Kantai Collection
Copyright : Kadokawa Games
"Belong to You"
Sebuah fanfiksi lebay yang ditulis oleh :
Megu Saki
.
Terimakasih untuk lagu :
Hyolyn - Crazy of You
Yang kelak wajib di dengar ketika anda membaca ini. Yang memberi saya inspirasi dan kembali menulis lagi. Lagu yang selalu membuat saya menahan tangis (Lebay lu anying).
.
.
Kumohon, berhentilah seolah mendekat padaku, jika yang akan kau lakukan padaku hanyalah menjauhiku saat aku berusaha lebih dekat denganmu.
.
Lagi-lagi hanya karena sebuah lirikan, dia hampir melupakan letak jantungnya sendiri. Ya, seberat ini lah menanggung keistimewaan gadis yang dipandangnya itu dalam hati.
Lagi-lagi, hanya karena sebuah lirikan, dia hampir menjatuhkan hatinya sepenuhnya. Memang, seceroboh ini lah menahan pesona orang itu dari tatapnya.
Terus lagi, berkali-kali dia dibuat kikuk karena pandang gadis kuncir itu menemukan matanya yang lagi-lagi 'mengintip' tanpa tahu rasa ampun.
Terus lagi, jemari-jemari dia bergetar meski menggenggam satu sama lain karena langkah gadis itu seakan membekukan suhu tubuhnya.
'Kamu datang tanpa salam, dingin seperti biasanya.' dia, yang berambut panjang kecokelatan memainkan penanya di atas buku catatan kecil dalam genggamnya. Menggores tintanya menjadi kata demi kata dari balik kerumunan kawan yang kembali mengelu-elukan kecantikannya. Rambutnya yang sedikit demi sedikit terjatuh menggantung ia sibak pelan ke balik telinganya sembari tersenyum dan masih menatap catatan kecil di hadap genggamnya.
"Aku hanya memakai shampoo biasa kok." Dia, yang dibalik kerumunan itu lagi-lagi hanya mengukir senyum sambil menjawab satu penasaran dari ratusan penasaran kawan-kawan anyar di awal semseter barunya di universitas ternama di Tokyo. Ia sesekali tertawa untuk menghargai sedikit lawakan dan perdebatan mengenai dirinya oleh segerombolan kawan kelas barunya yang sedikit didominasi oleh lelaki keren. Tetapi tetap, sejernih mata air pun lelaki di hadapannya, matanya tidak akan absen dari gadis tanpa salam masuk yang menjadi bahan gunjingan banyak manusia di universitas itu.
"Aku menyadarinya." Seseorang tiba-tiba mengalihkan perhatian dan berhasil memindahkan pandangan gadis rambut panjang itu untuk melihat ke sumber suara.
"Kau terus menerus melirik si Kaga itu, Akagi-san." Ucap salah seorang lelaki denga kaos oranye dari kerumunan di hadapannya. Entah iseng atau bagaimana niatnya, lelaki ini terlihat sedikit jengkel dengan gadis yang dia sebut 'si Kaga' itu. Yang seketika membuat mata Akagi mengunci pelan pada pandang si lelaki kaos oranye tersebut.
"Kalau kau mau, aku juga bisa terus menerus melirikmu." Dia, dengan tangan kanan yang bergerak pindah dari buku catatan, perlahan dengan anggun menopang dagunya. Gerak kepalanya membuat rambut-rambut di poni lurusnya menjadi sedikit tergerak-gerak sehingga yang tampak hanyalah 'menambah pesonanya'. Akagi memberikan sebuah senyum hangat dengan tatapan sendu yang selalu menjadi daya tariknya. Lelaki dengan kaos oranye itu pun mengalihkan pandangannya dengan cepat. Seolah tak kuasa memandang ciptaan terindah Tuhan yang mulai membuat keringat dinginnya timbul disekitaran pelipis. Tengkuknya yang putih itu langsung terlihat kemerahan.
