Rain and Umbrella
.
.
**Ami Zhang Present**
.
.
NO COPY
.
.
Happy Reading!
.
.
.
Rain and Umbrella
.
.
[Kim Tae Hyung Side]
Aku menghela nafas. Aku melirik ke arah jendela dekat meja kasir tempat aku berdiri. Diluar hujan sangat deras. Jujur saja aku senang. Hei siapa yang tak senang melihat hujan yang selama ini kau tunggu akhirnya turun. Iya aku senang namun tidak juga karena aku sama sekali tidak membawa payung. Aku lupa untuk membawa payung karena terburu-buru kesini sesuai perintah atasanku.
Aku melihat jam tangan rolex ku yang menganggur.
Pukul 07.25 PM
5 menit menjelang toko ini tutup.
Aku menghela nafas lagi. Setidaknya kurang 1 pelanggan yang ada dan aku bisa segera pulang untuk beristirahat.
TUK TUK
"Permisi."
Terdengar suara ketukan meja yang membuyarkan lamunanku.
"Ah iya?" tanyaku dengan ekspresi blank
"Hi hi hi"
Suara tawa itu mengalihkan padanganku. Dan aku melihat seorang gadis dengan jaket merah panjang tengah tersenyum lucu dihadapanku.
"Saya ingin membayar buku ini." Kata gadis itu sambil menyerahkan buku yang ia maksudkan.
"Ya."
Dengan cekatan aku mengambil buku-buku itu dan mulai menghitung harga buku itu.
"Semuanya 80 won"
Gadis itu memberikan uangnya dan mengambil belanjaannya.
"Terima kasih.." Kataku.
"Sama-sama" Jawabnya dan berjalan menuju pintu keluar namun ia berhenti dan berbalik menatapku.
"Oh iya, aku tadi mendengar helaan nafasmu beberapa kali. Jangan sering menghela nafas. Itu akan membuatmu menjadi lebih tua." Kata gadis itu dan keluar dari toko.
Aku mengerjapkan mataku bingung. Aku mengendikan bahu dan mulai berberes serta menutup toko. Saat aku keluar, hujan masih turun dengan deras dan aku melihat gadis tadi berdiri di depan toko.
Aku menyenderkan badanku. Aku sangat lelah.
"Hei."
Aku menoleh dan melihat gadis tadi tengah menatapku dengan payung merah kotak-kotak.
"Apa kau tak membawa payung?" Tanyanya.
"Ya." Jawabku sekenanya.
Lalu aku melihat dia tampak ragu-ragu.
"Bagaimana jika kau ikut denganku?" tanyanya.
Aku mengernyitkan dahi.
"Bolehkah?" tanyaku. Karena aku dalam mode tergesa.
Dia menganggukan kepalanya.
Akhirnya kami pun berjalan dalam diam dibawah hujan dengan satu payung menuju halte terdekat.
.
Kami sedang berada di halte dengan canggung. Lalu suatu bus datang dan gadis itu menatap ku.
"Aku duluan ya." Katanya dan mulai berjalan masuk.
"Terima kasih." Kataku yang membuatnya berhenti melangkah dan menoleh tersenyum kepadaku dan menaiki busnya.
PLUK
Aku mengernyitkan dahi. Saat suatu benda jatuh. Itu gantungan kunci kelinci. Aku ingat itu milik gadis tadi. Aku mengambil benda itu dan melihat bus yang sudah melaju jauh. Aku menghela nafas dan memasukan benda itu ke dalam saku jaketnya.
.
.
Kini aku sedang berada di perpustakaan daerah. Aku tengah berada bagian rak buku bisnis. Setelah memilih buku, aku berjalan meletakkan buku-buku di meja pojok dekat jendela. Lalu aku mengambil buku tugas dan mulai mengerjakan tugasku yang berupa membuat suatu presentase tentang hasil kinerja masyarakat yang sedikit tak ku tahui dan juga beberapa tugas lainnya. Aku adalah seorang mahasiswa jurusan bisnis semester 2 di Universitas S. Aku masuk jurusan itu karena aku bercita-cita membuat suatu bisnis yang nantinya berkembang pesat dan menjadikan masyarakatnya tentram. Sudah dulu. Aku ingin mengerjakan tugas ku yang menumpuk itu.
BRUK.
Aku melirik ke arah rak buku seni yang berada di dekat meja tempatnya itu. Aku melihat seorang gadis dengan rompi kotak-kota berwarna merah tengah kesusahan menata buku-buku yang jatuh. Karena aku adalah seorang pria yang tidak terlalu peduli pada hal sekitar. Sehingga aku mengambil pena-ku dan mulai mengerjakan tugasku tanpa memperdulikan gadis yang terlihat kesusahan itu.
Oh ya ngomong-ngomong tentang gadis yang memberiku tumpangan payung itu tak pernah terlihat lagi batang hidungnya. Padahal aku ingin mengembalikan gantungan kunci boneka kelinci miliknya yang terjatuh.
