Kaffein © UchihaMaya Naruto © Masashi Kishimoto Warning: Canon. OOC. Typo(s). Gaje(s).

"Kau itu kaffein."

Ia menghela nafas, kemudian mengangkat cangkir porselen putih berisi cairan hitam kental. Mendekatkan tepi cangkir kebibir, siap mengecap cairan pekat tersebut.

"Apa maksudmu?"

Iris biru itu berkilat tak senang, nada suara yang digunakan terasa sinis menusuk. "Kau mengolokku?"

Sang pemuda, dengan gesture malas dan tak perduli, meletakkan kembali cangkirnya diatas meja. Mengacuhkan pelototan kekasihnya.

"Bukan begitu, mendokusei."

Pemuda itu balas menatap gadis didepannya. Nara Shikamaru lagi-lagi menghela nafas. "Kau itu benar-benar kaffein."

"Shika~ aku tahu kau itu pemalas. Tapi aku tidak pernah tahu jika kau suka mengolokku!" Pekik gadis itu, Sabaku Temari, dalam satu tarikan nafas. "Demi tuhan, kau mengundangku ke Konoha hanya untuk ini?"

Gadis itu nyaris menyambar kipas besar yan ia sandarkan didinding dekatnya duduk. Ingin sekali mengibas pemuda jenius didepannya ke Ame, mungkin hujan bisa menormalkan otak Shikamaru.

Lagi-lagi, helaan nafas terdengar. "Bukan begitu, Temari." Pemuda itu menatap liquit hitam didepannya. "Aku bukan mengolokmu_"

"_kau sedang melakukannya, Tuan Rusa!" Lagi. Gadis itu memekik, membuat beberapa pengunjung menoleh kearah pasangan itu.

Shikamaru menatap bosan kekasihnya yang berapi-api, antara tidak peduli dan terbiasa dengan tingkah polah gadis cantik yang sumbu kesabarannya tidak lebih pendek dari ujung jari.

Bukan Nara Shikamaru namanya jika takut dengan ledakan amarah kekasihnya. Dengan santainya, ia mengangkat cangkir kopi miliknya.

"Kau itu kaffein," pemuda itu mengabaikan rengutan Temari, "membuatku tak bisa tidur, padahal tidur bagiku sama saja dengan bernafas."

Temari diam mendengar penjelasan Shikamaru.

"Kau itu kaffein," mata pemuda itu tak lepas dari cangkirnya, "membuatku berhalusinasi. Melihat seolah kau ada disini, padahal aku tahu pasti kau berada di Suna."

Pemuda itu menghela nafas untuk yang kesekian kalinya hari ini.

"Kau itu kaffein, Temari, merasuk dalam pembuluh darahku dan membuatku terus menginginkanmu, meski aku paham hal itu hanya akan merepotkanku."

Shikamaru mendekatkan cangkir itu kebibirnya, kemudian menyesap cairan itu perlahan. "Jadi aku memintamu tinggal disini, di Konoha, supaya aku tidak lagi berhalusinasi serta khawatir jika nanti kau dan aku mungkin saja tidak bersama."

Pemuda itu mencurahkan seluruh atensi pada gadis didepannya. "Tinggalah disini, bersamaku, agar kau tak lagi menjadi kaffein, tapi menjadi bagian dari nafasku, hidupku."

Shikamaru meletakkan cangkirnya yang telah tandas, kemudian menyodorkan anak kunci diatas meja, kunci rumahnya.

"Maukah kau?"

OWARI

ShikaTema kedua saya. Maaf jika ada kesalahan disana-sini. Saya pernah baca, di Jepang kalau ada lelaki yang memberikan kunci tempat tinggalnya pada seorang gadis itu sama saja dengan lamaran, secara informal tentu saja.

Akhir kata, bersediakah meninggalkan jejak dikotak review?