Genre : Romance/Hurt/Comfort

Disclaimer : Cerita asli buatan sendiri jika ada kemiripan dengan cerita lain mohon maaf...

Summary

Apa kamu percaya bahwa vampire itu ada? Aku Kagamine Rin dulunya sangat tidak percaya pada vampire. Tapi itu semua berubah sejak aku semakin mengenal Kagami Len. Kehidupanku yang tenang mulai berubah sejak aku berhubungan dengan Len...


Happy Reading... ^_^

"Eng... Ohayou (Pagi) Rinto-nichan (Kak Rinto)" sapa seorang gadis dengan rambut pendek sebahu berwarna kuning cerah dengan sebuah pita besar berwarna putih dan sepasang jepit berwarna putih di sisi kiri rambutnya.

Gadis itu sudah mengenakan seragam sekolahnya dengan rapi. Sebuah baju lengan panjang berwarna putih dengan sebuah pita berwarna merah yang terpasang di lehernya dan juga sebuah rok kotak-kotak berwarna merah diatas lutut. Dan juga sebuah blazer berwarna merah. Nama gadis itu Kagamine Rin, baru saja menyapa aniki (kakak laki-laki) satu-satunya yang baru saja selesai menyiapkan makanan diatas meja makan. Kagamine Rinto adalah nama aniki dari Kagamine Rin. Laki-laki itu memiliki rambut yang sama dengan imoutonya (adik perempuan) hanya saja rambutnya lebih pendek dan dikedua sisi rambutnya terdapat jepit berwarna putih seperti milik imoutonya. Seragam yang dikenakan olehnya juga hampir sama dengan imoutonya hanya saja di lehernya ia mengenakan sebuah dasi berwarna merah dan mengenakan celana panjan kotak-kotak berwarna merah juga sebuah blazer untuk laki-laki berwarna merah. Perlu diketahui bahwa Kagamine Rinto adalah seorang aniki yang sangat overproctective terhadap imoutonya yaitu Kagamine Rin. Tidak pernah dia biarkan ada sembarang laki-laki yang mendekati imoutonya apalagi menyakitinya. Karena jika itu sampai terjadi mungkin orang yang sudah menyakiti adiknya itu tidak akan pernah selamat. Berlebihan memang, tapi itulah tanda bahwa dia sangat menyayangi imoutonya.

"Ah... Ohayou Rin" laki-laki itu tersenyum menyambut imoutonya yang baru saja memasuki dapur untuk memulai sarapan paginya sebelum dia berangkat sekolah bersama dengan anikinya.

"Rinto-nichan hari ini jadi mengantarku ke Toko Buku kan?" gadis itu bertanya dengan wajah yang penuh harap.

"Ehm... Gomen Rin. Ni-chan hari ini tidak bisa mengantarmu, Ni-chan baru ingat kalau hari ini Ni-chan ada ekskul. Bagaimana kalau besok saja?" Rin tampak sangat kecewa pada pada jawaban dari anikinya.

"Eh... tapi kemarinkan Rinto-nichan sudah janji akan mengantarku kesana"

"Ia... Ni-chan tahu. Tapi Ni-chan baru ingat kalau hari ini Ni-chan ada ekskul jadi Ni-chan tidak bisa mengantarmu. Ni-chan janji besok akan mengantarmu kesana"

"Tidak mau. Kalau Rinto-nichan tidak bisa mengantar. Aku bisa pergi sendiri kok" jawab Rin yakin.

"Tidak boleh. Bagaimana kalau sampai terjadi sesuatu padamu saat kamu pergi kesana sendiri?" Rinto tampak tidak yakin membiarkan Rin pergi sendiri kesana tanpa ada yang menemaninya.

"Rinto-nichan aku bukan anak kecil lagi. Aku bisa menjaga diriku sendiri. Tidak akan ada yang terjadi padaku"

"Bagaimana kamu tahu akan baik-baik saja? Kamu terlalu kecil untuk bisa membela dirimu sendiri, Rin!" Rinto yang sudah tidak tahan dengan kelakuan imoutonya tanpa sadar dia sudah membentak imoutonya sendiri.

