A/N: Akhirnya, dengan keraguan tingkat tinggi dan juga pengetahuan yang minim aku publish juga fic ini, maaf kalo ancur m(_)m Terus aku juga aku juga mau ngasih tau kalo disini ada OC namanya Sumire. Dia itu istrinya Sasori, abis aku bingung sih siapa yang cocok jadi istrinya Sasori nah makanya… jadilah OC ini hehehe~ Aku juga nggak janji bakal update kilat *kaya ada yang nungguin aja*soalnya yaah biasa banyak tugas gitu deh -_- yaudah deh, happy reading minna-sama! :3
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Warning: AU/OOC/OC/Typo bertebaran/kayak sinetron/dll dsb.
'….' = ngomong dalem hati
Kireme no Nai
切れ目のない
Belum Terputus
.
.
.
"Haruno –sensei! Cepat! Pasien ruangan 203 akan segera melahirkan!" Seru seorang perawat dengan panik.
"A-apa? Ruangan 203? Yabuchi-sama? Usia kandungan beliau kan masih tujuh bulan! Ah gawat, bayinya prematur!"
Haruno Sakura, seorang dokter kandungan yang bekerja di Konoha International Hospital tengah berlari keruangan pasien nya. Surai surai merah mudanya melambai lambai tertiup angin seiring dengan langkah langkah cepat yang ia ambil.
"Sakura-chan, aku sudah menyiapkan ruang operasinya! Suster yang lain juga sedang bersiap siap, ayo! Kita berjuang bersama Sakura-chan!" Tutur seorang penata bedah bercepol dua yang merupakan teman sedari kuliahnya, Tenten.
"Hn! Ayo ten!"
.
.
.
Sakura keluar dari ruangan operasi setelah kurang lebih empat puluh menit mengoperasi pasiennya.
"Ah! Sensei, bagaimana keadaan anak dan istriku?" Tanya sang ayah mengkhawatirkan keadaan anak dan istrinya.
"Yabuchi-sama…" Sakura berhenti sebentar, mengambil nafas dan memasang senyum cerahnya. "Omedetou gozaimasu! Anak anda laki laki dan sehat, walaupun ia lahir premature. Saat ini anakmu sedang berada didalam incubator." Jelas Sakura.
"Arigatou sensei!" Tutur sang ayah bahagia dan hampir menangis saking terharunya. Maklum saja, anak pertama.
Sakura berjalan lemas melewati lorong lorong panjang yang berada dirumah sakit tersebut, diambilnya handuk yang terdapat dikantung jasnya dan segera menyeka peluh disekitar dahinya. Sakura melirik jam yang bertengger manis ditangan kirinya. Jam satu, pas sekali waktunya istirahat makan siang~
Tanpa pikir panjang, Sakura pun segera berjalan menuju kantin rumah sakit. Pokoknya ia akan makan yang banyak walaupun hanya sekitar empat puluh menit, energi Sakura sangatlah terkuras. Tidak ada salahnya kan untuk mengisi energinya kembali?
Sesampainya di kantin rumah sakit, Sakura langsung memesan ramen super pedas dengan gyoza yang super besar dan segera menghampiri teman temannya yang sudah duduk manis di meja kantin rumah sakit yang paling pojok.
"Asik~ bagaimana Haruno-sensei? Apakah operasiya berjalan lancar?" Tanya seorang temannya, Ino. Ino adalah dokter spesialis kulit yang merupakan teman Sakura sedari SMP tunggu, teman? Rasanya lebih cocok disebut sebagai sahabat.
"Lancar kok, pig." Balas Sakura sambil menekankan kata 'Pig'
"Hei! Aku memanggilmu Haruno-sensei, forehead!"
Sakura memutar bola matanya bosan, " Iya, Yamanaka-sensei." Tutur Sakura pada akhirnya.
"Sudah sudah! Kalian ini ribut ribut masalah nama terus! Daripada meributkan masalah nama, lebih baik dengarkan berita terhangat yang baru kudapat." Lerai Tenten sambil memperlihatkan seringaian liciknya.