"J-jangan gila! Nanti aku tidak bisa tidur." Candanya sedikit gugup yang disambut tawa menggelikan dari kawan-kawan sekelilingnya
"Tidak apa. Nanti aku temani sampai kau lelah... dan akhirnya tertidur." Akagi membalas perkataan lelaki itu dengan wajah serius dan polosnya. Tak pelak membuat gerangan kecil dari sumber suara lelaki itu terdengar hingga menimbulkan keriuhan tawa luar biasa dalam ruangan itu. Kecuali beberapa orang yang sibuk dengan gadgetnya, dan satu orang yang tidak pernah peduli apa pun.
"Ya! Akagi-san. Benarkah kau lebih memperhatikan si Kaga itu?" Tambah seorang lelaki kurus yang duduk dibelakang meja Akagi sembari masih mengaitkan tasnya di sebelah pundaknya. Akagi pun sedikit menolehkan wajahnya ke belakang.
"Apa kau ingin lebih aku perhatikan?" Tanya Akagi sedikit menahan tawa kecilnya yang kembali disambut tawa riuh segerombolan manusia disekitarnya yang masih saja betah menggodanya.
"Kenapa dia pandai sekali menggombal?!" Tanya salah seorang lagi yang lebih terdengar seperti sebuah protes.
"Itu karena kalian terus saja menggodanya! Dia pasti tertular kelakuan menjijikan kalian!" Seorang gadis dengan kacamata yang yang tertengger di wajahnya tiba-tiba datang menyambar tanpa aba-aba yang dibalas sedikit rasa terkejut dari ekspresi Akagi.
"Kenapa kau selalu datang dan berteriak-teriak hah?" Dari sudut pojok kelas sana Ashigara yang terkenal dengan raut wajah selalu kesal membalas gadis kacamata yang baru saja datang itu dengan sedikit teriakan juga.
"Kau selalu saja datang disaat kami tidak menginginkanmu!" Sambung salah satu lelaki disamping si lelaki kaos oranye yang langsung ditimpalinya dengan pertanyaan.
"Bukankah kita memang tidak pernah menginginkannya?"
"Hei!" Teriak gadis kacamata itu pada gerombolan yang tertawa kecil itu tak terima. "Urusi saja urusanmu Ashigalak!" Dilanjut dengan protesnya pada Ashigara yang terlihat tidak mau peduli lagi apalagi jika namanya sudah diubah-ubah seenaknya. Habis sarapan emosi dia nanti pagi ini.
"Hei.. sudah lah Kirishima. Duduklah dulu. Masih pagi." Akagi menyentuh ujung baju Kirishima, sang gadis kacamata itu dan menyuruhnya segera duduk disampingnya daripada terus berdiri seperti tiang penghalang. Menghalangi pemandangannya saja. Pemandangan pojok kelas. Bukan. Bukan Ashigara. Tapi di sebelahnya Ashigara.
"Lihatlah! Kau bahkan membuat Akagi ku kaget!" Seru seorang pria disana.
"Sejak kapan Akagi jadi milik makhluk maha norak sepertimu!?" Kirishima menggerak-gerakan kacamatanya dengan ekspresi sok mengamati.
"Karena kamu kaget, istirahat nanti pergi makan lah denganku. Biar kagetmu hilang ya.." sambungnya tidak memedulikan Kirishima yang kembali dibalas sorak gerombolan disana.
Kelas yang cukup banyak menampung mahasiswa dan mahasiswi dari berbagai tempat yang berkumpul dalam salah satu kelas jurusan bahasa.
Tidak yang ada dalam bayanganmu, kelas bahasa bukan lah kelas yang tenang dan serius. Karena seorang cantik bak bintang Asia disana membuat suasana teramat hidup. Mungkin bukan hidup..
