Title: How You Suffered For Your Sanity.

Author: Slightgrins (A.k.a Meonk And Deog)

Rate: M

Cast: Donghae/Hyuk Jae

Main Pair: HaeHyuk.

Disclaimer: We own everything on this story. But cast is an exception. Do Not Copy Anything.

Summary: "Donghae adalah musisi jalanan yang kehilangan hidupnya, kehilangan cintanya. Dan lirik lagu membawanya kembali kepada Hyuk Jae dan mimpinya. Sekaligus melupakan dinginnya besi penjara."

Warning: BoyXBoy, possibility of typos, this fict contains mature scene that not advices for minor.

.

.

.

Don't you dare let our best memories bring you sorrow.

Hyuk Jae baru saja mengambil napas untuk pertama kalinya pada hari itu saat berbelok masuk ke jalan menuju rumahnya. Dia melihat lampu mobil menyorot tubuhnya secepat kilat saat dia berbalik dan ban mobil yang berputar menyebabkan cipratan air datang ke wajahnya. Ia mempertimbangkan untuk waspada dan lari dari itu semua tetapi tampaknya sikapnya kurang cekatan atau malau pria yang mengendarai mobil ingin bermain-main dengannya. Dia mengumpat dengan keras, seolah-olah tidak apa-apa kalau seluruh dunia bisa mendengarnya. Suasana hatinya terinfeksi dengan cepat, yang awalnya buruk menjadi sangat buruk. Dan suasana hatinya yang seperti itu menyebabkan kemarahan datang terlalu cepat. Mobil itu melewatinya secepat ia berteriak dan memaki. Pengendara ugal-ugalan tidak memiliki tanggung jawab? Apakah pengendara itu punya sim untuk melakukannya?

Orang macam apa yang tega sekali melakukan hal itu kepada seorang pejalan kaki yang bahkan mengganti sepatunya dengan sandal untuk mengindari beceknya air? Hyuk Jae ingin menghantamkan tinjunya ke dinding setiap kali dia mengingat kejengkelan itu, dan bagian terburuk dari itu adalah menghantam dinding tidak membuatnya merasa lebih baik. Jadi biarkan saja, toh tidak ada satupun dari pakainnya menjadi kotor. Dia melepas kikisruhan dihatinya dengan menghela napas, napas yang panas melewati hidungnya berarti mendinginkan hatinya.

Sesungguhnya dia menyadari hari ini akan menjadi sebuah hari yang tidak benar-benar berjalan dengan baik, melalui petunjuk di pagi hari dimana Dosennya berteriak kepadanya dan mempermalukannya. Dimana dia merasa ingin dilupakan oleh keramaian dan tidak diingat namanya. Semua hal membuatnya marah tadi, melewati orang yang tersenyum kepadanya dia akan mencibir, ketika temannya menyapanya dia menghiraukan mereka dan ketika ayahnya menelponnya dia akan menolak telponnnya. Hal semacam ini membuatnya merindukan tempat tidur Donghae.

Donghae akan mulai mewawancarai harinya, memesan pizza penuh dengan jalapenos dan olive, mengenakan boxer sampai besok mereka akan memulai hari dengan memakan ayam bersamaan dengan kulitnya. Hyuk Jae menelan ludah dengan sigap, dia gemetar dan ingin sekali memeluk Donghae. Bertanya-tanya apa yang akan dia peroleh. Itu baru langkah kedua, kemudian Hyuk Jae akan menuntut ciuman. Kemudian pria itu akan mengajarinya cara bermain gitar—ngomong-ngomog dia sudah berjanji tentang hal ini semenjak sebulan lalu.

Dan frustasi ini membuatnya tidak sadar kalau dia sudah berada didepan rumah pria itu. Terakhir kali dia datang kesini adalah dua hari lalu, tidak heran kenapa masih ada aromanya di kamar sempit itu. Atau mungkin malah Donghae memakai parfurmnya, berjalan kesana-kemari sambil bilang bahwa aku bisa merasakanmu walaupun kau tidak disini, sejenis fetish kalau Hyuk Jae menjabarkannya menjadi hal yang lebih singkat.

