Cerita ini original milik penulis a.k.a Chanie (chaniethor)

Cerita ini merupakan fanfiction, tidak bermaksud menjelekkan pihak manapun. I Love BTS :*

BTS Fanfiction

Polar Opposite

Hukum kutub yang berlawanan adalah tarik-menarik, bukan tolak menolak.

[1]

Tidak mau. Dia tidak mau yang namanya dianggap lemah atau tertindas. Dia tidak mau berpangku tangan. Dia punya derajat, harga diri yang tinggi.

Nama marganya Min, barang pasti bukan sembarang orang menyandang nama ini. Darahnya mengalir sejarah, keagungan dan kehormatan yang hakiki dari penguasa lama. Dia adalah salah satu keturunan Min yang berharga diri tinggi. Keturunan Min yang paling genius, penguasa selanjutnya, yang sangat disegani keluarga besarnya. Anak dari Min Taemin, tuan besar pemegang perusahaan keluarga, juga satu-satunya anak yang berstatus omega.

Kasta dunia sudah bukan barang baru jika terjadi mispersepsi satu sama lain jika dikaitkan dengan status ABO dan derajat keluarga. A atau alpha dikenal sebagai penguasa, B atau beta dikenal sebagai warga biasa, dan O atau omega dikenal sebagai yang paling lemah di antara mereka. Maka dari itu, perpecahan akibat beda takdir dan garis keturunan ini bukanlah hal baru. Akan tetapi, masih saja menjadi momok masyarakat.

Karena, garis keturunan adalah bentukan sosial dan takdir adalah jalan kehidupan.

Siapa yang lebih kuat, semuanya sudah tahu jawabannya.

Akan tetapi, manusia tidak lepas dari sifat pemberontaknya. Tidak semua orang menerima, pasrah begitu saja. Kebanyakan dari mereka adalah kaum omega dan alpha, yang jelas berlainan kutubnya—kaum beta lebih sederhana, karena hidup mereka tidak perlu ujian besar seperti kaum yang lain.

Alpha yang terlahir dari keluarga rendah, pasti akan mempunyai kemungkinan besar menolak kehidupannya dan berjuang dengan sifat penguasanya untuk mencapai kesuksesan yang lebih tinggi. Omega pun demikian.

Omega yang terlahir dari keluarga kaya, tidak akan dengan mudah merendahkan harga dirinya hanya untuk sekedar menungging pada Alpha. Mereka akan mempertahankan kasta keluarga, memunculkan sifat pemberontaknya. Maka, hal ini cukup sulit jika omega terlahir dalam keluarga yang tidak berada.

Akan tetapi, Min Yoongi adalah omega yang kaya raya, disegani, dan calon penguasa berikutnya. Dia bukan omega yang kepalanya di bawah. Dia menengadah, membusungkan dada dengan semua harga diri yang ada. Min Yoongi, selama 20 tahun kehidupannya bukanlah sosok yang lemah. Dia omega yang kuat.

Alpha mungkin bisa kalah dengan omega, sekalipun omega itu dalam keadaan Heat, tergantung seberapa kuat 'pertahanan' omega itu. Akan tetapi, lain halnya dengan alpha yang merupakan 'mate'nya. Alpha yang merupakan 'mate' seorang omega tidak akan pernah lebih lemah dari omeganya.

-Polar Opposite-

Pagi itu adalah pagi pertama di semester baru yang ada di musim semi. Suhu udara masih dingin, tapi lebih hangat karena sudah ada matahari. Beberapa pohon juga sudah berdaun lagi, menandakan siap berfotosintesis untuk musim selanjutnya.

Pagi itu, seharusnya Min Yoongi sudah sampai di kelasnya. Jika saja Mamanya tidak menghalangi, Yoongi barang pasti sudah tidur-tiduran di mejanya untuk menunggu Seokjin datang dan mengoreksi pekerjaannya.

"Tidak, kamu tidak boleh masuk hari ini."

"Oh, ayolah, Mom. Hari ini aku ada pre-test. Professor Shin sudah memberitahu kelasku kemarin sore. Aku harus berangkat."

Min Taemin, seseorang yang dipanggil 'mom' itu hanya menyilangkan tangannya di dada sembari menatap tajam putra kesayangannya dalam diam. Ya, Min Taemin adalah seorang 'Mama' dan juga pemimpin perusahaan keluarganya. Suaminya sudah tiada, akibat sebuah kecelakaan besar yang merenggut nyawa.