"Bising." Ashigara melempar kecil smartphonenya ke atas meja di hadapannya. "Bicaralah kau! Jangan seperti mayat begitu!" Lanjutnya pada seseorang disampingnya.
"Semua salah dimatamu." Balasnya datar. Ashigara mendecak keras dengan mata yang bukan lagi sedikit. Tapi begitu kesalnya hingga matanya melotot penuh. Seseorang disampingnya ini bukanlah orang asing lagi baginya atau bagaimana. Kawan semasa kecil dahulu. Mungkin saking kecilnya sampai ia tidak begitu ingat kapan pertama kali benar-benar memiliki kawan seperti manusia mengesalkan ini. Namun, sebegitu pun mengesalkannya dia, Ashigara tak pernah bisa berkomentar apa-apa. Karena dia tahu, mulut kawannya ini justru jauh lebih pedas daripada tujuh ribu dan empat juta kilogram semut hitam ditambah cabai rawit gunung. Kalau dipikir-pikir..
"Memang kita tidak pernah berpisah ya, Kaga?" Gumam Ashigara asal dalam sela-sela kesalnya yang kembali tidak bisa ia ekspresikan karena kawannya ini.
"Ya. Hubungan yang tidak diinginkan." Balas kawannya itu, Kaga. Dengan masih memasang raut tidak tertarik sama sekali dengan percakapan ini.
Memang jahat mulutnya ini.
Apalagi mukanya.
Ashigara hanya bisa mendecih kecil tanpa tahu lagi harus membalas apa. Sebenarnya Ashigara adalah tipe yang suka sekali mengobrol tentang sesuatu seperti masa lalu, kenangan dan hal-hal yang sudah terlewat lainnya yang membuatnya selalu berpikir pada akhirnya tentang makna dari balik semua hal yang pernah terjadi.
Namun, Kaga tidak menyukai masalalu.
Masa depan saja Ashigara tak yakin dia punya.
Pada akhirnya Ashigara hanya bisa memutar-mutar smartphonenya hingga ia teringat dan terpikir kata-kata segerombolan pria sok keren tadi yang membuat keriuhan menjijikan di pagi hari seperti biasanya. Padahal masih semester baru. Kurang ajar. Dan mengapa ia selalu saja satu kelas dengan si Akagi itu.
Kembali ia mengingat-ingat kata-kata lelaki putih berkaos oranye itu. Apa tadi? Oh ya..
"Oi, Kaga!"
Tidak ada sahutan.
"Kau tahu?"
Kembali tak ada sedikitpun tanda-tanda Kaga akan menggubrisnya.
"Kau dengar, kan?"
Kaga bahkan tidak melirikkan matanya sama sekali dari rakitan perahu -yang kecil sekali- yang masih ia coba selesaikan.
"Bangsat." Ashigara menendang kecil lutut kawannya yang duduk persis disampingnya tersebut. Kesal sudah ia dibuatnya. Kaga pun mulai sedikit menoleh memberinya perhatian. Baiklah, ia tak sudi jika pada akhirnya rakitannya ini hancur di genggaman Ashigara. Atau tidak selesai karena Ashigara. Sedingin apa pun ia, tidak pernah sanggup Kaga marah pada Ashigara. Membentak Ashigara pun ia hanya pernah sekali dalam seumur hidupnya.
"Kau dengar? Mereka bilang si 'sok selebrits' Akagi itu dari tadi memperhatikanmu!"
"Ya, aku dengar." Jawab Kaga kembali fokus pada rakitannya.
"Apa kau membuat masalah lagi?"
"Kebetulan aku hanya sedang membuat rakitan."
"Berhehtilah membuat percakapan buntu!" Rengek Ashigara sambil mendorong-dorong kecil pundak kawannya. Hampir saja rakitan perahu Kaga terlepas dari genggamannya. Sampai Ashigara refleks menghentikan tindakannya. Cemas kalau-kalau kaga akan menatapnya seperti seorang pembunuh.
