ONCE AGAIN!; CHANBAEK.

PART 1

Dirumah sakit ini seperti biasa banyak orang datang dan sibuk. Para dokter yang berjas putih pun berdatangan. Pergi ke tempat pendaftaran pasien untuk mengabsen dan mengecek jadwal mereka yang selalu padat. Sapaan kecil jika mereka bertemu dengan teman mereka atau atasan mereka. Seperti lelaki berambut coklat ini, tangan lentiknya tengah menuliskan beberapa kata pada kertas didepannya. Sebelum seseorang yang lebih tinggi datang menghampirinya.

"Selamat pagi, dokter Byun," sapanya manis. Baekhyun atau dokter Byun itu menoleh kearahnya, dan menemukan salah satu teman dekatnya lalu tersenyum manis. "Annyeong, Kasper-ssi," balas Baekhyun, lalu selesai dengan kertas-kertas itu.

"Tolong bawa pasien-pasienku nanti 10 menit lagi keruanganku," katanya pada perawat yang ada disana, lalu berbalik menghadapi lelaki yang baru saja disapanya itu. "Mau berkunjung lebih dulu?" tanya Kasper, Baekhyun tak menjawab tetapi langsung menarik lengan lelaki yang lebih tinggi darinya itu untuk pergi bersama.

"Tolong beritahu pasiennya, 10 menit lagi, oke?! Yah, Baek!" teriak Kasper, lalu pergi bersama Baekhyun ke sebuah tempat yang tak banyak orang tahu, kecuali beberapa dokter yang tahu. Well, sebenarnya Baekhyun adalah cucu pemilik rumah sakit ini.

Mereka berdua berhenti didepan pintu sebuah ruangan rawat. Dari luar juga, Baekhyun hanya bisa menghela nafas panjangnya. Kasper yang melihatnya juga melakukan hal yang sama walau arti perbuatannya berbeda. "Ia dalam keadaan stabil, Baek," kata Kasper sekedar memberi tahu lelaki mungil itu.

Tanpa kata ia membuka pintu ruangan itu dan memasukinya, mendekati sebuah ranjang yang dipakai oleh seseorang lelaki yang tengah tertidur lelap. Lelaki yang ia cintai selama 3 tahun sebelum akhirnya lelaki itu menutup matanya dan tidur untuk waktu yang tak diketahui. Baekhyun tersenyum sedih mengingatnya.

"Sehun-a, maaf aku tidak mengunjungimu tadi malam, sayang...," kata Baekhyun sambil mengusap kepala lelaki yang tengah tertidur itu. Kasper memperhatikannya dari belakang. "Baekhyun-a," interupsi Kasper. "Kasper hyung, Sehunku akan bangun,kan? Kumohon jawabannya adalah iya," mohon Baekhyun.

"Kita akan mengusahakannya Baek, sekarang waktunya kau bertugas sebagai dokter Byun, pasienmu sudah banyak menunggu. Biar aku yang memeriksa Sehun, oke?" pinta Kasper, Baekhyun mengangguk kecil lalu mencium bibir pucat Sehun dan segera pergi dari ruangan itu meninggalkan Kasper.

Suara pintu tertutup terdengar, Kasper mendekati tubuh itu. Tangannya berada disaku jas putihnya. "Maaf Sehun-ssi tapi aku harap kau takkan pernah bangun lagi, biarkan Baekhyun bahagia denganku, bisa?"

#

Baekhyun kembali keruangannya sesuai dengan perintah Kasper, diatas mejanya terdapat fotonya dengan Sehun yang diambil sebelum lelaki itu dalam keadaan sekarang. "Sehun-a, kau tidak lelah untuk terus menutup matamu setiap harinya?" tanyanya dalam hati. Oke, ini memang terlalu berlebihaan dimana ia merasa setiap harinya selama hampir 1 tahun karena keadaan Sehun, ia selalu terlihat bersedih.

"Oppa, maksudku Dokter Byun, bisa kita mulai pemeriksaannya?" tanya seorang perawat bernama Dasom. Baekhyun mengangguk lalu tersenyum. Ah, ia harus profesional sebagai dokter bukan?

Sebagai dokter spesialis saraf, ia pasti dihadapkan dengan kesibukkan dengan penyakit pasien-pasiennya. Analiasis penyakit, pemeriksaan, dan penyembuhan terkadan memerlukan waktu yang lama dan prosedur yang kompleks termasuk melakukan berbagai operasi, semua itu terkadang membuatnya melupakan hal yang ia sedihi selama ini.

TING!

"Saatnya makan siang, istirahatnya 30 menit. Dokter Byun, aku mendapat laporan bahwa ada salah satu pasien dari luar rumah sakit ini baru saja datang. Mereka memintamu untuk mengambil alih," kata Dasom dengan berat hati memberi tahu. Karena sebenarnya, perempuam itu tahu betapa lelahnya dokter muda dihadapnnya itu.