Mendengar kata 'Berita Terhangat' Ino dan Sakura pun langsung berhenti bertengkar dan memperhatikan Tenten.
"Kalian tahu, katanya besok ada dokter tampan yang ingin pindah kesini loh!"
"Tampan?" Kata Ino mengulangi kata 'Tampan' dengan antusias.
"Hei pig, nanti kuberi tahu Sai-kun loh! Kalau kau mencoba untuk selingkuh." Potong Sakura sambil memamerkan senyum kemenangannya.
Wajah Ino memerah, "H-hei! Siapa yang mencoba untuk selingkuh sih?"
Tenten dan Sakura menatapi Ino dengan malas. "Kau." Kata Tenten dan Sakura bersamaan.
"A-ah sudah, kalau begitu dokter tampan yang sudah om om ini milik forehead toh." Well, semenjak status Ino dan Tenten sudah milik orang lain itu berarti dokter tampan ini bisa menjadi incaran Sakura. Yah, semenjak status Sakura saat ini sedang jomblo jadi boleh kan ia bebas mengincar siapa saja?
Tenten melotot, "Hei! Aku tidak bilang kalau dokter ini sudah om om baka!"
"Lalu?" Tanya Sakura dan Ino bersamaan.
"Dokter ini masih muda hmm.. Seumuran dengan kita, umurnya masih dua puluh enam tahun."
"Wah! Bagus bagus, tuh forehead siapa tahu kalian bisa bersama. Fufufu~"
Sakura menghela nafas panjang, "Belum tentu kan dokter tampan ini bisa mencuri hatiku? Hoho~"
"Aku lanjutkan ya… Dokter ini juga sangat terkenal!Dia merupakan lulusan dari Suna International High School !"
'Jleb' Sakura merasakan adanya pisau yang menusuk tepat diatas luka lamanya yang telah tertutup delapan tahun ini. Suna International High School, eh?
"Hee? Aku dan forehead juga lulusan dari SIHS loh! Siapa tahu kami mengenalnya, iya kan forehead?" Kata Ino spontan.
"Wah, aku tidak tahu tuh kalau kalian lulusan SIHS. Kalian tidak pernah bilang sih."
"Hmm iya ya... Kau tidak pernah bertanya sih."
Semenjak Sakura tahu kalau dokter yang sedang mereka bicarakan ini lulusan dari SIHS, ia pun hanya bisa terdiam. Ramen menggoda selera yang baru dipesannya juga diabaikan begitu saja karena mendadak nafsu makannya hilang. Sakura hanya bisa berdoa didalam hati dan berharap kalau dokter yang sedang dibicarakan ini bukanlah orang itu.
"Nah, katanya dokter ini mendapatkan beasiswa ke universitas John Hopskin! Bayangkan John Hopskin loh!" Seru Tenten heboh. Siapa sih yang tidak tahu universitas John Hopskin? Universitas yang paling terkenal dan tentu saja sulit dimasuki di Amerika Serikat.
'He? John Hopkins University? Oh tidak, seorang laki laki yang seumuran denganku, lulusan SIHS dan mendapatkan beasiswa ke John Hopkins University? Ah Tenten.. aku mohon jangan sebut nama orang itu!'
"Sudahlah Ten, aku penasaran nih dengan nama dokter itu." Keluh Ino tidak sabaran. Sakura sudah mengutuki Ino dalam hati, 'Piiigg, untuk apa sih menanyakan nama orang itu? perasaanku tidak enak nih.'
"Iya iya, namanya Uchiha Sasuke, apakah kalian mengenalnya?" Tanya Tenten sambil melirik Sakura dan Ino bergantian.
'Jleb' 'Jleb' 'Jleb' 'Jleb' 'Jleb' 'Jleb'
Sakura merasakan banyaknya pisau yang menusuk nusuk luka lamanya sekarang. Sakit dan sesak itulah yang dirasakannya. Tenten sudah mengucapkan nama yang tabu bagi Sakura. Sakura hanya bisa tertunduk lesu, ia tidak mau memikirkan kemungkinan yang akan terjadi karena Uchiha Sasuke yang sekali lagi akan hadir didalam kehidupannya.
