Angel, Human, Devil
Cast :
Jung Yunho
Kim Jaejoong
Kim Junsu
Park Yoochun
Shim Changmin
Serta cast yang lainnya
Rated : T—M
Warning : Boys love, Yaoi, GSHeechul [Cerita ini murni hasil pemikiran Author dan tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun dan apapun.]
Disclaimer :
Seluruh pemain disini bukan milik Author. Mereka adalah milik diri mereka sendiri, Management serta Tuhan YME. Author hanya meminjam sebentar, ne!
.
.
_This story Original _
by
Nyangiku
.
.
''If you don't like, Don't read it"
Tidak suka? Jangan baca!
.
.
Bagi yang sudah menyempatkan untuk membaca—
.
.
Onegaishimasu
~Selamat membaca~
.
.
"Temanku mengatakan ketua asrama baru disana sangat tegas, yang hyung perlu lakukan hanya lah turuti perkataannya. Dan satu lagi jangan sampai hyung terlambat di hari pertama hyung masuk asrama."
"Apa kau bercanda? Dia kan hanya ketua asrama kenapa aku harus menurutinya?"
"Aku tidak tahu. Karena yang akan mengalaminya lebih dulu kan hyung. Aku akan menyusul hyung tahun depan."
.
.
Aku kim Jaejoong. Tujuh belas tahun. Baru memulai tahun ajaran baru di tingkat dua di salah satu sekolah di Jepang. Kalau bukan karena permintaan dari adik kesayanganku aku tidak akan pernah mau pindah sekolah ke kota Seoul lagi, tidak akan mau.
Kalian bertanya alasannya? Tentu saja akan ku beritahu.
"Barang-barangmu akan umma kirimkan satu minggu lagi, tidak perlu kembali ke Jepang karena umma sudah mengurus kepindahanmu,"
"MWO? PINDAH?" mata bulatku melotot sempurna. Paspor yang baru saja akan ku masukkan ke dalam tas mahalku pun jatuh begitu. "Tapi.. umma.. aku baru saja memulai tahun ajaran baru dan aku—"
"Hyung… ku mohon.."
Ugh. Tidak. Jangan lagi. Tatapan itu seperti tatapan seekor anak kucing imut yang meminta belas kasihan untuk di pungut.
"Beri aku satu alasan logis," sepertinya aku hanya bisa pasrah. Melihat tatapan memelas Kibum dan tatapan mengancam Umma membuatku tidak bisa berkutik.
"Kibum sudah memutuskan untuk masuk sekolah asrama Toho International School." kata Umma dengan tenang dan Kibum yang duduk rapi disampingnya.
"Toho? Bukankah itu bagus? Dia bisa menjadi mandiri sepertiku juga kan?"
"Umma ingin kalian berada satu sekolah dan saling mengawasi."
Tahun ini adikku berumur lima belas tahun dan dia berencana untuk masuk sekolah asrama yang sama dengan kekasihnya yang telah di pacarinya selama dua tahun, tentu saja tanpa sepengetahuan Umma dan Appa. Jujur saja, aku sendiri belum pernah melihat langsung wajah kekasihnya itu bahkan lewat foto sekalipun. Kalian mau tahu alasannya?
"Nanti hyung akan jatuh cinta pada malaikatku kalau hyung melihat fotonya,"
Aku tahu ini hanya cara Kibum untuk bisa dekat dengan sang kekasih. Aku memang tidak melarangnya berpacaran dengan orang itu, hanya saja mungkin Umma sudah mencium hubungan Kibum dengan kekasihnya sehingga Umma memintaku untuk masuk asrama yang sama agar bisa mengawasi si Snow White polos itu agar tidak berbuat macam-macam.
Tapi.. kenapa aku harus masuk asrama lebih dulu? Sedangkan Kibum baru akan masuk tahun depan?!
Aku tahu, bagian ini pasti Kibum yang memintanya pada Umma. Dia pasti ingin aku mengawasi kekasihnya yang katanya 'sangat tampan' itu.
Mereka berdua memang selalu seenaknya.
.
.
"SUPIR SIALAN! SEKARANG AKU HARUS BAGAIMANA? OMO! OMO! SUDAH LEWAT LIMA MENIT!"
Yang ku lakukan adalah berlari. Aku harus berlari sebelum semakin terlambat. Setelah jalan menanjak dan satu belokan lagi sampai. Aku bukan takut dengan peringatan Kibum tentang 'ketua asrama baru' itu, hanya saja hari sudah semakin sore dan bahkan sebentar lagi makan malam. Sebelum langit mulai menggelap aku tidak ingin tersesat di kota yang sudah satu tahun lebih ku tinggalkan. Dan lagi…
Asrama itu memiliki jam malam!
.
.
