Author's Note: Sebelum kita mulai fic ini, seperti fic saya sebelumnya, saya harus memperingatkan sesuatu…

Fic ini:

GAJE

ABAL

OOC

NORAK

ANCUR

SAMPAH

PENGHUNI TPA BANTAR GEBANG

Dan, maafkan saya, sekali lagi MAAFKAN SAYA jika karakter favorit atau pairing favorit anda tidak sesuai dengan keinginan anda di fic ini…memang, fic ini hanya, yah, 'just for fun'. Itu juga kalo anda enjoy.

Jadi, bisa dibilang fic ini tentang AU-nya P3, isinya karakter P3 dapet role di Soul Eater gitu (sayang nih anime ga ngetop di Indonesia kayak Naruto T_T) dan maaf, jika karakter favorit kalian gak dapet role yang kalian mau. Kalo ada complain, silahkan keluarkan di review atau lewat PMs.

Rasanya udah kebanyakan chin-chong. Mulai saja?

Eits. Hampir lupa.

DISCLAIMER: I DON'T OWN SOUL EATER AND PERSONA 3. Gak tega gua nge-own yang kayak beginian pasti ntar jadi ancur (kayak bakal memiliki yang kayak beginian aja)

~PERSONA EATER~

Chapter 0A: Minato Eater (Judul abal, gaje, silahkan lupain aja judulnya)

Malam itu sepi. Hening.

Namun sebuah teriakan menghancurkan keheningan tersebut.

DRAP DRAP DRAP

Derap langkah yang keras melunturi keheningan malam.

Seorang wanita, umur setengah baya, berlari ngos-ngosan di jalan yang sepi itu.

Ingin berteriak, namun sudah tak punya tenaga lagi.

Langkahnya mulai melamban, kakinya tak bisa diajak kerja sama lagi.

DRAP DRAP DRAP

Kini sang wanita itu terhenti. Rasa takut menyelimuti hatinya.

Ia sudah tak bisa berlari lagi.

"Heh heh heh. Ga bisa kemana-mana lagi, heh?"

Seketika bulu kuduk wanita tersebut berdiri.

"Sebentar lagi, aku akan memakan jiwamu…heh heh heh…"

Manusia jadi-jadian yang sedari tadi mengejarnya kini mendekat.

"Gak akan lama kok, Cuma sebentar..."

Dan kini aksinya telah dimulai.

"KYAAAAAAAAAAAAAAAAA!"

Sang manusia jadi-jadian ini berhasil memakan jiwa wanita tersebut.

SRAT!

Sebuah langkah seseorang, dari atas sang manusia jadi-jadian itu, yang diketahui sebagai 'Cowardly Maya the Ripper' berhasil mengagetkannya.

"HYAAAAAAAAAAAAAAAAAH!"

SRAAAAAAT!

Darah berceceran, ketika sebuah sabit mendarat dari atas Cowardly Maya the Ripper. Membelah dirinya menjadi dua.

"RAAAAAAAAAAAAAAAAAAAGH!"

Itulah kata-kata terakhirnya sebelum tubuhnya lenyap, sirna. Kini hanya tinggal jiwanya yang jatuh ke tangan seorang sabit-maksudnya, laki-laki yang muncul dari sabit.

"Hmm...yang ini kelihatannya lezat. Itadakimasu."

Seorang laki-laki berambut biru dengan jaket kuning dan hitam, dengan gaya andalannya, memasukkan tangannya di dalam kantong, melahap jiwa yang tadi baru saja ia renggut. Bersama meister-nya.

"Baiklah! Tadi yang ke-99 bukan?"

Seorang perempuan berambut coklat dengan jaket hitam yang panjang dan rok yang kritis-maksudnya, 'pendek' menghampiri si cowok itu.

"Munch munch gulp. Akhirnya...elah, yang ini rasanya ga enak banget! Kayak...jus pisang dan bawang (Avatar, anyone? XD) dan...argh! Bisa kagak si cari jiwa yang enak gitu!"

"Meneketehe. Gua mah asal nangkep aja. Yang penting udah 99! Bersyukur lu bentar lagi gue ubah jadi Death Scythe!" Jawab si cewek sambil melipat tangan didepan dadanya.

