Authors Note : this is really my first fanfic so plese forgive me if the story is not good
DiscIaimer : never have nor will I ever own 07-ghost or its chars
Pairing : Teito x Frau
Last Angel
Melihat temannya yang terus mengemas barang yang dibutuhkannya, Mikage menjadi sedikit khawatir dengan keputusan temannya itu "Teito, apa kau yakin kau ingin pergi ke sana sendirian?"
Teito berhenti dari pekerjaan yang saat itu dilakukannya untuk berbalik dan tersenyum "Kau tidak usah cemas, Mikage. Aku hanya memeriksa reruntuhan Zehel selama beberapa hari, lagipula di sana tidak ada jebakan tersembunyi ataupun binatang buas" ucapnya dan kembali mengemas barang bawaannya.
"Tetap saja, kau seharusnya mengajakku ataupun Hakuren untuk pergi bersamamu" saran Mikage.
Teito tidak memperdulikan saran temannya itu dan terus mengemas tanpa berbicara. Dia masih teringat kejadian yang terjadi di reruntuhan itu beberapa minggu yang lalu.
Flashback :
"Wow, Teito reruntuhan ini luar biasa"
"Kau benar, mikage. Dibandingkan dengan reruntuhan sebelumnya. Aku rasa reruntuhan inilah yang paling megah dan masih berdiri dengan tegak"
"Bisakah kalian berdua berhenti bersikap seperti anak kecil yang baru Masuk toko permen. Kita harus meneliti reruntuhan ini sebelum kembali ke barsburg. Dan walaupun sebagian besar bangunan masih bertahan, kita tidak boleh lengah" ucap Hakuren
Keduanya tampak cemberut, dan Teito memandang tajam Hakuren "kau selalu saja merusak kesenangan orang"
Mendengar ini Hakuren tampak sedikit kesal "Yah, aku tidak akan susah-susah merusak kesenangan kalian, kecuali kalian ingin menghadap Professor Ayanami tanpa membawa laporan sama sekali" ucap Hakuren secara sarkasme dan penekanan pada setiap kata.
Mendengar nama Professor Ayanami membuat keduanya merinding mengingat betapa mengerikannya professor itu jika tahu mereka tidak melakukan tugas mereka dengan baik. "Siap, laksanakan!" keduanya langsung mengambil peralatan mereka dan melakukan tugasnya masing-masing.
Melihat tingkah laku kedua temannya, Hakuren hanya bisa menghela napas dan langsung ikut melakukan tugasnya.
Mikage bertugas untuk meneliti setiap sudut bangunan dan meneliti bagaimana cara pembuatan ataupun alat yang digunakan untuk membangun bangunan itu sebelum menjadi reruntuhan melalui tulisan kuno yang tertulis di dinding bangunan. Hakuren dan Teito bertugas meneliti setiap sejarah, prasasti, ataupun tablet kuno yang mereka temukan. Semuanya melakukan tugasnya dengan seksama dan penuh ketelitian. Saat Teito berusaha membaca tulisan yang ada di dinding, dia mendengar sesuatu.
'To…'
'Teito'
Teito melihat sekelilingnya berusaha mencari sumber suara yang memanggilnya 'Siapa? Siapa yang memanggilku?'
Tanpa di sadarinya tubuhnya mulai bergerak menyisri setiap lorong yang ada dan berhenti di depan sebuh pintu besar. Teito membuka pintu itu, dan di dalamnya ada sebuah patung ukiran dari batu. Ukirang seorang pria dengan sayap, tampak pandangan matanya penuh dengan kesedihan.
'Teito'
'Apakah kau yang memanggil namaku?'
Teito memberanikan dirinya maju dan mendekati patung itu. Walaupun sedikit ragu-ragu, Teito mengangkat tangannya dan menyentuh pipi patung itu. Sesaat setelah kulitnya menyentuh patung itu, tiba-tiba gambaran dari berbagai kejadian masuk kedalam kepalanya. Teito langsung jatuh tersujud di depan patung itu sambil memegang kepalanya.
"Apa? Apa ini? Seperti ada memori yang berusaha masuk ke kepalaku. Akkhhh!!!"
Teito merasa kepalanya seakan-akan pecah dengan semua gambaran itu, tiba-tiba gambaran itu berhenti di suatu ingatan. Di dalamnya di berada di sebuah padang rumput yang luas, saat itu hujan turun dengan deras, dan dia terbaring bermandikan darah di pangkuan seseorang. walaupun wajahnya buram tetapi teito tahu bahwa orang itu menangis...
'A..Apapun yang terjadi ak…ukh'
'Jangan berbicara lagi, bantuan akan segera datang. Kau akan selamat. Bertahanlah'
Tetapi teito hanya menggelengkan kepalanya dan menyentuh pipi orang itu 'A…Apapun yang terjadi ukh…, walaupun beribu tahun telah berlalu, a….ku akan selalu men…cintaimu karena itu hi..dup..lah'
Lalu semuanya menjadi gelap, dan di kepalanya terucap satu nama..
'Frau'
End of flashback