"Apa yang sedang kau lakukan Yun?" namja tampan bertubuh tegap itu menoleh menatap sosok berambut klimis yang berada tak jauh darinya. Namja berlesung pipi itu tersenyum melihat namja di depannya sedang memegang sebuah katana kayu yang akhir-akhir ini sering dibawanya untuk menertibkan para penghuni asrama yang 'nakal'.
"Aku sedang menunggu mereka yang terlambat, kau harus bersyukur kali ini bisa lolos karena datang tepat waktu, Siwon-ah." Namja itu berjongkok sebentar. Berdiri cukup lama memang membuat kaki pegal.
"Sepertinya hari ini banyak yang terlambat," Siwon menunjuk dua orang namja yang sedang bertengkar sambil berlari-lari menuju ke arah mereka berada. Dari jauh pun sudah bisa di tebak dua sosok itu, si jidat lebar Park Yoochun dan si lumba-lumba Kim Junsu. Sepasang kekasih yang selalu bertengkar dimana pun mereka berada.
.
.
Sepuluh menit sebelumnya
.
.
Namja bersuara lumba-lumba itu meletakkan ponselnya kembali ke dalam tasnya dengan terburu-buru. Melihat jam digital yang tertera di ponselnya membuatnya teringat akan sesuatu hal yang sangat penting.
"YA! GAWAT! Ini salahmu Jidat! Kita akan terlambat dan kau tahu Yunho pasti menghukum kita! Haishhh!"
Namja tampan yang sejak tadi terus tersenyum tidak jelas itu kemudian membulatkan matanya saat melihat ekspresi panik sang kekasih. Sepertinya kencan hari ini terlalu indah sehingga mereka sampai lupa waktu.
"Jangan banyak bicara! Cepatlah atau akan ku tinggal disini!" tanpa di duga, ternyata namja tampan itu bergegas pergi sendirian meninggalkan sang kekasih. Ia berlari tanpa menoleh sedikitpun ke belakang untuk melihat sang kekasih.
"YA! PARK JIDAT! Jangan kau berani atau kita putus!" namja imut itu pun akhirnya berlari sangat cepat mengejar jejak sang kekasih. Ancamannya barusan malah di hiraukan.
Setelah belokan ini maka tempat yang mereka tuju akan sampai.
"Permisi," Yoochun dan Junsu menghentikan langkahnya serempak saat seseorang yang baru saja mereka lewati memanggil mereka. Mereka menoleh bersamaan, menatap sosok berambut hitam legam dengan sweater rajut coklat membalut tubuhnya. Menarik dua koper berukuran besar dan sebuah tas gendong besar di punggungnya.
"Maaf nona kami tidak punya waktu—"
"Hai, cantik. Apa kau tersesat? Mari kita lihat bantuan apa yang dapat kuberikan untukmu?"
PLAK!
"Ups.." Jaejoong meringis melihat namja berpipi chubby itu di tampar cukup keras oleh namja bersuara imut yang sejak tadi bersamanya.
"Park Jidat! Beraninya kau menggoda wanita di depan mataku?" pekik Junsu kesal. Sudah di tinggal pergi sendirian di taman sampai harus mengejar setengah mati dan kini ia berani menggoda orang lain di hadapannya tanpa dosa?!
"Ania, aku tidak menggodanya.. aku hanya.. kau tahu kan dia butuh bantuan kita." elak Yoochun. Playboy itu memang selalu menyangkal meski sudah ketahuan kelakuan buruknya. Padahal ini bukan pertama kalinya, tapi kesekian kalinya.
"Terserah! Bantu saja dia dan selamat menerima hukuman dari Yun—OMO! Hampir saja lupa, ppali!" tanpa aba-aba Junsu pun menarik tangan Yoochun dan membawa kekasihnya itu berlari meninggalkan namja cantik yang sedang memasang tampang kebingungan.
"Ya! Ya! Tunggu aku! Aku ingin bertanya dimana alamat Asrama Toho! YA! Haishh.. kenapa mereka terus berlari?" gerutu namja cantik itu sendirian.
.
.
"Terlambat dua menit."
Yunho mengarahkan katana kayu nya tepat didepan sepasang kekasih yang masih terengah meraup oksigen. Meskipun mereka berlari, tapi sepertinya keberuntungan tidak sedang berpihak pada mereka kali ini. Hukuman kali ini memang tidak akan bisa lolos lagi. Si penjaga rupaya telah menunggu mereka di depan gerbang asrama.
"Come on, Yunho-ah. Bukankah kita teman? Kali ini saja aku—"
Yoochun terdiam saat Yunho mengarahnya katana nya pada jidat lebarnya yang berkeringat.
TUK!
"Kau—" Yunho menunjuk Junsu yang berada di sebelah Yoochun. "Dan kau—"
TUK!
