hallo ini fanfic pertama saya jadi kalo ada yang salah mohon maaf yaa!
Disclaimer: Mashashi kishimoto
Warning: OOC, miss typo.
Rating: T
Pairing: Sasuke x Hinata, slight Naruto x Sakura
-selamat membaca!-
Seorang gadis berambut indigo berjalan cepat menuju sebuah taman diikuti dengan rok seragamnya yang dihiasi dengan motif kotak-kotak berwarna ungu tua, rambutnya yang panjang mengikuti lambaian angin seperti ombak di laut yang terbentang luas.
Sesampainya di taman gadis itu melangkahkan kakinya yang tidak terlalu panjang juga tidak terlalu pendek ke salah satu pohon yang lumayan besar untuk ukuran tanaman yang tumbuh subur di taman belakang sekolah ini. Ia duduk dibawah pohon itu, kemudian mengambil tasnya lalu membuka dan mengeluarkan sebuah buku novel yang tebalnya sekitar 2,5 cm. Gadis itu membuka bagian tengah buku novel itu. Matanya yang berwarna lavender tertuju pada buku novel di pangkuannya dan bergerak dari sisi kiri ke sisi kanan lalu mengulang lagi.
Gadis ini sepertinya terlalu serius membaca novel itu, tidak sampai seseorang pria berdiri didepannya dengan tatapan tidak suka, kedua tangannya di sembunyikan dibalik kantong celananya yang berwarna biru dan motifnya sama seperti yang dikenakan gadis ini. Laki-laki itu mengangkat sebelah alisnya. "Kau siapa?" Tanyanya dengan tenang.
Gadis itu mendongak dan melihat pemuda itu ia hanya duduk terdiam seperti posisi sebelumnya. Ia tidak kagum. Ia hanya merasa aneh dengan pemuda berambut raven ini, mata onyxnya seperti memaksa dirinya untuk tetap menatap warna hitam itu.
"Hmm.. biar kutebak. Kau ini bisu ya?" Pemuda itu terkekeh. Matanya melirik ke arah kanannya tidak lagi menatap gadis yang masih duduk terdiam melihatnya. Laki-laki itu menghela nafas. "Oke, baiklah. Haah... itu tempatku bisakah kau minggir?" Katanya dengan nada yang datar dan tidak merasa bersalah sekali.
Sang gadis menernyitkan dahinya "A-apa?" Ia menutup buku novel yang tadi sedang dibacanya. Berbeda dengan yang tadi kali ini mata lavendernya menatap pemuda itu dengan sinis, tidak terima dengan kata-kata yang keluar dari mulut orang didepannya.
Mata lelaki itu kembali menatap wajah gadis di depannya, sesaat ia bisa melihat tersirat perasaan kesal dari wajah gadis itu. "Perlukah kuulangi?" Tanya pemuda itu mengejek. "Itu tempatku. Bisakah kau minggir, Nona?" Ucapnya sambil mencondongkan badannya kearah gadis itu, dan sekali lagi ia memperhatikan wajah sang gadis cantik didepannya dan kali ini keseluruhannya dari pipi, dahi, matanya, alis, bibir, dagu, semuanya ia perhatikan, seperti tak percaya ia tetap memandangi wanita didepannya dengan tatapan aneh. Ia merasa tertarik dengan gadis ini walaupun ia tidak menyadarinya.
Gadis itu terdiam sesaat waktu seorang laki-laki yang ia tidak kenal menatapnya tajam dalam jarak kurang lebih 5 cm didepannya "Oh, maafkan aku tuan muda yang tidak punya sopan santun. Setauku aku yang pertama kali duduk disini, jadi secara tidak langsung tempat ini menjadi milikku. Dan kau?" Gadis itu memperhatikan penampilan laki-laki itu dari atas sampai bawah lalu matanya yang berwarna lavender kembali menatap mata onyx di depannya. "Aku tidak peduli kau siapa, yang penting kau sudah membuang waktuku untuk hal yang tidak penting. Emm... lalu... bisakah kau pergi dari sini? Kau menghalangi pandanganku." Ucap gadis itu menantang sang pemuda dengan mengankat dagunya sehingga wajah mereka kali ini benar-benar berhadapan.