Akhirnya, si laki-laki itu terdiam. Udah pasrah, karena hampir 99 kali ia menelan jiwa yang rasanya 'itu-itu aja' dan, 'gak enak'. Lagi pula, bukankah para weapon yang lain tidak harus menelan jiwa yang direnggutnya? Bukankah ada cara lain? Aneh.

Bagaimana dengan setting tempat ini? Tempat yang menjadi sorotan lampu kali ini adalah 'Iwatodai City', sebuah bay-island atau apalah itu sebutannya masa bodo lah. Dimana tidak hanya ada manusia biasa, tapi disini terdapat Meister, Weapon, Shinigami, Witch, Kishin, dll.

Apa itu Meister? Mereka adalah sebutan bagi para pengguna senjata. Tugas mereka adalah menggunakan sang weapon dengan menyatukan Soul Wavelength nya dengan weaponnya, dan itu butuh kerja sama dan pengertian satu sama lain. Tugas berikutnya adalah mencarikan sang Weapon 99 jiwa kishin dan 1 jiwa witch untuk mengubah weaponnya menjadi Death Scythe.

Apa itu Weapon? Mereka adalah sebutan bagi para manusia yang bisa berubah menjadi senjata. Full-body atau beberapa bagian aja. Tugas mereka adalah membantu para Meister mereka, dan melindungi mereka karena kekuatan mereka. Setiap weapon akan berubah menjadi Death Scythe setelah memakan jiwa, seperti yang diterangkan di atas.

Selanjutnya akan di ulas di waktu mendatang.

"Hei, Minato" Panggil si perempuan berambut coklat tersebut.

"Apa, Yukari?" Jawabnya.

"Ayo, kita harus bertemu Takeharu-sama!"

"Ok, ok! Sabar dong! Dasar work-a-holic!" Kini Minato dalam perjalanan panjang bersama Meisternya yang gak sabaran. Sambil, tentunya sighing dan complaining sepanjang jalan.

Mereka tiba di depan sebuah toko yang sudah tutup. Yukari menghampiri kaca jendela toko tersebut, lalu menuliskan angka-angka seolah kode '42-42-564'.

Seketika, kaca tersebut merespon, dan berubah bagai portal ke sebuah ruangan dimana ada 2 pria disana.

"Ah, Takeharu-sama!" Panggil Yukari ke dalam 'portal' tersebut.

"Aaah, Yukari-chan...senang bertemu denganmu, bagaimana keadaanmu?" Tanya pria sangar (..semacam itu lah) dengan eyepatch berbentuk kepala tengkorak yang sudah di 'Cartoonized' dan senyum yang ramah. Dia juga memakai baju seragam khusus para Shinigami.

Siapakah dia? Dia adalah 'presiden' dari kota ini. Takeharu-sama, adalah panggilannya. Atau, terkadang ia dipanggil 'Kirijo-sama'. Ya, Kirijo adalah nama marganya.

"Begini, Takeharu-sama. Aku dan Minato berhasil menangkap 99 jiwa kishin. Selanjutnya apa yang harus kami lakukan?"

"Oooh, kalian sudah berhasil menangkap sebanyak itu? Bagus sekali! Sepertinya kamu akan mengejar ibumu, yang kini sudah menjadi legenda!" Takeharu-sama melihat Yukari dengan bangga, ia bertepuk tangan.

Lalu dengan seketika, pria yang daritadi di belakang Takeharu-sama menghilang dan nge-warp ke depan Takeharu-sama, entah dengan cara apa, mungkin dedemit?

"Heh, Minato." Sapa pria itu dengan dingin.

"Apaan? Kalo mau ngomongin soal gosip besok dah. Gua ngantuk" Balas Minato, dengan dingin pula.

"Kamu melakukan apa-apa kepada Yukari seenak jidatmu yang ketutup rambut itu-nyawamu akan terancam! Ngerti, moron!" Sang pria berambut coklat tersebut mengancam Minato.

"Iya iya! Ini sudah peringatanmu yang ke 'entah berapa' kali! Lagian, siapa juga yang mau godain orang yang AS FLAT AS CARDBOARD kayak dia! DIH! CUIH!" Minato ngeludah kesamping sambil pasang muka ga tertarik. Seketika sang pria yang mengancamnya itu naik darah.

"APAAA! JADI KAMU BILANG YUKARIKU ITU GA PUNYA HAL YANG MENARIK SAMA SEKALI! TEGA AMAT SIH LU! KALO LU LAKI-LAKI, TES DONG!" Kenaikan darah pria tersebut menjadi-jadi. Bagaikan harga dirinya telah diinjak-injak.

