Cast: Sasuke Uchiha, Sakura Haruno, Karin Uzumaki
Genre: Drama, romance, sad life, supernatural
Rate: T
Length: 3 shots
Part: 1
Author: Adik ipar Itachi a.k.a Febry
Disclaimer: -warn: nggak penting, diskip boleh-Hallo... kenalin, saya author amatiran yg baru belajar bikin fanfic, sebelumnya sudah pernah sih bikin fanfic genre komedi, tapi nggak selesai..hehe
Di sini author make chara fiksi dari manga naruto, mahakarya dari Masashi Kishimoto. Judul fanfic ini author ambil dari sebuah nama bunga yang akan menjadi awal dari cerita ini. Yuk cekibrot~
AUTHOR'S POV
Pagi hari yang cerah di Tokyo hari itu, orang-orang sibuk menjalankan rutinitas masing-masing. Begitupun pria 22 tahun yang tinggal di perumahan sederhana ini,
Sasuke Uchiha. Dia bekerja sebagai crime investigator di Kepolisian Negara Jepang. Dia sudah hidup seorang diri sejak 2 tahun lalu. Seluruh keluarganya (Ayah, Ibu, Kakak laki-laki) tewas dalam kecelakaan mobil saat mereka hendak memberi kejutan dan ucapan selamat kepada Sasuke yang baru saja diangkat menjadi anggota kepolisian negeri Sakura itu. Kehilangan orang-orang yg disayanginya dalam satu hari, apalagi hari itu adalah hari spesial bagi Sasuke, tentu meninggalkan luka dan trauma yang mendalam bagi seorang Uchiha itu. Ia yang dulunya periang dan selalu bersemangat dalam segala hal, menjadi dingin dan membeku dalam kesendirian yang ia lalui hari demi hari. Bahkan wanita-wanita cantik yang selama ini mengandrunginya perlahan menjauh karna kedinginan hati yg dialami Sasuke.
Sasuke menjadi seperti mayat hidup. Hidup segan, mati tak mau. Ia tetap bekerja dan menjalankan tugasnya dengan baik, makan, tidur, namun tak pernah bersosialisasi. Pola hidupnya sungguh tidak teratur. Pagi ia makan mie instan, siang makan kudapan restoran yg berkolestrol tinggi, malam ia jarang makan. Jika malam tiba kebiasaannya adalah bermain game sampai larut dan membiarkan matanya terpejam dengan sendirinya. Kadang ia menghabiskan beberapa botol Sake dalam satu malam. Dia menyadari jika semua wanita yg mengaku mencintainya itu hanya sekedar mengagumi ketampanan dan kepintaran yg dimilikinya, karna itu tak ada satupun dari mereka yg mampu memasuki celah hati pria metropolis itu.
Sasuke mengancingkan kancing teratas kemejanya. Dilihatnya dengan jeli penampilannya di pantulan cermin. Meskipun begitu, ia tetap menjaga penampilannya. Ia tak ingin orang tau betapa hancur hidupnya sekarang. Sasuke mengambil tas hitam yg biasa ia jinjing
untuk bekerja. Ia bergegas keluar rumah.
"Sraakk" Sasuke baru menyadari ada sebuah benda dilantai terasnya saat kakinya menendang sesuatu, dilihatnya sebuah karangan bunga.
"Bunga?" Gumamnya.
Diambilnya bunga itu dari lantai. Sasuke melihat karangan bunga itu lekat-lekat, lalu mengernyitkan dahinya.
"Apa maksudnya ini? Karangan bunga? Apa ini ucapan belasungkawa? Apa mereka menghinaku atas kematian mereka yg sudah lama itu?" Ocehnya dalam hati.
"Bunga sampah." Ujarnya ketus. Lalu melempar bunga itu kesembarang arah. Ia menaikkan alisnya saat mellihat sebuah benda kecil terlempar dari dalam karangan bunga itu. Ia berjalan mendekati bunga itu.
"Ipod?"
"Lebih baik kusimpan dan kuselidiki nanti" ujarnya sambil mengantongi ipod kecil berwarna hitam ke saku kemejanya. Ia berjalan kaki menuju stasiun kereta api.
-at office-
'Toktoktok'
"Masuk." Ujar Sasuke. Seseorang dari luar ruangan itu menuruti kata Sasuke
"Aku minta fotokopi berkas keterangan kasus pembunuhan kemarin " pinta seorang wanita berambut merah yang berdiri di depan Sasuke yg sibuk mengetik. Sasuke tidak menjawab, kedua bola matanya tak melirik sedikitpun wanita yang barusan meminta sesuatu padanya itu.
