Sesaat ia merasakan punggungnya berdebam pelan, jatuh ke sebuah tempat yang terasa empuk dan nyaman. Ia memutar posisinya pelan, tangannya meraih sesuatu yang empuk dan langsung di peluknya erat. Sampai sebuah gerakan kecil menarik tubuhnya agar tetap dalam posisi berbaring. Ia menggeliat pelan ketika ia merasakan hembusan nafas hangat menerpa lehernya yang jenjang, tapi terlihat sangat enggan untuk membuka matanya. Kepalanya masih terasa sangat pusing dan berat. Tubuhnya sedikit menggelinjang ketika dirasakannya sesuatu yang basah dan lembut menyusuri lehernya. Bibirnya mendesah pelan dalam alam bawah sadarnya.


Crazy Life

by Putri Suna

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rate : T semi M

Warning: Don't like don't read, AU, maybe little OOC, and many more


Temari terbangun dengan kondisi kepalanya yang seperti mau pecah. Ia menyentuh rambut blonde-nya yang kusut, sedikit menjambaknya. Lalu jemarinya menyusuri lehernya yang terasa sedikit lembap, ia sedikit menguap sebelum akhirnya berdiri, dan berjalan tertatih menuju kamar mandi. Dengan mata setengah terpejam ia membuka pintu kamar mandi dan menutupnya pelan. Ia bersandar pada pintu, mencoba beradaptasi dengan sekitar.

Ketika tangannya menyentuh tubuhnya untuk membuka piyama yang dikenakannya, ia sedikit heran ketika sama sekali tak terasa bahan kain melapisi kulitnya. Segera ia paksakan matanya untuk membelalak lebar, dan menjadi sangat merinding ketika ia mendapati tubuhnya dalam keadaan polos, sama sekali tak mengenakan selembar benang pun. Ia langsung berlari menuju cermin, matanya membulat terkejut ketika mendapati tubuh putih polosnya dipenuhi oleh bercak-bercak kemerahan, dan saat itulah ia merasakan nyeri di bagian bawahnya.

Dengan perasaan campur aduk, langkah terhuyung-huyung, ia keluar dari kamar mandi, dan mendapati seorang pria berambut hitam yang tergerai sampai bahu sedang tertidur di ranjangnya dalam posisi menelungkup, dengan tubuh polosnya yang hanya ditutupi oleh selimut sampai sebatas pinggangnya. Pakaiannya dan pakaian pria itu berserakan di lantai, teronggok seperti tak berguna.

Ia menutup mulutnya, sama sekali tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Ia terbangun di pagi hari dalam keadaan polos dan seorang pria asing yang tertidur di ranjangnya dalam keadaan polos juga. Sungguh ia tak berani membayangkan kejadian yang sudah terjadi antara dirinya dan pria berambut hitam itu di atas tempat tidurnya. Ia semakin terhenyak ketika menangkap noda merah di seprei biru lautnya.

Ia naik ke tempat tidur, bergelung di selimutnya, berniat membangunkan pria asing tersebut, sekaligus mengintrogasinya. Sebelum ia sempat melakukannya, suara bel yang bernada tak sabaran mengunjungi pintu apartemennya. Ia mendengus kesal sebelum akhirnya mengambil piyama di lemari bajunya.

Ia keluar kamar, berjalan menuju pintu, melihat orang yang dengan tega mengganggunya yang sedang dalam kondisi mengenaskan dari layar monitor CCTV.

"Shit!" gerutunya ketika mengetahui orang yang sedang berdiri tak sabaran di balik pintu.

"Hei, Temari! Mau sampai kapan kau molor? Bukankah hari ini kau ada jadwal pemotretan," seru orang yang berada di balik pintu kesal. Ia kembali menggedor pintu tak berdosa itu, membuat sang pemilik rumah balas berteriak kesal juga.

"Iya, aku keluar! Tunggu sebentar!"

Dengan tergesa-gesa gadis bermahkota blonde sebahu itu meraih jaket, kacamata, dan high heels-nya. Ia melirik sekilas pada pria asing yang sudah menghabiskan malam bersamanya itu sebelum keluar.

"Astaga Temari! Apa kau belum mandi?" pekik terkejut dari seorang wanita berambut cokelat sebahu.

Temari mendelik pada gadis yang tingginya hanya sebatas bahunya itu dengan kesal, lalu menoleh ke kanan dan kiri. "Untung saja," tariknya lega. "Kau ini, untung saja tidak ada orang," omelnya kesal lalu mengenakan kacamata hitamnya.

"Sekarang cepat mandi dulu," tegas gadis berambut cokelat itu sambil berniat membuka pintu, tapi gerakannya langsung ditahan oleh tangan Temari yang langsung mengunci pintu apartemennya.

"Aku akan mandi di lokasi saja," cengirnya sambil merangkul bahu si gadis dan menariknya menjauh dari apartemennya.

"Apa mak—"

"Wah kita sudah sangat terlambat, ayo cepat," potongnya sambil terus menyeret si gadis rambut cokelat yang dipenuhi raut kesal dan keheranan.