Pemuda berambut raven itu langsung menunjukkan emosinya hanya karena kalimat-kalimat yang diucapkan gadis itu. "Kau–" Ia tidak melanjutkan kata-katanya, pemuda itu kembali mendekatkan wajahnya yang tampan kearah sang gadis menawan dengan sangat perlahan, jari telunjuknya teracung kearah wajah gadis itu dengan sangat kesal.
"Ya? Apakah ada yang ingin kau katakan 'tuan'?" Sedikit ada penekanan pada kata tuan untuk menyindir orang didepannya. Gadis itu mengangkat kedua alisnya sambil tersenyum menang
Pemuda itu hanya menggeram menahan emosinya agar tidak meluap-luap, dia tidak mau membiarkan gadis didepannya ini menang. Baginya hanya gadis yang ada didepannya yang sanggup membuatnya emosi dan tidak bisa berkata-kata seperti ini, biasanya semua gadis yang ia temui pasti menuruti apa saja yang ia inginkan karena paras wajahnya yang tampan. Tapi gadis ini? Dia berbeda. Dia gadis teraneh yang pernah ditemui oleh pemuda itu.
"Hinata!"
Keduanya menolehkan kepala secara bersamaan ke arah sumber suara baru yang secara tiba-tiba mengganggu pertengkaran mereka berdua. Tampak seorang wanita berparas cantik menghampiri mereka berdua, rambutnya yang ikal dan berwarna hitam seperti langit dimalam hari, menari mengikuti gerakan badannya yang berlari kecil kearah mereka berdua.
Gadis tadi langsung berdiri begitu tau namanya dipanggil oleh wanita tadi begitu pun pemuda yang sekarang berada di sebelah gadis itu dia langsung berdiri tegak dan memalingkan muka kearah lain.
"K-Kurenai-sensei? Ada apa?" Tanya gadis yang dipanggil Hinata tadi.
"Hinata kau tau? Aku mencarimu kemana-mana ternyata kau disini. Ayo sudah saatnya masuk kelas." Balas wanita itu dengan tersenyum, tapi tiba-tiba senyumnya yang cantik itu lenyap, terlihat dengan jelas iris matanya yang berwarna seperti api yang menyala dan dihiasi beberapa garis hitam berpaling dari gadis didepannya dan menangkap sosok yang berdiri di samping Hinata, melihat reaksi gurunya itu perhatian Hinata pun juga ikut berpindah kearah pemuda disampingnya.
"Sasuke Uchiha!" Panggil Kurenai.
Pemuda itu tidak memalingkan muka kearah Kurenai ia hanya melirik kurenai dengan mata onyxnya "Hn?" Balasnya dengan malas.
"Kau sedang apa disini? Cepat sana masuk kelas!" Bentak Kurenai, ia memang dari dulu tidak suka dengan siswanya yang satu ini selalu saja membuat masalah dengannya.
Sasuke menatap wajah gurunya dengan tenang tapi tajam.
"Apa lagi? Kau butuh hukuman?" Tanya Kurenai sinis.
Pemuda yang dipanggil Sasuke Uchiha tadi hanya menghela nafas lalu mulai berbalik menuju kelasnya. 'Hinata huh?' Ulangnya dalam hati, mengingat nama gadis yang baru saja ia temui dan membuatnya terlihat bodoh. Setelah mengingat nama gadis itu ia mulai berjalan cepat ke kelasnya yang berada di lantai atas.
xxx
Kurenai kini melihat keadaan gadis didepannya. "Kau baik-baik saja kan hinata? Kau tidak terluka?" Tanya Kurenai khawatir, sambil memegang pundak Hinata dan melihat penampilan gadis itu dari atas sampai bawah.
Dari semua perkataan dan kelakuan Kurenai tadi Hinata mendapatkan satu kesimpulan: pemuda yang ia temui tadi bukanlah orang baik. "a-ah aku tidak apa-apa Kurenai-sensei. Aku baik-baik saja" Balas Hinata tersenyum.
"Haah.. baguslah aku khawatir denganmu. Baiklah ayo sekrang kita masuk kelas." Ucap gurunya, sambil berjalan di depan Hinata menunjukkan jalan kearah kelas barunya.
Gadis itu mengangguk lalu mengikuti kemana gurunya berjalan. Jantungnya masih berdetak kencang sejak kejadian tadi. Hinata memegang dadanya berharap dengan melakukan itu detak jantungnya kembali normal. 'Ayo tenanglah!' Ucapnya dalam hati sambil mengelus-elus dadanya. 'Kalau sudah terbiasa pasti bisa. Ayo Hinata ini untuk Neji-nii yang ada diluar negeri. Kau juga harus berjuang!'
