.
Your Eyes
Disclaimer :
Naruto milik Masashi Kishimoto-dono as always sekeras apapun saya berusaha ^.^
Close to You song by Olivia
Oh iya, Cover Picture this fic is not mine too xp
Rate : T
Genre : Romance
Warning : AU, OOC maybe, Typo, EYD berantakan dan peringatan lainnya
.
.
.
Chapter 1. Close to You
Why do birds suddenly appear everytime you are near ?
Why do stars fall down from the sky everytime you walk by?
Masih sama. Atensiku masih selalu mengarah padanya. Seperti sebuah satelit yang akhirnya menemukan planet untuk mengorbit. Tiba – tiba saja kehidupanku hampa tanpa kehadirannya. Tiba – tiba saja menjadi sebuah kewajiban untuk selalu melihat senyum secerah mentarinya di pagiku memulai hari. Tidak peduli bila karena itu, aku harus rela berdiri di dekat gerbang sekolah menunggunya lewat hingga satu jam penuh.
Apakah ini cinta ?
Entahlah. Aku tak yakin perasaanku sudah pada taraf sedalam itu. Mungkin aku hanya kagum. Ya kagum. Terlalu cepat untuk menyebutnya cinta. Kagum tingkat dewa yang membuat mataku betah untuk berlama – lama mengamatinya. Bahkan saat mengatakan ini aku baru sadar aku sedang memandanginya!
Dia tampak asyik bermain basket bersama teman – temannya di lapangan. Aku memandanginya dari jauh tentu saja. Di latar belakang yang mungkin tak akan pernah disadarinya.
Dia seperti sebuah pusat galaksi tempat bintang sekelas Sirius dan Alphacentauri setia mengitarinya. Dia terlalu bersinar hingga nyaris ku tak sanggup mendekatinya. Karena hey memang siapa diriku ini? Kalian suka melihat drama – drama korea nan romantis yang bercerita tentang seorang gadis cantik yang mencintai seorang pria tampan kaya raya incaran banyak gadis? Gayung pun bersambut. Si pria itu juga mencintai sang gadis sepenuh hati. Pernah? Nah, diriku adalah teman dari teman gadis itu yang hanya numpang beberapa scene.
Kalau boleh menilai secara obyektif sebenarnya si doi nggak cakep – cakep amat. Ehm... Well, cakep sih. Walau tidak secakep Sasuke Uchiha. Most Wanted Senpai di Konoha Gakuen yang kalau lewat bikin geger sekolah. Apalagi kalau bukan karena teriakan fansgirls-nya yang frekuensinya bisa mencapai 19.999,99 Hz. Termasuk Karin, teman sebangkuku yang selalu histeris meneriakkan_.
"Kyaaaaa! Sasuke-senpai! "
"Kyaaa! Sasuke-kun!"
"Kyaaa! Sasuke-sama!"
"Kyaa! Sasu-pyon~!"
Tuhh kan, baru saja dibicarakan. Eh, orangnya lewat di depan kelas. Dan bisa dipastikan beberapa detik lagi Karin pasti akan-.
"Kyaaa, Hinata! Sasuke-senpai lewat di depan kelas kita! Ayo kita lihat! "
Tuhh kan !
"Ta-tapi Karin-chan! Tu-tunggu dulu! Aku-" Dan harusnya aku sudah menduganya. Bahwa teriakan gagapku tidak akan mampu menghentikan Karin menarik tanganku dan berlari ke depan kelas agar dapat melihat Sasuke-senpai lebih jelas.
Aku melihatnya! Oh, aku lupa bahwa dia adalah sahabat Sasuke-senpai. Tentu saja dimana ada Sasuke-senpai disitu ada semut, eh maksudku ada si dia. Ku lihat dia sedang menceritakan sesuatu dengan penuh semangat muda ala Gai-sensei kepada Sasuke-senpai yang tentu saja hanya ditanggapi dengan beberapa anggukan kepala dan 'hn', yang kata Karin sih, trademark khas Sasuke-senpai.
Tiba – tiba mata kami bertemu saat dia tidak sengaja menoleh ke arah kelasku. Dan sekali lagi aku mendapati diriku tertegun melihat ke kedalaman matanya. Iris Blue Sapphire itu seketika menjeratku dan menyedot seluruh oksigen disekitarku.