"Apa-apaan nih!" Adalah jawaban Minato yang masih berusaha 'keep cool' sambil ngantongin tangannya. Entah ntar dikeluarin atau nggak.

Tiba-tiba, pandangan pria tersebut berpindah kepada Yukari. Pandangannya berubah, yang tadinya berapi-api, kini berbunga-bunga dengan senyum yang 'menawan'.

"Yukari, aku masih menyayangimu." Ujar sang pria itu. Siapakah ia gerangan? Apa mungkin ia 'seseorang' bagi Yukari?

"Pfft! Aku gak memikirkan bahwa kamu adalah Ayahku, 'Ayah!' Hentikan menyebutkan namaku dengan '-ku' dan kata-kata yang 'sok ke-ayah-an' lainnya!" adalah jawaban dari Yukari sambil memalingkan wajahnya.

Tiba-tiba sang pria yang dipanggil 'Ayah' ini nge-warp lagi ke bagian belakang, kali ini untuk duduk depresi di pojokan sambil mengorek-ngorek tanah. "Yuka-chaaaan~..."

"Er, ayolah, urusan keluarganya nanti saja, OK?" Takeharu-sama berusaha mengembalikan situasi ke sedia kala.

"Baiklah!" Jawab Yukari yang tidak peduli sama sekali dengan ayahnya.

"Jadi begini, Yukari-chan...jika seorang weapon ingin berubah menjadi Death Scythe, maka ia harus mengumpulkan 99 jiwa kishin dan 1 jiwa witch kan? Nah, masalahnya adalah jiwa witch ini...aku paling tidak suka melihat meister-meister yang lain kalah dan mati melawan witch." Takeharu-sama menghela nafas.

"Berhati-hatilah, Yukari-chan. Jangan biarkan 'Death Scythe' buatan Ibumu, yaitu ayahmu ini mengalahkan Death Scythe yang sebentar lagi akan menjadi milikmu! Buatlah sebuah Death Scythe yang kuat!" adalah pesan terakhir Takeharu-sama.

"Iya Pak!" Jawab Minato dan Yukari serempak.

"Baiklah~ Sampai Jumpa~" Dan percakapan mereka selesai sampai disitu.

Di sebuah rumah nan jauh di mato.

Sebuah rumah berbentuk labu di tengah hutan.

"Lalala~"

Sebuah nyanyian seseorang terdengar di rumah tersebut.

"HmHmHm~"

Nyanyian tersebut, berasal dari kamar mandi. (Uhhh...)

"HmHm...Cinta satu malam~"

Diketahui seseorang, sedang menikmati 'bathing time' nya, menyanyikan lagu 'Cinta Satu Malam'.

"Nah, sekarang bagian punggung~"

Seorang wanita (?) yang sedang 'bathing time (males nyebut basa indonesia nya T_T) menggerakkan jari telunjuknya. Entah dengan sihirnya, sebuah sikat melayang dan dengan sendirinya menyikat punggungnya.

"HmHmHm~ Cinta Satu Labu~"

Sementara sang pemilik rumah sedang mandi (AKHIRNYA! BISA SAYA KETIK!) dua orang remaja berdiri di depan rumah tersebut.

"Yak. Ini adalah rumah dari penyihir bernama Kashiwagi, Minato"

"Wess, bentuknya labu! Keren! Kelihatan...lezat!"

"Eh, Yukari. Udah ah maen petak umpet nya. Kalo kita harus nyelinap dulu, itu kan ga 'keren'! gak manly! Aku bakal ketemu sama santapanku face-to-face!" Ujar Minato dengan ga sabar, dan sambil ngelap iler yang udah keluar dari mulutnya.

"Tu-Tunggu dulu, Minato! Yang ini beda dari yang sudah-sudah!" Yukari berusaha memperingati, namun...

"Sudahlah, tenang aja! Kita kan udah biasa sama yang beginian!" Dan Minato langsung melompat, menerjang masuk jendela yang hanya membawanya ke dunia 'kesesatan'.

"WAKTUNYA MAKAN!" Teriakan Minato, sambil bergaya siap menendang kaca jendela rumah tersebut sambil melompat.

"H-Hey! Dasar bodoh!" Yukari hanya bisa berteriak dari bawah, sambil mengejar dan bersiap ngeback-up dia.