Sebenarnya ia sempat berfikir, seandainya, seandainya saja saat ia bertemu dengan pemuda tadi ia masih Hinata yang dulu, yang penakut, gelagapan, pemalu, dan selalu saja menuruti kemauan teman-temannya. Pasti kejadiannya tidak akan seperti ini, pasti sekarang berbeda. Seandainya ia melawan pemuda tadi dengan sifatnya yang dulu ia yakin ia bisa kabur dari lelaki itu secepatnya tanpa harus melawannya. Sementara sifatnya yang tadi hanya akan membawanya ke masalah yang jauh lebih besar, dia tau itu. Tapi apa boleh buat ia harus melakukan ini. Harus. Ia tidak mau kakaknya Neji kecewa dengannya, karena Neji sudah mengajarinya hal ini kurang lebih 6 bulan belakangan ini untuk merubah sifatnya yang dulu agar berubah seperti tadi, walaupun itu akan membawa masalah ia yakin Neji, kakaknya pasti akan selalu memberikan yang terbaik untuknya.
"Baiklah Hinata. Kita sudah sampai. Ini kelasmu" Kurenai menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kelas berwarna biru dan bertuliskan '2-4'. "Ayo masuk." Ujarnya lagi seraya menggeser pintu didepannya tersebut.
Hinata baru tersadar dari alam pikirnya sejak Kurenai menggeser pintu kelas barunya itu. "A-ah iya, terima kasih!" Dengan satu bungkukkan badan ia mengikuti Kurenai yang sudah menginjaklantai kelas barunya itu.
xxx
"Anak baru! Anak baru!"
"Sudah kuduga, perempuan! Hei hei, kau berutang 100 yen padaku!"
"Itu anak barunya? Manis sekali!"
"Sepertinya pendiam ya.."
Ruangan kelas yang memiliki dinding berwarna putih itu tampak sangat rusuh saat Hinata dan Kurenai menginjakkan kaki kedalamnya. Hinata dapat melihat Kurenai berjalan ke depan kelas untuk menghampiri seorang guru lain yang mempunyai rambut bewarna putih. Guru itu sedang menulis angka-angka rumit di papan tulis. Sementara dirinya hanya berdiri di pojok ruangan sambil menutup pintu di belakangnya perlahan, menunggu Kurenai memanggil namanya untuk memperkenalkannya pada teman-teman barunya.
Kurenai membisikkan sesuatu ke telinga guru berambut putih tersebut, dan guru itu tampak mengangguk beberapa kali seolah ia mengerti apa yang diucapkan Kurenai padanya. Kedua guru tersebut kemudian menoleh ke arah Hinata dan memberi isyarat kepada gadis tersebut untuk maju ke tempat mereka berada.
"Hinata. Ini Kakashi Hatake, guru matematika. Aku ada urusan sekarang, jadi kau akan diperkenalkan olehnya. Bersikaplah sopan, aku pergi dulu!"
Dengan kata-kata itu, Kurenai menepuk pelan pundak Hinata dan segera pergi dari kelas yang mulai rusuh kembali. Hinata tersenyum dan mengalihkan pandangannya kepada Kakashi yang menyunggingkan senyum bersahabat, membuat Hinata dalam sekejap merasa aman berada di samping guru tersebut di tengah-tengah lingkungan yang terasa asing baginya.
"Anak-anak, tolong diam sebentar!" perintah guru tersebut, walaupun hanya sebagian murid saja yang sepertinya mendengarkannya. "Kalian mungkin sudah tahu, gadis cantik di sebelahku ini adalah murid baru yang selama setahun kedepan ini akan menjadi salah satu anggota kelas kalian! Baik-baiklah padanya ya?"
Hinata menyunggingkan senyum tipis di depan kelas, dan kelas mulai rusuh kembali.
"Silahkan, perkenalkan dirimu."
