Halo! Perkenalkan aku author baru di fandom ini. Ini adalah fanfic pertamaku, jadi maaf jika ada kata-kata yang absurd atau rada-rada nggak nyambung. Silakan baca jika berkenan!

Warning : Gaje, OOC, OC, Typo(s)

Disclaimer : Boboiboy dkk milik Animonsta Studios

Ide cerita ini berasal dari saya sendiri, tapi mungkin sedikit mengambil inspirasi dari beberapa fanfic yang saya baca di fandom ini.

Selamat Membaca ;)

Chapter 1

Seorang pemuda berlari terengah-engah. Sesekali ia melirik ke balik punggungnya dan wajahnya semakin memucat melihat bahwa makhluk entah apapun itu masih mengejarnya. Akhirnya ia jatuh berlutut karena tak sanggup lagi berlari. Nafasnya terdengar menderu di tengah sunyinya malam. Ia memberanikan diri melirik ke belakang dan ternyata makhluk yang tadi mengejarnya sudah menghilang.

Pemuda bertopi jingga itu menarik nafas lega. Ia berusaha mengatur kembali nafasnya saat tiba-tiba ia merasakan sengatan udara dingin. Tubuhnya menggigil saat ia mendongak dan melihat sebuah sosok telah berdiri di hadapannya. Sosok itu mengenakan jubah panjang berwana hitam dan kepalanya tertutup tudung hitam pula. Yang membuat nafas pemuda itu tercekat adalah apa yang dibawa makhluk berjubah hitam itu. Sebuah sabit sepanjang kira-kira satu meter yang terlihat berkilau karena memantulkan cahaya bulan.

"Tidak! Kumohon, jangan!" Boboiboy memohon sambil berusaha melarikan diri dari sosok mengerikan itu.

"Kau tidak bisa menghindar lagi. Waktumu telah tiba." Sosok itu menjawab dengan suara dingin yang bisa membekukan darah.

"Tidak!Kumohon …" Boboiboy terus memohon. Ia ingin lari, namun tubuhnya tidak bisa digerakkan. Matanya menatap ngeri saat ia melihat sabit itu terangkat perlahan dan terayun ke arahnya.

"TIDAAKK!" Boboiboy terbangun dari tidurnya sambil menjerit. Ochobot juga ikut terbangun kaget mendengar teriakan Boboiboy.

"A-ada apa, Boboiboy?" tanya Ochobot khawatir.

Boboiboy terduduk di ranjangnya dengan wajah pucat dan tubuhnya dibasahi keringat dingin. Ia meletakkan tangannya di dada kirinya, dimana ia bisa merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang. Boboiboy seolah masih bisa merasakan saat sabit yang diayunkan oleh sosok misterius itu melayang kea rah jantungnya.

"Boboiboy? Kau baik-baik saja?" Ochobot terlihat benar-benar cemas melihat keadaan Boboiboy. Boboiboy mencoba menenangkan diri dengan menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Setelah merasa agak tenang, Boboiboy menatap robot kuning kesayangannya itu dan berujar.

"Aku tidak apa-apa, Ochobot. Hanya mimpi buruk." Boboiboy tersenyum sambil menepuk-nepuk kepala Ochobot untuk menenangkannya.

"Kau yakin? Tapi wajahmu pucat sekali." Ochobot masih terlihat khawatir.

"Ya, tentu saja. Aku baik-baik saja. Sungguh. Tidurlah kembali, Ochobot." Boboiboy berusaha mayakinkan Ochobot dan akhirnya robot bulat itu kembali melanjutkan tidurnya setelah yakin Boboiboy tidak apa-apa.

Setelah Ochobot kembali tidur, Boboiboy pun kembali membaringkan tubuhnya. Kilasan tentang makhluk berjubah hitam dalam mimpinya terus menghantui pikiran Boboiboy. Tubuhnya menggigil saat mengingat kilatan sabit yang diayunkan ke arahnya. Akhirnya ia kembali tertidur karena kelelahan.

.

.

.

"Tok Aba, Boboiboy berangkat sekolah dulu, ya. Assalamualaikum," pamit Boboiboy pada atoknya yang tengah sibuk mengelap gelas-gelas di kedainya.

"Waalaikumsalam. Hati-hati di jalan, Boboiboy!" seru Tok Aba pada Boboiboy yang telah berlari menjauh.

