Naruto milik Masashi Kishimoto
Call Me Maybe song by Carly Rae Jepsen
Not a song fic.
Hey, I just met you,
And this is crazy,
But here's my number,
So call me, maybe?
.
.
1 New Message Received.
From: Orang Gila
Cherry-ku... ^^, Lagi apa?
Sakura memutar bola matanya malas melihat isi SMS yang baru saja dia terima. Diberi nama kontak 'Orang Gila', karena menurutnya nama itu sangat pantas.
Dua tahun terakhir, nomor itu terus meng-SMS-nya. Setiap ditanya 'siapa ini' selalu dijawab 'siapa ya?'. Menyebalkan, memang. Saking menyebalkannya, di bulan-bulan pertama sejak Sakura diSMS, ia sampai tidak membalas sama sekali. Tapi nomor itu terus gencar meng-SMS-nya tanpa bosan.
Sekedar mengingatkan makan, belajar, atau mengejek jidatnya lebar. Sakura iseng membaca kembali beberapa SMS terakhir yang ia terima dari si 'Orang Gila'.
'Cherry, apa kau sudah makan? ^^,'
'Jangan tidur malam-malam, Cherry-ku. (/^^)/'
'Giat belajar ya, sebentar lagi kau lulus. ^o^'
'Cherry, apa kau merindukanku? \(^^,)\ maaf baru SMS kamu, belakangan aku sibuk.'
Cih, siapa peduli! Batin Sakura empet. 'Orang Gila' ini pastilah pemuda pecicilan seperti Naruto, dilihat dari cara SMS-nya. Omong-omong soal Naruto, Sakura sedikit curiga kalau memang yang SMS adalah Naruto. Pasalnya, tak jarang Naruto menggoda Sakura kalau berpapasan di mana saja.
Masa sih, pecicilan-boy itu? Um, mungkin saja. Lihat tuh sms yang penuh emot gaje begitu. Sakura membatin.
Bel terdengar. Beberapa anak berhamburan masuk. Ini adalah hari kedua class meeting setelah ujian nasional. Pelajaran sudah pasti kosong dan diisi dengan kegiatan pertandingan-pertandingan olah raga antar kelas. Para murid masuk ke kelas hanya sekedar untuk mengabsenkan diri.
Seorang cowok berambut emo baru saja masuk dan duduk tepat di depan Sakura. Dalam seketika, jantungnya berdegup kencang. Uchiha Sasuke. Cowok keren seantero sekolah plus kapten basket yang digilai para siswi, termasuk Sakura. Setahun belakangan, semenjak dirinya sekelas dengan Sasuke, Sakura menyukainya, sangat.
"Heh, kalau kau menyukainya. Minta nomornya dong." Bisik Tenten yang baru saja duduk di samping Sakura. "Jangan menatap punggungnya terus."
Rona kemerahan nampak jelas di wajah Sakura. Meminta nomor hape Uchiha Sasuke? Yang benar saja? Mau ditaruh di mana mukanya nanti, kalau sampai nekat meminta nomor hape cowok duluan?
"Kalau kau gak bergerak duluan, kujamin kau menyesal pas lulus nanti. Ingat, ini hari-hari terakhir kita sekolah." Tenten kembali mengompori membuat Sakura menggigit bibirnya, bimbang. Benar juga, kalau ia tak segera mendapatkan kontak si Uchiha tampan itu, bisa-bisa ia tidak akan pernah bertemu dengannya lagi…
.
.
.
.
"Uchiha-san." Sasuke menoleh dengan mengusap rambutnya yang basah karena keringat dengan handuk. Ia habis sparring basket, sekedar pemanasan dengan teman-temannya sebelum pertandingan class-meet dimulai. Dilihatnya kini, seorang cewek kurus berambut pink pendek sedang tertunduk dan menyodorkan kertas dengan kedua tangan si cewek yang diluruskan kedepan, benar-benar diluruskan.
Sementara Sakura? Jangan tanya, kalian pasti tahu, kenapa Sakura menunduk dalam-dalam. Karena kini wajahnya benar-benar sewarna dengan rambutnya.