Gadis berambut biru itu mengangguk pelan, "Namaku Hyuuga Hinata." Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas, mencoba mengingat wajah-wajah yang akan menjadi teman barunya. Sampai matanya tertuju pada satu orang yang entah mengapa membuatnya tidak bisa mengalihkan pandangannya ketempat lain, lelaki itu duduk menyender ke bangku yang ia duduki mukanya ditutupi dengan komik tebal yang sedang ia baca dan kakinya naik keatas meja. Sungguh posisi yang nyaman, tapi sayang bukan pada tempatnya. Lelaki itu tampak santai-santai saja membaca pada saat keadaan kelas berisik seperti ini.
"Baiklah Hinata, kau mungkin bisa duduk di... hm..." Kakashi mengedarkan pandangannya ke seluruh kelas mencari bangku kosong yang mungkin bisa ditempati dengan layak oleh gadis ini. Sebenarnya banyak tempat kosong di kelas ini termasuk disebelah lelaki tadi, tapi sepertinya Kakashi tidak akan memberikan bangku kosong itu kepada Hinata, sehingga ia kembali mencari tempat yang nyaman untuk murid baru ini. "Ah, disitu. Disebelah Ten-Ten." Ucapnya sambil menunjuk bangku kosong disebelah gadis berambut coklat muda dan bercepol dua.
Hinata melihat kemana jari telunjuk Kakashi mengacung, lalu ia tersenyum sambil membungkukkan badan. "Terima kasih sensei" Ucapnya manis. Ia mulai berjalan kearah tempat duduk barunya itu. Tapi matanya masih tertuju pada lelaki yang duduk di pojok kelas dekat jendela.
"Baiklah anak-anak, waktuk ku disini sudah habis. Kalian bertemanlah dengan Hinata oke?" Kata Kakashi seraya membereskan barang-barangnya dan mulai berjalan keluar kelas, membuat Hinata mengalihkan perhatiannya kepada Kakashi yang baru saja keluar meninggalkan kelas.
"Baik sensei!" Balas beberapa murid yang kebanyakan wanita.
xxx
Ketika Hinata sedang berbicara dengan teman sebangku barunya Ten-Ten. Dua orang wanita penghuni kelas terlihat sedang berjalan menghampiri mereka. "Eh eh, liat tuh!" Ten-Ten menyuruh Hinata melihat kedua gadis tadi dengan mengangkat dagunya kearah mereka berdua. "Mereka itu Sakura dan Ino, mereka lumayan terkenal di sekolah ini karena mereka cantik dan sangaaat suka sekali kepada Sasuke yang duduk disitu." Tunjuk Ten-Ten kearah pemuda yang sedari tadi hanya membaca komik. "Mungkin mereka kesini ingin kenalan denganmu, mereka baik kok. Tenang saja." Kata Ten-Ten sebelum yang bersangkutan sampai ketempat mereka.
'Sasuke? Sepertinya nama itu pernah kudengar tapi... dimana?' pikir Hinata yang tetap melihat kearah dua gadis berparas cantik menghampirinya sambil tersenyum dan melambaikan tangannya ke Ten-Ten. Hinata melihat ke Ten-Ten sejenak yang sedang membalas lambaian teman sekelasnya itu lalu kembali lagi menatap kedua orang yang kini berdiri dihadapannya dengan senyum ramah.
"Hey! Jadi kau anak baru disini?" Sapa salah satunya yang mempunyai rambut berwarna merah jambu. "Aku Sakura. Sakura Haruno" Ia mangangkat tangannya kearah Hinata berharap gadis itu mau menjabat tangan putih dan panjangnya.
"Hai Sakura. Aku Hinata. Hinata Hyuuga." Balas Hinata sambil menerima uluran tangan Sakura yang dihiasi aksesoris sebuah gelang, Hinata sempat melihat gelang yang dipakai Sakura, gelang itu terbuat dari perak, ia langsung tau karena warnanya yang keputih abu-abuan dan berkilau cermelang, gelangnya terbentuk dari rantai kecil yang saling menyambung. Gelang itu dipercantik dengan beberapa hiasan berbentuk bintang, bulan, matahari, dan lainnya. Memberi kesan menarik bagi yang memakainya. Hinata lalu memberikan senyum bersahabat kepada teman barunya itu.
"Oh iya Hinata, perkenalkan ini Ino Yamanaka. Dia sahabatku." Ucap Sakura sambil bergeser sedikit memberi jalan kepada Ino untuk memperkenalkan diri.