Pintu cokelat ini nampak mengintimidasi tetapi masih cukup bersahabat untuk membiarkannya membuka pintu, Sebenarnya dia tidak perlu mengetuk pintu, masuk saja, karena Donghae pernah bilang bahwa rumah ini juga rumahnya, tetapi bagaimana kalau Ibunya ada didalam? Itukan tidak realistis. Termasuk kedalam kekejaman tingkat rendah. Karena Hyuk Jae pernah masuk kedalam rumah tanpa mengetuk pintu dan diteriaki pencuri oleh kakak perempuannya. Hyuk Jae juga ingin memberikan kesan yang baik kepada mereka, tidak dengan memberikan buah-buahan saat berkunjung kerumah mereka, tetapi imej yang segar? Dan oh, Hyuk Jae harus memperingati dirinya bahwa dia jarang tersenyum didepan mereka.

Masih dengan ingatan yang segar dia masuk ke kantor polisi karena setelah kakak perempuan Donghae berteriak kepadanya, membuatnya bersembunyi di kamar mandi dan ketakutan. Demi Tuhan dia benar-benar berharap polisi-polisi itu adalah tim terpayah di Distrik tempat Donghae tinggal. Lebih memilih menangkap kucing yang mencuri ikan ketimbang seorang wanita yang mengira pacar adiknya adalah seorang pencuri pakaian dalam. Pakaian dalam?! Sebelum Donghae datang dan menjemputnya di kantor polisi dia sudah meyakinkan kepada Mi Young karena dilihat dari segi manapun nyatanya dia dekat dengan Donghae, dan bukan seorang pencuri pakaian dalam.

Kemudian keadannya berangsur-angsur membaik sebab Donghae mengatasi kecanggungan dengan cepat. Dia juga benci tawa para polisi yang kadang kali hinggap ditelinganya, sampai permintaan maaf wanita itu. Mereka menciptakan trauma yang membuatnya menghindari masuk rumah Donghae tanpa ijin.

Oke, dia mewarisi trauma itu sangat dalam, yang pernah menciptakan pertengkaran sengit, membuatnya menghindari Donghae selama beberapa hari. Jadi, dia berpikir lagi, kalau memanggil namanya diluar rumah dengan tenaga yang kuat tidak bisa dibilang pencurikan? Suaranya yang kuat merangsang kegaduhan yang menciptakan Donghae berlari terburu-buru dari kamar mandi menuju pintu masuk hanya dengan sehelai handuk dan sisa sampo yang ada dirambutnya yang basah.

Donghae membuka pintu dengan kuat, sampai terdengar bunyi derit diantara lantai dan sisi pintu kayu yang bersentuhan. Hyuk Jae spontan saja melangkahkan kakinya mundur, menghindari hantaman pintu yang mengarah kewajahnya sambil berteriak marah.

"Ya Tuhan, hati-hati!" sungut Hyuk Jae yang menimbulkan tawa renyah dari Donghae.

Hyuk Jae bagaimanapun tidak benar-benar marah, hanya saja keadaan Donghae membuatnya menarik napas dalam-dalam, berantakan sekali!

"Aku merasa untuk meninggalkanmu sebentar, tapi suaramu yang keras membuatku khawatir."

"Benar. Minggir."

Donghae menutup mulutnya mencegah dirinya agar tidak tertawa, meninggalkan beberapa celah agar Hyuk Jae bisa masuk kedalam rumahnya melalui kesempitan itu, tetapi meringis sakit ketika pria itu membentur bahu mereka dengan keras. Hyuk Jae suka pembalasan, dia orang yang menganut hukum karma jadi dia mengerti. Bagaimanapun senyum keberanian itu masih kelihatan ramah, dan Donghae mengambil kesempatan untuk menciumnya sekali sebelum menutup pintu. Ciuman itu secepat angin berhembus ke bahunya, Hyuk Jae tidak dapat merasakan apapun tetapi dia mengerti bahwa hal tersebut adalah bentuk kelembutan. Kemudian suara pintu yang tertutup menyadarkan mereka seperti sebuah rencana, dan senyum itu adalah rencana yang lebih besar lagi.

