Yepp, belum beres dari cerita yang What Happend in High School? sudah punya ide lain... cerita ini sasunaru tapi entah mau yaoi atau tentang pershabatan mereka, tergantung para pembaca. Tolong dijawab lewat review lalu saya akan bisa tetapkan mau menceritakan tentang persahaabatan diantara sasuke dan naruto atau percintaan-cehileh-

Disclaimer: Cerita punya saya Tokoh-tokoh punya Mas Masahi

Setting: Jakarta and Bekasi dikit-dikit.

Summary: Naruto tanpa sengaja menjatuhkan dompetnya yang sangat penting dalam suatu insiden. Sasuke mendapat suatu masalah dari tempat kerjanya. Pada hari yang sama mereka terkena sial. AU, sasunaru fict.


" Hey, Ino, Sai, aku pulang." Teriak Naruto dari pintu.

" Pulang? Hah? Ini kan bukan rumahmu." Koreksi Ino.

" Iya juga sih, lalu kalau aku sampai kerumah bilang apa?" tanya Naruto sambil meletakan tas di sofa ungu milik Ino, lalu duduk dilanjutkan dengan Ino yang berdiri didepannya.

" Hah, aku hanya bercanda, ku bilang anggap saja rumahmu sendiri. Bagaimana apa kau benar-benar memutuskan berhenti kerja? Kenapa sih, kau mau berhenti, memangnya gajimu kurang?" celoteh Ino, padahal Naruto sedang lelah masih saja ditanya macam-macam.

" Ino, coba kau bayangkan, setiap hari aku harus kerja dua shift tapi gajiku tidak seberapa, apalagi bosku yang galak itu, memangnya enak?" protes Naruto.

" Hey, ayolah yang menerima dua shift itu kan kau sendiri." Ino tak mau kalah.

" Tapi waktu itu aku sedang tidak ada pilihan, aku hanya menumpang dirumahmu dan Sai. Aku tak mungkin minta makan padamu kan." Balas Naruto

" Ya, lalu kenapa mau berhenti? Bagaimana dengan ayahmu yang ada di Jogja, mereka perlu uangmu, kau tau! Sekarang kau egois, hanya karena kamu tidak suka dengan bosmu dan kau lelah bekerja dua shift." Teriak Ino sambil memukul meja.

" Aku lelah, perlakuan bosku denganku itu tidak sama dengan para pegawai lainnya, gajiku sering dipotong." Kata Naruto dengan berteriak

" Kau, ini memang, terserah kau, selama kau tidak merepotkan aku dan Sai, aku tidak akan mengusirmu." Ino mengalah, tentu saja karena temannya ini sangat keras kepala, " Jadi kapan kau berhenti?"

" Huf, hari ini. Tapi tadi aku mendapat musibah." Raut muka Naruto menjadi sedih

" Apa? Hari ini? Kau belum mendapatkan pekerjaan baru kan?" tanya Ino begitu khawatir dengan sahabatnya, " Musibah? Musibah apa?"

" Kalau soal pekerjaan sih aku, ah, gampang lah mencarinya. Iya tadi aku dapat musibah, aku baru saja mau ke bank untuk mengirimkan uang ke ayahku di Jogja-" cerita Naruto belum selesai bercerita Ino memotongnya.

" Kenapa? Kau dirampok?" tanya Ino dengan cemas. Ia sangat mencemaskan sahabatnya ini, mereka sudah sangat dekat, walaupun berkenalan di Jakarta mereka sudah saling mengenal dengan baik, tentu saja karena Naruto yang menolongnnya waktu Ino nyaris mati karena kebodohannya.

" Tidak, sih, tapi aku menjatuhkan dompetku dilokasi dimana aku terserempet mobil." Jelas Naruto kepada Ino yang memperhatikan ceritanya dengan muka kaget.

" Kau terserempet? Mana yang luka?" tanya Ino sambil memperhatikan badan Naruto.

" Tidak ada yang luka sih tapi, semua uangku hilang. Haaaaaaaaah…… lelah aku, rasanya pusing, aku kan capek-capek kerja, gaji terakhirku amblas semua." Ratap Naruto sambil memijat kepalanya yang pusing.