PRANG!

Sebuah tendangan di udara Minato berhasil menghancurkan kaca jendela tersebut, menerobos masuk sebelum melihat kamar apa yang ia masuki...

Kamar mandi?

Lalu?

Ada orang?

Dan lagu Cinta Satu Malam?

Seketika semua itu memusingkan Minato. Membuatnya tak seimbang dan...

"GILAAA!" Mimisan, dan...

Masuk ke dalam tub di ruangan itu.

"Oooh, rupanya ada anak-anak ya~~~?"

Dengan suara yang 'menggoda', Kashiwagi sukses membuat Minato kehilangan banyak darah.

"Gak. Gak. Gak! Orang keren kayak gue tuh udah kebiasa sama situasi kayak gini!" Ujar Minato sambil menutup lubang hidungnya yang sekarang udah 'kayak-apaan-tau'.

Hidung Mimisan...

Detak jantung yang kini tak beraturan...

Lalu apa?

"GEBLEEEEEEEEEEEEEEK!"

BRUAK!

"UOOOOOOOOKH!"

Yukari muncul dari jendela (yang sudah pecah), menendang Minato menggunakan kedua kakinya dan sukses menjatuhkannya ke lantai dan membuat darahnya berkurang lagi.

"Maaf mengganggu mu saat mandi, namun kami kesini untuk mengambil jiwa mu!" Yukari berkata pada Kashiwagi, dengan wajah super serius.

Hanya untuk dikacangin...

"Kamu baik-baik saja, dik kecil?" Ujar Kashiwagi kepada Minato yang masih BELUM mangambil satu handuk pun dan sekarang sedang memangku kepala Minato di kakinya.

"Aku...aku...aku...baik-baik saja...kan aku selalu 'cool'..." Ucap Minato, yang berusaha menghentikan darah yang mengalir bagaikan Niagara dari hidungnya.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN! Ergh-"

Yukari berusaha menarik kerah di jaket Minato untuk menyingkirkannya dari Kashiwagi.

"Hey, Minato! Cepat berubahlah jadi sabit!"

"Iya, iya! Kau ini-"

FWOOOOOOOSH!

Minato kini sudah siap dengan weapon form nya. Digenggam oleh Yukari. Sebuah sabit berbilah lebar dengan warna biru dan hitam.

"Ayo, Minato!" Ujar Yukari

"Baiklaaah!" Jawab Minato, bersemangat.

"Oh? Dia berubah menjadi sabit? Hmm...hebat juga~" Kashiwagi mempersiapkan dirinya ke battle stance.

"Aku akan mengambil jiwamu! Lalu, menjadikan Minato-kun menjadi Death Scythe!"

"Hmmm...menarik juga...bolehkah aku mengambil sabit itu~?"

"Tje-Tje-Tje Fuk~" Kashiwagi mulai membacakan mantranya.

"Tje Fuk? Nama sabun ya, Yukari? Heh?" Minato bertanya.

"...Semacam itulah. Kupikir penyihir ini bakal menggunakan sihir labu!"

"TJE-FUK CANNON!"

Seketika, sebuah sabun raksasa keluar dari telapak tangan Kashiwagi. Berputar dengan cepat ke arah Minato dan Yukari.

Minato dan Yukari hanya bisa nganga diserang sabun segede bagong.

KA-BOOOOOOOOOOOOOOOOOM!

Akhir yang pantas untuk protagonist yang lemot. Iya kan?

-Keesokan harinya...-

Kembali lagi, Minato dan Yukari yang kini sudah sedikit berbeda. Minato kini membawa sumbat di kedua lubang hidungnya. Kini mereka berusaha menyelinap dari sebatang pohon di sekitar rumah Kashiwagi.

"Sialan! Mana mungkin godaan-godaan penyihir itu bisa ngalahin ke-cool-an gue! Lagian kenapa musti pas malem sih! Gua ngantuk!" Complain Minato.

"Yah, dia memang penyihir tapi kalau kau selalu kalah dengan tipe-tipe macam itu, kau tidak akan bisa menjadi Death Scythe!" Balas Yukari.

"Dia datang!" Yukari memperingati Minato, langsung bersembunyi di balik pohon.

Namun karena mereka amatir, mereka kelihatan jelas orang bagian belakangnya jelas nongol-nongol.