Hubungan ini membawa perubahan besar kedalam hidup mereka, baik Hyuk Jae maupun Donghae. Entah kenapa Donghae berhasil menebak-nebak apa yang dicarinya selama ini dan membentuk sebuah kejadian yang cukup unik. Seperti menggambungkan roti Perancis dan krim yang manis, rasanya pasti tidak realistis dan mendetail. Hebatnya Donghae berhasil melakukannya, dan kata-katanya seperti sebuah perlindungan. Itu meluluhkan hati Hyuk Jae yang selama beberapa tahun dingin, mereka begitu bertolak belakang. Hyuk Jae adalah kulit kayu yang rapuh sementara Donghae adalah dedaunan yang bersemi.

Donghae adalah seseorang yang begitu antusias dengan hubungan ini (tidak berarti kalau Hyuk Jae adalah sebaliknya) dan bersemangat kepada seberapa jauh mereka berani melangkah. Hubungan mereka semacam eksekutif muda yang suka memaksa, suka seenaknya dan hari esok adalah hari ini. Disisi lain Hyuk Jae juga mencintai komitmen, tetapi dia tidak terlalu serius dengan sesuatu seperti pernikahan, jangan salah, dia mencintai Donghae sebesar Donghae mencintainya, dia hanya belum siap? Dan untuk menghindari pertanyaan itu, dia menyibukkan dirinya dengan cara-cara yang unik, yang tidak logis.

Langkah kakinya mengikuti tapakan kaki Donghae yang berjalan lurus kembali kekamar mandi, menginjak jejak kaki Donghae yang masih basah karena dia lupa membasuh kakinya. Sadar kalau ternyata Hyuk Jae punya ukuran kaki yang lebih besar dari pria itu, dan tertawa. Dia tidak langsung mendorong pintu kamar mandi dan memasukinya, dia menunggu Donghae untuk berbalik menatapnya dan dia akan menutupnya secepat kilat. Usaha yang cukup berani, pertemuan yang dirancang ekslusif dan rahasian menghasilkan sesuatu yang sembrono seperti ini. Tetapi Hyuk Jae tidak berpikiran demikian, Dia mengitari dinding kamar mandi.

Tidak terlalu besar tetapi cukup menyisakan ruang untuknya berjalan-jalan dan Donghae akan menatapnya melalui cermin, membasuh muka tetapi tatapan mata itu lurus kepadanya. Seperti sinyal seksual yang tidak biasa.

Dia memastikan apakah Donghae menulis lirik-lirik lagunya didinding lagi, dan dia menemukan yang baru. Sepasang kalimat yang disatukan, yang berarti asing, itu bahasa inggris. Dilirik itu tertulis bahwa dia kesakitan dan tidak ingin ditinggalkan, berusaha sekuat mungkin untuk menghentikan pertikaian dan kekisruhan. Lirik yang mendamba, yang tidak menggambarkan hubungan ini, yang tidak pernah Hyuk Jae pikir kenapa mereka harus ada disana. Dan apa yang harus dia katakan untuk membalasnya, sakit hati itu?

Kalau saja Hyuk Jae punya bakat menciptakan lagu seperti Donghae dia akan membuat sesuatu yang lebih manis, nyata dan actual—yang benar-benar tentang mereka dan impian mereka didua tahun kedepannya. Seperti setelah Donghae lulus dari kuliah dia berjanji mengajak Hyuk Jae liburan ke Tibet, menikmati udara segar disana dan betsenang-senang. Diikuti dengan seks maraton yang indah dan hidangan makan malam yang sehat. Lirik lagu itu akan berdurasi tiga menit empat puluh satu detik, atau lebih. Donghae sebagai aktor utamanya dan dia akan lebih terkenal ketimbang penyanyi aslinya karena ketampanannya.