On the day that you were born the angels got together
And decided to create a dreams come true
So they sprinkled moon dust in your hair of gold
and starlight in your eyes of blue
'Bernafas Hinata! Bernafaslah Hinata!' teriak inner-ku frustasi sambil megap – megap kehabisan nafas.
Kurasakan bumi berhenti berotasi dan kupu – kupu berterbangan di perutku. Oh Kami-sama! Aku... Aku tak bisa mengalihkan pandanganku dari tatapannya! Apakah ini sudah 1 menit berlalu ? Ataukah 5 menit? Ah, bahkan sampai tiga atau lima hari ke depan pun sepertinya aku tak akan keberatan.
Ke-kenapa dia masih menatap mataku? Sadarlah Hinata! Aku rasa aku akan pingsan jika lebih lama lagi aku menatap langsung ke matanya. Aku pun menunduk sambil menggeleng – gelengkan kepalaku kencang. Berharap kegilaanku bisa mengalir keluar. Lewat lubang telinga mungkin. Jiah, tampaknya aku benar – benar mulai gila sekarang.
Setidaknya ada satu pelajaran yang dapat ditarik hari ini. Jangan pernah menatap orang bernetra biru langsung tepat di matanya! Especially his eyes! Blue Saphire itu bagai magnet kuat yang menarikmu ke medannya! Begitu memikat dan begitu menghipnotismu.
Aku tak menyangkal bahwa iris Blue Saphire-nya memang sedikit banyak menyumbang pesona hingga orang – orang memuja dan mengikutinya. Dia memang tidak setampan Sasuke-senpai. Dia tentu tidak sejenius Shikamaru-senpai. Dan sudah pasti dia tidak se-cool Neji-niisan. Tapi toh dia juga termasuk jajaran senpai terpopuler se Konoha Gakuen. Dia dikagumi dengan caranya sendiri.
Dia memiliki kekuatan ajaib yang dapat mengubah orang – orang disekitarnya. Bagi orang – orang yang belum terlalu mengenalnya, dia hanya terlihat seperti orang bodoh yang kelebihan energi. Selalu memberi embel – embel dattebayo di setiap akhir kalimatnya. Sering berkelakuan konyol dan tak jarang membuat onar dimana – mana. Karin bahkan selalu menyuarakan keheranannya bagaimana sepupu bodohnya itu bisa jadi salah satu dari empat Most Wanted Senpai in Konoha Gakuen.
Namun kelebihannya yang selalu mempunyai cara ajaib untuk memandang kehidupan terbukti merupakan daya tarik tersendiri. Dia telah kehilangan kedua orang tuanya di usia yang sangat belia. Aku tahu setengah rasanya seperti apa karena aku juga telah kehilangan ibuku saat aku masih kecil. Mungkin itu salah satu penyebab aku tumbuh menjadi sosok yang introvert dan pemalu akut. Akan tetapi, dia berbeda. Dia tumbuh ekstrovert yang senang menarik perhatian orang – orang disekitarnya. Dia selalu tersenyum secerah mentari. Dia selalu bersemangat dan pantang menyerah.
Ku kira kekuatan ajaibnya itulah yang sanggup mencairkan hati sedingin Uchiha dan menjadi karib seorang Sasuke yang dikenal sebagai manusia paling angkuh se Konoha Gakuen. Seorang Shikamaru, si jenius dari klan Naara pun sering tak berkutik saat menghadapi si pemilik senyum secerah mentari itu. Ssstt.. jangan bilang – bilang ya, bahkan akhir – akhir ini aku sering merasa Neji-niisan jadi lebih hangat dan penyayang karena bergaul dengan manusia nyentrik yang satu itu.
Oh? Kalian bertanya mengapa aku bisa tahu banyak tentangnya? Hahaha, gini – gini aku sudah menjadi stalker-nya selama setahun penuh semenjak aku menginjakan kaki di Konoha Gakuen. Dan memiliki sahabat seorang Karin Uzumaki yang notabene adalah sepupunya tentu memberikan manfaat tersendiri. Hehehe...