Di seberang tempat duduknya, Min Yoongi, putra kesayangannya berdecak kesal tiap kali Taemin tidak menanggapi. Oh, dia sungguh kesal kalau urusan dengan kuliahnya terganggu. Dia tidak suka nilai yang buruk. Dia tidak suka IP rendah.

"Mama, kumohon. Aasshh.. Yoongi sudah menggantikan Mama di puluhan rapat minggu ini. Izinkan Yoongi berangkat kuliah, Yoongi mau kembali ke kehidupan muda Yoongi." Anak laki-laki dengan undercut hitam legam itu merenggut lagi. "Yoongi sudah minum suppressantnya! Aih, lihatlah. Para butler alpha juga tidak ada yang tergoda!"

Min Taemin ikut melirik sekitar, menatap barisan butler alphanya yang berjejer di antara butler dan maid yang berbaris di belakang. Taemin menghela napas, lalu melemparkan sebuah kotak berisikan suppressant suntik kepada anaknya.

"Aku tidak perlu ini, sungguh. Beri aku para beta Mama saja, aku aman."

"Kau butuh lebih dari itu, Yoongi."

"Aku punya Seokjin, Mom!"

"Seokjin itu omega!"

"Aku punya Jungkook!"

"OTAKMU DI MANA, YOONGI?! JUNGKOOK ITU ALPHA! SUDAH JANGAN BANTAH LAGI!"

Min Taemin menarik napas panjang, lalu mengeluarkannya pelan-pelan. Dia membuka mata, mengunci mata bocah kandungnya yang sudah berusia 20 di depannya. "Turuti Mama, atau Mama akan kirimkan alpha untuk menandaimu segera."

"Aishh, Shit! Ya! Ya! Aku turuti. Aku akan bawa kotak sialan ini!"

Taemin melihat putranya itu berdiri, berjalan mencak meninggalkan tempatnya duduk sekarang ini. Para butler beta yang dia beri titah sudah pergi mengikuti, Taemin kemudian menghela napasnya.

Mereka mungkin mengenal Yoongi sebagai omega terkuat setelah dia, tapi perjuangan mempertahankan hal itu bukanlah hal yang mudah. Karena mereka kaya, mereka bisa mengatur semuanya sehingga mereka bisa aman dari segala ancaman alpha. Mereka membangun pertahanan, memanfaatkan semua yang bisa dijadikan tameng untuk melindungi mereka sehingga aktivitas heat—batu sandungan utama kehidupan mereka- tidak akan mengganggu pekerjaan.

"Aku minta kalian tidak terlalu dekat dengan Yoongi selama 10 hari ini," ucap Taemin, kembali menghela napas lagi. "Kalian tentu tahu seberapa panjang heat bocah yang satu ini."

-Polar Opposite-

Kepalanya pening, dan tubuhnya sangat tidak nyaman sekali. Yoongi jelas sadar betapa takdir menuntutnya untuk lebih lemah dan menikmati peristiwa ini. Heat adalah momen di mana seluruh selnya menginginkan pemujaan dan dimanja. Hasrat itu bisa membutakan Yoongi. Akan tetapi, Yoongi bukanlah omega yang lemah.

Sejak pertama kali heatnya di kelas dua SMP, dia sudah memastikan otaknya tidak akan diambil alih karena heatnya. Logikanya menang, begitu istilahnya. Baginya, heat adalah lonjakan nafsu. Ada banyak suppressant yang diciptakan untuk meredakan nafsu tersebut. Yoongi tidak akan menyia-nyiakannya, dia memanfaatkan semuanya hingga dosis yang kini selalu dia nikmati setiap heatnya tiba.

Dia terlatih, dan punya tekad yang kuat. Dia ingin menjadi omega yang kuat.

"Yoongi-ya, kau heat di awal musim? Wah, kau benar-benar minta kawin."

"Tutup mulutmu, Jackson. Menyingkirlah dari kursiku." Jackson berdecak, tapi masih duduk di sana. Di sebelah meja Yoongi, tidak takut pada butler yang berbaris yang siap menghabisinya kapan saja. "Jack.."