Hyuk bersidekap dada, ia menggigit pipinya untuk menakuti Donghae, "Kesannya sangat tidak jujur, kalau begitu pasta gigi menggambarkan warna airmatamu dan dinding beton ini menggambarkan kerasnya hatiku. Sejujurnya aku suka lagunya, kalau saja itu bukan tentang kita, Donghae."

Donghae menyerah dan melepaskan tawanya ke udara, melemaskan otot lengan tangannya dari wastafel, dia tidak mempedulikan wajahnya yang basah sama sekali dan malah mencuri ciuman lagi. Donghae mendiamkan bibir mereka lebih lama, merasakan rasa gula itu dari bibir satu sama lain. Dia mendekatkan diri semakin dalam sehingga Donghae dapat menghapuskan semua keraguan itu. "Jika kau meninggalkanku, aku bias menggunkan hukuman untukmu. Lee Hyuk Jae akan terhantui oleh lagu ini sementara Lee Donghae akan jadi Komposer terkenal karena lagunya, bagian mana yang tidak kedengaran keren?" Donghae mengatakan itu dengan bibirnya yang masih menempel bibir Hyuk Jae, mengatup dan terbuka dan sensasi itu seolah-olah menyerang Hyuk Jae secara perlahan. Donghae seperti mendorong masuk kalimat itu kedalam mulutnya, masuk ketenggorokannya dan tersimpan di pangkal hatinya.

"Donghae membuat ini tidak keren." Hyuk Jae menyerah dan melepaskan bibir mereka. Bibirnya turut mengecup pipi Donghae, dan memberikan jilatan yang sensasinya masih ada disepersekian detik terakhir. "Kau belum bercukurkan?" Hyuk Jae menempelkan bibirnya ke pipi itu, merasakan rambut yang menusuk masuk ke kulitnya.

"Mereka membuatku nyaman dan tidak nyaman?"

"Maksudmu bercukur?"

Donghae mengangguk dengan patuh, menyampaikan kode kepada Hyuk Jae bahwa sudah selasai main-mainnya. Ini pasti gara-gara mereka tanpa seks selama seminggu, Emosionalnya tumbuh menjadi ciuman paling erotis untuk hari ini dan semua itu memicu keinginan Hyuk Jae untuk melepaskan handuk Donghae dan turun kebawah.

.

.

.

Saat mereka berhenti, Hyuk Jae merasakan kekosongan itu ditubuhnya. Kondisi emosional mereka bisa ditebak, dimana satu sama lain terbiasa untuk tidak berpakaian. Dan itu bukan sebuah beban dari panggilan sayang. Donghae punya banyak beban dihidupnya, dia stres, itu terlihat dari seberapa banyak kerutan di dahinya. Tetapi dia mau orang-orang menggapnya dia bukan orang bermasalah dan beban itu bukan sebuah hambatan. Dia seseorang optimistik, dia punya jiwa seni yang kuat sejak dia lahir, dia tipe orang yang suka sekali makanan Italia, dia lembut dan pemikiran itu membuat Hyuk Jae tertawa, berpikir kalau Donghae juga seseorang yang humoris padahal sebenarnya dia bukan pelawak yang handal. Dia menyukai hujan dan hal-hal sentimental yang dibenci Hyuk Jae—dia suka berimajinasi. Dan Donghae menyukai pelukan yang mampu menimbulkan perasaan senang, pelukan yang menguatkan rasa percaya dirinya yang lemah.

Sementara Hyuk Jae adalah seseorang yang sulit untuk digenggam, rapuh tetapi mau kelihatan dingin. Dia seorang mahasiswa jurusan komunikasi yang menyukai politik dan sistem sejarah dan benci bertatap muka dengan keramaian. Pernyataan itu membuatnya kedengaran sangat tidak asyik, dia tidak suka makanan Italia tetapi dia berakhir menyukainya karena Donghae. Dia juga lebih realistis, nyata dan logis. Simbol dari sampul buku paling sempurna. Tetapi hebatnya selama ini Hyuk Jae tidak pernah sekalipun pakai kacamata. Semacam kebanggaan yang sering dia ceritakan kepada Donghae. Kemudian pria itu akan membuatnya jadi ekslusif.

