yang tak akan membuat Kris bersalah karena sandal jepit itu bukan miliknya. Lagi. Ia sudah membuangnya mulai detik ini).

Bisa juga karena tabrakannya dengan tembok barusan.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Chanyeol seolah-olah hal ini amatlah penting untuknya.

"Coba untuk meluruskan sayap-sayapnya kembali…?" saran Kris, setengah hati.

Chanyeol buru-buru menyapukan ibu jarinya ke atas organ yang tipis dan transparan tersebut. "Tak berpengaruh apa-apa," adunya.

"Jangan-jangan dia mati?" Ia terdengar lebih jujur kali ini.

"Oh tidak!" Kris tercengang melihat emosi Chanyeol yang seolah larut dalam emosi dan benar-benar sedih karenanya. Satu-satunya hal yang bisa membuat Kris larut dalam emosi hanyalah, tentu saja, uang. "Kita harus menghidupkannya kembali, Krease! Bagaimana kalau dia yang terakhir dalam jenisnya! Bagaimana kalau dia berasal dari suatu spesies langka? Bagaimana kalau dia sebenarnya spesies yang terancam punah?"

"Bagaimana kalau dia ternyata mutan?"

"Atau malaikat? Atau peri? Ia terlihat seperti peri, sih."

Pinggiran sayap makhluk kecil tadi mulai bersinar, pembuluh darah bersilangan yang berkerlap-kerlip muncul saat manusia kecil itu mulai kembali ke alam sadarnya. Chanyeol memulai kembali usahanya untuk meluruskan sayap-sayap itu dengan semangat yang baru. Kris baru saja akan mengingatkan kalau dia sedikit terlalu bersemangat melakukannya (baca: sembrono) saat sayap yang berada di bawah ibu jari Chanyeol terlepas dan cahayanya memudar.

Kris terbelalak.

Chanyeol terbelalak.

Laki-laki kecil itu bangkit dalam sekejap dan terbelalak.

Mereka menatap sayap yang terlepas dari tubuhnya.

"Yah, sial ya?"

Kris mungkin—dan sangat mungkin telah membuat sayap itu rusak, tapi dia masih belum apa-apa dibandingkan dengan Chanyeol yang membuatnya lepas.

-x-x-x-

Kris menghabiskan sisa harinya dengan mendekam di dalam kamar, seperti biasanya.

Saat dia keluar kamar, dia melihat peri itu sedang menangis dan Chanyeol sedang merapalkan permohonan maafnya berkali-kali. Kedua kalinya dia keluar kamar, Chanyeol sedang membuat wajah jelek dan peri itu hanya memandanginya seolah-olah sedang menilai Chanyeol. Ketiga kalinya, dia ditarik keluar kamar oleh Chanyeol yang kegirangan yang mengklaim kalau suara peri itu seperti lonceng-lonceng yang berdenting, "Ini luar biasa, Krease!"

Kris dan si peri—mereka berdua setuju untuk memanggilnya peri daripada mutan atau Tom Thumb, menatap satu sama lain.

Chanyeol mencoba untuk membuat makhluk kecil itu bicara namun dia menolak untuk membuka mulutnya.

"Aw, kau melewatkan sesuatu yang luar biasa." ucap Chanyeol meledek.

"Aku tidak tertarik untuk mendengarkan omongan mutan kecil yang bugil," balas Kris.

Peri itu sontak marah, wajah dan dadanya berubah merah. Chanyeol mencoba untuk menenangkannya dengan menggelitikinya, namun peri itu malah menggigt jarinya.

Sudah cukup hiburan untuk Kris hari ini.

bersambung...


(1) rose-tinted glasses itu ungkapan dalam bahasa Inggris yang artinya persepsi optimis akan sesuatu, opini positif, melihat sesuatu dengan cara yang positif, memikirkan sesuatu lebih baik dari yang sebenarnya, dll semacamnya. sedikit banyak hampir kayak delulu deh.


t/n: Salam kenal semuanya, ini fanfik terjemahan pertamaku!

Judul dan beberapa kalimat di isi dirubah atas seizin penulisnya—tanpa mengurangi makna aslinya (soalnya kata penulisnya setiap bahasa itu punya keindahan sendiri yang nggak bisa diterjemahin secara harfiah ke bahasa lain). Kalau ada yang penasaran sama lanjutannya kayak apa tapi nggak sabar untuk nungguin update-an terjemahanku lalu bingung sama link yang aku kasih ke atas, link lengkapnya ada di bio aku kok hehe

Reviewnya ya! Aku mau tahu seberapa banyak yang ship KrisBaek disini^^/