"AKU BISA NI-CHAN"

"TIDAK RIN"

"Aku tidak peduli lagi. Aku akan tetap pergi sendiri" setelah mengatakan itu Rin segera mengambil tasnya dan berlari keluar rumah.

"RIN" Rinto memanggil imoutonya dengan nada kemarahan.

"Aku benci Rinto-nichan" di pintu depan Rin sempat menoleh pada anikinya dan mengatakan hal yang membuat Rinto terkejut mendengarnya, setelah mengatakan itu Rin segera berlari meninggalkan rumahnya.

Setelah kepergian imoutonya, Rinto langsung terduduk lemas di meja makan. Laki-laki itu tampak sangat menyesali hal yang baru saja terjadi.

'Ni-chan hanya sangat menghawatirkanmu Rin. Ni-chan tidak mau terjadi hal buruk terjadi padamu' gumam Rinto dalam hati.

Di sekolah Vocaloid Hight School, Rin memasuki kelasnya dengan wajah yang masih terlihat kesal. Terang saja teman-teman sekelasnya tempak heran melihatnya. Tapi dasarnya Rin yang masih kesal, tanpa memperdulikan tatapan heran dari teman-temannya. Dia berjalan kebangkunya dan mendudukkan dirinya disana.

Dipojok kelas terlihat 2 orang laki-laki dan 1 orang gadis yang menghentikan pembicaraan dan menatap heran pada Rin.

"Ada apa dengan Rin-chan ya? Ah... jangan-jangan dia ada masalah" ucap gadis dengan rambut panjang berwarna hijau dan dikucir twintail, yang diketahui bernama Hatsune Miku sahabat dekat Rin.

"Hmm... mungkin saja. Dia tampak sangat kesal hari ini. Ia kan Len?" ucap laki-laki yang duduk disebelah miku. Laki-laki dengan rambut rambut pendek berwarna biru dan juga selalu menggunakan syal berwarna biru tua.

"Ia, sepertinya begitu." Jawab laki-laki dengan rambut berwarna kuning cerah yang rambutnya dikucir ponytail kecil dan dibagian depan rambutnya sedikit berantakan bernama Kagami Len. Mata berwarna biru cerah milik laki-laki itu tampak memandangi Rin dengan pandangan khawatir. 'Apa yang terjadi padamu Rin?' gumam laki-laki itu dalam hati.

"Tanyakan saja kalau kamu memang ingin tahu Len" ucap Kaito yang seperti dapat membaca pikiran Len atau dia memang dapat membaca pikirannya?

"Ck, kenapa tidak kamu beritahu saja aku, Kaito!"

"Haha tentu saja tidak akan. Sama sekali tidak menarik jika memberitahumu apa yang sedang Rin pikirkan sekarang."

"Ck, kenapa sih aku tidak bisa membaca pikiran Rin? Menyebalkan"

"Tentu saja kau tidak akan bisa membaca pikirannya. Itu karena kita tidak akan bisa membaca pikiran orang yang kita cintai, kamu tahu kan?"

"Tentu saja aku tahu. Orang yang kita cintai ya? Apa boleh aku mencintainya?" tanya Len dengan wajah yang tampak sangat sedih dan tertekan.

"Tentu saja boleh. Tenang saja kami akan mendukungmu! Ia kan Miku?" Miku menganggukan kepalanya tanda setuju dengan perkataan pacarnya itu.

"Tapi kalian tahu kan. Kami ini berbeda!"

"Tapi kamu mencintainya kan. Jika kamu memang mencintainya kejarlah dan jagalah dia selalu Len"

"Arigatou (terima kasih) Kaito, Miku"

"Sama-sama kami akan selalu mendukungmu Len" jawab Miku dan Kaito bersamaan.

Rin POV

Akh menyebalkan! Kenapa sih Rinto-nichan selalu menganggapku seperti anak kecil saja. Padahal akukan sudah SMA, dia pikir aku tidak bisa menjaga diriku sendiri apa?