Selama sepuluh detik Donghae diam mencium lehernya, mengirimkan pesan-pesan romantis yang apa adanya dari sentuhan-sentuhan itu. Sentuhan itu benar-benar bergantung kepada respon Hyuk Jae, dimana Donghae nyaris memulainya lagi dan mendapatkan penolakan penuh. Mereka menghangatkan satu sama lain, kaki saling mengikat satu sama lain dan hidung Donghae membentur dagunya. Dari sini dia bias merasakan kehangatan dan ketulusan itu. Ini yang dilakukan Natal kepadamu. Hadiah yang datang dari kaos kaki.

Dari keheningan itu Hyuk Jae bias merasakan kalau mereka tidak butuh ribuan kalimat untuk tetap saling melengkapi dan merasakan keberadaan satu sama lain. Mereka hanya butuh untuk mendengar detak jantung masing-masing dan perasaan bersyukur itu tidak bias dibandingkan oleh apapun. Dia bisa merasa kalau pria ini selalu bersamanya. Dalam pelukan Donghae. Dalam harga diri pria itu. Bagian mana yang membuatnya tidak bersyukur? Kesempurnaan itu? Dan bagian tidak sempurna lainnya.

Kutukan macam apa yang harus membuatnya meninggalkan Donghae? Yang seperti kekejaman yang tidak ada hentinya. Dia lebih suka berada disini bersama Donghae, barbahagia dengannya. Meraih mimpi bersama-sama dan memasang senyumnya lagi. Di kemudian Hyuk Jae akan membangunkan Donghae untuk persiapan tour busnya, menghindari teriakan dari para penggemar Donghae karena penampilannya yang tidak terlalu keren. Dan memeluk Donghae di minggu pagi, mengatakan kalau semuanya baik-baik saja. Dimana hubungan mereka akan menjadi lebih elegan dan murah hati. Donghae akan bangun dari rasa sakitnya, masalah hidupnya dan menggenggam tangannya. Mereka akan melalui ini bersama-sama. Begitupun dengan Hyuk Jae, dia akan bangun dari masa terpuruknya dan melihat lampu terang lagi.

Hyuk Jae berasumsi kalau waktu yang dihabiskan Donghae bersamanya—yang lumayan tinggi kualitas dan kuantitasnya menunjukkan kemungkinan untuk masa depan. Meraka sudah punya rencana dengan itu, kalau lebih baik sepatu mereka diletakkan berdampingan saja. Dia tidak akan mengacaukannya juga, begitupun dengan Donghae dan semua kemungkinan buruk lainnya. Kalaupun mereka tidak berhasil mengatasi sebuah pertengkaran setidaknya mereka dapat menghadapinya dengan jantan. Menyusun hari-hari mereka, melewatinya. Bercengkrama dan mencari hari libur untuk piknik. Hyuk Jae jarang berkhayal jadi mungkin ini berarti suatu saat nanti.

Hyuk Jae menghentikan tebakan-tebakan masa depan itu, berhenti menatap plafon dan berbalik menyentuh punggung Donghae yang halus dan bersinar. Halus sekali, dia merawatnya dengan sangat baik. Memainkan jari-jarinya disana sampai berhasil membangunkan kesadaran Donghae. "Kau tidak mungkin lupa dengan janjimukan?" kata Hyuk Jae pelan. Masih berusaha mengontrol kesunyian mereka.

"Main gitar?" Hyuk Jae mendesah ketika suara Donghae terdengar begitu berat, seolah-olah dia menahan kantuk yang begitu sangat dan salah satu alas an untuk membatalkan janji itu.