"Oke, Tok!" Boboiboy melangkah dengan bersemangat menuju ke sekolahnya. Ia telah lupa sama sekali tentang mimpi buruknya semalam. Mulutnya mulai bersenandung kecil sambil terus melangkahkan kakinya dengan riang. Saat tiba di belokan di depan gerbang sekolahnya, Boboiboy melihat sahabatnya Gopal tengah berjalan ke sekolah sambil tangannya menggenggam dua roti bakar dan mulutnya sibuk mengunyah.

"Yo, Gopal! Selamat pagi!"sapa Boboiboy sambil menepuk punggung pemuda yang telah menajdi sahabatnya selama 6 tahun itu. Gopal yang terkejut langsung tersedak roti bakar yang sedang dimakannya.

"Uhuk, uhuk. Hei, Boboiboy, kau mau membunuhku, ya? Kalau aku mati tersedak makanan, bagaimana?" kata Gopal kesal setelah pulih dari kekagetannya.

"Ehehe. Maaf, Gopal. Aku tidak menyangka kau akan tersedak begitu." Boboiboy hanya cengengesan melihat Gopal yang terlihat bersungut-sungut.

"Huh, dasar." Gopal mendengus dan kembali menyantap roti bakarnya. Setelah itu mereka berdua meneruskan langkah mereka memasuki sekolah dan langsung menuju ke kelas mereka yaitu kelas I C.

"Haaaiii! Selamat pagi, semua!" seru Boboiboy saat memasuki kelasnya yang masih sepi dan hanya berisi beberpa murid.

"Pagii," jawab mereka serempak. Boboiboy hanya tersenyum dan langsung bergerak menuju kursinya di deretan paling ujung.

"Pagi, Ying, Yaya!" Boboiboy menyapa dua sahabat perempuannya yang tengah asyik bercakap-cakap.

"Ah,pagi, Boboiboy!" balas dua gadis itu.

"Kau sudah mengerjakan PR Seni Rupa hari ini, Boboiboy?" tanya Yaya. Yaya tau Boboiboy sering sekali lupa membuat PR nya. Sifat pelupa pemuda yang satu ini memang sudah stadium akhir.

"Sudah, dong. Kali ini aku nggak lupa,lho," jawab Boboiboy bangga karena berhasil tidak melupakan PR nya. Yaya hanya tersenyum mendengar jawaban Boboiboy.

"Sudah, sana pergi ke tempat dudukmu, Boboiboy. Kami sedang ada pembicaraan antar perempuan,nih. Laki-laki pergi jauh-jauh sana," kata Ying sambil mengisyaratkan gerakan mengusir dengan tangannya. Boboiboy hanya cemberut dan berjalan ke bangkunya.

Setelah meletakkan tasnya, Boboiboy menghadapkan kursinya kearah Gopal yang duduk di sebelahnya dan langsung bercerita dengan mengebu-gebu tentang pertandingan sepak bola yang ditayangkan di televisi semalam. Mereka pun terlibat pembicaraan seru hingga tanpa terasa, bel masuk pun berbunyi. Murid-murid kelas I C segera duduk di tempat masing-masing. Gopal dan Boboiboy pun menghentikan percakapan seru mereka karena guru Sejarah mereka telah memasuki kelas.

.

.

.

Boboiboy melangkah menyusuri koridor yang sepi. Ia baru saja kembali dari ruang guru, karena ia dimintai tolong untuk mengumpulkan tugas-tugas teman sekelasnya. Pemuda yang selalu mengenakan jaket tanpa lengan itu terlihat sedikit gelisah, seolah ada sesuatu yang tengah mengganggunya. Tapi ia sebenarnya juga tidak yakin apa yang membuatnya merasa segelisah ini.

Saat melewati jendela, matanya otomatis bergerak keluar, memandang ke arah lapangan sepak bola yang terlihat dari lantai dua tempatnya berada. Lapangan itu terlihat sepi, namun mata Boboiboy terbelalak saat menangkap sebuah sosok hitam yang beridir di dekat lapangan. Jantungnya seolah berhenti berdetak karena ia merasa seolah sosok itu tengah memandanginya.