Iris Aquamarine milik Ino melebar tanda ia sedang terkejut saat ini. 'Oh Kami-sama. Apa yang engkau rencanakan? Apakah mungkin kau memang telah memasangkan benang merah pada jari kelingking mereka, eh?' Batin Ino sambil tersenyum tipis. Ia benar benar tertarik ingin mengetahui apa yang terjadi selanjutnya dengan Sakura dan Sasuke.
.
.
.
"Tadaimaaaa!" Seru Sakura setibanya dirumah.
"Okaerinasai Sakura-chan." Sambut Sumire-nee Istri dari Sasori-nii— Kakak laki laki Sakura sambil tersenyum lembut.
"Ah~ Saku-chan, okaerinasai." Sela Sasori yang entah kapan sudah berada di ruang tengah.
Saat Sakura melihat kakaknya, tiba-tiba Sakura teringat akan sesuatu yang sudah dipikirkannya seminggu terakhir ini. "A-ah ano… Sasori-nii bolehkah aku meminta tolong padamu?" Tanya Sakura hati-hati.
Sasori yang tadinya sedang membaca koran, menghentikan aktifitasnya dan memperhatikan adiknya. "Boleh dong, apa sih yang tidak untuk imouto termanisku?"
Sakura memasang tampang 'ewh' pada kakaknya tersebut. "Yakin nih nii-san ingin membantuku?"
Sasori mengangguk mantap, "Yakin."
"Janji ya…"
Sasori menyadari adanya sedikit keanehan pada adiknya tersebut, kalau adiknya mulai merayunya pasti sesuatu yang diminta adiknya adalah sesuatu yang penting dan sedikit beresiko. "Iya, janji." Balas Sasori singkat.
"Nii-san, aku ingin meminta tolong carikan sebuah apartemen yang dekat denga rumah sakit dan murah biaya sewanya." Pinta Sakura sambil memamerkan senyum termanisnya.
"Kau berencana untuk pindah, eh? Tidak boleh. Dengar Sakura, aku dan Sumire tidak keberatan kalau kau tinggal bersama kami." Ucap Sasori penuh penekanan.
Sakura menatapi nii-san nya dengan malas. "Sasori-nii, bukankah kau telah berjanji akan membantuku?" Sakura tersenyum sangat manis (lagi) berharap nii-san nya ini akan luluh.
Sudah seminggu lamanya Sakura memikirkan rencana ini matang matang. Kalau dipikir pikir, semenjak orangtua Sakura dan Sasori meninggal dunia Sasori lah yang menjadi tulang punggung keluarga. Saat itu usia Sakura masih empat belas tahun dan Sasori berumur delapan belas tahun. Demi menghidupi Sakura, Sasori bahkan rela bekerja di sela-sela kuliahnya tanpa mengenal lelah.
Dan sekarang, Sasori telah menikah. Tentu saja Sakura tidak ingin merepotkan nii-san nya karena tanggung jawab Sasori kan sekarang sudah bertambah lagi, tidak hanya Sakura sekarang melainkan ditambah dengan Sumire yang juga akan disusul dengan kehadiran sang buah hati nanti. Jadi intinya, Sakura memutuskan untuk tinggal sendirian.
Sasori menghela nafas pasrah, "Baiklah, nii-san akan mencarikan sebuah apartemen yang dekat dengan rumah sakit tempatmu bekerja dan murah biaya sewanya."
Mendengar perkataan nii-san nya, Sakura terlonjak gembira dan memeluk kakaknya tersebut. "Arigatou nii-san! Nii-san emang the best deh~"
"Nah nah, sudah ayo Saku-chan gantilah pakaianmu sementara nee-san menyiapkan makan malam." Sela Sumire sembari memamerkan senyumannya.
"Siap nee-san!"
.
.
.