Baekhyun yang awalnya tengah memperhatikan berkas-berkas pasiennya, mendongak kearah Dasom. "Sejak kapan mereka memberikan hal seperti ini padaku? Ah, bukannya Dokter Song ada?" tanya Baekhyun bingung. Dasom menggigit bibir bawahnya. "I-tu, Dokter Song kembali dipindahkan ke bagian UGD. Ah, kalau kau keberataan aku akan memberi tahu, perawat Kang untuk mengalihkan tugas ini pada dokter lain," kata Dasom.

Baekhyun berdiri dari kursinya, dan menghampiri perempuan itu. "Tidak, biar aku saja yang menanganinya. Ayo kita pergi, perawat Kim," ajak Baekhyun bersahabat.

#

Baekhyun pergi ke ruangan yang ditunjukkan oleh perawatnya, dan selama diperjalanan banyak orang yang menyapanya bahkan membungkuk hormat padanya. Ah, Baekhyun kan cucu pemilik rumah sakit. Saat ia memasuki ruangan itu, sudah ada Kasper dan beberapa dokter magang disana.

"Selamat siang, dokter Byun," sapa Kasper, sedangkan para dokter magan itu membungkuk kecil kepadanya. "Aku tidak pernah menyangka akan mendapatkan pasien pindahan, bagaimana dengan datanya?" tanya Baekhyun setelah melihat keadaan pasien yang tengah terbaring lemah dengan alat-alat bantu yang menempel ditubuhnya, mirip kekasihnya.

"Tunggu, dimana keluarganya?" tanya Baekhyun saat menyadari tak ada orang lain didalam ruangan itu. "Sayangnya, keluarganya sudah pergi. Aneh bukan? Ah ini datanya. Namanya Xi Luhan, menderita trauma otak setelah terjadi kecelakaan sekitar satu tahun yang lalu dan hal bagusnya mereka tak menulis siapa anggota keluarga pasien. Ah menyebalkan," gumam Kasper kesal.

"Kenapa lelaki ini dipindahkan?" tanya Baekhyun lagi bingung. Salah seorang dokter magang disana berdeham. "Itu karena rumah sakit sebelumnya mengusulkan rumah sakit kita, dan keluarga pasien juga terlihat tidak keberatan," jawabnya.

Baekhyun merasa Kasper menyikut lengannya lembut, lalu mrnatap lelaki tinggi itu. "Kenapa?" tanyanya. Kasper menatapnya dari ujung matanya. "Perlu CTScan lagi? Datanya terlihat tidak akurat, tunggu, kau mau menanganinya?" tanya Kasper, karena ia tahu biasanya Baekhyun tak suka diberi beban tambahan seperti ini.

"Tentu, siapa yang tahu kalau data ini salah. Ah dan satu lagi, aku tak ingin berkecimpung banyak dalam menanganinya-," lalu Baekhyun mengarahkan pandangannya pada beberapa dokter magang itu. "Kalian yang akan mengambilnya, lapor kepadaku jika sesuatu terjadi, atau kalian ingin berbuat sesuatu oke? Aku tahu kalau kalian tidak terlalu bodoh sebagai dokter. Ah, aku sungguh lapar, bisakah aku mendaptkan makan siangku sekarang?" tanya Baekhyun.

Kasper tersenyum gemas karena tingkah Baekhyun yang imut. "Kau belum makan siang? Hey, kau memiliki maag! Kalau begitu ayo pergi ke cafetaria!" ajak Kasper dengan semangat Baekhyun menyetujui ajakkan sahabatnya itu.

"Dasar Byun Baekhyun, pasti tidak ingin mendapatkan banyak beban itu sebabnya kau memberikannya pada dokter baru, dan jangan beri tahu aku alasannya, karena kau selalu berkata 'agar mereka dapat pengalaman' bagaimanapun mereka masih awam dalam hal menangani kasus seperti ini, Byunbaek," cibir seorang perempuan dihadapan mereka.

Dokter cantik bernama Kang Min Kyung, yang tiba-tiba daja datang menghampiri Baekhyun dan Kasper saat berada dicafetaria. Kasper juga tidak segan untuk menceritakan kejadian sebelumnya, dan inilah hasilnya. Perempuan itu malah mencibirnya. Baekhyun memutar matanya malas.

"Kang noona benar-benar menyebalkan. Aku tahu apa yang aku lakukan ini dengan baik, jadi jangan berkomentar. Seharusnya aku yang berkomentar, kapan kau akan menerima ajakan Baekbeom hyung untuk menikah, huh?" mendapat cibiran seperti itu, membuat Minkyung tersenyum malu. Begitu juga Baekhyun yang melukis senyum tipisnya.

Kasper yang melihatnya sedikit senang karena Baekhyun setidaknya bisa tersenyum kecil seperti itu. Baekhyun pergi lebih dulu meninggalkan kedua sahabatnya. Tinggallah Kasper dan Minkyung disana, perempuan itu tahu semua hal tentang Baekhyun.