Aku pasti sudah gila… jerit Sakura dalam hati. Tapi sudah terlanjur basah, menceburkan diri saja sekalian.
"A-aku tahu mungkin ini gila, ta-tapi ini nomor telponku, Uchiha-san. Mu-mungkin kau bisa menelponku sewaktu-waktu." Ujar Sakura tergagap-gagap dengan kertas bergetar di genggamannya. Ia masih enggan mengangkat kepala, terlalu takut untuk mencari tahu bagaimana reaksi cowok yang disukainya itu.
Jantungnya berdegup kencang, saat kertas itu tertarik dari tangannya yang gemetar. Dengan ragu-ragu ia pun mengangkat wajahnya. Mendapati Sasuke menatap datar kertas lecek—efek ia genggam terlalu erat saat gugup—dengan pandangan datar. Sakura masih was-was.
Iris kelam cowok itu kini beralih pada Sakura, sontak saja membuat Sakura kikuk setengah mati. Pandangannya gak nahaaaan. Datar, nusuk!
"Percaya diri sekali kau." Gumam cowok itu pada akhirnya, membuat Sakura lemes seketika. Penolakkan secara tak langsung-kah?
Kertas tak berdosa itu melayang ke tanah begitu saja, seolah juga membawa jiwa Sakura. Telapak kaki Sasuke yang terbungkus sepatu basket itu pun menginjak kertas tadi. Membalikkan badan, beranjak meninggalkan Sakura.
Sakura merasakan lutut-lutut kakinya kehilangan tenaga, rasanya ia ingin jatuh ke tanah, kalau perlu mendem sekalian. Nyeseeeek sekali.
"Aku sudah hapal nomormu. Tunggu aku sepulang sekolah. Aku akan menelponmu." Kata Sasuke menoleh sebentar dan kembali melanjutkan langkah meninggalkan Sakura yang gak jadi mendem di tanah!
Hue? Sudah hapal? Dalam sekali baca? Benar-benar Uchiha. Batin Sakura sambildance Happy Rotation a la AKB 48. Tapi sudahlah, yang penting Sasuke bilang akan menelponnya! Sepulang sekolah! KYAAAAAAAAAA!
.
.
.
.
FIN
Yihaa! Ngobok2 folder terpelosok di netbuk... dan tadaaa! Dokumen lama yang pertama kali ditulis pas denger lagu Call Me Maybe. Gaje? Sudah pasti. xD [edited!] thanks for Poetry Celemoet yang udah ingetin aku panggilan yang cucok buat Saku muahmuahmuah #dorr
Omake.
Sakura menggerutu, layar ponselnya terus bergetar dengan tulisan 'Orang Gila is calling…'. Ia sedang berdiri di dekat gerbang sekolah yang sudah sepi.
Akhirnya Sakura memutuskan untuk mengangkat saja. Dari pada nanti Sasuke nelpon jadi gak masuk gara-gara orang ini. Batin Sakura.
"Halo! Kau, siapa pun kau! Jangan telpon sekarang! Nanti malam saja ya! Bye!" ucap Sakura dalam satu tarikan nafas dan langsung dimatikan tanpa menunggu jawaban si 'Orang Gila'.
Drrrrt drrrt drrrt.
"Astaga~!" ponsel bergetar lagi, membuat Sakura gemas—terpaksa mengangkatnya. "Ada apa lagi sih?!"
"Woah. Kau galak dan cempreng, Cherry."
"Sudah nanti saja telponnya!"
"Hei Cherry, lihat kebelakangmu."
"Kau i—ah… apa?" reflek Sakura membalikkan badannya…
.
.
.
Genjreeeeng!
.
.
.
Sasuke Uchiha tersenyum miring—demi Kami-sama! Sakura bahkan tak pernah melihatnya tersenyum seperti itu disekolah—sedang berjalan ke arahnya sambil menurunkan ponsel dari telinganya.
.
.
"Akhirnya kita ketemuan juga, ya, Cherry?"
.
.
.
"Gak mungkin…!"
.
.
Orang Gila yang dua tahun ini mengganggku...
—beserta emot-emot lebaynya...?
