Niat yang Berubah

Oleh: Jogag Busang

Disclaimer: Kuroko no Basuke by Tadatoshi Fujimaki

Penulis tidak mengambil keuntungan materil dari fanfiksi ini

.

.

"Ini semua sudah berakhir, Akashi-kun. Aku sudah tidak kuat lagi menjalani hidup seperti ini. Aku ingin mati saja," ucap Kuroko putus asa. Dia sedang berada di atap gedung berlantai lima.

Sementara sang lawan bicara, berada lima kilometer jauhnya dari tempat Kuroko berdiri, sedang menyetir mobil dengan kecepatan tertinggi.

"Tetsuya! Jangan melakukan hal yang gila!" seru Akashi sambil membenahi posisi earphone di telinganya. "Tunggu aku di sana! Kita bisa membicarakan hal ini baik-baik, kan? Tetsuya, kau mendengarkan aku, kan?"

"Iya, aku mendengarmu. Tetapi itu percuma, Akashi-kun, tidak ada orang lagi yang membutuhkanku. Mengapa aku masih hidup jika ternyata aku hanya menjadi beban? Aku selalu memikirkan hal ini sepanjang hari. Aku sudah muak, Akashi-kun. Aku muak untuk terus berbohong pada orang lain. Aku muak pada hidup yang terus mempermainkanku."

Sekarang, Kuroko menaiki bibir pembatas atap. Lalu duduk sejenak, menikmati percakapan terakhirnya. Dia tidak memandang ke bawah, hanya menatap lurus ke depan, melihat langit berwarna biru cerah.

"Tetsuya, jangan nekat! Bisakah kau menungguku sebentar saja, aku hampir sampai!" Akashi berseru panik. Memikirkan Kuroko yang bunuh diri membuat kepalanya pusing tak karuan.

Tidak di jawab.

"Tetsuya! Tetsuya!"

"Karena kau adalah sahabat baikku, Akashi-kun, aku mohon untuk pamit."

"Siapa yang akan mengizinkanmu?! Jangan melakukan hal yang aneh-aneh, Tetsuya!" Akashi berteriak, mungkin dia yang sudah gila. Gila karena mencemaskan orang yang merupakan terdekatnya.

"Aku tidak meminta izinmu, Akashi-kun. Aku hanya pamit. Selamat tinggal, Akashi-kun."

Kuroko mulai berdiri. Ponsel dia letakkan di saku kemejanya. Sengaja belum mematikan pembicaraan, berganti dengan volumenya yang dikeraskan. Dia sekarang menutup mata. Berusaha menguatkan keputusannya.

"Jangan! Jika kau benar-benar akan terjun, aku ingin mengatakan sesuatu dulu kepadamu!"

Kuroko membuka matanya, tetapi tidak menjawab.

"Tetsuya, dengarkan aku," pinta Akashi dengan putus asa, membuat tubuh kurus Kuroko mematung.

"Sebenarnya selama ini… aku selalu mencintaimu, Tetsuya. Aku—"

Kuroko meraih ponsel di saku kemejanya. Matanya membulat terkejut.

Tiit. Sambungan terputus.

"Tetsuya! Tetsuya!" Akashi yang baru saja mendengar bunyi nada ponsel itu merasa bahwa dunianya sekarang berakhir.

Sementara itu, seorang lelaki berambut biru yang tadinya berdiri di tepi pembatas, di atap gedung berlantai lima, hanya terdiam. Lama sekali dia berdiri di atas pembatas itu sebelum akhirnya dia memutuskan untuk berbalik dan turun.

Kuroko Tetsuya tidak jadi melompat dari gedung.

.

GAME OVER