Entahlah, Sakura tidak ingin memikirkan masalah perihal Uchiha Sasuke yang akan bekerja di KIH (Konoha International Hospital) atau apalah itu. Kalau benar Sasuke akan datang besok, Sakura hanya perlu berlari dan bersembunyi kan? Tapi apakah Sakura harus terus melarikan diri dari masalahnya?
Sakura merebahkan tubuhnya di atas kasur empuknya. Tubuhnya sudah lelah dan kepalanya juga sudah sakit—ditambah lagi dengan masalah Uchiha Sasuke yang membuat kepalanya semakin sakit saja.
'Ah, pokoknya besok aku harus memakai topi untuk menutupi rambutku. Oh, Kami-sama aku hanya berharap kalau Dewi Fortuna berada di pihakku.'
Sayang sekali, harapan dokter cantik kita yang satu ini tidak terkabul, Dewi Fortuna tidak memihaknya. Pasalnya di pagi yang cerah ini Tsunade-sama— sang kepala rumah sakit menyuruh semua staf berkumpul untuk memperkenalkan seorang dokter baru yang merupakan lulusan dari Universitas John Hopkins.
Sakura's POV
Aku terus menunduk dan menarik kebawah topiku guna menutupi rambutku yang mencolok itu. Dapat kulihat ia berdiri disebelah Tsunade-sama. Dia memang tidak banyak berubah, mata onyx-nya masih gelap dan kelam seperti dulu. Rambutnya masih mirip seperti bokong ayam. Oh tunggu, dia semakin tinggi sekarang. Wajahnya yang sekarang juga terlihat lebih dewasa dan ah! Sial! Dia semakin tampan. Aku menggelengkan kepalaku cepat mengenyahkan pikiran kalau orang itu semakin tampan (walaupun itu benar).
"Ohayou gozaimasu minna-san, saat ini dapat kalian lihat disebelahku sudah ada dokter pengganti Kurenai-sensei yang mulai hari ini akan bekerja bersama dengan kalian." Tutur Tsunade-sama kepada semua staf yang sedang berkumpul tersebut. Benar, memang Kurenai-sensei sedang cuti hamil jadi otomatis rumah sakit mencari seseorang untuk mengisi kekosongan pada posisi Kurenai-sensei tersebut. Aku tak habis pikir, dari bermilyar-milyar dokter yang berada di bumi ini kenapa harus Sasuke yang bekerja disini?
Tsunade-sama melirik kearah Sasuke seolah-olah memberikan sinyal 'Perkenalkan dirimu sekarang'. Dapat kulihat ia menangkap sinyal dari Tsunade-sama tersebut.
"Watashi wa Uchiha Sasuke desu douzo yoroshiku onegaishimasu." Tuturnya tegas. Suaranya juga tidak banyak berubah. Huh dasar! Masih saja memasang ekspresi datar seperti dulu. Dapat kudengar beberapa perawat wanita dibelakangku sedang membicarakan ketampanan Sasuke. Ah memang mau dilihat bagaimana pun juga, suka atau tidak, aku harus mengakuinya dia memang tampan.
"Nah, Uchiha-san akan berada di spesialis bedah . Baik baik yaa dengan Uchiha-san." Lanjut Tsunade-sama kembali. Tenang saja Tsunade-sama aku tidak akan mencari ribut dengannya kok. Toh, aku akan membuatnya tidak sadar akan eksistensiku.
Setelah Tsunade-sama pamit karena ada sesuatu yang harus dikerjakan, semua staf-staf rumah sakir langsung saja menghampiri Sasuke hanya sekedar untuk berbasa basi— itu untuk dokter dan perawat berjenis kelamin pria dan yang sudah tidak single. Lain halnya dengan dokter dan perawat yang berjenis kelamin wanita yang masih single ini, haah sudah kutebak mereka pasti ingin 'PDKT dengan Sasuke. Aku? Tentu saja menghampiri pintu keluar yang sedari tadi ingin kukunjungi.
Pokoknya, aku harus berjuang menghindari Sasuke hari ini! Ganbarimasu Sakura!