"Kau tahu, Baekhyun barusan tersenyum?" tanya Kasper. "Menurutmu-" sebelum melanjutkan perkataannya, Minkyung berkata. "Jangan pernah berpikiran bahwa jika Sehun meninggal, kau bisa melihat senyumnya lagi, Kasper. Dan hilangkan niat-mu untuk memiliki Baekhyun lagi."

#

Seharusnya Baekhyun tinggal di rumah sakit malam ini, namun karena ia sedang lelah maka dari itu ia memutuskan untuk pupang ke Apartementnya. Malam yang gelap, berhubung ini memang sudah jam telat tidur. Baekhyun mengeratkan jaket kulitnya. Lalu berjalan hendak memasuki lift dibasement apartementnya.

BRUK! Seseorang menabraknya, membuat Baekhyun menoleh ketika lelaki yang menabraknya itu terjatuh dan dilantai terdapat noda darah. Baekhyun menghampiri lelaki tinggi itu.

"Kau tak apa? Ah, kau terluka. Hey, ini! Ini luka tusuk! Kau harus diobati!" seru Baekhyun lalu mengeluarkan sapu tangannya mengganti sapu tangan lelaki itu yang sudah berubah warna karena darahnya.

Tak ada jawaban, namun tolakkan. Lelaki itu berdiri dengan susah karena nyeri luka tusuk diperutnya. "Tidak, kau tidak bisa pergi seperti itu, Tuan! Biarkan aku mengobatimu, aku adalah seorang dokter!" kata Baekhyun, menahan kepergiannya.

"Minggir!" geram lelaki tinggi itu. Namun Baekhyun tak bergeming. "Minggir kubilang! Jangan menghalangi jalanku! Jika aku mati pun, jangan pernah peduli!" teriaknya didepan Baekhyun yang kecil.

"Setidaknya biarkan aku mengobatimu sebagai dokter, bukan sebagai orang lain. Aku tidak peduli dengan matimu, namun aku adalah seorang dokter, ini adalah tugasku," balas Baekhyun lalu menarik tangan lelaki itu, dan membawanya duduk didalam mobil Baekhyun.

Untungnya Baekhyun mempunyai alat-alat operasi kecil didalam mobilnya. "Karena ini adalah pertolongan yang tiba-tiba, aku tidak yakin ini akan steril, jadi jika kau masih menyayangi hidupmu, pergilah ke rumah sakit untuk mengeceknya," kata Baekhyun memberi tahu lelaki itu.

Baekhyun segera membersihkan lukanya, dan memberi pereda sakit pada luka itu untuk mematikan sarafnya sejenak saat ia mejahitnya, walaupun sebenarnya masih ada rasa sakit didalamnya. "Meringislah jika itu memang sakit, tapi melihat wajahmu yang penuh kebencian, kurasa kau tak bisa menangis," cibir Baekhyun tanpa sadar.

"Hanya lakukan pekerjaanmu dengan cepat, aku tak butuh omong kosongmu, sialan!" gertaknya. Baekhyun mendecih kecil, tangannya yang gesit membuat pekerjaan itu cepat selesai, dan sejak tadi pun ia merasa lelaki yang ia tolong itu memandanginya. Selain itu, ia merasa bukan hanya mereka berdua yang ada disini.

"Sudah selesai, ingat perkataanku, cepat pergi ke rumah sakit! Dan sekarang menyingkirlah dari mobilku!" perintah Baekhyun. Namun lelaki dihadapannya tidak bergeming. "Tuan?" tanyanya lagi.

DUGH! Terdengar suara kaki dari sisi lain tempat itu. "Apa yang-" "Shhhhhtttt, jangan berisik. Jika tidak kau akan mati terbunuh," kata lelaki itu dengan volume kecil. Baekhyun mengedarkan pandangannya ke sekitar, dan tak menemukan siapapun. "Shit! Cepat masuk kedalam mobil!" perintah lelaki itu. Baekhyun yang bingung lalu masuk ke sisi lain dari mobilnya.

Orang-orang berpakaian hitam adalah hal mengerikan sekarang, dimana mereka membawa senjata tajamnya, dan berada didepan mobil Baekhyun. Sehingga mau tak mau, Baekhyun dan lelaki itu menunduk kebawah. Baekhyun tahu lelaki itu meringis menahan sakit karena lukanya. "Kau yakin bisa menahan sakitnya? Hey, tunggu, jahitannya bisa terlepas, bodoh!" kata Baekhyun memperingatkan.

"Kalau begitu kita terpaksa melakukan hal ini, bangunlah, dan anggap apa yang terjadi setelah ini adalah bagian menyelamatkan diri, oke?" Baekhyun belum mengerti sepenuhnya namun ia mengikuti suruhan lelaki itu.