Ah benar, gantungan kunci boneka. Aku menghentikan acara menulisku. Lalu aku menggeledah tasku. Setelah beberapa saat, aku menemukan gantungan kunci itu. Aku memegang dan memandang gantungan berkarakter kelinci itu. Entah apa sendi sarafku berhenti bekerja begitu saja. Dua sudut bibirku terangkat. Pipiku menghangat. Otakku mulai memutar kembali kejadian dimana aku bertemu dengan dia. Senyumnya sangat manis. Kegugupannya sangat lucu. Aroma shampoo rambut yang aku cium saat dulu 'dia' tersandung dan jatuh ke dalam pelukanku. Aku tersenyum lalu memasukan gantungan itu ke dalam saku dan mengerjakan tugasku kembali.
.
Ini sudah jam 4 sore. Dan aku harus buru-buru kembali ke rumah karena aku sama sekali belum memberi makan anjing kecilku. Aku berjalan cepat keluar dari perpustaskaan. Dan aku melihat tetesan-tetesan air jatuh ke tanah. Membasahi bumi dengan deras. Aku menghel nafas dan melirik saku tasku. Beruntung aku tadi membawa payung.
Saat aku akan membuka payung, aku mendapati seorang gadis yang sedang sibuk menggeledahi tasnya. Aku memperhatikan style gadis itu dari bawah ke atas. Gadis itu memakai sepatu hitam Converse, rok pendek selutut berwarna hitam, kemeja putih polos panjang yang dipadukan dengan rompi kotak-kotak warna merah, rambut panjang terurai, dan juga topi ala pelukis yang bertengger di kepalanya oh jangan lupakan tas ransel warna hitam-coklat.
Aku memajukan bibirku sedikit. Berpikir. Seperti aku pernah melihatnya.
FLASHBACK
BRUK.
Aku melirik ke arah rak buku seni yang berada di dekat meja tempatnya itu. Aku melihat seorang gadis dengan rompi kotak-kota berwarna merah tengah kesusahan menata buku-buku yang jatuh. Karena aku adalah seorang pria yang tidak terlalu peduli pada hal sekitar. Sehingga aku mengambil pena-ku dan mulai mengerjakan tugasku tanpa memedulikan gadis yang terlihat kesusahan itu.
END FLASHBACK
"Ah dia."
Aku memutar otakku melihat perlakuan yang membingungkan.
TING
Aku tahu apa yang ia cari. Lalu aku menatap hujan. Sepertinya hujan tak akan berhenti secepat itu. Sehingga aku menghampiri gadis itu.
"Permisi.."
Terlihat sang gadis tak merespon.
"Saya melihat anda tampak kebingungan. Apa anda sedang mencari payung anda? Kemungkinan payung anda hilang atau tertinggal." Kataku
"Ya saya rasa begitu." Ucap gadis itu yang masih sibuk dengan tasnya.
Aku tersenyum dan mulai menawari sesuatu.
"Saya rasa hujan tak akan cepat berhenti. Dan juga saya pikir anda sedang terburu-buru. Begini, saya membawa payung. Apakah anda mau menumpang? Saya akan antarkan nona ke halte terdekat."
DEG
Seketika mataku membulat. Segera setelah mengatakan hal itu, sang gadis menatapku dengan mata berbinar namun tergantikan ekspresi terkejut.
"Kau..!"
.
FLASHBACK
Aku menoleh dan melihat gadis tadi tengah menatapku dengan payung merah kotak-kotak.
"Apa kau tak membawa payung?" Tanyanya.
"Ya." Jawabku sekenanya.
Lalu aku melihat dia tampak ragu-ragu.
"Bagaimana jika kau ikut denganku?" tanyanya.
Aku mengernyitkan dahi.
"Bolehkah?" tanyaku. Karena aku dalam mode tergesa.
Dia menganggukan kepalanya.
"Ah jadi bagaimana Nona payung merah anda jadi menumpang?" tanyaku sambil menatap arah lain.
"e-em Bolehkah? Aku takut merepotkan Tuan Kasir." Jawab nya
Lalu kami berjalan dalam diam. Aku merasa de javu dengan keadaan ini. Tak sengaja aku melihat sebuah mobil yang melaju kencang. Aku menatap kumbangan air yang ada di sampingnya. Aku berlari ke sampingnya dan memeluknya.
"AWAS"
BYUR.
Aku melindungi dia dari air-air kotor yang berasal dari kumbangan yang terkena tekanan oleh ban mobil yang melaju cepet tadi. Dan kini celanaku basah. Beruntung saja jaketku tak terkena.
"Kau baik-baik saja?" Tanya gadis itu khawatir.
"Ah ya. Aku baik-baik saja." Jawabku.
Aku terdiam melihat gadis itu yang masih dalam posisi aku peluk. Gadis itu tampak mendongak menatap ku dengan payung yang beralih ke pegangannnya.