End of Sakura's POV
Kerumunan perawat dan dokter yang tadi menghampiri Sasuke satu persatu mulai kembali ketempatnya masing-masing menyisakan seorang dengan rambut pirangnya yang diikat satu. Saat Sasuke hendak meraih gagang pintu keluar, Ino menahan lengan Sasuke.
"Ohisashiburi Sasuke." Tuturnya sambil memamerkan seringaian liciknya.
Sasuke menautkan alisnya, "Ino?" Tanyanya singkat, dapat terlihat mata Sasuke sedikit melebar. Terkejut mungkin.
"Terkejut?" Tanya Ino sambil tersenyum.
Sasuke menutup mulutnya rapat-rapat, ia melihat Yamanaka Ino saat ini apakah itu berarti Haruno Sakura juga berada disini? Sejak SMA, Ino dan Sakura memang lengket seperti amplop dan perangko. Bahkan saat Sakura ingin mendaftar SMA dulu, ia juga pergi bersama Ino dan bukan bersama Sasuke yang merupakan tetangga yang merangkap sebagai sahabat Sakura sedari kecil.
"Kau ingin tahu bagaimana kabar Sakura sekarang?" Tanya Ino memecah keheningan yang sempat terjadi beberapa saat.
Sasuke mengatupkan rahangnya, "Ino, aku tidak mau tahu kabarnya kalau bukan dia yang memberitahuku secara langsung."
Ino menghela nafas, "Aku sarankan, kau harus segera menyelesaikan urusanmu dengan Sakura. Aku lelah melihat drama yang tidak kunjung selesai ini." Kata Ino mengakhiri percakapan singkat mereka.
.
.
.
Sakura berjalan santai di lorong lorong rumah sakit, tumben sekali hari ini belum ada panggilan memeriksa untuknya. Bersantai sedikit tidak apa-apa kan? Saat sedang enak-enaknya berjalan santai, tiba tiba ia melihat Sasuke juga berjalan santai dua meter didepannya. Tau dari mana Sakura kalau itu Sasuke? Dari rambutnya.
'Gawat, kalau Sasuke menolehkan kepalanya dia akan melihatku dong! Ah iya lebih baik aku susul saja ia, dengan berjalan didepannya ia hanya bisa melihat punggungku dan bukan wajahku.'
Sakura mulai mempercepat langkahnya dan ketika ia hampir melewati Sasuke ia berlari dengan cepat. Bisa gawat kalau Sasuke menoleh kearahnya saat sedang berjalan santai. Begitu ia sudah melewati Sasuke yang kira-kira sekarang berada tiga meter dibelakangnya, Sakura mulai menstabilkan langkahnya.
Sakura kembali berjalan dengan santai, tiba-tiba dapat ia rasakan seseorang menepuk bahunya.
"Maaf, permisi." Tutur seseorang— ah suara baritone ini sih Sakura tahu, tadi pagi ia kan sudah mendengarnya. 'Tamatlah aku, aduh apakah Sasuke sudah mengetahui kalau ini aku? Lagipula menngapa juga aku yang harus menghidarinya? Sasuke kan yang berbuat salah.'
Sakura berdehem pelan, "I-iya?"
Masih dalam posisi membelakangi Sasuke Sakura kembali membenahi topinya.
"Dompetmu terjatuh, ini—"
Saat Sasuke hendak memberikan dompet milik Sakura, dengan gerakkan cepat Sakura sambar dompet itu dan segera berlari meninggalkan Sasuke yang terbingung-bingung dengan sikap Sakura barusan. 'Ada apa dengan orang itu? Aneh.'
.
.
.
"Maaf Uchiha-san, saat ini dokter kandungan yang sedang praktek hari ini adalah Haruno Sakura-sensei bagaimana?" Tutur seorang resepsionis menjawab pertanyaan Sasuke sebelumnya.
"A-ap—"
"Yasudah tidak apa-apa kok a-aku hanya ingin check up rutin, kau tidak perlu khawatir. Nanti aku akan memberikan laporan hasil check up ku yang kemarin pada Haruno-sensei." Potong gadis berambut indigo panjang tersebut.