Keduanya sudah terbangun, dan duduk membelakangi punggung orang-orang itu. "Shit!" umpat lelaki disampingnya ketika salah seorang diluar mobilnya hendak menolehkan kepalanya. "Oke kita mulai!" "Apa yang-"

Sial, rasanya. Baekhyun tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, ketika lelaki disampingnya tiba-tiba menciumnya lembut. Ia merasa jutaan kupu-kupu diperutnya berterbangan dan tangannya yang dipenuhi oleh darah lelaki disampingnya itu lemas. Ingatan yang seharusnya tak pernah datang lagi, kini kembali menyergapnya.

Kini ia tersadar apa yang ia lakukan dengan lelaki disampingnya ini, adalah hal yang sama seperti ia pertama kali bertemu dengan kekasihnya, Sehun.

DUK! DUK! Baekhyun tersadar ketika mobilnya diketuk, namun Baekhyun tak membuka suara, tetapi membalas ciuman itu. Terdengar kekesalan dari orang-orang tadi. Baekhyun menjauhkan wajahnya dan menunduk. "Jika kau berpikiran aku malu, kau salah. Lebih baik pergi dari hadapanku sekarang juga dan jangan pernah muncul dihadapanku lagi," gumam Baekhyun.

Tak ada jawaban, Baekhyun yang kesal mengangkat wajahnya dan menemukan lelaki itu juga tengah menatapnya. "If we meet again-" kata lelaki itu. Baekhyun menggeleng "We never, cepat pergi dari mobilku atau aku akan membuat mereka kembali dan membunuhmu disini" perkataan Baekhyun sukses membuat lelaki itu keluar dari mobilnya, namun sebelum pintunya ditutup lelaki itu melemparkan sebuah pistol Berreta 92 yang sudah tak ada pelurunya.

"Jika kita bertemu kembali, setidaknya kau harus bisa menembak menggunakan itu" katanya lalu meninggalkan Baekhyun dengan keadaannya yang seperti itu. Baekhyun menatap tangannya yang dipenuhi warna darah. Lalu tersenyum miris sekali lagi. Sebuah cerita baru dimulai dari sini.

#

Baekhyun mengemudikan mobilnya dengan cepat menuju rumah sakit. Rasanya sungguh menakutkan, dan aneh disaat yang bersamaan, dan jika hal seperti ini terjadi biasanya ada pelukan Sehun yang memberi energi terkuat baginya. Ya, ia membutuhkan Sehun saat ini. Tapi, Sehun...

Orang-orang melihatnya aneh ketika ia berlari dengan cepat menuju ruangan Sehun bahkan, ia -Baekhyun- bisa mendengar dengan jelas teriakan Kasper dibelakangnya. Tapi seolah tuli, ia hanya ingin bertemu dengan Sehun, kekasihnya sekarang.

BRAK! Baekhyun segera masuk kedalam ruangan luas itu, dan menemukan lelaki pucat yang selalu setia menutup matanya. Tangan kotor karena darah itu terangkat, hendak mengelus suari hitam itu sebelum ditahan oleh seseorang yang tak lain adalah Kasper.

"Baekhyun-a, ada apa?" tanya Kasper khawatir serta nafas yang tersenggal-senggal. Tanpa menjawab, Kasper membuka tangan kotor Baekhyun dan terkejut. "Apa yang terjadi?"

Dan disitulah semua pertahanan Baekhyun runtuh. Ia menangis sambil memegang bangsal Sehun agar tidak terjatuh. "Aku mengulangi hal yang sama, hyung...hkksss... Bagaimana ini? Apa yang pernah terjadi padaku dan Sehun, kini terjadi lagi padaku, aku sungguh takut, aku takut akan meninggalkan Sehun."

Kasper mengerti semua perkataan tersirat Baekhyun. Tangannya terangkat untuk memeluk tubuh yang lebih kecil darinya itu. Dan membisikkan kata-kata yang berusaha menenangkan tangisannya. "Baekhyun-a, tidak apa.. Akh ada disini, dan kau tak perlu takut oke? Kau sendiri berkata padaku bahkan pada orang-orang bahwa cintamu hanya pada Sehun, maka dari itu, walau semua terulang, kau harus percaya bahwa hatimu akan tetap milik Sehun," bohong kalau sejujurnya Kasper tidak muak dengan ucapannya sendiri, karena kini ia tengah menahan amarahnya.

Alasannya adalah Sehun masih menjadi orang yang penting bagi Baekhyun, selain itu bukan dia yang menjadi tokoh pada kejadian 'hal terulang' yang diceritakan Baekhyun. Ah, Sial.

"Jja, sekarang mari kita bersihkan tanganmu dan kembali ke apartement, kau harus istirahat Baek... Jika tidak, Sehun akan sedih," ajak Kasper lalu membawa pergi dari ruangan yang hanya didominasi oleh suara dari alat bantu hidup milik Sehun. Yang tanpa disadari oleh keduanya, diujung pintu tersebut suatu sosok tengah memperhatikan keduanya dengan tatapan yang tak bisa digambarkan.

