Kenangan manis kita dulu, akan selalu aku bawa. Bahkan hingga fangirl memisahkan.

( ~˚ʘ˚)~

Oppa? Oppa!

Hetalia Axis Power © Himaruya Hidekaz

Spongebob Squarepants © Nickelodeon

I don't get any profit by posting this fanfiction. All of the characters used belong to their respective owner.

Bahasa kasarnya sih, ya ; Hetalia hanya milik HimaPapa. Saya cuma punya cerita laknat yang dapat menyebabkan katarak ini saja.

Genre: Romance, Humor(?)

Rated T for some swearing and inappropriate actions

Warning: Typo(s), OOCness, Bahasa yang tidak sesuai EYD, plot yang nista, serta kelaknatan sang Author yang menular.

( ~˚ʘ˚)~

"Oppa!"

"Oppaaaa! Saranghaeyo!"

"Oppaaaaaaaaaaaa!"

Wang Yao, lelaki tak berdosa yang baru saja keluar dari sebuah café, langsung berlari dengan kecepatan menyamai salah satu gurita dari anime sebelah. Di belakangnya, terlihat segerombolan remaja wanita yang tampak mengejarnya seperti Primitive!Spongebob yang sedang nge-trend akhir-akhir ini. Tapi seharusnya, ini sudah jadi pemandangan sehari-hari untuk Yao. Masa' iya, sih, member boyband yang lagi naik daun gak dikejer-kejer sama fans? Kalau ada yang kayak gitu, berarti ketenarannya harus dipertanyakan. Bisa jadi, member itu gak ter-notice kayak salah satu character di anime ini.

Mata Yao yang memang sudah kelas Eagle Eyes kayak karakter pemain basket dari anime sebelah, melihat sebuah gang kecil. Tanpa menunggu banjir ataupun tsunami, Yao langsung berbelok ke gang itu dan masuk lebih, lebih, lebih dalam. Lebih dalam dari rumah batu milik Patrick tentunya. Entah rabun atau memang buta, fangirl-fangirl itu tidak melihat Yao yang berbelok ke dalam gang dan terus berlari-lari entah mengejar apa. Setelah menengok ke belakang dan memastikan bahwa tidak ada lagi yang mengikutinya, Yao memperlambat langkahnya dan mulai berjalan seperti biasa. Ia membungkuk dan menggunakan lutut mulusnya sebagai tumpuan untuk memulihkan nafasnya yang tidak teratur─tidak teratur kayak hidup yang ia jalani saat ini.

"Mereka─hah… sudah tidak ada lagi 'kan─hah…" Tanya lelaki cantik itu kepada dirinya sendiri perihal keamanan dirinya.

By the way, kalian penasaran tidak, boyband macam apa yang dinaungi Yao? Apa? Gak mau tau? Ah, gak peduli. Author bakal tetep cerita! Jadi… Yao adalah salah satu member dari boyband bernama Elite Ford yang berisi 5 orang dari berbagai negara. Dan tidak satupun member boyband itu yang sebenarnya merupakan orang Korea. Hell! Yao satu-satunya orang Asia di band itu!

Hah? Kalian tanya kenapa mereka debut di Korea dan bukannya debut di negara-negara barat macam Amerika dan Inggris dan menjadi boyband macam Satu Arah dan 5 Detik di Musim Panas? Kalau di Inggris sama Amerika itu, boyband lebih fokus sama vokal. Sedangkan kalau di Korea joget-jogetnya kan lebih aduhai~ 'Kan mereka ini kayak cacing kepanasan, jadi cocok lah di Korea.

Ada yang mau ditanyakan? Hah? Nama grupnya kayak nama mobil? Entahlah. Author juga tidak tau. Tanya saja pada salah satu anggota Elite Ford yang maniak Burger itu. Apa? Namanya kayak nama plesetan? Tidak tahu juga. Sepertinya CEO agensi merupakan fans berat dari pihak sekutu pada Perang Dunia kedua.

Udah tau 'kan? Nah, sekarang kita ulangan—eh, salah. Itu mah gayanya si alis tebal yang ada di Elite Ford. Nah, sekarang kita balik ke cerita.

Yao melongokan kepalanya keluar dari gang. Ia menengok ke kanan dan ke kiri—memastikan kembali keberadaan gadis-gadis edan yang mengejarnya tadi. Setelah yakin seyakin-yakinnya Ludwig kalau dia homo, Yao mengeluarkan diri dari sangkar—eh, maksudnya gang.