" Aduh, Naruto, kau ceroboh sih. Apa mungkin dompetmu ada diorang yang menabrakmu tadi?." Hibur Ino, yaa, tidak manjur memang.

" Yaah, mungkin. Mungkin juga tidak dia kan orang kaya, masa mau mengambil dompetku yang jumlahnya tidak seberapa itu." Kata Naruto dengan muka yang sangat lesu.

Ino sebenernya kasihan dan ia ingin membantu Naruto, tapi setiap ia bilang akan membantu Naruto tidak mau. Memang sejak awal Ino mengajaknya untuk tinggal dirumahnya, Ino harus bekerja keras membujuknya, itupun, masih ada beberapa syarat yang Naruto ajukan. 'Haah, kenapa orang yang mau membantu repot sekali, atau aku salah pilih orang untuk dibantu.' Ino malah cekikikan mengingat masa lalunya saat bertemu Naruto yang banyak tingkah dan konyol.

" Hei, Ino aku sedang sedih, kenapa kau malah tertawa sih?" selidik Naruto, " Sedang memikirkan apa kau?"

" Ah, tidak, tidak. Aku tidak memikirkan apa-apa." jawab Ino kelabakan.

" Sai, kemana? Apa dia belum pulang?" tanya Naruto memecah keheningan, yang terjadi cukup lama, karena mereka berdua hanya terpusat dengan pikiran masing-masing.

" Sai, ada kerja lembur. Kau sudah makan malam?" tanya Ino

" Uh, belum, aku dari tadi belum makan. Hehehe." Kata Naruto sambil tersenyum riang.

" Ayo makan, sudah kumasakan rendang." Teriak Ino yang ternyata dia sudah berada didapur.

Apartement Sasuke Uchiha

' Hah, dasar orang bodoh, dia yang menyeberang tidak hati-hati kenapa dia yang marah lalu menonjok aku, harusnya aku yang melakukan itu.' Sasuke heran dengan laki-laki yang diserempetnya tadi, dia kena bonus tonjokan di hidung yang menyebabkan pendarahan cukup parah. ' Aduh, duh, akh! Sial kenapa mimisan lagi.' Ya, teruslah menggerutu Sasuke.

Dalam keadaan hidung disumpal tissue Sasuke melihat photo seorang lelaki berambut kuning dengan tiga gores di kedua pipinya. ' Orang ini bodohnya minta ampun.' Pikir Sasuke lalu ia merebahkan dirinya dikasur yang empuk miliknya, ' Apa aku kembalikan saja dompet ini toh isinya juga tidak terlalu banyak. Tapi tadi tonjokannya luar biasa juga, hidungku saja mungkin sudah patah dibuatnya, aku itu salah apa sih padanya, padahal hanya berkata seperti itu saja sudah diberi hadiah pukulan maut dari si rambut kuning.'

Tiba-tiba G 900 Sasuke bergetar ia melihat caller idnya bertuliskan nama Gaara, ia adalah rival dari Sasuke karena setahun yang lalu saat mereka bertemu Gaara sudah memberikan kata sambutan yang cukup menarik perhatian pribadi Sasuke.

" Hallo, ya, ada apa kau menelefonku larut malam begini?" Tanya Sasuke yang masih berbaring dikasurnya.

" Aku, hanya ingi memberitahu besok kita tidak ke kantor tapi langsung ke Cikarang." Jelas Gaara.

" Oh, apa saja yang perlu aku bawa ke pabrik?" Tanya Sasuke kepada Gaara.

" Entahlah, kau tanya saja sendiri besok ke Bu direktur. Aku hanya mau menyampaikan ini. Selamat malam." – tuuuut- diputuslah percakapan mereka oleh Gaara.

" Ah, apa sih, tidak jelas pemberitahuannya, besok saja kutanya pada bu direktur." Umpat Sasuke sambil membanting handphonenya ke kasur dan menutup matanya. Belum sempat tertidur handphonenya bergetar lagi, " Siapa lagi sih, aku lelah tahu." Siapapun yang menelepon harus siap mendapat caci maki dari Uchiha ini.

" Hei, Sasuke ak-" belum selesai ia bicara sudah disemprot oleh Sasuke.