"Orang ini kenapa sih?" Gumam wanita berkacamata itu dalam hati.
"Maaf? Apa kau mendengarkanku?" Wanita itu melambai-lambaikan tangannya mendekati wajah Sasuke.
"Tunggu sebentar!" Teriak Sasuke. Wanita itupun tersentak.
"Habis kau tidak menjawab! Dasar, kasar sekali kau pada wanita!" Gerutu wanita itu secara frontal. Sasuke mengambil sebuah map dari lemari dekat kursinya.
"Ah!" Sasuke sepertinya kaget saat melihat wanita yg berdiri di depannya.
"Kenapa?" Tanya wanita itu datar.
"Kau orang baru? Pantas saja kau belum terbiasa dengan sifatku." Ujar Sasuke dengan wajah tanpa dosanya.
"Terbiasa dengan sifatnya? Dia pikir dia siapa? Seenaknya saja!" Keluh wanita itu, dalam hati tentunya.
"Melihat penampilanmu, sepertinya kau detektif baru disini. Selamat bergabung."
"Aku detektif swasta, di sini aku hanya membantu temanku Shikamaru yg sedang kesulitan memecahkan suatu kasus, aku bukan karyawan resmi di sini. Yaah, aku beruntung karna tidak perlu setiap hari bertemu denganmu nantinya!" Omelnya. Ya, profesi gadis ini sudah cukup mengambarkan kalau gadis ini adalah gadis pemberani.
"Kau harusnya merubah sikapmu itu! Kau tidak bisa seenaknya pada rekan-rekan kerjamu!" Wanita itu seakan seorang ustadzah yg sedang berkhotbah pada jama'ahnya. Sasuke hanya terkikik geli.
" ak-"
"Baik. Aku ambil berkas ini. Terima kasih!" Ujar wanita itu sambil memeluk berkas itu di depan dadanya. Sasuke menggelengkan kepala dan melanjutkan pekerjaannya.
"Aku Karin Uzumaki."
Sasuke mendongak saat mendengar suara itu dari depan pintu ruangannya. Ya, wanita yang tadi. Senyuman kecil tertungging dari bibir Sasuke.
"Aku Sasuke. Uchiha Sasuke"
Sesaat setelah mendengar nama itu, wanita yang bernama Karin itu melanjutkan langkahnya dan berbelok ke koridor sebelah kiri. Tanpa Karin sadari, Sasuke sejak tadi memperhatikannya, sejak ia mengajaknya berkenalan secara sepihak. Ya, tentu Karin tak menyadari. Ia memunggungi Sasuke saat memperkenalkan dirinya.
"Lucu juga.." batin Sasuke.
Sasuke yang sedari tadi tak hentinya mengetik mulai merasa bosan. Dimundurkannya kursi nya yang ber-roda dari peredaran*?* dan memutarnya sekali lalu melentangkan tangannya keatas. Seperti melakukan pemanasan. Tiba-tiba ia teringat akan sesuatu. Tangannya merogoh kantung kemeja putinya, mengambil ipod didalamnya. Sasuke menekan tombol on pada Ipod itu. Tampil sebuah file musik dengan judul 'Samidare' (hujan di musim panas). Hanya ada satu file musik. Penasaran, ia cari sebuah earphone di dalam laci meja kerjanya. Saat menemukannya, ia langsung menancapkannya ke Ipod itu dan memasang ke dua sisi earphone itu ditelinganya, lalu menekan tombol 'play'.
-Musik instrumental yang dimaksud adalah theme song Anime Naruto Shippuden yang berjudul Samidare-
Sasuke terlihat menikmati musik itu. Alunan musiknya mellow seakan menusuk hati, tapi lama kelamaan temponya sedikit cepat, seolah menggambarkan seseorang yang bersedih dan kehilangan cahaya karna hujan lalu perlahan mencoba untuk menemukan kembali titik terang dan menghentikan hujan tak berkesudahan dalam hidupnya. Sasuke medongakkan kepalanya dan bersandar dikursinya, tangannya diangkat keatas untuk menopang lehernya. Ia menatap kosong langit-langit ruangan kerjanya. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia masih berharap akan ada seseorang yang bisa menyinari hidupnya dan kembali seperti dulu.
17:30 waktu setempat
Tap. Sasuke terhenti di depan pintu rumahnya. Ia menoleh ke arah bunga yg tadi ia lemparkan. Rasa penasaran membisiknya untuk mengambil bunga itu dan membawanya masuk.
Sasuke mengempaskan tubuhnya ke spring bed Queen Size empuk di kamarnya.