Bukan, bukan seorang Hinata lah yang ia khawatirkan sekarang melainkan dokter yang akan memeriksa Hinata ini lah yang Sasuke khawatirkan. Bagaimana reaksi Sakura nanti kalau ia melihatnya? A-ah tapi nama Haruno Sakura di Konoha banyak kan? Tidak hanya satu jadi ada kemungkinan kalau Haruno Sakura ini bukan Haruno Sakura yang itu.
Sakura sedang menulis laporan seorang pasiennya, tentu saja topi sport yang kemarin ia pakai masih dibawanya hanya saja ini kan di dalam ruangannya sendiri jadi untuk apa memakai topi? Ia sedang serius-seriusnya dengan laporan yang berada dihadapannya, buktinya saja Sakura sampai menunduk menulis laporannya.
'Tok! Tok!'
Terdengar suara pintu ruangan Sakura diketuk pelan. "Ya? Masuk~" Perintah Sakura masih belum mengalihkan pandangannya dari laporan yang sedang ia kerjakan.
"Haruno-sensei?" Perawat yang bertugas tersebut memanggil Sakura yang masih belum 'ngeh kalau ada pasien saat ini.
'Deg!'
Jantung milik Uchiha Sasuke berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya, 'Orang bernama Haruno Sakura dengan rambut berwarna pink, eh?' Sasuke menggelengkan kepalanya, ia belum melihat wajah dokter ini jadi belum tentu kan ini Sakura yang itu? Tapi rambut berwarna merah muda itu kan sangat langka. Argh, lebih baik Sasuke melihat dulu wajah dokter ini.
"Iya sebentar suster~ tanggung nih, kau ingin meminta resep?" Tanya Sakura tidak menghentikan aktifitasnya.
"Haruno-sensei ada pasien, lebih baik cepat hentikan pekerjaanmu dan fokuslah pada pasien ini kasihan pasien ini masa harus menunggumu terus?"
"Hah? Kenapa tidak bilang daritadi suster?!" Dengan segera Sakura bereskan pekerjaannya dan langsung berojigi. "Sumimasen." Tuturnya pelan sembari menahan malu.
Sakura membuka kedua matanya menampakkan kedua iris Emerald-nya, Sakura tersenyum lebar. "Nah, jadi ibu cantik berambut indigo ini yang akan diperiksa?"
Hinata tersipu malu, ibu? Iya ia akan menjadi seorang ibu. "E-eh i-iya dok." Wajah Hinata mulai memerah sekarang.
Sakura belum menyadari Sasuke yang berada dibelakang Hinata. "Wah ayahnya malu ya? Jangan ngumpet ayah~." Goda Sakura usil, belum tahu saja dia kalau itu Sasuke. Sementara Sasuke? Jantungnya saat ini berdetak lebih cepat lagi.
Onyx dan Emerald bersirobok. Senyuman yang tadinya terlukis sangat lebar di wajah Sakura sekarang telah menghilang digantikan dengan ekspresi terkejut dan menahan tangis. Sakura sulit mengeluarkan suaranya bagai ada gumpalan yang menyangkut di kerongkongannya. Sakura berdehem pelan, "Ma-mari langsung saja aku periksa kandungannya."
Delapan tahun telah berlalu, tentu seiring berjalannya waktu hal-hal yang ada disekitar kita telah berubah. Ada kemungkinannya kan saat ini Sasuke telah menikah dan memiliki anak? Suatu kemungkinan yang bahkan belum pernah terpikirkan oleh seorang Haruno Sakura.
.
.
.
TBC~
A/N: Karena ini rumah sakit, jadi kemungkinan akan ada banyak OC disini kaya tadi aja contohnya Yabuchi itu Cuma karangan saya kok^^V maaf kalo misalnya ada kekurangan dalam fic ini~ Aku sih udah seberusaha mungkin bikinnya nggak OOC atau kayak sinetron tapi kalo misalnya masih yaa maafkan saya m(_)m last.. mind to review? :3
