Sebelumnya saya tidak tau siapa mereka 'yang berperan dicerita ini' saya hanya menulis yang ada dipikiran saya dan yang saya inginkan. Nama-nama mereka dari hasil pemikiran saya sendiri, cerita mereka saya ambil dari beberapa video, dan lain-lain.
Judul AVERY adalah pembatas dalam artian di Anglo
Jika ingin membaca silakan dan akan senang.
Dan selamat membaca. Dan tinggalkan sesuatu di kotak review. Thanks so much.
Alyssa bukan gadis pintar apalagi cerdas, ia hanya gadis biasa yang bosan pada penjelasan dosennya tentang segala jenis kepribadian orang, bukan merasa pintar atau sejenisnya tapi sungguh ia sudah mempelajari materi itu ketika duduk di sekolah menengah. Sedikit tambahan, Alyssa telah tertarik dengan Psikolog dari umur 15 tahun sedangkan gadis itu kini telah menginjak 20 tahun beberapa bulan lalu.
Keributan di lapangan menarik perhatiannya, yang dimana duduknya selalu di dekat jendela. Disana ada seorang lelaki membawa ranselnya yang lecek dipunggung, Alyssa mengeriyit ketika ia melihat pemuda itu berdebat dengan perempuan? Oh oke mungkin itu yang namanya cinta. Alyssa hanya tersenyum masam, cinta itu drama dan dia tidak menyukai drama tentang cinta. Menggelikan pikirnya. Salam dari dosennya adalah penutup, Alyssa segera mengambil tasnya dan keluar ruangan.
Alyssa adalah tipe gadis yang mudah penasaran dengan sesuatu. Maka dari jaraknya sekarang Alyssa dapat melihat rupa pemuda itu, tinggi, putih, hidung mancung, dan hm... sempurna. Pantas saja, gadis didepannya bersikeras tidak ingin diputus oleh pemuda itu. Dan ya Alyssa mulai ikut campur dengan pedebatan cinta. Tapi mungkin hanya sebatas itu karena gadis itu segera berlalu melewati punggung pemuda itu, tidak bukan hanya sesimpel itu karena dengan cepat tubuhnya ada dipelukan pemuda yang kini menyeringai.
"Kau lihat aku adalah pemain perempuan", dan setelahnya dengan gratis Alyssa mendapat ciuman bibir menyebalkan dari pemuda yang tidak ia kenal. Hanya dua detik.
"Tidak! Kau bukan pemuda seperti itu! Aku tau siapa dirimu! Berhentilah Alex! Jangan seperti ini", rintih gadis yang tidak bisa dikatakan main-main dengan wajahnya terdengar. Bahkan Alyssa cemburu pada wajah gadis itu, cantik. Mungkin bisa dikatakan wajah seperti keturunan arab. Namun bukan itu poin pentingnya karena Alyssa kembali dapat merasakan ciuman gratis lagi dibibirnya dari pemuda yang kini melumat bibirnya beberapa detik.
Setelah ciuman itu selesai, Alyssa tidak melihat gadis arab yang berdiri didepannya. Pergi adalah tentu, siapa yang kuat ketika pacar atau mantan pacarmu ciuman dengan gadis lain. Sakit hati tercabik-cabik terbakar dan kata-kata menjijikan lainnya yang Alyssa tidak sukai.
Alyssa melepaskan pelukan pemuda itu, ia tidak mempermasalahkan ciumannya yang diambil Cuma-Cuma untuk mendukung akting pemuda itu. Ia juga tidak membutuhkan penjelasan karena dirinya telah tau yang terjadi. Pergi adalah langkah yang tepat.
Yang Alyssa sayangkan adalah ia tidak melihat sedikit pancaran rasa kagum dari pemuda itu. Pikiran pemuda itu adalah bagaimana bisa seorang gadis tidak protes, marah ketika bibirnya telah dicium dua kali. Tapi yeah rasa itu hanya sekejap, pemuda itu menyeringai dan berlalu.
##################
Matahari mulai redup di ujung barat, yang berarti dimana Alyssa harus segera pulang ke Flatnya, atau paman dan bibinya yang berkunjung setiap hari tidak akan menemukannya dan hal itu akan membuat mereka khawatir. Jalur pulang ke-flatnya seperti biasa adalah gang, ia tidak menyukai melewati jalan raya dan pintu gerbang besar yang menunjukkan bahwa dirinya tinggal di Flat mewah pinggiran kota. Ia hanya tidak suka menunjukkannya, padahal pamannya sudah berulang kali mengatakan bahwa gang bukan pilihan baik untuk pulang ke flatnya. Gang kecil berbahaya, akan banyak kejahatan disana. Tapi dia Alyssa, hanya mengatakan jangan khawatir aku bisa menjaga diri dan cukup membuat pamannya bungkam dengan senyum.
Buktinya hingga saat ini Alyssa baik-baik saja.. untuk saat ini.
Gadis itu dengan sayup mendengar langkah kaki berlari dari sisi belakangnya. Hingga beberapa detik kemudian ia ditarik dan untuk kedua kalinya ia dipeluk tiba-tiba. Alyssa cukup terkejut, gadis itu ingin melepaskan diri namun suara deru nafas yang cepat dan suara berat menghentikannya. "Tolong sebentar saja".