"Hy"

"Eh... L-Len. A-Ada apa?" Ah gugup sekali, kenapa aku bisa tidak sadar sih ada Len didepanku.

"Hmm... harusnya aku yang tanya ada apa padamu?" setelah mengatakan itu Len menarik sebuah kursi dan meletakkannya tepat disampingku kemudian dia duduk disana.

"A-Aku tidak apa-apa kok"

"Jangan berbohong padaku Kagamine Rin" saat aku memandang wajahnya aku melihat dia tampak memandang aku dengan khawatir.

"Ehm... itu... sebenarnya..."

"sebenarnya apa?"

"Sebenarnya aku baru saja bertengkar dengan Rinto-nichan..." ucapku dengan nada suara sedih dan sedikit kesal.

"Hmm... bertengkar kenapa?"

"Sebenarnya hari ini aku mau pergi ke toko buku bersama Rinto-nichan, tapi tadi pagi Rinto-nichan membatalkannya karena dia ada urusan sepulang sekolah. Lalu saat aku ingin pergi sendiri Rinto-nichan melarangku, menganggapku seperti anak kecil yang tidak bisa menjaga diri sendiri. Tentu saja aku kesal dan akhirnya kami bertengka" Ah rasanya lega bisa menceritakan hal ini pada Len.

"Ne (hy)... Rin harusnya kamu bisa mengerti perasaan Rinto-san. Dia melakukan itu karena dia hanya tidak ingin terjadi sesuatu hal yang buruk padamu. Kamu tahukan?"

"Ia aku tahu. Tapi tidak perlu menganggapku seperti anak kecil jugakan"

"Dia hanya khawatir padamu Rin. Kalau aku jadi dia, aku juga akan melakukan hal yang sama karena aku juga tidak mau ada sesuatu yang buruk menimpamu Rin. Jadi lebih baik kamu minta maaf pada Rinto-san" Ah wajahku memerah karena perkataan Len tadi. Malunya!

"Emh... I-Ia setelah dari toko buku aku akan minta maaf pada Rinto-san"

"Hmm... baguslah. Bagaimana kalau nanti aku menemanimu ke toko buku? Tidak keberatankan?"

"Eh... beneran? K-Kamu mau nemenin aku nanti?"

"Tentu saja. Sepulang sekolah nanti kita pergi kesana, Ok?" Ah senangnya bisa pergi dengan Len.

"Emh..." Aku segera menganggukkan kepalaku sambil menatap mata Len yang tampak sangat menawan.

Rin POV End

Sepulang sekolah Rin dan Len segera pergi ke toko buku, yang memang letaknya tidak terlalu jauh dari sekolah. Sesampainya di toko buku Rin langsung menuju ke rak bagian novel dan segera menemukan novel yang sudah sangat dia inginkan.

"Kamu sangat menyukai buku itu ya?" tanya Len yang memperhatikan buku yang dibawa oleh Rin dengan teliti.

"Eh... I-Ia aku sangat menyukai buku ini. Ceritanya begitu romantis dan keren sekali"

"Hmm... begitu"

"Ah... aku mau ke kasir dulu dan membayar buku ini. Len tunggu diluar saja"

"Baiklah" setelah itu mereka berpisah, Len berjalan keluar toko dan Rin segera membayar buku yang dipilihnya dan segera menyusul Len yang sudah menunggunya diluar toko.

Setelah itu Len mengantar Rin pulang. Tapi hanya sampai di taman dekat rumah Rin saja karena Rin menolak untuk diantar sampai rumah. Karena dia tidak ingin Len pulang terlalu malam karena harus mengantar dia sampai ke rumah lagipula rumahnya sudah tidak terlalu jauh lagi jadi menurutnya tidak akan terjadi apa-apa kalau dia pulang sendiri. Tapi tentu saja Len menolak hal itu, dia sama sekali tidak ingin Rin pulang sendiri apalagi hari sudah malam. Yah hari ini mereka memang pulang malam dikarenakan Rin yang mengajak Len untuk mampir ke sebuah cafe dulu sesaat setelah mereka pergi dari toko buku.