"Karin.." ucap Sasuke samar-samar. Entah ada angin apa, Sasuke tanpa sadar mengucapkan nama detektif wanita yg baru dikenalnya tadi siang. Apa yang diucapkan oleh mulut tanpa kesadaran adalah refleksi dari apa yang ada dipikiran orang itu pada saat yg bersamaan. Ya, Karin sedang ada dipikiran Sasuke.
"Hari ini cukup luar biasa, bertemu gadis aneh itu, dan-" Sasuke tersentak, ia meraba permukaan spring bed dengan tangan kanannya mengambil bunga putih itu dan membawanya kehadapan mukanya.
"Aku belum pernah melihat bunga ini.."
"Sebulan sejak kematian mereka(red:keluarganya) aku rasa aku tidak memiliki fangirl lagi. Lalu ini dari siapa?" Tanyanya entah pada siapa.
"Lagipula fangirl ku tidak pernah mengirimkan bunga seperti ini..kuno sekali..tapi ini jauh lebih baik daripada menelponku puluhan kali dan mengirim sms padaku ratusan kali "-yah bisa dibilang fangirlnya lumayan banyak, entah teman sekantor, teman kuliahnya dulu, ataupun wanita yg ia temui di kereta saat perjalan pulang dari kantor-
Sejak kematian keluarganya, Sasuke menjadi sangat dingin dan emosional. Ia bahkan dengan kasar menyuruh wanita-wanita itu untuk berhenti mengganggunya. Ia membentak bahkan melemparkan sesuatu didekatnya, membuat wanita manapun yg ada di dekatnya ketakutan. Namun seiring berjalannya waktu, emosinya perlahan stabil, malah ia seperti tak beremosi sekarang. -vampir dong-
"Ini seperti bunga lily, tapi bentuknya agak berbeda." Ujarnya sambil memandangi bunga itu lagi. Ia membuka handphonenya membrowsing tentang jenis bunga dan ciri-cirinya. Ia temukan dengan cepat, nama bunga yg ada di tangan kirinya itu adalah "Calla".
-Esok Harinya di Kantor-
"Sasuke senpai, tadi ada kurir yang mengabtarkan bunga ke sini. Katanya ini untukmu." Karin menyodorkan karangan bunga yang sama dengan kemarin, Sasuke segera mengambilanya dari tangan Karin. Sasuke hanya tersenyum kecut dan meletakkannya di atas mejanya.
"Kenapa kau yang mengantarkannya ke ruanganku? Apa OB sedang tidak ada?" Tanya Sasuke tak penting.
"A..anu.. Aku..Aku sekalian saja mau lewat sini! I..ya lewat sini!" Jawab Karin gelagapan. Semburat merah muncul di pipinya.
"Apa kau sengaja ingin memberikan ini padaku karna kau ingin melihatku? Kau merindukanku?" Goda Sasuke. Entah sudah berapa lama Sasuke tidak bercanda seperti ini dengan wanita. Sasuke menyadari Karin memegang sesuatu di tangan kirinya yang ia sembunyikan di belakang.
"Ja..jangan sembarang bicara! Kau ini menyebalkan! Ini aku bawakan bento! Aku dengar kau makan makanan intsan terus. Kau menyedihkan!" Karin memanyunkan bibirnya lalu meletakkan bento box ke meja Sasuke, ia lekas berbalik dan melangkah cepat.
"Karin!" Panggilan Sasuke terabaikan oleh ketukan heels yang semakin menjauh. Sasuke tak melihat betapa memerahnya muka dekektif cantik itu. Padahal niat Sasuke hanya ingin berterima kasih dan menanyakan apakah Karin tau kurir dari toko bunga manakah yg mengantarinya bunga putih lebar ini lagi.
"Sudah lama aku tidak makan bento dan aku tak perlu makan di luar siang ini." Sasuke nyengir.
Sasuke hanya mengabaikan bunga itu dan melanjutkan pekerjaannya.
-
Sasuke meletakkan bunga Calla yg baru diterimanya hari ini di vas yg sama dengan bunga Calla kemarin. Entah kenapa ada perasaan sayang untuk membuang bunganya itu ke tempat sampah, padahal ia sama sekali tidak tertarik dengan hal-hal yang berbau bunga. Lagu instrumental di ipod yg ia terima kemarin juga selalu menemani saat-saat sendirinya di rumah.
Hatinya jadi bertanya-tanya apakah tidak ada benda lain seperti kemarin di dalam karangan bunga itu. Pertanyaannya itu ia realisasikan dengan merogoh dan menilik karangan bunga yg ia terima hari ini. Didapatinya secarik kertas putih yg terlipat kecil. Ia segera membuka lipatan kertas itu. Ukurannya hanya sekitar 1/4 kertas A4. Tulisannya kecil-kecil tapi sangat rapih dan indah, ditulis dengan tinta pink, pertanda besar yang menulisnya adalah seorang wanita.