Gak ada Squidward gak ada Mr. Krabs, setelah Yao keluar dari gang tersebut, ia bertabrakan dengan seorang gadis bersurai hitam panjang. Yang dengan anehnya, terdapat satu helai rambut yang mencuat. Dan di antara lengkungan helai rambut yang mencuat itu… terdapat… wajah? Entah kenapa juga, bukannya berdiri dan minta maaf setelah terjatuh, mereka hanya terdiam memandang satu sama lain. Jangan-jangan cinta pandangan pertama, ea~

"Yao-oppa!"

Dan tiba-tiba, wanita yang ditabrak oleh Yao memeluk lelaki berambut panjang dan bertampang cantik itu.

Dia memeluk Yao.

Yao merasa sangat mampus sekarang. Bagaimana jika paparazzi menemukan mereka dan akhirnya terbentuk skandal?! Nanti namanya akan dipandang jelek dan anggota se-bandnya juga akan dibawa-bawa! Lalu, lalu agensi kesayangannya yang sudah seperti rumah kedua bisa-bisa bangkrut. Nanti Yao jadi melarat. Terus nanti gak bisa pulang ke Cina juga karena gak punya duit.

Baru saja ingin berteriak dan kabur dari tempat kejadian, tetapi Yao mengurungkan niatnya setelah memperhatikan wajah sang gadis dari dekat. Matanya yang besar dan terlihat berkilau, hidungnya yang kecil dan terlihat imut, bibirnya yang tipis dan berwarna kemerahan—tunggu. Kenapa Yao jadi dramatis begini?

"Soo Yong!"

Gadis itu. Im Soo Yong. Tetangga Yao ketika ia masih tinggal di Cina dulu.

( ~˚ʘ˚)~ Flashback Start ( ~˚ʘ˚)~

12 tahun yang lalu. Guangzhou, Cina.

Kali ini ada yang berbeda dari hari-hari yang Yao jalani sebelumnya. Kali ini, pertama kalinya dalam hidup bocah itu, ia kedatangan tetangga baru. Karena tingkat kepenasaranan dalam bocah Tiongkok itu lumayan tinggi, Bocah itu melompat-lompat di depan pagar pembatas rumahnya untuk melihat tampak luar tetangga barunya.

"Eomma! Appa!"

Yang pertama kali Yao lihat adalah Saipul Jamil—eh, kok malah Saipul Jamil. Itu mah homo dangdutan ya? Yang Yao lihat ada seorang gadis kecil berambut panjang yang tampak lebih muda darinya. Tidak. Yao tidak terpana dengan wajah byutipul gadis itu. Yang Yao bingungkan adalah bahasa antah berantah yang baru saja gadis itu teriakkan.

"Eomma? Appa? Bahasa mana ntu?" Yao bertanya kebingungan kepada dirinya sendiri.

"Mǔqīn! Mǔqīn!" Yao berteriak memanggil ibunya dari luar.

"Orang itu ngomong apa, Mǔqīn?" Tanya Yao tanpa memberikan jeda untuk ibunya menjawab

Ibu Yao memerhatikan ke arah yang tangan mungil Yao tunjuk. Setelah berhasil mengedintifikasi (ceilah kayak detektif aja) bahasa apa yang mereka katakan, ibu Yao menjentikkan jarinya tanda ia mengetahui sesuatu.

"Sepertinya mereka orang Korea…"

"Hah? Korea? Korea apaan? Makanan?" Yao mah apa daya. Semua dia anggap makanan.

Ibu Yao terkikik geli mendengar pertanyaan anaknya. Yao kecil memandang ibunya bingung dan bertanya mengapa wanita itu tertawa. Dan ibu Yao hanya menjawabnya dengan serantaian 'tidak apa-apa'. Setelah itu, ibu Yao kembali masuk ke dalam rumah dan keluar membawa sebuah panci besar yang beraroma harum masakan Cina.

"Mǔqīn? Itu untuk apa?"

"Ini? Ini untuk tetangga kita itu." Jawab ibu Yao sambil mengumbar senyum teduhnya.

Yao hanya mengangguk-angguk mendengar jawaban ibunya. Kemudian, ibu Yao mengajak Yao keluar untuk menyapa tetangga baru mereka—dan juga memberikan hadiah selamat datang berupa makanan. Mantap yeu. Setelah ibu Yao berdiri di depan pagar dan memencet bel, seorang laki-laki terlihat datang ke arahnya. Kelihatannya seorang gadis kecil tampak mengikuti sambil bersembunyi dibalik tubuh lelaki itu. Dan puji syukur, lelaki itu bisa berbahasa Mandarin.

