Naruto © Masashi Kishimoto

Indirect Kiss (Setengah-Setengah) © Ly Melia

Uchiha Sasuke x Haruno Sakura

Warning : AU, OOC, Typo(s), Gaje, EYD Berantakan, DLDR!

.

.

.

Aku tahu, nasibku tidak akan berjalan seindah rangkaian melodi 'Simple Gifts' yang baru saja selesai dimainkan oleh teman sebangkuku, Sasuke Uchiha, dengan pianikanya. Terlebih ketika suara lirih Kakashi-sensei terdengar, mengabsen satu nama di bawah nama sang Uchiha-

"Sakura Haruno."

Namaku.

Aku menggigit bibir bawahku sebentar. Berpikir apa yang sebaiknya aku lakukan-atau mungkin katakan, sampai Kakashi-sensei melanjutkan pernyataannya,

"Kau bisa mulai sekarang."

"Aku lupa bawa pianika Sensei. Maaf," kataku pada akhirnya. Kurasa berkata yang sebenarnya adalah pilihan terbaik untuk sekarang. Selain itu, ada satu hal yang nampaknya perlu aku negosiasikan dengan Sensei berambut mencuat itu.

Aku beranjak dari tempat dudukku, lalu membungkukkan badan beberapa kali untuk menyatakan betapa menyesalnya diriku sekarang ini, "Tanpa mengurangi rasa hormat, aku mohon berilah aku sedikit toleransi untuk mengulang di waktu yang akan datang."

"Maaf, Haruno. Tapi tidak akan ada waktu yang akan datang. Selepas pelatihan, kita akan langsung memasuki bab berikutnya guna mengejar ketertinggalan," Imbuh Kakashi-sensei tanpa belas kasihan.

Memang sih, satu minggu lalu Kakashi-sensei sudah berpesan bahwasanya pengambilan nilai untuk bab musik yang seharusnya dilakukan minggu depan akan dimajukan satu minggu lebih awal-minggu ini, karena pelatihan guru menyangkut penerapan kurikulum baru akan dilaksanakan mulai besok. Dan adalah kesalahanku yang lupa akan itu hingga dengan sengaja meninggalkan pianikaku saat hendak berangkat ke sekolah tadi pagi. Tapi kan,

"Lalu nilaiku bagaimana, Sensei?" Ucapku rada memelas.

"Apa boleh buat, kau akan dapat nilai E untuk bab kali ini."

Tubuhku lemas seketika. Kuhempaskan kembali pantatku keatas kursi. Mati lah aku! Aku, Sakura Haruno, murid berprestasi dari awal masuk SMP, akan mencoreng daftar nilainya dengan goresan pulpen merah untuk kali pertama. Sial! Sial! Sial! Sial! Sial! Si-

"Atau..."

ATAU?

"Kau bisa pinjam pianika Sasuke atau siapapun. Kalau permainanmu bagus, aku akan menyelamatkan nilai pengetahuan dan nilai sikapmu sekalian."

Eh? Pinjam pianika Sasuke? Sasuke Uchiha? Tapi tadi kan dia baru selesai main! Terus pianikanya dikasih ke aku, begitu?

Itu sih keberuntungan dalam nasib buruk namanya!

Kau taulah... kalau aku memakai pianika yang sama dengan Sasuke-kun apalagi laki-laki itu baru saja selesai memainkannya, artinya sama saja kami uhuk-berciuman-uhuk. Meski secara tidak langsung. Ya, tidak langsung yang bahkan lebih dari cukup untuk memancing emosi para gadis remaja di kelas ini-terbukti dari macam-macam tanda bahaya yang sontak mereka layangkan begitu Kakashi-sensei mendeklarasikan usulannya tanpa sedikitpun rasa berdosa. Che, jangankan di kelas ini, satu angkatan pun bisa dibuat iri kalau mereka tau seorang Sakura Haruno akan mencuri ciuman pertama Sasuke Uchiha dalam hitungan menit.

Tapi-tapi, Sasuke-kun keberatan tidak yah? Pasalnya satu dari sedikit The Most Wanted Boys At School ini selalu terkesan menghindar dari segala bentuk kontak fisik dengan lawan jenis-lawan jenis yang kumaksud disini adalah para penggemar fanatik Sasuke-kun yang kadang bersikap tidak wajar. Bukan berarti aku menuduhnya yang tidak-tidak loh ya! hanya saja itulah kesan yang aku tangkap dari seorang Sasuke Uchiha. Dia tipe introvert.

Terlebih kami tidak begitu akrab. Memang, barusan aku mengatakan kalau dia itu teman sebangkuku. Tapi itupun bisa terjadi karena perombakan denah kelas beserta tempat duduk siswa yang dilakukan secara sepihak oleh dewan guru awal semester lalu dengan tujuan-

"Jadi Sakura, bagaimana?" Aku tersentak dari lamunanku kala mendengar pertanyaan lanjutan dari Kakashi-sensei.

"Kalau kau tidak mau, aku akan memanggil siswa ber-"

"Aku mau!" Ucapku lantang tanpa pikir panjang. Ayolah, Kakashi-sensei bahkan tidak memberiku kesempatan untuk berpikir dalam mengambil putusan.

3 detik berselang, barulah aku bahwa aku telah menyetujui usul Kakashi-sensei dengan penuh percaya diri tanpa meminta persetujuan pihak bersangkutan.