"Supressant nomor 13 Y, kau berhasil membuat baumu tidak memukul saraf beta, Yoongi. Tapi, aromamu jelas menunjukkan masa heatmu. Oh, kali ini sedikit seperti vanilla—aduh! Iya, iya,aku pergi."

Yoongi memukulkan bukunya pada kepala Jackson, lalu kembali menenggelamkan wajahnya di atas meja. Jackson itu beta, tapi seperti omega. Dia banyak bicara, menyebalkan seperti mamanya.

Beberapa saat kemudian, anak-anak kelas mulai mengisi kursi-kursi kosong. Yoongi masih merasa pening. Para butler beta duduk di sudut kelas, masih mengawasi. Yoongi menghela napas, kemudian matanya melihat Seokjin datang dengan sang kekasih.

"Oh, shit, Yoongi."

Kekasih Seokjin berhenti sebelum sampai di barisan meja mereka, membuat Yoongi tertawa sinis. Namjoon namanya, teman SMA Yoongi yang juga kekasih sahabatnya—Seokjin. Dia seorang alpha, matenya Seokjin.

Namjoon sudah berhenti di meja yang ada di depan barisan meja Yoongi,sementara Seokjin terus berjalan ke arahnya. Seokjin meletakkan tasnya di sebelah Yoongi, langsung meraih kening Yoongi yang ditutupi beanie.

"Kenapa kau masuk, Yoongi-ah?" Seokjin bertanya, tapi mata Yoongi tidak menatapnya, malah melihat Namjoon yang sudah memasang masker dua lapis dari dalam tasnya. Yoongi menghela napas, menyadari ada beberapa anak alpha yang lain yang melakukan hal yang sama seperti yang Namjoon lakukan.

"Hari ini ada pre-test."

"Heatmu sangat panjang, kau tahu? Kau harusnya istirahat di rumah. Kau bisa sakit nanti," ucap Seokjin sembari memberikan sapu tangan untuk mengusap peluh di wajah Yoongi. Oh, wajah Yoongi sudah merah sekali. Seokjin yakin dia pasti sangat pusing. "Pulang saja, ya?"

"Aku sudah pernah seperti ini, hyung."

Seokjin menggeleng, mengambil sebuah buku tipis untuk mengipasi Yoongi. "Ya, tapi berisiko sekali. Kau menyiksa diri namanya, Yoongi."

"Carikan dia mate saja, Jin-ah." Seokjin menoleh cepat, menatap Jackson yang menyahut jenaka. "Ah, sayangnya anak alpha di kelas ini sudah punya mate semua."

"Kau cari mati, Jack."

Seokjin menghela napas, mengusap bahu Yoongi yang naik turun dengan cepat. Seokjin menoleh ke belakang, para butler beta keluarga Min sudah siap siaga mengawasi tuannya. Ah, Yoongi ini keras kepala sekali. Seokjin malah ingin menangis membayangkan betapa tersiksanya dia.

"Kau tidak usah ikut kerja kelompok sore ini, ya? Kau tidak boleh bertemu Jungkook juga, dia kan alpha. Lagipula, Namjoon pasti menolakmu mati-matian untuk bergabung hari ini, Yoongi-ah."

Seokjin mengusap bahu Yoongi, mengelap tengkuknya yang memerah. Belum ditandai, masih halus tapi tanpa pertahanan sama sekali. Yoongi menolak mengenakan choker besi yang biasa dipakai omega di usia mereka yang belum ingin ditandai. Kelihatan lemah, katanya.

"Katakan maafku pada Jungkook, hyung. Aku tidak bisa membantunya hari ini."

Percakapan mereka berakhir ketika penanggung jawab mata kuliah mengintruksikan sesuatu. Anak-anak kelas berdiskusi singkat, tanpa Yoongi tentunya. Yoongi hanya melihat sekilas, beberapa anak omega dan alpha berbalik menatapnya sambil berdiskusi sesuatu.

Ketika Yoongi baru mulai akan terlelap, Seokjin menepuk bahunya sedikit lebih keras. Seokjin membangunkannya, memintanya untuk pindah ke kursi paling belakang. Yoongi menurut saja, mengangkat barang-barangnya dengan sedikit sempoyongan. Seokjin memapahnya hingga duduk ke barisan tersebut.

"Kau tidurlah dulu. Nanti kalau pre-testnya dimulai, aku bangunkan. Oke?" Yoongi mengangguk, kemudian menerima obat tidur dari Seokjin.