Why do birds suddenly appear everytime you are near ?
Just like me they want to be close to you
Why do stars fall down from the sky everytime you walk by?
Just like me they want to be close to you
.
.
.
.
Hehehe! Lagi – lagi aku gagal menyembunyikan senyum cerahku sore ini. Akhirnya aku berkesempatan untuk dapat melihatnya di luar sekolah. Kyaaaa! Eh? Ehem, ehem... Well, maksudku tak ada salahnya bukan bila tanpa sengaja bisa bertemu dengannya disni, di rumahnya.
Rumahnya ?
Well, rumah tempat si doi dan Karin tinggal lebih tepatnya. Karin dan dia memang tinggal di rumah Kakek dan Neneknya di Konoha karena orang tua Karin juga telah tiada beberapa tahun yang lalu.
Hari ini Karin merengek memintaku berkunjung ke rumahnya sepulang sekolah. Orang serame Karin memang tidak bisa menolerir kesepian secuil pun. Kakek dan Neneknya sedang ada urusan di luar kota. Sepupu tersayangnya biasanya baru akan pulang menjelang malam setelah main ke tempat Sasuke-senpai. Praktis dia akan kesepian di rumah sebesar ini. Alhasil aku diseret berkunjung dengan motif mengerjakan tugas Biologi yang super sulit itu bersama – sama. Yaah... sembari ngerumpi tentu saja.
Aku memang telah beberapa kali berkunjung ke tempat Karin. Beberapa kali juga aku bertemu dengan orang itu disana. Entah saat tanpa sengaja kami berpapasan di dapur atau kebanyakan sih saat aku akan pulang dan dia yang baru saja pulang ke rumah. Kami hanya berpapasan dan kadang – kadang saling melempar senyum. Just it! Malu tingkat dewi selalu memaksaku untuk segera ambil langkah seribu sebelum dia mengucapkan sepatah kata. Hahh... Bahkan aku hampir optimis dia tak tahu namaku.
"Aaargghh, aku tak sanggup mengerjakan lagi Hinataaa!" kata Karin, merebahkan diri di karpet merah kamarnya dan berguling – guling frustasi.
Aku hanya tersenyum menanggapi.
"Gila! Kakashi-sensei kalau memberi tugas memang nggak tanggung – tanggung! Seratus soal dan harus di kumpulkan lusa! Yang benar saja!" katanya bersungut – sungut.
"Hehe, sudahlah Karin-chan! Seperti tidak tahu Kakashi-sensei saja. Setidaknya tugas kali ini boleh dikerjakan berkelompok dua orang kan? Tak terlalu buruk," kataku sambil mengedikkan bahu, masih tetap mengerjakan soal – soal Biologi yang seperti tidak ada habisnya itu. Well, honestly lama – lama soal – soal itu memang bikin aku mual. Sedikit.
"Ahhh, kau selalu saja terlalu positif Hinataaa! Pokoknya aku sebel sama sensei Biologi nan hentai itu !"
"He,hentai ? Aih, Karin-chan jangan berlebihan!"
"Ihh, beneran Hinata, aku sering memergokinya membaca Novel aneh Rated M++ yang judulnya ehm... Icha – Icha apa gitu aku lupa,"
"Haha, benerkah? No comment deh. Ehm.. Nee, Karin-chan, a,ano..." Duh ,tanya nggak ya ? Tapi aku penasaran! "Ehm... se,sepupu mu tidak ada di rumah Karin-chan?"
"Oh, biasalah dia sedang main ke tempat Sasuke-senpai lagi. Nanti kalau sudah gelap dia juga pulang. Sial! Aku sudah sering merengek agar dia mau mengajakku ke rumah Sasuke –senpai tapi dia nggak pernah mau! Ck, dasar sepupu bodoh nggak bisa diajak kerjasama!" gerutu Karin diikuti sumpah serapah ala Karin.
"Memangnya kenapa Hinata? Kayaknya akhir – akhir ini kamu sering sekali menanyakan sepupu bodohku itu?" tambah Karin dengan mata menyipit ke arahku.
Aduh gawat! Meitantei Karin mode on !