"Kau sudah janji Donghae," ucapan Hyuk Jae itu mewakilkan ketidak sabarannya. Memutar matanya, Hyuk Jae menarik selimut yang membalut kedua kaki Donghae dan menyisakan sebagian untuk menutupi sebagiannya lagi.

"Oke, jangan marah!" Donghae bergegas mendudukkan tubuhnya, melepaskan selimut yang menghalangi tubuhnya. Dia terdengar lebih lelah dari sebelumnya dan itu membuat Hyuk Jae lebih marah. Donghae mengusap wajahnya sebelum berdiri—berjalan meraih sesuatu.

"Jangan direkam, kita tidak menggunakan apapun!" Donghae tidak mempedulikan teriakan itu, dia tertawa dan menghentikan langkahnya, memutar lehernya dan memberikan serangan kepada mata kehitaman Hyuk Jae. Serangan yang membuktikan kalau dia tidak akan kalah. Memperhatikan Donghae melanjutkan langkahnya, Hyuk Jae sadar bahwa membalas candaan itu akan berujung kepada candaan berbeda. Yang berarti les gitar adalah besok pagi atau lusa?

Dan rekaman video semacam motivasi lain untuk Donghae tetap bergerak. Beberapa faktor yang menjelaskan alasan aneh Donghae untuk memvideokan waktu-waktu dimana mereka keliatan kekanakan. Sama sekali tidak dewasa. Donghae bercerita kepadanya bahwa hidup sama dengan lirik lagu, dan memori sama dengan keabadian. Mereka diciptkan untuk menjadi cinta sejati dan hidup didalamnya. Tidak bahagia selama-lamanya tetapi berusaha untuk meraih kebahagian terbaik. Dan tidak bahagia adalah bagian dari hidup, semua orang ditakdirkan untuk bahagia dan tidak bahagia. Ini juga bisa disebut sebagai caranya merayu.

Benar sekali kalau menyukai kenangan adalah sesuatu yang baik, tetapi Hyuk Jae adalah tipe orang yang melanjutkan hidup dan melupakan kenangan. Dia suka kesempatan baru dan proses kesuksesan. Dia tidak suka berlama-lama didalam keterpurukan. Bahkan terjebak didalamnya. Jalan satu-satunya adalah tetap progresif. Kalau saja Donghae mengerti ideologi hidupnya. Pikiran itu terlempar dari otaknya ketika Donghae masuk dan suara pintu yang tertutup menimbulkan kekagetan yang besar. Hyuk Jae menatap Donghae dengan bingung, mengira-ngira dimana dia akan meletakkan kamera itu.

"Aku merasa seperti merekam adegan porno yang punya tema dan romantis," katanya. Setiap ruangan jadi penuh dengan gelak tawa yang menimbulkan tawa lainnya. Bagaimana bisa kata-kata Hyuk Jae menjadi sangat humoris ditelinganya? Kenapa dia tertawa dan bukannya mengambil gitar, malah ikut duduk disampingnya?

"Kalaupun ini porno, ini hanya akan jadi milik kita berdua. Rahasia?"

"Lucu sekali!" Hyuk Jae menaikkan alisnya, memasang mimik wajah yang sesuai dengan perkataannya yang sarkastik. Bukannya akan lebih baik kalau Donghae cepat dan menyelesaikan masalah hari ini? Dia sama sekali tidak efesien dan tidak membantu. Dia tidak menghemat waktu dan lupa kalau jadwal kuliahnya besok jam sembilan pagi.

"Lagu apa yang kau inginkan?" Donghae meraih gitar disamping tempat tidur tanpa mengangkat bokongnya. Perhatiannya terfokus kepada mata Hyuk Jae yang mulai kelihatan lelah. "Kau bisa mulai dengan serius atau sesuatu yang sederhana. Bagaimana dengan lagu lokal atau semacamnya?"

Pertama Hyuk Jae benci lagu lokal dan dia benci wajahnya direkam ketika dia kelihatan bodoh, autis. Kedua belajar tidak berarti bodoh tetapi kalau gurunya Donghae itu adalah penghinaan yang cukup besar baginya.