XXX

Temari tengah sibuk mengunyah cup cake-nya ketika seribu omelan terus dilancarkan oleh manajer berambut cokelatnya itu. Saat ini mereka sedang break makan siang di ruang make up. Temari tampak acuh dan tak ambil pusing, tangannya terus mencomot kue-kue kecil bermacam bentuk yang disediakan oleh pihak perusahaan, yang menyewa jasanya dalam pemotretan untuk memperkenalkan produk kosmetik terbaru mereka.

"Seharusnya memang tak kukabulkan permintaanmu ketika meminta dibelikan aparteman. Kau semakin tak terkontrol saja."

Temari memutar kedua iris jade-nya. "Kau sudah mengulangi kata-kata itu untuk yang ke tiga belas kalinya, Matsuri," komentarnya sinis. "Kau tahu kan, mana mungkin aku terus tinggal bersamamu, Gaara selalu mengawasi setiap gerak-gerikku. Aku juga ingin tenang menikmati hasil jerih payahku."

"Tapi, lihat keadaanmu sekarang. Kau hanya akan menghancurkan image-mu saja. Kau mabuk-mabukkan, tanpa ada yang menemanimu. Kalau ada yang mengenalimu, bagaimana?"

Belum sempat gadis berambut blonde itu mengeluarkan bantahan, sebuah ketukan pelan di pintu menginterupsi keduanya, disusul dengan suara pria yang menginformasikan bahwa waktu break sudah selesai.

XXX

Shikamaru terbangun ketika suara getar ponsel-nya mengunjungi tidurnya. Ia menguap lebar sebelum tangannya meraba-raba benda berisik tersebut. Dengan mata setengah terpejam, ia menemukan ponsel-nya itu di meja lampu.

"Halo?" bukanya malas. Dan terdengar suara pria terkejut di seberang sana.

"Kau siapa?" suara pria diseberang sana sedikit terdengar menggeram. "Kenapa ponsel kakakku bisa ada padamu?"

Shikamaru mengerenyitkan dahinya. "Sepertinya kau salah sambung," ujarnya malas sambil mematikan ponselnya.

Ia menaruh benda berwarna emas itu di sebelahnya, berniat melanjutkan tidurnya kembali. Dan akhirnya tersadar kalau ponselnya bukan berwarna emas melainkan hitam. Ia bangkit perlahan, meraih benda keemasan bermodel touchscreen itu, dan menelitinya. Mata sipitnya terbuka lebar ketika melihat wallpaper yang menghiasi layar ponsel tersebut.

"Seperti kenal," gumamnya pelan sambil menatap lama wajah gadis berambut blonde yang sedang tersenyum sambil menatap langit.

Ia tampak berpikir keras ketika sebuah getaran lagi terdengar oleh telinganya, kali ini bukan dari ponsel yang dipegangnya, melainkan dari ponsel lainnya. Ia mencari ponsel itu dengan malas, dan menemukannya di saku jas-nya yang tergeletak di lantai.

"Halo?"

"Pak presdir, anda dimana? Rapat para pemegang saham akan segera dimulai," suara wanita bernada panik diseberang sana menyadarkannya dari jadwal padat yang sedang menunggunya pagi ini.

"Apa ayahku ada disana?" tanyanya malas.

"Iya. Pak CEO sedang menunggu anda dengan wajah kesal."

Shikamaru menggerutu dalam hatinya sebelum menjawab, "Aku akan segera kesana."

Dengan secepat kilat ia mengenakan pakaiannya yang bertaburan di lantai. Dengan kesal ia mencari-cari dasinya dan menemukan benda berwarna hitam panjang itu tergeletak di sebelah sebuah bra berwarna hitam berenda. Iris grey-nya membulat, ia meraih benda aneh itu dengan gamang. Tidak mungkin bra ini milik ibunya, tapi punya siapa? Bagaimana bisa di apartemennya terdapat benda pribadi seorang wanita. Atau jangan-jangan—

Wajahnya memucat ketika menyadari ia bukan berada di kamar apartemennya, melainkan di sebuah kamar milik seorang wanita berambut blonde. Ia terdiam kaku melihat foto-foto berbingkai besar yang memajang wajah cantik gadis asing itu di dinding kamarnya. Ia terlihat bersinar, seperti model. Setelah dipikir-pikirnya wajahnya sama sekali tidak asing. Ia tak sempat lagi memikirkan keanehan yang sedang terjadi padanya, ia harus cepat sampai di kantor, sebelum ia menghancurkan hidupnya dan menerima amukan dahsyat dari kedua orang tuanya.

Dengan tergesa-gesa ia berlari ke luar kamar, menuju pintu depan, dan sebuah umpatan keluar dari mulutnya ketika mendapati kalau ia terkunci. Ia meraih ponselnya lalu menon-aktifkan benda tersebut. "Troublesome," gerutunya pasrah.

.

.

.

XXX_To Be Continued_XXX


Hy, putri akhirnya bisa juga ngepost fic ST.
Dibaca ya, terus jangan lupa tinggalkan review ya.

KEEP or DELETE?