"Dimana dia?! Sialan!". Pemuda itu merapatkan pelukannya dan menunduk dileher Alyssa ketika beberapa orang terdengar dari belakang mereka. Nafasnya yang tidak beraturan dan cepat membuat rasa ngilu tersendiri di leher Alyssa.
Beberapa orang itu telah berlari menjauh, pemuda itu melepaskan pelukannya dan tersenyum. "Maaf cantik dan terima kasih". Dan terakhir sebelum pergi Alyssa mendapat ciuman dipipi kirinya, gadis itu merutuk untuk harinya ini.
###
Paman dan bibinya telah ada di flatnya, pamannya ada diruang tamu sedangkan bibinya ada di dapur. Bau menyengat makanan menusuk hidungnya, tanpa menyapa pamannya Alyssa segera pergi ke dapur untuk menyapa bibinya terlebih dulu.
Dari tempatnya berdiri, bibi Juli tersenyum senang melihat gadis yang ia sayangi duduk tersenyum menatapnya. "Sudah lapar Alyss?".
"Tentu bi, aroma masakanmu selalu membuatku lapar". Bibi Juli tertawa keras, yang menarik perhatian Paman Bobby masuk ke dapur. "Alyssa kau terlambat".
Gadis itu mengangguk, "Maafkan aku paman, ada beberapa kasus kecil tadi".
"Kasus seperti apa itu jika boleh paman tau". Tanyanya penasaran, Paman Bobby selalu seperti itu mengintimidasi dan memojokkan. "Hanya kasus kecil tentang kepribadian orang sekarang paman".
Jika sudah seperti itu pria yang telah berumur 45 tahun lebih itu mengerti bahwa sekarang ini Alyssa lelah dan ingin segera makan. Karena Alyssa biasanya bukan gadis seperti ini didepan mereka. "Baiklah, makanlah dulu". Alyssa mengangguk semangat, ia mengambil piring dan beberapa lauk kemudian memakannya dengan kidmat.
Di keheningan mereka, pria tua itu berdehem pelan. Paman Bobby meletakkan alat makannya di piring. "Alyssa kami harap kau bisa menjaga diri untuk beberapa bulan".
Gadis itu bungkam, ia menatap heran pada pamannya dan bibinya bergantian. "Kami akan tinggal di Sydney beberapa bulan". Mungkin ini yang ia takutkan, jauh dari kedua orang yang telah ia anggap orang tuanya sendiri semenjak orang tua aslinya meninggal 17 tahun lalu. Mereka memang tidak tinggal satu rumah dikarenakan kampus Alyssa jauh dari rumah paman dan bibinya hingga dirinya meminta ijin tinggal di flat. Namun saat ini bukan itu masalahnya, jauh dalam artian beda negara, bermil-mil, dapat bertemu hanya dengan alat komunikasi.
Gadis itu mengangguk, ia kembali memakan makannya yang tinggal beberapa suap. "Jadi kapan kalian berangkat?".
"Malam ini". Bibinya menjawab pelan, namun cukup jelas terdengar oleh Alyssa. Gadis itu berdiri, "Baiklah aku akan mengantar kalian ke bandara".
Sebelum ia menjauh dari dapur, Paman Bobby mengatakan dengan berat yang membuat Alyssa kecewa. "Tidak, kau di flat. Belajar. Dan kami akan pergi diantar sopir".
Yang Alyssa pelajari sejak kecil dari pamannya itu adalah bagaimana pria paruh baya itu berucap, kuat, tegas dan tidak ingin dibantah. Maka Alyssa mengangguk dan berbalik, ia memeluk pamannya erat dan bibinya dengan menahan air matanya.
"Kami tidak akan lupa menghubungimu Alyss, jangan lupa makan, bibi telah mengajarkanmu cara memasak bukan? Sekaranglah saatnya kamu menjadi wanita mandiri anakku". Bibi Juli tersenyum, kemudian berjalan menyusul Paman Bobby yang telah berjalan lebih dulu. Alyssa sudah hafal dan tau sikap mereka. Mereka tidak mudah mengekspresikan rasa sayang mereka, namun cukup dalam hati.
###
Hari ini sudah hari ketiga ketika paman dan bibinya pergi, hidup Alyssa baik. Ia bahkan makan dengan teratur, dan tidak pernah lupa dengan pesan pamannya. Belajar. Namun bukan berarti harus belajar setiap hari tanpa henti. Alyssa kali ini mengantri di loket pembelian film untuk bioskop. Dia tidak biasa di keramaian, namun apa salahnya mencoba sesuatu yang berbeda. Meninggalkan titik nyamannya adalah rencana Alyssa.
Gadis itu telah duduk di tempatnya. Tanpa mempedulikan sekitarnya, ia memakai henset. Dan fokus ke depan layar. Beberapa jam terlewat dengan nyaman. Gadis itu sedikit tersenyum dengan akhir kisah film yang ia tonton. Kisah orang tua dan anaknya.
"Kau gadis unik ya". Alyss menoleh ke samping, disana ada pemuda yang duduk menghadap layar yang menampilkan warna gelap. Pemuda itu kemudian menoleh ke arahnya menyeringai. "Hai".
Alyss mengabaikannya, ia segera berdiri dan melangkah menghiraukan pemuda itu. "Namaku Alex... Alyssa". Gadis itu berhenti sejenak sebelum pergi.
-Tbc-