Kashiwagi sadar, namun diem dulu. Setelah itu...

"Ah! Kamu dik yang bisa berubah jadi sabit itu~" Dengan seketika dia PELUK Minato sambil menggoda-godanya (jijik ah). Alhasil, mimisan Minato jadi tidak bisa dikontrol.

-Hari ke-7 dari usaha-usaha membunuh Kashiwagi...-

Kembali lagi, pada malam hari, di depan rumah Kashiwagi.

Seorang Meister dan seorang weapon berdiri disitu.

"Hari ini, aku sudah buat rencana di kertas!" Ujar Yukari, sambil merogoh kantung bajunya dan mencari secarik kertas.

"Apa-apaan itu 'rencana di kertas'! Yang elu bawa daftar belanja bulanan! Kertas rencananya ketinggalan noh di rumah!" Minato berkata pada Yukari, sambil buang muka.

"Emang elu punya rencana!"

"Meneketehe..."

"Kalo kita ga kerja sama, KITA GAK BAKAL MENANG LAWAN DIA!" Yukari mulai tidak sabar. Amarahnya naik, bagaimana bisa 6-7 kali kekalahan berturut-turut dengan witch ga jelas...?

"Iya iya! Elahan ah!"

Saat mereka lagi maen kata-kataan, tanpa sadar, seseorang telah menunggu dari belakang mereka.

"Tje-Tje-Tje Fuk~"

Yukari dan Minato menoleh ke belakang, hanya untuk melihat Kashiwagi mempersiapkan tangannya, mengeluarkan mantra.

"TJE FUK CANNOOON~"

KA-BOOOOOOOOOOOOOOOOOOOM!

K.O!

-Ronde ke-17 dari pertarungan besar Minato dan Yukari-

READY?

FIGHT!

KA-BOOOOOOM!

"AAAAAAAARGH!"

DRAP DRAP DRAP!

Yukari berlari di sebuah lorong di Iwatodai City. Seperti biasa, malam ini sepi. Hanya ada dia dan witch Kashiwagi, bermain kejar-kejaran.

"HmHm? Kamu tidak akan bisa mengalahkanku~" Ujar Kashiwagi dari langit, menggunakan sapu terbang bermerek 'Lifebuoy'.

"Yukari! Apa-apaan sih kamu! Kita bakal kalah lagi kalo kita ga nyerang!" Ujar Minato dari Scythe-form nya.

"Sudahlah, diam saja! Elu juga daritadi Cuma bisa mimisan aja trus tepar di lantai abis digodain sama Kashiwagi! *sigh* Laki-laki emang semuanya sama aja!" Balas Yukari, marah.

"Kalian, laki-laki memang begitu-begitu saja! Pasti sebenernya elu udah tau kalo Kashiwagi ada di kamar mandi, kan! Makanya elu nerjang masuk aja ke kamar mandi! Biar bisa liat dia kan!" Kali ini, gantian Yukari yang marah-marah parah.

"A-apaan dugaan itu!"

Selagi mereka chin-cong chin-cong. Mari kita lihat Kashiwagi...

"Hey, Scythe-boy~ Kamu berdua selalu berantem kan? Bagaimana kalo kamu ikut aku aja~? Janji deh, gak aku marahin~~" Kashiwagi berusaha mengubah suasana. Dengan suara 'khas' nya dan godaan yang menggiurkan bagi para pria.

"..."

Minato terdiam.

"Hey, Minato? Minato-kun!"

Masih tetap terdiam.

"Hey, kamu penyihir Kashiwagi! Aku adalah pemilik sabit ini! Kalo bisa bicaralah ke pemiliknya!"

Yukari berteriak ke arah Kashiwagi. Minato masih terdiam. Pandangannya kosong.

"HmHmHm...baiklah...Kalau begitu..."

Jantung Yukari berdegup kencang.

"Aku akan mengambilnya setelah aku membunuhmu, gadis kecil."

Itulah kata-kata terakhir Kashiwagi sebelum ia melancarkan serangan berikutnya.

"TJE FUK CANNON!"

BLAAAAAAAAAAAAAARGH!

Yukari melompat ke samping. Namun, Kashiwagi mengejarnya dengan sapu terbang miliknya.

"HYAAAAAAAAAAAAAAAT!"

Yukari membalas menyerang, ia melompat ke udara dan mengayunkan sabitnya 360 derajat.