#

"Semalam aku bertenu dengan seseorang sepertimu, kejadiannya bahkan sama seperti saat kita pertama kali bertemu. Dia terluka sama persis seperti saat itu dirimu terluka. Bodohnya, aku menolongnya sama seperti dulu," Baekhyun tersenyum getir dihadapan Sehun yang tertidur pulas.

"Ia melakukan hal yang sama seperti kau dulu, menciumku tepat dipertama kali kita bertemu. Tapi...," Baekhyun berhenti dan menggantungkan perkataannya lalu menatap wajah pucat itu, ia tidak bisa mengatakan bahwa saat itu ia membalas ciuman seseorang yang mirip dengan Sehun itu.

"Hun-a, jika nanti kau terbangun dafi tidur panjangmu... Aku harap kau tak pernah menjadi seseorang yang sama seperti sebelum kau mendapatkan luka dan tertidur panjang sekarang."

Perkataan pilu dari seorang Byun Baekhyun yang sangat sabar menunggu kekasihnya untuk kembali bangun dari tidur panjangnya. Dan diluar pintu ruangan itu, Kasper tengah menatapnya sedih. Dan sebelum Baekhyun berdiri dari tempatnya duduk, lelaki itu lebih dulu meninggalkan tempatnya.

#

Baekhyun kembali berkerja sebagai dokter syaraf, dan bertingkah layaknya sesuatu yang hebat tak pernah terjadi. Kembali menjadi, Byun Baekhyun yang selalu ceria dihadapan perawat dan pasien-pasiennya.

TOK! TOK!

Dasom memasuki ruangan Baekhyun berserta seorang dokter magang yang ia kenal sebagai Taeyeong. Baekhyun melepas kacamata bulatnya dan berhenti menulis. "Ada apa?" tanya Baekhyun.

Taeyeong maju kehadapan Baekhyun dan memberikan sebuah berkas. "Ini adalah hasil CT Scan yang anda minta kemarin, atas nama pasien Xi Luhan," kata Taeyeong dengan cepat walau ia sedikit gugup.

Baekhyun tersenyum tipis, lalu menatap dokter magang itu. "Jadi, bisakah kau beritahu hasilnya? Aku malas untuk membaca semua ini," pertanyaan Baekhyun sukses membuat Taeyeong membulatkan mata sipitnya dan lelaki mirip Jack Frost itu merasa keringat mulai muncul kepermukaan. "Uhh, itu.. Ah, pasien Xi Luhan memang mengalami trauma berat dikepalanya, dan itu disebabkan oleh kecelakaan yang dialaminya. Lalu... Kami menemukan bahwa ia pernah mengalami epilepsi beberapa kali, dilihat dari bagaimana statiska otak mengalirkan aliran energinya," kata Taeyeong sebisa mungkin.

Baekhyun mengangkat alisnya, lalu mengangguk-angguk mengerti. "Baiklah, aku akan memeriksanya nanti setelah makan siang, apa jadwalku sudah habis saat itu?" tanyanya kini pada Dasom. Dasom yang merasa dipanggil terkejut, lalu membuka lrmbaran yang selalu dibawanya. "Ah, iya, Dokter Byun. Jadwal praktik nya sudah habis."

"Kalau begitu, aku akan kesana nanti. Dan ya, jangan lupa untuk beritahu dokter Kang dan Kim," kata Baekhyun lalu mengambil pulpennya lagi untuk menulis. Taeyeong dan Dasom yang sudah merasa cukup berada di ruangan itu, akhirnya berpamitan keluar.

#

Makan siang, bagi Baekhyun itu bukan suatu kewajiban wajib walau sebenarnya ia memiliki penyakit maag. Baginya, kalau masih bisa berkerja dan panggilan perut belum terdengar, lebih baik berkerja dahulu. Walau pada akhirnya Kasper -dulu Sehun- akan memarahinya karena telat makan, tapi ia sedikit bahagia.

Baekhyun keluar dari ruangannya tanpa Dasom atau Taeyeong ia segera pergi ke ICU dimana pasien yang entah bagaimana bisa disimpan di ICU VIP. "Bagaimana keadaannya?" tanyanya mengagetkan Kasper yang tengah menatap pasien yang terbaring lemah itu.

"Oh, kau mengagetkanku, Baek-," kata Kasper lalu berdeham. "Ah, dia dalam keadaan stabil. Cukup aneh melihat, trauma diotaknya yang membuatnya koma selama satu tahun, tapi ia pernah mengalami epilepsi sebelumnya," lanjut Kasper. Baekhyun melirik sekilas ke sahabatnya itu.

"Apa yang tidak mungkin, mungkin sebelumnya ia terbangun dari koma nya, lalu karena epilepsi ia kembali koma. Itu hal yang wajar, hyung... Trauma diotaknya cukup berat bukan?" kata Baekhyun. Lalu mereka terdiam, hanya suara detak jantung alat bantu hidup lelaki itu yang bersuara.