"Ku hukum membuang sampah selama satu bulan—"
"TUNGGU!"
Siwon mengalihkan pandangannya pada sosok yang baru saja tiba itu. Sambil menyeret koper besarnya, sosok itu menghampiri Yunho dan—
"Apakah ini asrama Toho?" tanya orang itu polos. Sangat polos dan imut bahkan membuat tiga orang lain yang berada di sana terpana.
"Siapa kau? Logat korea-mu aneh," tanya Yunho dengan wajah tidak bersahabat sama sekali.
"Kim Jaejoong." Jaejoong meletakkan kopernya lalu membungkuk sopan pada sang penjaga. Tidak ada sedikitpun dalam benaknya pikiran negative tentang namja yang sedari tadi memegang katana kayu dengan tampang sangar itu.
"Arra.. salam kenal Kim-Jae-joong." Yunho tersenyum manis—namun bagi yang lain itu adalah senyum terseram yang pernah Yunho keluarkan dan tidak di sadari oleh Jaejoong. Bahkan Jaejoong pun tidak menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya.
TUK!
"YA!—"
"—Kau.."
Yunho masih meletakkan katana kayu nya di atas kepala Jaejoong setelah sebelumnya memukul kepala namja cantik itu tanpa dosa. Jaejoong sendiri berusaha menyingkirkan katana kayu itu dari atas kepalanya dengan rasa sakit yang berdenyut-denyut.
'sakit. Rasanya ini sakit. Rambutku.'
TUK!
TUK!
TUK!
'aku harus melakukan sesuatu.'
TRAK!
"OMO!"
Yunho membulatkan kedua mata sipitnya. Katana kayu yang ia pesan secara khusus dari Jepang untuk menertibkan penghuni asrama yang nakal kini sudah tidak bernyawa—lebih tepatnya katana itu kini patah menjadi dua akibat ulah namja cantik calon penghuni asrama yang baru.
Namja cantik yang terlihat lemah itu baru saja mengambil katana sang iblis penjaga asrama yang terus memukuli kepalanya dengan mudahnya, semudah mematahkan sebatang sapu lidi, Jaejoong mematahkan katana kayu asli jepang itu hanya dengan lututnya.
Sang pelaku pembunuhan katana impor Jepang itu kini malah memasang wajah polosnya seakan tidak terjadi apa-apa. Sambil mengusapi kepalanya atau bisa di bilang merapihkan rambut model terbaru nya yang ia styling dengan susah payah hingga menghabiskan waktu hampir satu hari di salon ternama.
"Kau akan mati, anak baru." Junsu dengan suara setengah berbisik berusaha memperingati sang anak baru. Sambil memandangnya dengan ekspresi horror.
"Siapa?" tanya Jaejoong polos. 'orang-orang disini aneh.' Batinnya.
"Kau. Anak baru," Yunho memajukan wajahnya mendekat ke arah wajah Jaejoong. Terlalu dekat.
"Aku bertanya kau siapa, aku memang anak baru. Jadi tolong antarkan aku ke kamar yang telah di pesan oleh Ibuku." Jaejoong menarik lengan kekar Yunho lalu menyerahkan dua buah koper besarnya untuk di bawa Yunho.
Tingkah ajaib itu tak ayal membuat tiga namja lain yang sejak tadi menjadi penonton membuka mulut lebar, terkejut, terkesima, tidak percaya dengan sikap namja cantik yang sepertinya orang korea asli yang tidak lancar berbahasa korea.
'dia pikir Yunho pelayan.' batin Junsu. Yoochun yang sepertinya berpikiran sama pun berusaha untuk menahan tawanya di suasana mencekam ini.
Dan sang penjaga asrama pun tidak kalah terkejut dengan sikap anak baru itu. Harga dirinya serasa di injak-injak, di patahkan dan di buang seperti katana miliknya yang tergeletak di tanah. Emosinya pun mulai naik ke atas kepala. Baru kali ini ada orang yang berani membantahnya, bahkan menyuruhnya membawa dua koper yang besar itu? Ditambah orang itu adalah anak baru?
Dan yang terpenting, sebenarnya namja cantik itu berniat tinggal di asrama sementara atau selama nya sih? lihat saja dua koper besarnya itu. Atau jangan-jangan dia masih membawa koper-koper yang lain.
Oke ini berlebihan, ketua asrama.
"Cepatlah, kau lambat penjaga." Jaejoong berjalan duluan memasuki pintu utama asrama yang menurut pengelihatan matanya tidak begitu berbeda dengan asrama yang ia tinggali saat di Jepang. Gedung yang kokoh, mewah, luas dan bersih.
Hanya bedanya suasana disini agak sunyi dan sepi.