Namun akurasinya kurang tepat, Kashiwagi berhasil lolos, dan dengan cepat menghilang.

"Haa! Kemana dia!" Yukari menoleh kesekitarnya.

Yukari mendarat di tanah. Menoleh kesekitarnya, namun tidak ada siapa-siapa.

"TJE-TJE-TJE FUK!"

"ARGH!" Ia menoleh ke atas, namun terlambat.

"SMASHING TJE-FUK!"

Sabun raksasa keluar dari tangan Kashiwagi, meniban apa saja yang ada di bawahnya.

Yukari terpental ke belakang. Namun itu bukan akhir dari segalanya.

"Ayo, Pantene Hand! (nama jurus ter-abal)"

Dari ujung topi penyihir yang dipakai oleh Kashiwagi, muncul tangan yang dapat memanjang dan menarik kaki Yukari.

Mengayunkannya, dan melemparkannya ke sebuah atap rumah.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKH!"

BRAK! BRUK! BRAK! BRUK!

Sebelum Yukari jatuh dari pinggir atap, ia berhasil menggunakan teknik 'Blade-brake' atau teknik nge-rem dengan cara memasukkan bilah pedang ke dalam tanah untuk menghentikan laju seseorang.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang, Minato!"

Tak ada jawaban.

Sementara witch Kashiwagi semakin mendekat, dengan sapu terbangnya.

"Minato! Ayolah!" Yukari mulai bingung dengan perilaku partnernya itu.

Sementara itu, di benak Minato hanya sebuah kalimat.

Kalimat yang di ucapkan Kashiwagi.

"Bagaimana kalo kamu ikut aku saja?"

Kalimat tersebut terus menempel di otaknya.

Lalu senyum tercipta di wajahnya.

Sementara itu, di ruangan Takeharu-sama...

"Hey, Eiichiro."

"Ada apa, Takeharu-sama?"

"Perhatikan cermin ini"

Takeharu-sama menunjuk sebuah cermin besar, yang memperlihatkan pertarungan besar Yukari dan Kashiwagi.

"Anakmu, Yukari sedang dalam masalah besar. Apa yang kau akan lakukan?"

"Apa! Apa yang terjadi pada Yukari!" Eiichiro (ayah Yukari) panik.

"Makanya lihat cermin itu! Dia sedang dalam pertarungan besar dengan witch Kashiwagi...Semoga dia baik-baik saja..." Takeharu sibuk melihat jalannya pertarungan.

"Baiklah! Tunggu disana Yukari! Ayah akan datang-"

"Tunggu dulu. Kalo kita kesana, kita dapat mengalahkan witch itu dalam 1 kali serang...tidak, bahkan satu 'Direct-nogging Kirijo Chop' sudah cukup...tapi itu bukan masalahnya, kan? Sebagai ayah dari anak itu seharusnya kau mengerti..."

Eiichiro mengehentikan langkahnya, lalu melihat Yukari yang kini sedang 'struggling'.

"Yukari-chan..."

BLAAAAAAAAAAAAAARGH!

Lagi-lagi, untuk yang kesekian kalinya, Yukari terpental oleh 'TJE-FUK CANNON' yang walaupun hanya melontarkan sabun, siapa tau kalau itu bisa meledak?

"Hey, Yukari..." Akhirnya, Minato mengatakan sesuatu. Namun nada bicaranya...dingin...

"Ha? Minato!"

"Ayo, kita hentikan saja..."

"Hah!"

Tiba-tiba, Minato berubah dari scythe-form nya menjadi seperti semula. Menjadi manusia.

"Hey, Minato! Sedang apa kamu!" Yukari bingung dengan perilaku Minato yang agak aneh ini.

"Yukari...aku...sudah menyerah dalam menjadi Death Scythe...mending aku..."

Hening, sebelum lanjutannya mengubah dunia 360 derajat...

"AKU MAU JADI SCYTHE-NYA KASHIWAGI-SAAAN~"

Dengan mata lope-lope, mimisan yang tak terkontrol, Minato mengakui jawaban hatinya.

"APAAAAAAAAAAAA!"

"Oooh, benarkah~? Aku sangat senang~" Adalah jawaban Kashiwagi.

"KASHIWAGI!" Yukari berrteriak, marah.

"KAMU PASTI MENGGUNAKAN MANTRA BRAIN-WASH KEPADA MINATO KAN! IYA KAN!"