"Err..." kulirik lelaki di sampingku takut-takut. Dan seolah bisa membaca pertanyaan yang tak mampu kusuarakan, Sasuke-kun dengan cueknya menyodorkan pianika miliknya kearahku, lalu membuang muka kearah lain tanpa sedikitpun tampang perduli.

TERIMA KASIH, TUHAN!

"Kau bisa mulai sekarang!"

Terdengar instruksi dari Kakashi-sensei, diikuti jeritan tertahan dari beberapa gadis yang terdengar seperti Karin, Hotaru, Ino-eh! Ino?! Apa-apaan! Dia kan sudah punya Sai!

Oh, lupakan.

Mengabaikan pergelangan tanganku yang mendadak gemetar hebat karena alasan tertentu, aku mengangkat mouthpiece pianika Sasuke-kun. Benda kecil tersebut masih terasa agak basah ketika aku meletakan dan mengapitnya di antara kedua bibirku. Ohh... ingatkan aku untuk bernafas. Rasanya seperti aku bisa merasakan langsung bibir Sasuke-kun yang beberapa menit lalu juga menempel pada mouthpiece yang sama dengan yang berada di mulutku kini. Hal terakhir yang kurasakan sebelum aku memulai permainanku hanyalah rasa hangat yang menjalari pipi dan telingaku.

Sayang sekali, tampaknya Sasuke-kun enggan memperhatikanku. Sementara jari-jariku sibuk menekan tuts demi tuts yang tersusun rapi di atas pianika miliknya, ekor mataku menangkap sosok tampan itu masih setia membuang muka kearah yang berlawanan dengan direksiku. Apa penyebabnya, kurasa harus kucari tahu lain waktu.

Singkat cerita, aku mendapatkan nilai A untuk pengambilan nilai kali ini. Terima kasih kepada Sasuke-kun untuk pianikanya. Dan tentu saja, ciuman tidak langsungnya!

.

.

.

Belum The End

.

.

.

A/n :

Based on my true story! :3 Yang tentu saja di edit sana-sini hingga terciptalah fic abal ini. Bukannya ngelanjutin fic yang itu, tapi malah bikin baru, maaf. Hanya ini yang bisa saya persembahkan sekembalinya saya setelah absen begitu lama (abis ini absen lagi) *dilemparsendal*.

Terima kasih buat yang sudah baca sampai sini. Akhir kata, mind to RnR?

-Ly Melia

.

.

.

Omake

Jam pelajaran Kakashi-sensei telah usai beberapa menit yang lalu bersamaan dengan berderingnya bel tanda pulang. Aku merapikan buku-bukuku dengan segera ketika bayangan pianika milik Sasuke-kun yang masih tergeletak manis diatas mejaku tertangkap ekor mataku.

Hmm, rasanya tidak enak kalau aku mengembalikannya begitu saja setelah kugunakan. Atas pemikiran itu, kukeluarkanlah selembar tisu dari sakuku. Tangan ini telah bersiap meraih selang alat musik tiup itu jika saja Sasuke-kun tidak buru-buru meraihnya untuk segera dimasukkan kedalam tas.

"B-biar kubersihkan dulu." Kataku, masih merasa tidak enak hati. Namun Sasuke-kun tidak menghentikan kegiatannya. Ia hanya menggumamkan sesuatu seperti, "Hn. Tidak perlu."

Mengedikkan bahu sesaat, aku memutuskan untuk tidak terlalu mempermasalahkan perkataan Sasuke-kun barusan.

"A-ano, terima kasih untuk yang tadi. Aku tidak tau akan jadi bagaimana nilaiku tanpa dirimu. Dan... err... maaf," imbuhku lagi. Kutatap malu-malu Sasuke-kun yang kini telah siap beranjak dari tempat duduknya.

"Hn?"

Bodohnya aku, tentu saja ia tidak mengerti. Haruskah kujelaskan?

"Maaf untuk apa?"

Sepertinya harus.

"Maaf soal ciuman pertamamu. Kau tau kan... t-tadi kita baru saja b-b-berciuman-ah tidak! Sebenarnya itu tidak bisa disebut sebagai ciuman, karena dilakukan secara tidak langsung! K-kau bisa bilang kalau itu hanyalah setengah berciuman atau mungkin-"

"Aku tidak peduli dengan hal semacam itu, Sakura."

Pft. Benar. Kaum lelaki mana paham sih soal betapa berharganya ciuman pertama bagi seorang wanita meski secara tidak langsung sekalipun. Mendengus sebal, aku cepat-cepat mengemas sisa buku dan alat tulisku yang masih tertinggal di kolong meja ketika suara baritone Sasuke-kun kembali terdengar,

"Lagipula, apa enaknya melakukan sesuatu setengah-setengah?"

"Hm?" Aku mendongak, hanya untuk mendapati Sasuke-kun yang kini tengah menatapku lekat dengan sepasang netra gelap miliknya. Ini merupakan kali pertama ia menatapku sampai sedalam itu. Dan untuk alasan tertentu, jantungku berdebar tak terkendali kala menyadari fakta bahwa kami adalah satu-satunya siswa yang masih berada di dalam kelas.

"Sini, biar kuberitahu apa yang barusan kau sebut sebagai ciuman pertama!"

Hal selanjutnya yang kutahu adalah tubuhku terdorong kedepan-merespon gaya tarik yang Sasuke-kun berikan pada pergelangan tangan kiriku.

.

.

.

The End beneran