" Hei, apa sih menggangu saja sudah malam ini, aku mau istirahat, aku lelah tau!" hardik Sasuke yang masa bodoh dengan siapa lawan bicaranya sekarang.

" Hei, Sasuke ini aku Tsunade, tadi aku mendapat telephone dari klien kita dari India, katanya gambar anak buahmu, Suigetsu itu ada yang salah. Memangnya tidak kau cek lagi? Arsitek macam apa kau ini." Tsunade yang emosi karena entah salah siapa mengomeli Sasuke.

" Eh, apa, maaf, tapi tidak mungkin bagian mana yang salah. Waktu itu aku sudah mengecek gambar itu sebelum dikirim ke India. Apa Suigetsu anda panggil juga besok?" Sasuke panik yang tadinya tidur dikasur langsung berdiri menghadap jendela karena selama ini ia tidak pernah ceroboh tapi entah mengapa kali ini dia ceroboh.

" Iya, tentu, saya panggil dia. Pokoknya besok kau dan Suigetsu harus jelaskan pada saya kenapa hal ini bisa terjadi." Tsunade sudah lebih tenang sekarang, " Tadi berhubung saya sedang pergi jadi saya belum mengecek gambar yang di kirim dari India. Kau tau tadi aku bingung, jadi kutelephone kau tapi tidak diangkat-angkat, akhirnya kutlephone Shikamaru yang ada di pabrik. Mungkin gambar itu sudah dicek oleh Shikamaru, jadi besok Shikamaru juga akan datang untuk mendiskusikan masalah ini. Kau beri tahu Gaara dia akan rapat tanpa Shikamaru."

" Memangnya Shikamaru belum memberitahu Gaara?" Tanya Sasuke dengan berjalan mondar-mandir.

" Aku percaya pasti belum diberitahu. Dia tadi sibuk sekali dipabrik. Tolong beri tahu Gaara."-tuuuut- diputus lagi, memang tidak ada kata selamat malam atau basa basi.

" Oh my God, itu merekanya saja yang tidak biasa membaca gambar dasar India idiot, tidak mungkin seorang Uchiha salah, tidak, tidak mungkin." Sasuke teriak kesal lalu menjatuhkan badannya kekasur dengan kasar, " Aduh apa ini? " tanpa sengaja waktu ia membanting badannya ke kasur ia menindih dompet yang lumayan tebal milik pria yang tadi diserempetnya," Akh! Sialan." Sasuke berteriak lalu melempar dompet itu dan uangnya berserakan di lantai apartement.

" Bodoh, bodoh, bodoh, aku ini, akh!" Sasuke lalu mengambil posisi tidur, walau ia yakin tidak mungkin bisa tidur, " Aku salah apa sih Tuhan?"

Rumah Ino dan Sai

" Hey, Naruto, kau mau kerja dimana?" Tanya Ino yang duduk disebelah Naruto yang baru saja memasukan satu sendok terakhir dari rendangnya.

" Ah, apa dikantor Sai ada lowongan menjadi office boy atau apalah?" Naruto meminum air putih yang ada di depannya lalu melanjutkan berbicara, " Yah, aku ini hanya sampai SMA, karena tidak ada yang bisa membiayai aku untuk sampai SMK."

" Yah, aku tahu, tapi setidaknya kau bisa jadi supir tidak harus office boy kan? Bisa juga jadi supir taksi." Usul Ino.

" Hm.. apa aku kerja di restaurant mewah?" Tanya Naruto.

" Hah, kalau disana kau harus menjadi orang yang tegap, sopan, dan cekatan." Kata Ino sambil menyilangkan kedua tangannya," Jadi tukang las saja. Kalau sudah professional kan bisa mengelas pipa-pipa besar."

" Itu butuh kesabaran yang diatas rata-rata, aku ini kan tidak sabaran." Tolak Naruto.

" Mungkin bisa dicoba dulu, kau kursus mengelas seperti Sai kira-kira sampai 6G baru kamu bisa mengelas pipa-pipa besar. Tapi pertama-tama sampai 3G sudah bisa mengelas yang ringan-ringan dulu, akan kutanya pada Sai nanti. Apa kau tertarik?" tawar Ino.