"Hai, aku adalah kepala keluarga ini. Salam kenal. Semoga kita bisa akrab sebagai tetangga."

Lelaki itu menyapa ibu dengan suara yang terdengar kikuk. Tangannya diulurkan ke depan—tampak sudah siap menerima hadiah dari tetangganya. Dan tentu saja, uluran tangan itu dibalas dengan pemberian sebuah panci besar berisi makanan rumah buatan ibu Yao.

"Ummh…" Terdengar sebuah erangan kecil dari balik punggung lelaki itu.

"Ah? Soo Yong mau berkenalan?"

Lelaki itu bertanya kepada gadis kecil yang ia sebut Soo Yong dengan Bahasa yang tidak dikenal oleh Yao. Mendengar pertanyaan dari sang Ayah, gadis itu mengangguk kecil. Kemudian ia maju ke depean ayahnya dan membungkuk ke arah Yao dan ibunya.

"Annyeonghaseyo, naneun Im Soo Yong imnida."

Gadis kecil itu berteriak lantang. Lagi-lagi dengan Bahasa yang tidak Yao mengerti. Yao hanya bisa bengong menatapnya tanpa arti. Apa? Mau ditatap penuh arti? Mana bisa. Yao ngerti bahasanya aja enggak.

"Soo Yong, gunakan Bahasa Inggris saja—ah, maaf. Soo Yong-ah masih belum menguasai Bahasa Mandarin. Apa anakmu itu bisa berbahasa Inggris?

Lelaki itu—ayo kita sebut saja ayah Soo Yong berkata kepada anaknya menggunakan Bahasa Korea. Lalu kemudian bertanya kepada ibu Yao dengan menggunakan Bahasa Mandarin. Dia bilingual. Mantap. Ibu Yao hanya menjawab pertanyaan ayah Soo Yong dengan sebuah anggukan kecil. Kemudian, Soo Yong mulai membuka mulutnya—mengucapkan kembali kalimat perkenalan dengan bahasa yang lain.

"Hello, my name is Im Soo Yong. Nice to meet you."

Soo Yong memperkenalkan dirinya lagi. Sekarang Yao baru bisa ngeh dia ngomong apa. Yao juga anak pinter. Dia juga bisa Bahasa Inggris! Emangnya cuma Soo Yong yang bisa? Setelah mendapat tepukan di punggung yang berasal dari ibunya, yao juga mulai memperkenalkan dirinya. Tidak melupakan tata karma, Yao membungkuk terlebih dahulu baru mengucapkan kalimat perkenalan.

"Hello! My name is Wang Yao! Nice to meet you too!"

Yao balas memperkenalkan dirinya dengan suara yang tidak kalah lantah. Mungkin saja Yao sedang ingin menunjukkan kemampuan Bahasa Inggrisnya. Setelah berkenalan, Yao mengajak Soo Yong ke taman bermain di dekat rumah mereka. Cie, Yao. Masih kecil udah bakat pedekate cie. Cie.

"Yao-oppa!" Soo Yong berteriak memanggil Yao. Lagi-lagi dengan panggilan yang ia tidak mengerti.

"Hah? Apaan sih oppa-oppa? Dikira gue engkong lu?" Heh Yao bahasanya ya. Ckckck.

Tidak usah pedulikan itu. Pertama-tama, bagaimana Yao tahu kalau dalam Bahasa Melayu opa berarti nenek? Entahlah. Mungkin Yao suka membaca trivia-trivia gak mutu di perpustakaan sekolahnya.

"Hah? Kok engkong? Oppa 'kan artinya akang, mas, abang dalam Bahasa Korea!"

Soo Yong membalas pertanyaan Yao dengan nada sewot. Yao ikutan sewot. Kita semua sewot. Author juga jadi pengen sewot.

Yang pasti, mereka jadi tetangga selama 7 tahun. Dan dalam kurun waktu itu, Soo Yong berhasil menguasai Bahasa Mandarin dengan bantuan akang Yao. Hingga akhirnya Soo Yong dan keluarganya pindah ke Jerman. Entah untuk alasan apa. Dasar keluarga nomaden. Mereka berdua terpisah. Diam-diam meninggalkan perasaan manis yang mereka simpan untuk satu sama lain.

( ~˚ʘ˚)~ Flashback End ( ~˚ʘ˚)~

To Be Continued~

Atas ketidak bijakan Author yang tidak bertanggung jawab ini, fic ini dibagi dua dan dijadikan Twoshot, karena sudah melebihi 1500 words *StandarMuLemahTjih