"Yellow?" Hyuk Jae memiringkan wajahnya, meminta pendapat dari Donghae. Apakah ini meyakinkan untuk seorang pemula? Dan bagaimana dia harus memulai memainkannya? Memulai berimain gitar?

"Aku bisa membuatnya jadi lebih simpel. Tetapi kenapa lagu seperti ini?"

Benar, ada apa dengan semua ketiba-tibaan terhadap lagu romansa? Hyuk Jae tidak sedang jatuh cinta, mungkin dia jatuh cinta untuk yang kedua kalinya kepada Donghae. Tetapi dia tidak sedang berada didalam suasana hati seperti itu. Dia mendengarkannya beberapa kali dan dia menyukai lagu semacam itu. Ini juga seperti kilasan yang menunjukkan bahwa dia sedang tidak ingin mendengarkan lagu Donghae yang penuh dengan perasaan sakit dan patah hati. Mereka patutnya memulai hari dengan kesenangan dan ciuman. Kenapa dia malah menemukan ide yang tidak Hyuk Jae sukai?

"Sebagai penghangat."

"Kau berpikir itu akan bekerja? Aku tidak akan menghapus lirik lagu didinding, mereka keren kau tahu. Aku berusaha untuk menciptakannya jadi natural."

Benar, karena perasaan natural Donghae membuatnya tidak ingin mendengarkannya lagi. Apakah Donghae sedang menebak-nebak hubungan mereka, yang berakhir dengan Hyuk Jae yang meninggalkannya. Membuatnya seperti kriminal. Kenapa dia harus menganggap itu serius, dia tidak ingin berpikir tentang itu, sungguh. Secara teknis lagu-lagu itu tidak baik dan penuh kontrol. Kartu tarot yang menghantuinya sejak tadi pagi.

"Aku hanya ingin mendengarkannya."

"Oke. Kita mainkan itu, aku akan menjadi guru yang galak dan tidak pengertian. Cukup membuatmu ragu?"

Petikan nada itu datang secara natural, sebuah bait yang menunjukkan kesungguhan hatinya kepada Donghae. Perasaan yang penuh dengan pembuktian diri dan kecintaannya terhadap hubungan mereka. Dan latihan ini berarti baik, Hyuk Jae menyerah ditengah-tengah lagu dan menyerahkan semua pekerjaan kepada Donghae. Menyisakan setengahnya untuk pria itu, menuntut Donghae untuk mewakilinya. Lagu itu menjadi ketenangan diri yang luar biasa, lagu yang luar biasa yag kadang kala Donghae nyanyikan baitnya.

Dengan bahasa Inggrisnya yang berat Donghae mempesona dan professional. Dia memperbaiki kerusakan yang Hyuk Jae ciptakan dengan keindahannya, Hyuk Jae mengganggap ini semua sedikit memalukan karena dia sama sekali tidak kedengaran seperti lagu aslinya tetapi Donghae malah menguasainya dengan sangat baik. Menikmati konsernya yang sederhana, lagunya yang istemewa dan kehebatan itu. Suaranya berat dan menekan trauma. Menekan trauma yang menyakitkan dan semua pengalaman buruk. Suaranya seperti rumah dan pengalaman.

Rumah yang melindunginya dari Hujan.

.

.

.

TBC

.

.

.

Author Note:

Fic ini semacam fanfic musikal. Kami bakal nyelipin banyak lagu kedalam fic ini, bukan songfic sih cuma semacem fic musikal?

Lagu Yellow yang di mention di ff ini dinyanyiin sama Coldplay, silahkan dicoba denger kalau mau :D

Ada beberapa lagu yang kami saranin banget buat didenger pas baca ff ini pertama Lost Star by Adam Levine, Broken by Lifehouse, Iris by Goo goo dolls, Flower For A Ghost by Thriving Ivory, Wherever you'll go by the Calling, Losing Your Memory by Ryan Star. Boleh dicoba