" Hm… boleh dicoba. Tapi sepertinya pekerjaan mengelas kurang cocok denganku." Naruto masih bingung.

" Ah, iya juga sih, percuma kalau dipaksakan." Ino akhirnya berpikir lagi.

" Memang kursusnya dimana? Nama tempat kursusnya?" Tanya Naruto penasaran.

" Itu BLK, di condet." Jawab Ino singkat, " Lumayan jauh sih."

" Ah, kalau lumayan sih tidak masalah, masalahnya aku tidak, um, bagaimana bilangnya yaa." Naruto tidak niat.

" Kalau kau tidak cocok ya, sudah kau mau bekerja dimana dan jadi apa?" Tanya Ino yang juga bingung sama Naruto.

" Yang, mudah aku jadi office boy saja dikantor tempat Sai mengelas. Dimana kantornya?" Tanya Naruto kepada Ino.

" Di Cikarang, tapi itu pabrik jadi kantornya tidak terlalu besar. Pesuruhnya juga tidak terlalu banyak sudah cukup." Jelas Ino.

" Hei, Ino, Sai pulang jam berapa sih? Aku mau tanya-tanya soal pekerjaan nih." Ujar Naruto lalu berjalan ke jendela dan melihat banyak motor dan mobil berseliweran.

" Dia, bisa besok pulangnya. Paling jam tiga siang." Kata Ino lalu mencuci piring dan gelas yang dipakai Naruto tadi untuk makan rendang.

" Yah, masih lama sekali dong. Kau tidur saja Ino, biar aku yang kunci pintu. Sai bawa kunci pintu cadangan kan?" Naruto yang kasihan pada Ino niat untuk membantu Ino.

" Ah,iya nih aku lelah sekali. Sai bawa kok kunci, tolong ya, kunci pintu aku mau langsung tidur. Selamat malam. Oh, iya, terima kasih." Ino langsung melangkah ke kamarnya.

" Huff, aku jadi teringat dompetku. Dimana sekarang yaa?" kata Naruto sambil mematikan lampu dapur, " Akh, sudahlah aku tidak tahu. Berakhir sudah hidupku."

" Laki-laki itu benar-benar kurang ajar." Lalu Naruto mengingat-ingat kejadian tadi sambil duduk disofa ungu.

Flash Back

Naruto keluar dari café tempat dia bekerja dengan muka lesu, tentu saja karena dia baru saja mengundurkan diri dari pekerjaannya, ia tak tahu apa yang harus diperbuatnya. Statusnya kini hanya pengangguran, dia harus cepat dapat pekrjaan nanti ia tidak bisa menghidupi ayahnya di desa. Pikirannya kosong, ia berjalan tapi tidak konsentrasi kepada sekelilingnya, kepalanya menunduk dan menemukan kaleng bekas minuman ringan, dan sejak kapan ia berpikir bahwa kaleng bekas itu menjadi sesuatu untuk melampiaskan kekesalannya kepada dirinya sendiri, Naruto, menendang kaleng bekas itu keras-keras lalu jatuh sekitar tiga meter dari tempat dia berdiri sekarang. Lalu ia berjalan kearah kaleng itu lalu menendangnya tapi tidak terlalu keras sehingga hanya jatuh sekitar satu meter dari arah dia berdiri.

Sambil menendangi kaleng itu pikirannya hanya terfokus dengan apa yang akan dia lakukan untuk kedepannya untuk bertahan hidup di sini dan menghidupi ayahnya. ' Aku, bodoh, kenapa aku berhenti sih. Tapi aku memang sudah tidak tahan dengan kelakuan bosku, akh! Tapi apa yang akan kukerjakan sekarang?' pikiran-pikiran macam itu hanya berkutat diotak Naruto sekarang wujudnya ada disitu tapi pikirannya sedang melayang-layang. Dia hanya berjalan tanpa peduli apapun.

Saat ia menyebrang masih dalam keadaan menendang-nendang kaleng bekas dan bengong. Ia tidak peduli akan ada mobil yang bisa saja menyerempetnya atau mungkin menabraknya.

TIIIIIINNNNN TTTIIIIIIIIIIINNNNN. Klakson dari mobil Chevrolet Captiva yang sudah menyerempet Naruto, lalu ia jatuh terduduk.