"Ti,tidak kok! A,aku hanya be,bertanya – tanya saja kenapa rumahmu begitu sepi,"
"Benarkah ?"
Ku layangkan tatapan mataku yang menyiratkan kesungguhan tingkat dewi. Semoga.
"Haha, serius amat sih Hinata! Kalau ada udang di balik batu juga nggak apa – apa kok !"katanya sambil mengedipkan sebelah matanya.
Oh crap! Karin dan intuisinya yang tajam setajam silet!
" Su,sudahlah Karin-chan! Oh ya, sepertinya minuman kita berdua habis. Mau ku ambilkan minuman untukmu juga Karin-chan.,"
" Boleh. Kau tentu sudah tahu letak dapurnya kan? Ambil sendiri yaa! Anggap saja rumah sendiri. Hihi... Oh ya, ambilkan juga es krim di kulkas donk Hinata-chan! Aku juga sudah menyiapkan es krim vanilla kesukaanmu lhooo !"
"Oke, aku ke bawah dulu ya?"
Fiyuhh! Setidaknya bisa menghindari interogasi Karin. Sahabatku yang satu itu kadang intuisinya bisa jleb tepat sasaran.
Perlahan mataku menyusuri mansion besar yang indah ini sembari melangkahkan kakiku ke dapur. Aku memang sudah sering di berkeliaran di dapur rumah ini. Kalau Karin lagi kumat males stadium 4-nya akulah yang diminta mengambil minuman dan cemilan sendiri. Terutama jika Jiraiya-jiisan dan Tsunade-baasan sedang tidak dirumah seperti sekarang ini.
Segera kuambil minuman dingin dan dua cup eskrim dari refrigator untuk ku bawa ke lantai dua. Ke kamar Karin. Ehm.. ngomong – ngomong kamar orang itu dimana ya? Mungkin kamar di sebelah kanan kamar Karin adalah kamarnya? Atau yang sebelah kiri? Aku harus menyusun rencana untuk mencari tau! Ehhh?! Apa yang kupikirkan?! Bisa – bisanya aku ber_
" MEONG ! "
Karena terlalu asyik berdialog ria dengan inner-ku, aku tak sadar ada seekor kucing berbulu orange lucu berlari kencang ke arahku. Waaaa! Aku tak sempat menghindar! Kucing itu berlari diantara kaki – kakiku. Aku terlampau kaget dan keseimbanganku yang memang sudah buruk dari sononya memperkeruh keadaan. Titik setimbangku pindah beberapa cm ke belakang sehingga aku terdorong ke belakang. Memundurkan kakiku ke belakang agar aku tidak jatuh sepertinya adalah keputusan yang salah karena aku justru tergelincir. Kakiku tak tepat mengenai anak tangga di belakangku. Oh crap! Saat ini aku berada hampir di anak tangga paling atas. Kalau begini aku bisa jatuh ke belakang dan berguling – guling hingga anak tangga terbawah! Duh pasti sakit! Huwaaaa! Aku memejamkan mata bersiap dengan rasa sakit yang akan menghampiri. Tapi eh?! Kok lantai rumah Karin lumayan empuk? Dan rasa sakit yang sudah kunantikan juga tak kunjung datang.
Aku memberanikan diri membuka mataku yang sebelumnya terpejam erat.
Sepasang lengan berwarna tan melingkar di perutku. Memelukku dari belakang. Menahanku agar tak jatuh.
Satu detik.
Dua detik.
Lima detik.
Waaa! Aku sadar apa yang sebenarnya terjadi. Sedikit tergesa – gesa aku melepaskan diri. Tidak! Tidak! Ini posisi yang berbahaya!
Oh! Aku melupakan satu hal penting. Yep! Apalagi kalau bukan keseimbanganku yang bisa begitu parah! Sekali lagi dia sukses tidak mau diajak kompromi.