Ino mengulurkan tangannya ke Hinata. "Hai aku Ino. Salam kenal!" Kata wanita yang mempunyai rambut berwarna kuning seperti cahaya matahari yang hangat di pantai yang berpasir putih, rambutnya yang panjang ia ikat, tetapi poni wanita ini yang panjangnya sudah melewati dagu sedikit menutupi sebagian wajahnya yang cantik. Penampilannya sangat berbeda dengan Sakura yang mempunya rambut pendek dan terurai. Ia juga tidak memakai aksesoris apa-apa hanya make up tipis menghiasi wajahnya, bibirnya sedikit berkilau karena lip blam yang ia pakai. Walaupun ada peraturan tidak boleh memakai make up sedikitpun gadis ini tetap saja melanggarnya.
"Hai aku Hinata. Salam kenal juga." Ia menjabat tangan Ino.
"Hey Hinata, karena sebentar lagi bel pulang. Bagaimana kalau kita keliling kelas berkenalan dengan anak-anak kelas ini. Bagaimana? Kau mau?" Tawar Sakura.
Hinata melihat Sakura dengan tapapan ragu lalu ia melihat sekelilingnya, kelas ini agak rusuh karena tidak ada guru yang mengajar, guru piketnya juga entah kemana. Hinata lalu menatap teman sebangkunya, berharap dapat menemukan jawaban yang tepat dari mata temannya itu. Ten-Ten melihat Hinata sambil menggigit bibir lalu memiringkan kepalanya sekilas dan melirik kepada Ino dan Sakura. Hinata menangkap sinyal itu. Mata Ten-Ten seperti berkata 'Sudah ikuti saja kemauan mereka.'
Ino melihat tingkah Hinata dan Ten-Ten yang saling berhadapan dan berbicara dengan bahasa tubuh seperti orang bodoh. Melihat itu ia hanya tersenyum kecil. "Ayolah tak usah pakai berfikir lagi, ayo ikut! Ini akan seru!" Kata Ino tanpa memberi Hinata kesempatan untuk berfikir dua kali. Ino langsung menarik tangan Hinata dan menariknya, alhasil Hinata terpaksa berdiri dan hanya bisa pasrah mengikuti kemauan kedua teman barunya itu.
xxx
"Okee, yang ini Si Tukang Makan, panggil saja dia Chouji." Kata Ino sambil mengambil dan memakan dua buah potato chips yang sedang dipegang oleh Chouji, tapi pemiliknya hanya diam saja membiarkan Si Kuncir Kuda mengambil camilannya. "Biarpun dia tukang makan, dia ini kuat looh! Iyakan Chouji?" Ujar Ino sambil bergaya seperti binaragawan yang sedang mengikuti lomba. Hinata tersenyum ramah dan melambai pelan pada Chouji sebagai tanda perkenalannya. Sedangkan Chouji yang tadi ditanya dan disenyumi hanya mengangguk diam dan kembali meneruskan kegiatan makannya.
"Ayooo kita lanjutkan tur kita!" Teriak Sakura kencang seraya mngengkat tangan kanannya keatas bersemangat. Sakura berani saja melakukan hal itu, karena tidak akan seorangpun yang mendengarnya dari tadi kelas 2-4 ini sangat berisiksakura teriak seperti apapun tidak akan ada yang perduli, semuanya hanya sibuk dengan kegiatan masing-masing, seperti kejar-kejaran, ada juga yang duduk melingkar dan membicarakan sesuatu, tidur, dan lainnya. Sungguh kelas yang sangat berantakan, tapi inilah kelas baru Hinata mau tidak mau ia harus menikmatinya, setidaknya untuk satu tahun kedepan.
"Hey Ino, kau yakin kita ke Sasuke sekarang?" Bisik Sakura yang tiba-tiba menghentikan tur kelasnya dan bertanya kepada Ino. Mukanya tampak khawatir tapi tersirat perasaan senang dari nada bicaranya tadi. "Dia sedang baca komik tuh! Kalo diganggu marah tidak ya?"
Hinata hanya melihat mereka berdua dengan bingung.
"Sudah, biarkan saja lagipula aku senang jika bertemu dengan Sasuke. Ayo Hinata!" Ajak Ino kepada Hinata yang berdiri dibelakangnya.
Hinata yakin ia pernah mendengar nama Sasuke selain dari Ten-Ten dan dua teman yang sekarang berjalan didepannya, tapi ia belum menemukan jawabannya sedari tadi. Rasanya belum lama ini dia mendengar nama itu. Samar-samar ia mendengar temannya berbicara padanya tapi Hinata masih tenggelam dalam pikirannya berusaha mencari petunjuk dengan nama Sasuke yang sedari tadi ia dengar.