" Aduuh, siapa yang menabrakku?" kata Naruto berusaha berdiri, lalu menggedor kaca mobil itu, " Hei, kau keluar, bagaimana sih nyetir mobil?"

Lalu pengemudi mobil itu membuka kaca mobilnya dan melihat kearah Naruto dengan tatapan dingin, " Heh, kau yang melamun, menyebrang itu jangan melamun, bodoh!"

" Heh, kau juga siapa suruh menyetir pakai kacamata hitam malam-malam begini! Sakit tahu aku jatuh terduduk." Hardik Naruto.

Pengemudi berambut hitam itu menurunkan kacamatanya sedikit, " Huh? Terserah aku, apa urusanmu?"

" Kau ini !! Tidak boleh malam-malam mengemudi menggunakan kacamata hitam, mana terlihat jalan dan orang-orang yang menyebrang hasilnya adalah aku yang terserempet olehmu." Teriak Naruto keras, " Turun kau!"

Pengemudi itu melepas kacamata hitamnya lalu turun dari mobil, " Mau apa kau?"

" Aku mau kau bilang maaf." Pinta Naruto dengan cara memaksa makhluk yang ada didepannya.

" Cih, pada dasar apa aku meminta maaf padamu?" Ia berkata dengan dinginnya.

" Akh! Kau hanya perlu minta maaf kepadaku karena kau menyerempetku tadi!" Naruto makin emosi.

" Hah, kau ini, aku tidak bersalah." Pengemudi dengan wajah dingin itu menolak permintaan Naruto yang sederhana.

" Sombong sekali kau, kau hanya kusuruh minta maaf saja karena kau berbuat salah kepadaku." Naruto mencengkram jas yang dipakai pengemudi itu.

" Huh? Tak berguna aku minta maaf padamu, menyingkir dariku se-ka-rang kau mengotori setelanku." Pengemudi tampan berambut hitam tapi kurang ajar itupun makin habis kesabarannya.

" Minta maaf ayo minta maaf kepadaku sekarang!" Naruto tidak menyingkirkan badannya dari si pengemudi yang menyerempetnya.

Tapi ia tidak bilang kata maaf sekalipun, ia malah mengeluarkan dompetnya dan mengambil sepuluh lembar uang seratus ribuan, " Kau orang tak mampu kan? Pasti kau butuh ini untuk membuatmu menyingkir dariku idiot!"

Naruto yang kesal karena perkataan orang ter-sengak didunia itu sudah mengepalkan tangan kanannya lalu melayangkan tinjuan maut kehidung orang itu. Mungkin hidungnya sudah patah Karen Naruto yang meninju saja tangannya sudah perih.

" Aduuh, kurang ajar kau rambut kuning, akh! Sialan, kau perlu uang kan? Kenapa menonjoku, sialan." Si rambut hitam merintih kesakitan.

" Hah, kau yang kurang ajar aku kan hanya minta kau minta maaf bukan mengejekku orang tak mampu atau apalah itu dan memberikanku uang. Aku tidak butuh uang!" Naruto berbohong, sebenarnya uang tadi cukup untuk makan dia dan gaji terakhirnya untuk dikirimkan ke ayahnya, tapi karena harga diri yang tinggi dia menolaknya mentah-mentah. Naruto pun meninggalkan tempat itu tanpa peduli banyak pandangan tertuju padanya.

Flash Back End

" Memang benar-benar kurang ajar tuh pengemudi sinting. Apa iya ya dia yang mengambil dompetku, di situ kan ada photoku nanti kalau aku disantet gimana dong! Hii, tidak, tidak, mungkin." Naruto lalu bangkit dari sofa dan mengunci pintu juga mematikan lampu lalu pergi tidur dan siap memulai hari baru, saatnya mencari pekerjaan baru.


Okiieees, pada mau jadi yaoi atau best friend...?? di jawab lewat review yaaa...

cerita ini tiba-tiba muncul waktu liat ayah saya kena marah sama kliennya gara-gara gambar yang dia dikirim ada kesalahan, yeep, reaksi ayah saya adalah sama seperti reaksi Sasuke itu...

Reviewnya?