Sekilas, Yoongi menatap sekitar dengan matanya yang nanar. Barisannya pada di barisan terakhir, dengan kesemuanya omega dan beta. Barisan keduanya semuanya beta. Anak-anak alpha berada di barisan yang lebih jauh lagi. Yoongi menatap Seokjin sejenak sebelum menjatuhkan kepalanya di atas meja untuk terlelap.

"Iya, hari ini ada kelas gabungan dari Professor Shin."

Setelah itu semuanya gelap. Efek obatnya bekerja, Yoongi terlelap dalam pengaruhnya.

Seokjin menghela napas, segela menyelimuti Yoongi dengan beberapa jaket yang dikumpulkan anak kelas untuk mengurangi bau heat Yoongi. Seokjin mengusap surai lembut sahabatnya ini.

Ah, dia benar-benar dihormati. Setajam apapun ucapannya, Yoongi tetap dilindungi dalam situasi seperti ini. Hampir tiga tahun satu kelas dengannya mungkin juga menimbulkan reflek 'rasa hormat' itu terjadi. Ketika berdiskusi tadi, mereka langsung mengingatkan penanggung jawab akademik tentang heat Yoongi dan membentuk barisan duduk seperti sekarang ini. Anak alpha dijauhkan dari Yoongi, menjadi pembatas kelas mereka berdua sementara beta dan omega berada di dekat Yoongi.

Beberapa anak kelas lain itu berdatangan kemudian, sehingga kursi kosong di depan terisi semua. Yoongi masih terlelap ketika Professor Shin datang.

"Apa kau tidak ingin membangunkannya?" Seokjin menoleh pada Miri, gadis omega yang duduk di sebelah Yoongi, lalu menggeleng.

"Sepertinya hari ini tidak jadi pre-test," tukas Seokjin.

Benar saja. Professor Shin membatalkan pre-test hari ini dan segera memulai kelas gabungan yang dia jadwalkan. Seokjin menghela lega, begitupun anak kelasnya. Mereka bersyukur Yoongi tidak perlu bangun sehingga bisa beristirahat dalam pengaruh obat tidur lebih lama.

"Jinnie-ah…"

Panggilan itu membuat fokus Seokjin dari lecture terpecah. Miri memanggilnya lagi, namun kali ini dengan nada yang lebih lemah. "Ada apa, Miri?"

"Dia kesakitan…" Seokjin mengikuti arah pandang Miri, melihat Yoongi yang tampak kesakitan dan mengerang lirih. Seokjin menoleh ke belakang, para butler beta Yoongi sepertinya tidak menyadari ini karena Yoongi diselimuti banyak jaket tebal. Miri bertanya padanya lagi, "Bagaimana ini?"

Seokjin tak segera menjawab, dia juga kebingungan. Inginnya bertanya pada anak kelas yang lain, tapi kelas sudah dimulai. Seokjin membungkuk, condong pada Yoongi, mengusap ujung rambut pemuda manis itu yang basah karena keringat.

"Yoongi, yoongi, kau oke?"

"Nnn…" Yoongi hanya menggumam tak jelas, tapi tampak sedikit mengangguk. Hanya saja, Miri dan Seokjin masih cemas karena Yoongi terus merenggut. "Uh.."

Seokjin mengangkat kepalanya, menatap Miri yang sama-sama bingung. Mereka sebenarnya tidak tega, tapi Yoongi masih bertahan dengan mengiyakan kalau ia tidak apa-apa.

Aroma heat Yoongi sudah ditekan dengan sangat baik oleh suppressant dan selimut tebal yang menyelimutinya. Seokjin hanya mencium tipis-tipis, sangat yakin anak kelas lain tidak ada yang mengetahuinya. Akan tetapi, mungkin efek suppressant itu tak seberapa dirasakan Yoongi, karena pemuda ini masih bertahan pada posisinya. Kalau itu omega yang lain, seperti Seokjin misalnya, dia pasti sudah menangis, melolong kesakitan.

Astaga…

Ah, ruh omega dalam diri Yoongi tidak tenang, Seokjin baru menyadarinya. Ruh serigala biasanya memang sulit dideteksi selain oleh matenya sendiri. Tapi, Seokjin memiliki kepekaan yang sangat tinggi, dan dia baru menyadari, obat tidur itu sama sekali tidak menenangkan Ruh omega Yoongi.