" Hari ini kau terlihat lebih baik. Aku senang melihatnya. Apa ini pengaruh dari bunga dan ipod yang kukirimkan kemarin? Kuharap kau suka mendengarkan musik itu. Maaf aku bertindak seperti pengecut, aku hanya ingin membuatmu perlahan mengerti bahwa selama ini aku selalu memperhatikanmu. Walaupun kau menutupinya, aku tau sebenarnya kau terluka. Kalau kau mengizinkan, aku ingin menjadi seseorang yang bisa menghapus lukamu itu. Aku ingin berada di sampingmu, membuat senyummu terukir dari hati, bukan sekedar topeng. Bersemangatlah, aku akan segera menghiasi hidupmu.."
-S
Sasuke termenung usai membaca surat itu. Didalam hatinya, ia terharu. Rasa penasarannya semakin kuat. Ia belum pernah menerima pesan seperti ini setelah keluarganya meninggal. Yang ada hanya ajakan rekan-rekam kerja pria nya untuk ke bar dan bersenang-senang dengan wanita malam di sana. Atau sms wanita-wanita cantik yg mengajaknya ke mall atau makan di restoran mewah. Sasuke bukan tipe orang seperti itu. Sejak remaja kakaknya mengajarkan hal-hal baik kepada Sasuke. Bagi Sasuke, kebahagian adalah dikasihi oleh keluarganya tercinta dan menghabiskan waktu bersama mereka. Sayang, sumber kebahagaian itu seakan menjadi tumbal untuk profesi yang ia jalani sekarang.
Membaca surat tadi membuat hatinya merasa tenang dan damai. Ia menggenggam kertas itu dan membawanya berbaring di spring bednya.
"S, siapa kau sebenernya?"
"Kau benar, aku memang sedikit lebih baik. Musik di ipod yang kau berikan itu membuatku tenang, juga wanita aneh itu.." Sasuke terkikik. Entah bagaimana bisa sebatang, bukan dua batang bunga yang entah-dari-siapa itu dan wanita aneh yg baru dua hari ia temui itu bisa membuatnya tersenyum tulus setelah sekian lama. Ia memutar lagu samidare lagi dan mengantarnya sampai ke alam tidur.
-
Sasuke membuka kedua matanya dengan berat. Matanya memicing karna silau. Cahaya kuning yg menembus jendela kacanya mendominasi kamarnya.
"Hoaaaaam" Sasuke menggeliat panjang.
Ia beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju jendela. Dilihatnya cuaca di luar sangat cerah. Ia memutuskan untuk menghirup udara luar di hari liburnya ini.
Sepanjang perjalanan, Sasuke hanya menatap lurus kedepan sambil mendengarkan musik di ipod dengan earphonenya. Kedua tangannya dimasukkan ke kantung depang hoodie putihnya. Sasuke berjalan sangat santai.
'BRUKK'
Sasuke menabrak sesuatu dengan kakinya.
"Aw!" Teriak seorang anak kecil.
Sasuke segera melepas earphonenya dan menjongkok. Ia mengangkat anak perempuan yang jatuh tersungkur itu.
"Kau tidak apa apa?" tanya Sasuke.
Anak itu hanya mengegeleng. Mata malaikatnya berbinar seakan ingin menangis. Ia menitikkan air mata melihat setangkai bunga daisy di tangan kanannya hancur karna jatuh bersama badannya tadi.
"Maafkan aku. Aku akan menggantinya dengan yang baru," Sasuke berhenti untuk melihat respon anak kecil itu. Anak itu tersenyum.
"Darimana kau mendapatkan itu?"
"Itu.." anak perempuan itu menunjuk ke kiri mereka. Sasuke tidak sadar jika sedari tadi dia berdiri di depan sebuah toko bunga.
"Haruno Florist..." bacanya dalam hati.
"Aku baru tahu ada toko bunga di sini, aku melewati ini tiap hari. Bagaimana tidak, ini jalan dimana aku bolak balik ke stasiun. Mungkin aku terlalu cuek dengan keadaan sekitar." Gumamnya lagi.
Tangan mungil anak itu menggenggam jari telunjuk Sasuke, mengarahkan Sasuke untuk membawanya ke sana. Sasuke tersenyum dan mengangguk, mengiyakan titah anak kecil itu.
"Sasuke..?!" Sapa seorang wanita.
-to be continued-
P.s : dalam part 1 ini belum banyak konflik yang keluar, jadi pasti membosankan kalo di baca xD