"Hinata perkenalkan ini Sasuke Uchiha!" Kata Sakura sambil melambai kearah lelaki yang sedari membaca komik. Mendengar namanya disebut ia menurnkan komik yang tadi menutupi wajahnya.
Begitupun Hinata ia langsung kembali dari alam bawah sadarnya membuang semua pikiran-pikiran yang mengganggunya sedari tadi, ia tersenyum melihat Sakura meminta maaf karena tidak memperhatikan pembicaraan tadi walaupun yang bersangkutan tidak tau menau. Lalu matanya melihat kearah tempat Sakura melambai tadi, kearah laki-laki yang memalingkan wajahnya dari komik ke arah Hinata.
Mereka berdua menegang dan melebarkan matanya.
"K-kau!" Sahut keduanya berbarengan sambil mengacungkan jari telunjuk masing-masing. Tidak percaya keduanya akan bertemu kembali disini. Sasuke segera bangkit dari posisi duduknya.
"He? Ka-kalian berdua sudah saling kenal?" Tanya Sakura yang terlihat bingung.
"Kau? Apa yang sedang kau lakukan disini?" Tanya Sasuke tajam seperti tatapannya kepada Hinata, gadis yang sudah membuatnya terlihat bodoh.
Hinata membalas tatapan tajam Sasuke dengan tatapan tidak percaya, Hinata menggeleng kecil seperti mengatakan 'tidak mungkin' ia menelan ludah, mencoba membasahi tenggorokannya yang terasa kering, entah mengapa ketengangan ini membuatnya merasakan angin gurun yang sangat panas. Ia mengepal tangannya dengan keras mencoba memberikan rasa sakit kepada tubuhnya dan berharap semua ini hanya mimpi.
Ketika Hinata ingin membuka mulut untuk berbicara, Ino langsung mengambil alih peran Hinata dengan menerobosnya berdiri didepan Sasuke dan berkata "Oh, Hinata ini anak baru Sasuke jadi kita punya ide untuk–"
"Aku tidak punya urusan denganmu." Potong Sasuke yang langsung membuat Ino terdiam kaku. "Aku sedang berbicara dengannya." Lanjut Sasuke seraya memalingkan wajahnya ke arah Hinata yang berdiri dibelakang Ino.
Sakura yang masih berdiri disana hanya terdiam bingung, ia mencoba menelaah apa yang sebenarnya terjadi di saat ini.
'Teeeeet' tiba-tiba saja bel pulang berbunyi. Dan sekali lagi menghentikan pertengkaran mereka berdua.
Mendengar suara itu Sasuke langsung mengambil tas ranselnya dan beberapa barang yang masih tergeletak di mejanya, setelah itu ia melesat pergi melewati ketiga gadis itu, seolah kejadian tadi hanya ilusi belaka, mereka tidak dianggap oleh Sasuke.
Sakura hanya melihat kepergian Sasuke dengan bingung, kemudian ia berkata. "Hah.. apanya yang salah? Kita kan hanya ingin memperkenalkan Hinata padanya." Ucapnya sambil menggidikkan bahu. "Tapi aku suka dengan sifat dan wajah Sasuke yang cool itu. Iyakan Ino?" Sakura segera melihat kearah Ino yang masih terdiam seperti patung. "Ino? Ino kau baik-baik saja kan? Ino!" Sakura memegang kedua bahu sahabatnya itu sambil mengguncang-guncangkannya.
Ino memberikan reaksi. Ia mengerjap-merjapkan matanya, dan ekspresi wajahnya miris seperti kesakitan. "Aw! Ih Sakura apaan sih? Sakit tau!" Rintih Ino sambil memegang salah satu pundaknya yang tadi dipegang oleh Sakura.
"Kau tidak apa-apa Ino? Syukurlah, aku kira tadi kau trauma gara-gara Sasuke membentakmu." Kata Sakura sambil menghela nafas panjang.
"Apa? Trauma? Pada Sasuke?" Tanya ulang Ino Pada Sakura. Yang ditanya hanya mengangguk bingung. "Tidak akan Sakura, kau tau tatapannya tadi padaku? Walaupun tajam tapi itu tetap saja keren bagiku! Aku tidak akan melupakan hari ini Sakura."