Berniat segera melepaskan diri aku melangkah dengan gegabah. Berbalik cepat. Terlau cepat untuk mendapati lagi – lagi kakiku tergelelincir anak tangga dan terjerembab ke dapan. Huwaaaa! Dan_
BRUK
Seseorang berlengan tan sekali lagi menangkapku. Lengannya melingkariku pinggangku. Memelukku demi menahan jatuhku. Aku mendongak. Dan untuk kesekian kalinya aku terjerat di kedalaman iris Blue Sapphire. Seakan bisa kurasakan keagungan semesta raya dalam matanya. Belum pernah aku menatapnya pada jarak sedekat ini. Mata itu seperti Black Hole yang memukau menarikku masuk ke dalamnya. Jauh. Jauh ke dalam.
"Kau baik – baik saja Hinata?"
Suara baritone semerdu beludru terdengar dari tempat nun jauh disana. Aku mengerjap. Oh my! Aku baru menyadari posisiku seperti apa. Tubuh melekat erat dalam dekapannya. Sepasang lenganku melingkar diatas bahunya. Dan wajah ... wajah kami hanya berjarak beberapa cm! Aku mengerjap lagi beberapa kali. Membuka dan menutup mulutku tanpa suara. A-aku tak tahu harus bagaimana?! Tubuhku kaku. Dan bertambah semakin buruk karena penolong yang ada di depanku kini malah tersenyum secerah mentari.
"Kau baik – baik saja Hinata?" ujarnya sekali lagi. Masih tetap tersenyum.
Aku tersadar. Aku segera beranjak menjauh. Namun sepertinya dia tak mau mengulangi kesalahan yang sama. Dia masih memegangi lenganku agar aku tak tergelincir lagi.
"Eitss, hati – hati Hinata! Jangan buru – buru! Kau bisa tergelincir lagi! Ck, kau masih saja ceroboh eh, Hinata-chan" ujarnya sambil memegangi lenganku dan menuntunku berdiri tegap. Dia berada dua anak tangga di bawahku. Itu membuat mata kami sejajar. Aku segera menunduk. Aku tak mau terhipnotis ke dalam matanya lagi dan lagi!
Kurasakan pelan sebuah sapu tangan mengusap – usap kepalaku pelan. Tanpa sadar aku mendongak tapi tetap menghindari menatap matanya langsung. Sambil terkekeh pelan dia mengamati wajahku yang pasti sudah semerah kepiting rebus dan mengusap – usap kepalaku yang basah.
Basah?
Oh! Aku baru sadar minuman dingin yang aku bawa tadi tumpah mengenai wajah dan bajuku. Dan es krim menempel belepotan mengotori seragamku. Ahhh! Biarkan aku mengubur diriku sendiri! Pasti sekarang aku kelihatan berantakan sekali di hadapannya.
"Se-sen-pa-pai... a-aku..."
"Hehe... Tak apa Hinata-chan! Senang bisa menolongmu. Untung kau tidak jatuh dari atas sini! Huh! Si Kyubi memang nakal. Suka berlarian sembarangan! Kau tak apa – apa kan ?"
"I-iya, se-senpai..."
"Syukurlah," ucapnya tersenyum hangat dan meraih tanganku lembut. Dia meletakkan sapu tangan itu di telapak tanganku. Aku menatapnya bingung.
"Kau boleh membersihkan diri menggunakan sapu tangan itu kalau mau. Well, mungkin tak banyak membantu. Sepertinya Karin harus meminjamkan baju untukmu kurasa,"
"Ah, A-arigatou se-senpai,"
"Anytime,"
Jantungku bertalu – talu. Aku hanya bisa terpaku ketika dia mengacak pelan poniku. Aku tak sanggup mengalihkan pandangan dari tatapannya. Blue Sapphire itu bersinar secerah mentari.
I think . . . .
I think I'm in love . . . .
Naruto Namikaze.
.
.
.
Chapter 1 End.
.
.
.
Marhaban ya Ramadhan :D
Akhirnya berhasil publish new story tepat hari pertama puasa, sambil ngabuburit enaknya emang buka ffn
hehehe...
Hope this fic entertaining u guys ! ^^
Saya sedang belajar bagaimana membuat cerita yang bagus dengan diksi yang bagus!
sudahkah sedikit tercapai ?
atau malah membosankan dan terlalu bertele - tele ?
Mohon kritik dan sarannya ! :)
Arigatougozaimasu :)
18.06.2015 pukul 14.55 WIB
Hikarisyifaa