Baekhyun lebih suka diam karena ia terbayang keadaan Sehun yang sama seperti pasiennya ini. Ah, tapi mungkin Sehun lebih beruntung karena masih memiliki Baekhyun dan beberapa anak buahnya yang tersisa untuk menjaganya. Sedangkan lelaki ini... Ckckckck.

Tapi berbanding terbalik dengan Kasper yang sekarang masih mengingat perkataan dokter magang dibawah Baekhyun saat berada diruang CTScan, sebelumnya. "Kecelakaannya hampir satu tahun yang lalu, tidak ditetapkan disini kapan sebenarnya kecelakaan itu terjadi, kecelakaannya mungkin sungguh hebat."

Kenapa dalam pikirannya terbesit kejadian yang terjadi pada kekasih Baekhyun juga? Ah, bukan pikirnya. Daerah ini luas asal kalian tahu. Matanya melirik kearah Baekhyun yang juga terdiam. "Mungkinkah itu terjadi?"

#

Chanyeol mengerang keras ketika ia merasa luka diperutnya terasa. Dan ingatannya kembali kesaat ia bertemu dengan seorang lelaki yang dengan sengaja ia cium didepan anak buahnya sendiri. "Ah, shit! Kenapa ia masih berada diotakku?!" erangnya.

"Kau benar-benar menyedihkan, hyung," kata seseorang diujung pintu. Ia adalah Taehyung, salah satu anak buah kepercayaannya. "Lihat, kau terluka karena pikiranmu yang diselimuti awan abu saat itu. Seharusnya, kau tidak perlu marah dihadapan wanita iblis itu, hyung. Dan hal yang paling menyedihkan daripada itu adalah, kau masih tetap terpikir tentang dokter yang menolongmu, sangat lucu."

Mendapat cibiran seperti itu membuat Chanyeol mendecih kesal dan menyeringai. "Sialan kau, Kim Taehyung! Lebih baik sekarang kita pergi berkumpul untuk merencanakan misi kita yang terbaru," ajak Chanyeol dengan tenaganya ia beranjak dari kursinya.

"Well, berterima kasihlah terlebih dahulu, setidaknya dengan cibiranku kau kembali menjadi Park Chanyeol," kata Taehyung. Chanyeol hanya mengerang keras memperingatkan anak buahnya itu diam.

"Tapi hyung, bukankah lebih baik kau pergi ke rumah sakit? Maksudku dokter Kim pasti akan terlambat datang sedangkan lukamu terlihat tidak baik-baik saja," tunjuk Taehyung.

Chanyeol tidak peduli, walau ia masih merasakan nyeri diperutnya. "Kim Taehyung, bisakah kau berhenti mengkhawatirkanku? Karena aku tidak membutuhkannya! Cepat sekarang panggil yang lain untuk datang ke markas! Cepat!" namun kesabarannya habis. Ia tidak butuh perhatian, mungkin sedikit membenci hal itu. Jadi biarkan.

Tiba-tiba saja perkataan Taehyung sebelumnya terngiang dikepalanya. "Mungkinkah kita bertemu lagi?"

Rumah sakit, sebuah tempat dimana ia merasa seseorang bisa mengetahui identitasnya. Terutama musuhnya, yang sangat berambisi untuk mencarinya dan membunuhnya. Well, sekarang dunia sudah tidak menyukai penjara tetapi neraka. Juga, Rumah sakit bukanlah suatu tempat yang bagus untuk menjadi tempat tontonan.

Tapi sejak tadi ia masih memikirkan rencananya untuk pergi ke tempat itu. Bahkan saat ia menunggu anak buahnya yang sama kasarnya seperti dirinya. "BOSS!" seru seorang lelaki, Changmin.

"Sial," Chanyeol berdesis ketika lamunannya buyar. "Kita mendapat pesan bahwa misi kita harus dilaksanakan lusa! Mereka menaikkan bayarannya!" seru Changmin lagi. Semua anak buahnya menyeringai mendengar kata uang keluar, namun tidak dengannya. Uangnya sudah banyak, dan pekerjaan ini hanyalah sebuah hobby, mungkin? Hah...

"Baiklah, kita bisa melakukannya walau itu harus terjadi besok. Well, aku takkan memimpin misi ini seperti biasanya tapi, aku akan memberi kalian misi."

Semua orang bertanya-tanya apa maksud ucapan dari pemimpinnya itu. Sedangkan Chanyeol menyalakan api untuk rokok nya. Asap putih keluar dari mulutnya, setelah ia menghisap benda itu. "Kita akan membuat si Park sialan itu masuk kedalam jebakan kita," katanya.

Sebuah misi kali ini adalah membunuh anak presiden yang memiliki banyak saham banyak dibeberapa perusahaan asing terkenal, tentu itu berkat ayah nya yang menjabat sebagai presiden dinegara itu. Membunuh, dan mengambil stempel dari lelaki itu. Sedangkan seorang anak presiden memiliki penjagaan yang ketat maka disinilah 'Raven Fire' akan berkerja.