Hinata yang sedari tadi berdiri diantara mereka hanya menatap tak percaya, kenapa seseorang yang brandal, tidak sopan, dan tidak perduli perasaan orang lain seperti tadi bisa disukai oleh wanita yang terkenal di sekolah ini? Perasaan kaget, bingung, tak percaya. Semuanya berkumpul menjadi satu di benak Hinata.
"Ah iya Hinata. Kita pulang bareng yuk! Arah rumahmu kemana? Kalau searah kita bisa naik mobilku." Tawaran Sakura mengagetkan Hinata yang masih melamun.
"A-apa? Pulang bareng? Ahh... sepertinya tidak bisa. Aku... aku harus.. emm... ah! Berjalan kaki untuk mengahafal jalan, ya untuk menghafal jalan." Jawab Hinata sambil tersenyum ragu. Berharap kedua temannya ini percaya dengan ucapannya
"Oh, baiklah kalau begitu, ya sudah kapan-kapan saja. Sampai jumpa besok!" Sakura melambaikan tangannya ke Hinata begitupun dengan Ino yang mulai berjalan ke arah tempat duduk mereka untuk mengambil tas masing-masing.
Setelah itu mereka berjalan keluar kelas meninggalkan Hinata seorang diri di ruangan yang lumayan besar itu. Hinata menghela nafas sambil memegang dadanya, "Baguslah." Ucapnya lega. Hinata berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak memberi tau siapapun tentang kekayaan yang dimiliki oleh ayahnya. Ia melakukan itu agar tidak di manfaatkan lagi oleh teman-teman baru di sekolahnya, walaupun sepertinya teman-teman di sekolah barunya ini juga dari kalangan atas, tetap saja ia memegang janjinya. Berjaga-jaga itu boleh kan? Mungkin suatu saat nanti ia akan memberi tau teman-temannya soal ini, tapi tidak sekarang, semua pasti ada waktunya dan ia menunggu waktu yang tepat itu.
xxx
Hinata berjalan pelan menelusuri koridor sekolah, jika ia melihat ke samping kanannya ia bisa melihat taman tempat awal ia bertemu Sasuke, cowok yang sudah membuatnya merinding. Hinata kini menuruni tangga yang lantainya terbuat dari kayu Jati tua, sehingga kayunya masih kokoh hingga sekarang. Ia berjalan gontai menuju gerbang utama menikmati suasana sekolah barunya dikala hari mulai senja, walaupun matahari sudah condong ke arah barat ia masih bisa menemukan beberapa murid duduk di tempat yang sudah disediakan oleh sekolah dan berceloteh entah membicarakan apa.
Saat Hinata berada di depan gerbang ia menghentikan langkahnya dan melihat Sasuke menaiki sebuah motor dan memakai helm berwarna biru donker serasi dengan motornya setelah itu ia menyalakan motornya dan langsung melaju kencang, tidak sadar Hinata sedari tadi memperhatikannya dari jauh.
Hinata yang melihat kepergian Sasuke langsung mengerutkan bibir dan ekspresi sebal terlihat di wajah cantiknya. "Menyebalkan!" Umpatnya pelan, ia menghela nafas panjang. "Sudahlah Hinata, berharap saja kau tidak akan mencari masalah lagi dengan cowok itu." Katanya pada dirinya sendiri. Ia melanjutkan perjalanan pulangnya yang searah dengan Sasuke.
xxx
Hinata melangkahkan kaki menuju komplek rumah barunya yang berada di kawasan elit, meskipun kawasan ini elit sejauh mata memandang Hinata hanya menemukan jalan besar dua arah yang dibatasi oleh trotoar dan pinggirannya dihiasi dengan pohon yang besar, tidak banyak orang maupun kendaraan yang melewati jalan ini.
Ia tidak terkejut denganpemandangan ini, karena suasana yang sedang ia alami sekarang juga selalu terjadi di rumah lamanya, walau hampir 16 tahun ia tinggal di rumahnya yang dulu Hinata hanya mengenal beberapa wajah tetangganya. Warga di komplek lamanya itu memang jarang keluar rumah. Walaupun hanya sekedar untuk mengobrol satu sama lain atau berjalan-jalan. Semuanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Tapi keadaan keadaan di kawasan barunya ini jauh lebih baik dari kota yang ia tinggali dulu.