"Kau yakin tidak perlu aku antar sampai rumahmu?" tanya Len yang tampak tidak yakin membiarkan Rin pulang sendiri kerumahnya walaupun jarak rumah Rin hanya tinggal melewati satu gang lagi.

"Ia aku yakin Len. Tenang saja aku akan baik-baik saja. Lebih baik Len pulang saja, aku tidak mau Len pulang terlalu malam karena mengantarku sampai dirumah" Rin mencoba meyakinkan Len untuk tidak perlu mengantarnya pulang.

"Hah... baiklah. Aku pulang dulu Rin. Kamu hati-hati ya dijalan" akhirnya dengan hati yang berat dia membiarkan Rin pulang sendiri.

"Ia, Len juga hati-hati ya. Mata ashita(sampai bertemu besok)"

"Hmm... mata ashita"

Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan kerumah mereka masing-masing. Tapi saat Rin mulai berjalan digang dekat taman yang memang sepi dan gelap di merasakan ada seseorang yang mengamati dan mengikutinya dibelankang. Tapi saat dia melihat kebelakang dia sama sekali tidak menemukan siapapun. Akhirnya Rin mengira bahwa semua itu hanya halusinasinya saja dan kembali melanjutkan perjalanannya. Tapi saat dia berjalan beberapa meter kedepan dia melihat seseorang dengan mata merah dan juga dia memiliki cakar yang panja dikedua tangannya. Apalagi dikedua tangan, mulut, dan tubuhnya terdapat noda darah. Hal itu jelas saja membuat Rin sangat ketakutan. Tapi yang bisa dia lakukan sekarang hanya diam terpaku tanpa bisa mengikuti perintah otaknya yang menyuruhnya untuk segera lari dari sana.

Seseorang itu dengan cepat berlari dan menerjang Rin. Dan yang bisa Rin lakukan hanya menutup matanya dan membisikkan satu nama 'Len'. Sesaat setelah itu dia merasakan ada sepasang tangan yang menariknya dalam sebuah dekapan. Dan saat dia membuka mata, dia dapat melihat Len dengan matanya yang merah dan wajah penuh dengan kemarahan serta tangannya yang sudah seperti cakar sedang mendekapnya dengan sangat erat. Sedangkan sosok yang tadi akan menyerang Rin sudah terjatuh ditanah dan melebur menjadi abu.

"L...Len..." Di sela-sela ketakutannya dan air matanya yang entah kapan sudah mengalir dipipinya dia berusaha untuk berbicara.

"... Kamu baik-baik saja kan Rin?" tanya Len akhirnya yang sedari tadi hanya terdiam dan sekarang wujudnya sudah kembali menjadi Len yang biasanya dilihat oleh Rin.

Rin hanya menganggukkan kepala dan setelah itu dia segera melepaskan diri dari dekapan Len dan berjalan mundur menjauhi Len. Len yang merasa Rin mulai menjauhi dirinya hanya bisa terdiam terpaku ditempatnya sekarang. Dia sama sekali tidak tahu harus berbuat apa.

"Kamu takut padaku Rin?" tanya Len setelah terdiam cukup lama dan Rin hanya bisa menggelengkan kepalanya.

"Lalu kenapa kamu menjauhiku?" tanya Len sekali lagi.

"A-Aku hanya bingung Len. A-Aku sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya baru saja terjadi" jawab Rin dengan suara yang begitu lirih tapi masih dapat Len dengar karena memang pendengarannya yang memang tajam.

"Mendekatlah Rin. Aku akan memberitahu semua hal yang ingin kamu ketahui kepadamu oleh karena itu kemarilah" Rin segera mendekat kearah Len.

Setelah Rin sudah benar-benar dekat dengannya, Len segera menggendongnya dalam dekapan tangannya dan membawanya ketaman.

Bersambung...


salam kenal semua... ^_^

saya adalah seorang pemula disini jadi jika cerita kurang memuaskan saya benar-benar minta maaf minna dan untuk chapter selanjutnya akan segera saya publish secepatnya.

kritik dan saran saya terima