Entah setan apa yang merasukinya. Aku menundukkan wajahku untuk menatapnya. Lalu kepalaku maju ke depannya. Aku melihatnya berkedip bingung dan semburat pipi yang terlihat jelas karena posisi wajah kami yang terlihat dekat. Lalu aku memiringkan wajahku. Mempertemukan dua belahan. Bibirnya menyentuh bibir kenyal itu. Si gadis membulatkan matanya. Lalu aku menutup mata menikmati alurnya, aku pun mulai menggerakan bibirku, melumatnya. Ia tak merespon sama sekali. Lama kelamaan mata gadis tertutup dan mulai menikmatinya.
Jantungku berdegup kencang.
Tangan gadis itu melemas. Pegangan pada payung itu terlepas. Dan membuat kami itu basah oleh titik-titik hujan.
Selang beberapa detik, bibir kami terpisah. Sang gadis menunduk dan menutup wajahnya yang memerah. Sedangkan aku tengah membulatkan mataku dan memegang bibirnya.
"Apa yang barusan aku lakukan? Ini first kiss ku!" Aku menjerit dalam hati.
.
Kami sudah di halte menunggu bus datang. Aku menatap jalanan yang terlihat sepi lalu menatap sang gadis yang menunduk. Aku tersenyum gemas melihat gais itu gugup. Suasana canggung meresap saat setelah ciuman itu.
Bus datang. Ini bukan busku. Aku melirik gadis itu yang beranjak dari tempatnya.
"Aku dulu ya. Terima kasih atas tumpangannya. Eum.." kata gadis itu.
"Kim Taehyung. Nama ku Kim Taehyung."
Gadis itu mengangguk tampak ia menggosokan tangannya. Aku pun melepas jaketku dan meletakannya ke pundak sang gadis. Gadis itu menatapku heran.
"Kau pasti kedinginan, jadi pakai itu. Dan ini payung, agar kau tak kehujanan dalam perjalanan ke rumahmu. Untuk jaga-jaga. Nanti jika sampai rumah, minumlah cokelat panas. ah ya…. Ini,….." Kataku sambil menyerahkan gantungan kunci milik gadis itu yang aku temukan dulu.
"Ah.. Terima kasih, Taehyung-ssi"
Aku tersenyum padanya. Aku menatapnya yang sedang berjalan menaiki bus.
Sebelum ia sepenuhnya masuk. Aku menahan tangannya. Ia menoleh dan mengerutkan dahinya.
"Namamu siapa?" Tanyaku.
"Eoh. Namaku Jeon Jungkook." Kata gadis itu sambil tersenyum manis.
'Nama yang bagus.' Batinku.
Lalu aku tersenyum membalasnya dan melepaskan tangannya. Gadis itu masuk dan duduk di tempat belakang nomor tiga. Bus itu berjalan menjauhi halte.
Aku terus tersenyum meski bus itu sudah tidak terlihat dari sudut matanya.
.
.
Aku menatap hujan yang masih mengguyur kota dari jendela kamarku. Aku tengah berdiri mengamati kota yang menjadi sepi aktivitas karena hujan ditemani secangkir cokelat hangat dipeganganku
SLURP
Aku meminum cokelat hangat itu dengan perlahan. Setelahnya aku menatap langit. Aku tersenyum samar.
Ia mengingat kejadian ciuman tadi.
FLASHBACK
Aku menundukkan wajahku untuk menatapnya. Lalu kepalaku maju ke depannya. Aku melihatnya berkedip bingung dan semburat pipi yang terlihat jelas karena posisi wajah kami yang terlihat dekat. Lalu aku memiringkan wajahku. Mempertemukan dua belahan. Bibirnya menyentuh bibir kenyal itu. Si gadis membulatkan matanya. Lalu aku menutup mata menikmati alurnya, aku pun mulai menggerakan bibirku, melumatnya. Ia tak merespon sama sekali. Lama kelamaan mata gadis tertutup dan mulai menikmatinya.
Jantungku berdegup kencang dari normalnya.
Dua sudut bibirku berkedut dan terangkat, membentuk sebuah senyuman kecil.
"Jeon Jungkook… Sepertinya aku menyukaimu."
.
.
END
Hai! Saya kembali. Saya sedang mengejar dateline cerita novel dan menemukan cerita ini yang ternyata sudah termasuk usang karena tulisan tanggal pembuatan sudah sekitar bulan Januari awal tahun 2015 ini. Dan akhirnya saya menyelesaikan cerita ini. Hehehe..
HAPPY NEW YEAR EVERYONE!
Maafkan saya jika ada saya ada setitik kesalahan selama setahun ini. Semoga di tahun 2016, kita akan sehat selalu dan sukses.
Maaf jika cerita ini kurang diminati, acak-acakan, struktur bahasa yang tidak karuan, dan ngebosenin.
Terima kasih bagi para readers yang telah membaca cerita dari penulis amatir ini.
Sampai jumpa di lain waktu!
.
.
Mind to Review?
.
.
Hargai Kerja Keras Penulis
.
Ami Zhang © MIIU Ent