Hinata sudah berjalan agak jauh memasuki komplek rumahnya. Sekarang ia sudah bisa melihat penampilan rumah barunya dari luar di kala hari senja. Walaupun matahari belum tenggelam sempurna rumahnya sudah diterangi dengan lampu berwarna kekuning-kuningan membuat rumah ini terlihat lebih mewah dari tadi pagi. Sebuah pagar besar yang modelnya seperti tombak penjaga istana menjulang tinggi itu, sedikit menutupi dinding berwarna putih ke krem-kreman yang dihiasi oleh ukiran Celtic yang sangat halus, menggoda siapapun yang melihat untuk mendekat dan menyentuhnya.
Ketika jarak Hinata ke hunian barunya itu hanya dihalangi dengan satu rumah, entah mengapa Hinata tertarik melihat ke sebelah kanannya, kerumah yang sama mewahnya dengan rumah Hinata yang baru. Ia berhenti sejenak memperhatikan rumah yang berdiri kokoh di sebrangnya. 'Indah sekali.' Katanya dalam hati terkagum-kagum, ia membetulkan posisi berdirinya kearah rumah tiga lantai itu sehingga lebih mudah untuk melihatnya lebih jelas. Hunian yang ia pandangi itu hampir berhadap-hadapan dengan rumahnya jika tidak dihalangi dengan rumah besar yang berdiri tepat disamping tempat tinggalnya.
Ia memperhatikan rumah itu denga saksama sehingga mendapati sebuah motor yang terparkir di halaman depan bangunan itu. Motor biru donker itu terasa familier untuknya, ia mengernyitkan dahi untuk berfikir sejenak, ketika ia menenmukan suatu jawaban di pikirannya, Hinata langsung membelalakkan mata "Sasuke?" Bibirnya bergerak mengatakan kata-kata itu, tapi tidak dengan suaranya.
Kemudian Hinata mencoba membaca tulisan di sebuah papan yang tertanam di tembok sebelah pagar rumah indah itu masih dengan posisi yang sama. Agak jauh memang tapi ia masih bisa membacanya. 'Uchiha.' Ucapnya dalam hati. Ia menggigit bibirnya tak percaya. Setelah membaca nama itu ia segera memalingkan muka serta tubuhnya ke arah rumahnya yang dihiasi lampu terang dan berlari memasukinya, satu-satunya tempat ia bisa berfikir jernih. Sudah cukup kejutan untuknya hari ini.
xxx
Setelah mandi dan ganti baju, Hinata duduk di pinggir kasurnya dan menghadap ke cermin sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk. Hinata menghentikan sejenak lalu melihat bayangan dirinya di cermin seraya berkata. "Ah! Ah tidak. Tidak mungkin itu rumah Sasuke." Ia menggeleng-gelengkan kepalanya berkali-kali. "Mungkin saja itu hanya motor yang sama, di dunia ini kan motor model seperti itu tidak hanya satu." Katanya mencoba meyakinkan diri. "Tapi..." Hinata menghentikan kata-katanya. Ia beranjak dari kasur dan berjalan ke arah jendela, tangannya menyingkirkan tirai yang menutupi pandangannya. Lalu ia menyandarkan badannya ke pinggir jendela dan melipat kedua tangannya di depan dada, matanya mengarah kerumah yang mungkin ditinggali oleh Sasuke.
"Tapi.. papan namanya tertulis 'Uchiha'. Seingatku itu nama marga Sasuke. Aduuhhh.. semoga itu hanya perkiraanku saja." Ucapnya sambil memejamkan mata dan kedua tangannya yang tadi ia lipat sekarang digunakan untuk memegang kepalanya frustasi.
- to be continued...
A/N: Akhirnya bisa juga publish fanfic pertama saya ini, makasih ya buat AiNeko-chan, KatouChii, sepupu-sepupuku sama temen deketku pokoknya semuanya, berkat dukungan kalian saya bisa publish fanfic ini. saya akan berusaha secepat mungkin untuk mengupdate chapter selanjutnya.
maaf ya kalau chapter ini belum apa-apa udah banyak, soalnya nanggung kalau misalnya ada yang di potong nanti jad dikit banget nanti ga seru. *di lempar*
oh iya karena saya author baru mohon kritik dan sarannyaa! makasiih.