Boboiboy sering mendengar cerita hantu mengenai sekolahnya, namun ia tidak pernah benar-benar mempercayainya. Ia mulai merasa merinding saat mengingat semua cerita seram yang diceritakan Gopal padanya. Boboiboy pun segera mengalihkan pandangannya, dan tanpa menoleh lagi, ia langsung berlari kembali menuju ke kelasnya.

.

.

.

Pelajaran kedua hari ini adalah olahraga. Murid-murid sangat antusias dengan pelajaran ini karena itu berarti mereka bisa menghirup udara segar di lapangan, bukannya terkurung dalam kelas sambil mendengar celotehan para guru.

Setelah semua murid kelas I C berkumpul di lapangan, guru mereka pun mengabsen nama mereka satu persatu dan kemudian menyuruh para siswa melakukan pemanasan.

"Oke, anak-anak. Hari ini bapak akan mengambil nilai kalian. Penilaian hari ini yaitu lomba lari. Kalian akan bapak pasang-pasangkan dan setelah itu kalian akan berlomba lari dengan pasangan kalian. Yang menang dapat nilai 100, dan yang kalah dapat 80. Kalian mengerti?" jelas Pak Rama panjang lebar.

"Mengerti, pak!" seru para murid.

Setelah itu, Pak Rama pun mulai memasang-masangkan para murid. Boboiboy hanya bisa menggerutu kesal karena ia dipasangkan dengan Fang. Ini berarti ia harus bersaing lagi dengan rivalnya itu. Jujur saja, ia benar-benar lelah harus bersaing terus dengan pemuda berkacamata nila ini sejak mereka masih SD hingga sekarang saat mereka telah duduk di bangku SMA.

Fang mendelik pada Boboiboy dan Boboiboy pun membalas tatapannya dengan tak kalah sengit. Akhirnya tibalah giliran Fang dan Boboiboy untuk berlomba. Mereka berdua saling melempar tatapan membunuh hingga menyebabkan atmosfer di lapangan itu berubah. Para siswa dapat mersakan aura persaingan yang sangat kuat dari dua pemuda paling popular ini. Mereka mengambil ancang-ancang, dan segera setelah peluit berbunyi, keduanya langsung melesat dengan sangat cepat.

Fang dan Boboiboy mengerahkan seluruh tenaga mereka untuk saling berlomba mencapai garis finish. Saat ini posisi mereka masih sejajar, karena mereka sama-sama pelari yang handal. Fang mendesah kesal saat melihat posisinya sejajar dengan Boboiboy.

Namun ia tak kehabisan akal. Ia pun mengaktifkan kekuatan bayangnya dan melesat meninggalkan Boboiboy yang tercengang. Boboiboy pun tidak tinggal diam dan ia juga mengaktifkan kekuatannya. Ia berubah menjadi Boboiboy Halilintar dan langsung mengejar Fang dengan gerakan kilatnya.

Boboiboy kini memimpin beberapa langkah di depan Fang. Ia tersenyum penuh kemenangan saat melihat garis finish sudah di depan mata. Saat itulah Boboiboy merasakan sengatan angin dingin yang membekukan tulang-tulangnya.

"Aku menemukanmu," sebuah suara dingin berbisik di dekat kepalanya.

Pemuda bertopi dinosaurus itu jatuh berlutut sambil memegangi dada kirinya. Boboiboy menjerit kesakitan. Jantungnya terasa seperti terbakar dan kepalanya serasa akan pecah. Ia bisa mendengar teman-teman dan gurunya berseru panik dan memanggil-mangil namanya. Namun ia tidak bisa mendengar apa yang mereka katakan. Ia hanya bisa mendengar jeritannya sendiri. Sakitnya bernar-benar tak tertahankan. Saat ia berpikir dirinya akan mati, tiba-tiba suara dingin itu kembali berbisik.

"Waktumu hampir tiba. Bersiaplah." Kemudian suara itu menghilang bersama tiupan angin dingin yang menelusup melalui pori-pori tubuhnya. Boboiboy sempat melihat teman-temannya mengerumuni dirinya dengan wajah panik sebelum akhirnya ia tak sadarkan diri.

.

.

.

TBC

Oke, chapter 1 nya sampai disini dulu. Maaf kalo ceritanya gaje T.T. Terima kasih bagi yang sudah bersusah payah mau membaca fanfic abal-abal ini.

Mind to review?