"Lusa, si Park sialan itu akan kita undang untuk makan malam disebuah restoran. Akan dipastikan bahwa penjaganya akan mencicipi dahulu makanan itu sebelum kita memberi sedikit racun disana. Taecyeon kau akan mengambil gedung 1 disamping restoran, sebagai sniper kau akan menembak kepala sialan itu setelah kita membuat sedikit keributan disana, Jackson kau akan mengambil alih ambulans yang akan datang ketika racun itu bereaksi—."

Dalam pikiran Chanyeol, sudah tergambarkan bagaimana suasana itu akan terjadi. Ia menyeringai setelah menggantungkan kalimatnya. Menyadari bahwa rencananya akan berhasil, ia sangat senang. "Yoona-ya, kau akan menjadi tamu si Park, pastikan ia mengambil racunnya. Park Seo joon, kau akan mati kali ini."

Karena sejak awal, Chanyeol menyuruh anak buahnya untuk menyempurnakan maka ia tak pernah ragu untuk meninggalkan ruangan itu. Hey, Raven Fire dibentuk dengan akal yang hebat –dan licik. Belum lagi karena lukanya semalam yang masih terasa nyeri. Chanyeol melihat kearah bajunya yang kembali ternodai oleh darahnya sendiri. "Haruskah aku pergi ke rumah sakit?"

Dengan cepat ia menghubungi dokter pribadinya yang maish saja belum sampai ke markasnya itu. Bukan karena rasa sakit luka itu, tetapi ia perlu untuk bergerak bebas sekarang. Walau jabatannya sebagai Boss mafia, tetapi Boss disini berbeda dengan Boss perusahaan yang bisa tenang. Ia menanggung banyak nyawa yang sudah ia anggap sebagai keluarganya.

"Yah! Hanya pergi kerumah sakit, aku tidak bisa pergi kesana mengerti?! Banyak pasien yang membutuhkanku sekarang!" bahkan ia belum menyapa dokter pribadinya itu, namun sudah diberi perkataan pedas dan sebuah penolakkan dengan menutup sambungan setelahnya. Chanyeol mengangkat kedua alisnya, terkejut sekaligus mengerti.

Dengan berat hati ia melangkahkan kakinya untuk pergi ke tempat ia tidak sukai itu. Terlebih bayang-bayang akan seorang dokter yang menolongnya kemarin masih ada. Namun apalah daya ia butuh pengobatan lebih bukan sekedar pertolongan pertama ketika luka tusuk diperutnya itu sangat dalam. Chanyeol meyakinkan dirinya sendiri lagi, bahwa ia takkan bertemu dengan dokter itu.

Ya, seharusnya tidak pernah.

#

Keramaian rumah sakit yang kembali ia lihat seperti sesuatu yang membuatnya menutup mata dan merileksasikan pikirannya sesaat. Hal yang tidak ingin ia ingat, dan selalu ada diingatannya adalah hal yang mengerikan walau keduanya berbeda. Kaki panjangnya membawa entah kemana tubuh itu, karena ia tidak tahu tepatnya dimana dokter pribadinya berkerja. "Oh! Chanyeol!" seru seseorang jauh disebrangnya.

Dokter pribadinya, Kim Nayoung. Perempuan berjas putih itu menghampirinya, lalu berusaha untuk membuka long coat yang menutup kemejanya yang tenodai oleh darah, walau Chanyeol berusaha menutupinya, dokter muda itu bisa mengetahuinya dengan cepat. "Heol, seorang Boss mafia bisa juga terluka? Menakjubkan," katanya. Chanyeol mengerlingkan matanya malas, lalu mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru yang bisa ia tangkap.

"Kenapa? Kau mencari seseorang? Tidak- kau mencurigai seseorang?" tanya dokter itu kembali, Chanyeol menggeleng. "Hanya cepat obati aku, darah ini menyebalkan," balas Chanyeol. Dokter Kim menunjukan ekspresi sedikit terkejut, walau hanya sedikit. Lalu menunjukan lelaki yang menjadi boss nya juga itu arah keruangan pribadinya. Dan dibelakang tubuh kecil dokter Kim, Chanyeol masih memastikan bahwa dokter yang pernah bertemu dengannya itu tak terlihat disini.

"Ah, sial seharusnya aku mengetahui namanya," gusar Chanyeol saat ia tengah diobati oleh dokter pribadinya itu. Sedangkan Dokter Kim tengah terfokus pada jahitan luka Chanyeol, lelaki itu tengah berusaha mengingat apakah lelaki itu memiliki identitas saat bertemu dengannya bukan hanya sekedar wajah cantiknya saja.