"Dia kenapa?"

Miri memanggilnya lagi, seperti tahu kalau Seokjin baru mendengar ruh omega milik Yoongi. Satu kelas sebenarnya sudah tahu, maka Seokjin segera tersadar dengan ekspresi penuh arti.

Kenapa, Yoongi? Ada apa? Kamu tidak pernah begini…

Ruangan kelas lecture pagi Professor Shin yang digunakan untuk dua kelas yang berbeda itu tidak ada jendela yang terbuka. Semua udara berasal dari pendingin ruangan yang menyala. Cukup dingin, kecuali untuk yang sedikit bermasalah dengan pengaturan suhu tubuhnya. Professor Shin fokus menjelaskan berbagai formula dan teori dari tampilan proyeksi dan coretan di papan putihnya.

"Apa ada pertanyaan?" Professor Shin memindai barisan mahasiswa, mencari mahasiswa yang mungkin akan bertanya padanya.

"Prof!"

"Ya?" Professor Shin langsung menoleh, mendapati seorang pemuda dengan bandana merah dan kemeja krem bunga-bunga. Salah seorang mahasiswa yang akrab dimatanya, Professor Shin segera mengingat namanya. "Kim Taehyung-ssi?"

Yang mengangkat tangan dan disebut namanya itu segera berdiri dengan senyum konyolnya seperti biasa. Professor Shin sudah mengangkat sebelah alisnya. Sang mahasiswa bernama Kim Taehyung itu tampak menghela napasnya.

"Saya.."

"Mau menanyakan yang mana?"

Si Kim itu langsung melongo, mengibaskan kedua tangannya ke arah professor dengan abstrak. "Saya bukan mau bertanya."

Anak-anak yang lain langsung berbisik, sementara Professor Shin sudah menggeram tak kentara. "Saya mau izin ke kamar mandi. Hehe."

Mahasiswa bernama Kim Taehyung itu segera disoraki, sementara dia sendiri hanya menggaruk tengkuk sembari melipir melewati barisan menuju ke pintu keluar. Dia berulang kali mengucap permisi.

"Kim."

Suara Professor memanggil lagi, membuat si mahasiswa tadi berhenti melangkah. "Iya, Prof?"

"Lain kali tidak usah izin."

Professor Shin mendengus agak kasar, si mahasiswa Kim meringis tak bersalah. "Langsung keluar saja jika ingin ke kamar mandi! Jangan ganggu lecture saya!"

"Ahaha, begitu. Baiklah, mohon maafkan untuk yang hari ini."

Mahasiswa Kim itu membungkuk berkali-kali, lalu meringis dan menatap anak-anak yang duduk di dalam sebelum membungkuk lagi. Dia baru pergi ketika Professor Shin seperti ingin melempar kursi.

Kejadian ini mengalihkan atensi Seokjin dari Yoongi. Seokjin tidak tahu, Yoongi mengerang kesakitan lagi. Seokjin berhenti menanyai ruhnya, tidak mendengar ruh omega Yoongi melolong lagi.

Sementara itu, Yoongi merasa hampir hilang kendali. Dia berusaha meraih omeganya sendiri, tapi ruhnya seperti semakin liar. Benar-benar tak terkendali. Oh, Yoongi jadi kehausan. Yoongi mengangkat kepalanya untuk memanggil Miri, meminta air minumnya.

Di sana..

"Uhk.." Yoongi merasakan jantungnya seperti ingin keluar dari tubuh. Sakit sekali, tapi baik Miri maupun Seokjin tidak ada yang menyadari. Yoongi mencoba mengangkat kepalanya, mendapati pemandangan yang membuat kepalanya pusing.

Ini bukan lensa mata manusianya lagi, ini lensa serigala.. Yoongi melihat aroma, lalu matanya terpaku pada satu sisi kelas ini.

Dia di sana..

Deg,

Di depan pintu kelas, seseorang berdiri membungkuk beberapa kali dengan senyum konyol sebelum balas menatapnya sekilas. Yoongi mengerang dalam hati.

"A-alphaku.. Shit!"

-tbc-

Mind to Review? Hehe

Selamat datang di keabsurdanku yang lain..

Another sugalice collection

Sugar sister