"Hah, dasar bodoh..."

Bukan jawaban dari Kashiwagi, namun dari Minato sendiri.

"Setiap lelaki pasti lebih memilih bersama tipe-tipe seperti dia! Mana ada yang mau sama kardus rata kayak elu!"

Dan kata-kata terakhir tersebut sama sakitnya dengan TJE FUK CANNON.

Dan kini jalannya pertarungan telah berubah: Yukari VS Minato-Kashiwagi.

"Kalian..." Yukari mulai menggerakkan bibirnya.

"Kalian lelaki memang sama saja! Yang bisa kalian lakukan hanya gonta-ganti pasangan! BUAYA!" Yukari mengeluarkan apa yang ada di hatinya selama ini.

"Kalian semua-kalian semua MATI AJA!"

Dan kata-kata tersebut hanya menjadi gema di malam hari.

Hening, sepi.

"APA KALIAN, LAKI-LAKI, PUNYA TUJUAN MELAKUKAN SEMUA INI! HA?"

Masih tetap hening.

"Heh. Mana kutahu." Jawab Minato.

"Tapi, Pria keren itu...selalu punya tujuan dalam aksinya..."

Seketika, tangan Minato berubah menjadi bilah pedang di scythe-form nya. Melingkari Kashiwagi dan memerangkapnya.

"Hah!" Yukari bingung. Apa yang terjadi?

"YUKARIII!"

"BAIKLAAAAH!"

ZRAAAAAAAAAAAT!

Dengan cepat Yukari melompat ke arah Minato yang berubah menjadi full scythe-form nya. Lalu menebas Kashiwagi...

Dan mengubahnya menjadi sebuah jiwa yang tak berdaya.

"Nah, kita berhasil! Sekarang aku bisa TIDUR NYENYAAAK~" Minato memungut jiwa Kashiwagi.

"Mm-hmm. Terima kasih, Minato."

"Jadi, kalau kau memakan ini..."

"Iya, nanti aku bakal jadi Death Scythe!"

Oleh Minato, ia lahap jiwa tersebut.

"OOOOOOOOOOOOO! AKU MERASAKAN KEKUATAN YANG BEGITU BESAR!"

Yukari tertegun, perlahan Minato sadar kembali.

"...tidak ada disini..."

"HA!"

Tiba-tiba, ada seekor kucing hitam (bukan Cyborg Kurochan!) dengan collar berwarna merah (bukan punya Sulpher!) berbentuk sabun Tje Fuk.

"Nyeow!"

"Hey, Yukari-Jangan-jangan kucing itu-"

"Iya, jangan jangan-"

"Nyaaa~"

Hening...

"Aku tidak pernah mengatakan bahwa diriku adalah seorang witch! Kalian saja yang menduga ku seperti itu~" Ujar cyborg kurochan-maksudnya Kashiwagi.

"APAAAN!"

Yukari, Minato, shock.

"Ini-berarti kita salah makan jiwa...iya kan, Yukari!"

"I-iya...berarti...Tunggu dulu! Bukankah jika kita melakukan kesalahan dalam memakan jiwa witch yang terakhir ini-hitungan jiwa kita balik lagi ke 0!"

"APAAN! BENERAN! KITA-BALIK KE LANGKAH AWAL!"

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKH!"

Dan pada malam itu, Minato dan Yukari selalu berharap agar mereka bisa mengulangi waktu.

~TO BE CONTINUED~

Author's note: okeh, itulah chapter 0A! *ditimpukkin karena jelek banget*

Sebagai starter. Sangat buruk. Iya, dan kenapa ini jadi kayak MinaYuka pairing?

Sebenernya, rencananya, aku ga mau ada pairing di fic ini...tapi kalo banyak masukkan, oke, aku tambahin pairing...

Soal kenaapa ada Kashiwagi? Ini kan P3? P3 itu...kekurangan cast. Dapat dikatakan begitu T_T tadinya mau Mutatsu aja yang jadi Blair (WTF!) tapi takut menyimpang. Lain kali mungkin saya tambahin parody nya...

Chapter berikutnya adalah prologue 0B, ya. Masih prolog. Ini prologue kedua: prolognya BLACK*STAR! Siapa yang bakal jadi Black*Star? Tunggu kami di kota anda! *ditimpukkin*

Sekian, hope you enjoy my fic (sampah).

~Dark Silhouette