"Ada apa lagi? Sepertinya aku pernah bertemu dengan ekspresimu itu dulu," balas Dokter Kim. Chanyeol kembali menggeleng menyembunyikan perasaannya. Tapi yang namanya dokter sekaligus temannya, ia mengetahui apa sebenarnya yang pasiennya itu pikirkan. Kegelisahan yang kembali ia tunjukan sama seperti dulu, sekitar empat tahun yang lalu.

"Kau bisa menceritakannya, Chanyeol. Ah, dan kekasihmu ia telah ditangani oleh dokter yang sama hebatnya seperti diriku," kata dokter Kim, Chanyeol mendecak kesal ketika Nayoung bisa berkata seperti itu pada Chanyeol yang notabene nya memiliki temperamen yang selalu kesal. "Sejak kapan kau menjadi dokter hebat?" cibirnya. Nayoung menunjukan kekesalannya, namun Chanyeol terkekeh.

"Ia tetaplah kekasihmu Chanyeol, walau ia memutuskanmu disaat ia juga kehilangan dirinya sendiri," kata dokter Kim mengingatkan, Chanyeol diam. Namun kemudian lelaki itu mendecak kesal sekali lagi, dan setelah lukanya selesai diobati, Chanyeol segera pergi meninggalkan ruangan itu. Sebelum teriakan dokternya menahannya.

"Tunggu, siapa yang menolongmu sebelum aku? Kulihat lukamu pernah dijahit sebelumnya. Kau pergi menemui dokter lain?"

Sial, desis Chanyeol. Nayoung terlalu teliti dalam memperhatikan sesuatu. "Bukan seseorang yang penting. Aku pergi dulu!" kata Chanyeol, lalu menutup pintunya, samar-samar ia mendengar Nayoung berteriak tentang ia tak boleh banyak bergerak, kembali mengingatkannya dengan dokter itu. "Hah... sungguh menyebalkan."

#

Hujan turun sedikit deras saat itu,dan setelah berjalan melewati lobby rumah sakit yang luas Chanyeol akhirnya berada diluar rumah sakit. Cukup jauh untuk sampai ke tempat parkir rumah sakit itu. Membuatnya hanya bisa berdiri didekat tangga diluar pintu rumah sakit. Tidak ada orang yang melewati dirinya, untuk masuk kedalam rumah sakit maupun melewat didepan rumah sakit besar itu. (Playing Music : – Please Don't)

Merasa bahwa hujan takkan reda dengan cepat akhirnya ia memutuskan untuk sedikit menunggu sambil melihat air yang jatuh ketanah itu, sudah lama pikirnya semenjak ia lebih suka cerah daripada memperhatikan air hujan. Namun dapat ia rasakan beberapa meter disampingnya seseorang tengah berdiri juga memperhatikan air hujan itu.

Hanya mereka berdua.

"Hujan? Aku pikir ramalan cuaca mengatakan hari ini akan cerah," katanya.

Chanyeol bisa mendengar jelas suara itu. Mengejutkan, ketika ia mengingat dengan jelas siapa pemilik suara itu. Dalam hatinya ia berharap bahwa ia tak pernah menolehkan kepalanya, atau kalau tidak ia akan melihat wajah cantik itu. Namun takdir bertidak lain, ketika ia kembali menolehkan kepalanya dan bertemu dengan manik indah milik orang yang berjas putih itu.

"Once again, I meet him. Is this called fate?"

Next Preview!

"Tak peduli bagaimana dan dimana kita bertemu kembali, aku mohon jangan pernah menganggapku ada," Baekhyun mengalihkan pandangannya tak ingin menatap bola mata kelam itu.

"Tapi bagaimana jika takdir membuat kita kembali bertemu?"

Baekhyun mengusap wajah tirus Sehun. "Cepatlah bangun, aku benar-benar takut dengan dunia ini."

Kasper berlari menuju sebuah ruangan, karena keadaan genting yang tak pernah ia bayangkan untuk terjadi, bersama banyak dokter yang juga mulai ketakutan untuk kehilangan sosok berharga. "Ataukah aku harus mengikuti dirimu juga dan tertidur untuk waktu yang lama?"

"Dia bukan mati karena racun itu!"

DOR!

"Siapa yang berani membuat keributan seperti ini?!"

Suara Ambulans yang begitu memekikan telinga, dengan cepat menuju sebuah ruamh sakit, didalamnya seseorng tengah berusaha ditolong dengan pertolongan pertama. Para petugas berusaha menghubungi rumah sakit terdekat untuk menyelamatan sebuah nyawa.

"Yang aku lakukan hanyalah menunggu, untuk sebuah ketidak pastian. Bisakah, aku mendapat sedikitnya sebuah kepastian?"

"Kau akan mendapatkannya, Baek."

"Tapi aku takut, aku akan bertemu dengan orang yang memgang hal yang sama seperti cerita yang pernah kita buat dahulu."

a/N : Next? Comment yahhhhh... I'm trying to make this like it's a korean drama. wkwkw, Can you guys feel it?