"Tidak ada percakapan buntu. Kau yang hanya butuh sedikit kecerdasan." Timpal Kaga tak tertarik.
Pada akhirnya Ashigara hanya bisa mendengus kesal padanya karena intonasi dan raut muka Kaga yang seolah tidak memiliki perubahan sama sekali namun bisa membuat perkataan yang semakin mengesalkan. Ia tahu betul bagaimana Kaga dari dulu hingga sekarang. Dahulu, Kaga tidak sebegininya seperti sekarang. Meski memang berkata menyakitkan seperti sudah mendarah daging pada dirinya.
Kaga dahulu masih memiliki antusiasme cukup baik pada sesuatu. Tidak seperti mayat hidup begini. Hidup segan mati pun ingin tapi belum mampu. Setidaknya, mungkin itu yang menjadi alasan terbesar Kaga tidak begitu tertarik dengan pembahasan masa lalu bersama Ashigara. Karena ocehan Ashigara tak akan ada hentinya perihal membahas kenangan dan hal-hal menarik mau pun tidak ada menariknya sama sekali pada masa lalu.
Kaga sedikit terusik dengan dengusan-dengusan kecil di sebelahnya. Tampaknya, Ashigara hari ini memang sedang kesal-kesalnya. Meskipun sepertinya setiap hari dia kesal. Karena wataknya yang memang suka sekali marah-marah dan terkadang cerewet. Biasanya Kaga akan mendapatkan semprotan-semprotan gangguan dari mulut Ashigara lagi. Namun, entah mengapa hari ini tidak sebanyak biasanya Ashigara mengoceh. Lebih banyak kesalnya.
Kaga sedikit mengintip kecil ke samping untuk mengecek keadaan Ashigara. Betapa menyesalnya ia malah mendapati Ashigara tersenyum nyengir memandanginya karena sudah menangkap basah Kaga yang diam-diam mengintipnya.
"Ala~ kau mencemaskanku?" Goda Ashigara sambil menyolek kecil ujung hidung mancung Kaga. "Tidak usah sok perhatian padaku! Aku tidak butuh! Kau itu memang jahat sih. Hmph!" Sambung Ashigara sembari mempertontonkan pada Kaga raut wajah ngambek yang ia buat-buat. Membuat Kaga rasanya..
"Hampir saja aku muntah di mukamu."
Dan disambut tawa cukup kencang dari Ashigara sambil menepuk kecil bahu sahabatnya yang kini menatapnya penuh ke-jijik-an luar biasa.
Tentu, tak akan mereka sadari..
Di tengah-tengah kelas sana, seseorang menggenggam erat penanya. Kembali menuliskan sesuatu di catatan kecilnya.
'Apa yang harus aku lakukan untuk bersama mu?'
Jawabannya.. tidak ada. Tidak ada yang harus Akagi lakukan. Ia sudah tidak ingin, melakukan apa-apa lagi kepada Kaga. Bukan tidak ingin.
Dia..
Sudah tidak boleh.
Bersambung...
A/N
Ceritanya ini masih cerita awal gitu.. apa ya? Semacam prolog? Bukan kali ya. Semoga tidak ada kendala dari pihak saya mau pun lingkungan saya agar cerita ini bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Oh ya. Ingat! Wajib dengar lagunya. Haha.
Saya dulu pernah post beberapa fiksi disini. Tapi sudah saya hapus semua tak bersisa. Pernah ganti nama pena juga. Saya berpikir untuk tidak usah menulis lagi karena sesuatu. Hampir menyerah dengan tulisan saya.
Saya hampir menyerah menjadi Megu Saki.
Sebenarnya sudah menyerah sih.
Sekarang pun masih ingin menyerah. Tapi, saya seakan dilarang untuk melakukannya.
Terimakasih untuk yang sudah berkenan membacanya. Maaf jika mengecewakan. Salam hangat!