"Yun—" perkataan Siwon terputus saat melihat Yunho melempar koper milik Jaejoong dengan kasar. Sepertinya dia kali ini hanya bisa berdoa kepada Tuhan di dalam hatinya agar keselamatan anak baru itu baik-baik saja—atau mungkin minimal ia tidak masuk klinik.
Yoochun dan Junsu hanya bisa saling berpegangan tangan mencari keselamatan sendiri. Sebenarnya disini mereka memiliki sedikit keuntungan dengan datangnya namja cantik itu sehingga Yunho tidak mengomeli mereka panjang lebar. Meski mereka tetap di hadiahi hukuman.
SRET!
BRAK!
"Ouch! Appo.." Jaejoong meringis. Mendapati punggungnya membentur pintu kaca yang baru saja akan ia buka untuk ia masuki. Sepertinya ia juga merasakan pergelangan tangannya terkilir akibat cengkraman itu.
Tangan Yunho menarik dengan sangat kasar pergelangan tangan Jaejoong tepat sebelum tangan kurus itu mendorong handle pintu kaca tebal di depannya. Suara ribut itu bahkan membuat kucing peliharaan salah satu penghuni asrama yang kebetulan lewat di lorong terkejut.
"YA! BERUANG APA YANG KAU LAKUKAN?!" teriak Jaejoong kesal. Sampai-sampai memberikan julukan binatang pada orang yang baru saja ia temui itu.
"Hanya berusaha menertibkan penghuni nakal sepertimu," kata Yunho tenang. Namun tidak dengan kungkungan tubuh besarnya yang menghalangi Jaejoong untuk menyingkir dari hadapan Yunho. Tenaga nya cukup besar, batin Jaejoong. Ia tidak bisa lepas dengan mudah. Bahkan hanya melepaskan cengkraman tangan nya saja.
"Memangnya kau siapa? Kenapa aku harus menurutimu?" tanya Jaejoong. Yang dia tahu Yunho adalah penjaga asrama karena ia berdiri di depan gerbang gedung asrama sambil memegang sebuah katana kayu dan.. OMO!
'bagaimana bisa aku mematahkan katana miliknya?'
Jaejoong melirikkan matanya ke arah katana Yunho berada. Patah menjadi dua. Rupanya ia baru menyadarinya.
"Kau sedang berhadapan denganku, ketua asrama. Jung. Yunho." mata Jaejoong membulat.
'Gawat. Jadi orang ini yang Kibum ceritakan.'
"Aku tidak takut padamu." Jaejoong kembali bersikap tenang seperti saat ia belum tahu identitas Yunho sebenarnya dan menganggap Yunho 'penjaga' bukan 'ketua'. Jaejoong berusaha menutupi rasa takutnya.
"Oh, benarkah? Akan ku buat kau membayar apa yang telah kau lakukan." Yunho mendekatkan wajahnya ke arah Jaejoong. "Mulai hari ini kau adalah budakku." Yunho mencengkram dagu Jaejoong, ia menyeringai setan.
"Apa?"
"Turuti semua perintahku atau kau akan menderita." bisikan Yunho di telinga sensitifnya membuat Jaejoong tak sengaja mengeluarkan desahan kecil yang samar.
"Kau bercanda."
"Apa aku terlihat sedang bercanda?" Yunho menatap tajam mata rusa Jaejoong dengan sepasang mata musangnya.
'dia serius. Oh, apakah aku sedang di buru iblis beruang musang?'
"Aku akan menggantinya, berapapun harganya!" Jaejoong akhirnya berteriak karena tidak tahan terus-terusan di sudutkan oleh Yunho. Mengganti sebuah katana? Oh itu bukan hal yang sulit baginya.
"Katana itu di buat khusus oleh seorang biksu dari kuil terpencil di Jepang. Dan dalam satu tahun ia hanya membuat katana tersebut dengan terbatas. Harganya bahkan setara dengan harga sebuah mobil keluaran terbaru. Dan kau baru saja mematahkannya dengan mudah."
"Aku akan tetap menggantinya!" bukan hal yang sulit mencari biksu terpencil itu di Jepang, toh awalnya dia memang warga Korea yang senang tinggal di Jepang. Bahkan hampir seluruh Jepang sudah di jelajahinya, tentu bukan hal yang sulit mencari pembuat katana itu.
"Baiklah.."
CUP!
Mata rusa Jaejoong kembali membulat. Begitu juga tiga pasang mata yang lain yang sejak tadi meyaksikan perdebatan dua manusia berbeda postur tubuh itu.
Yunho. Jung Yunho yang di kenal galak dan tegas itu baru saja mencium bibir seksi seorang namja!
Bukan mencium, tapi Yunho meraup bibir plum itu!
Apakah mungkin.. dia juga sama seperti yang lain?
"HYAAAAAA!"
.
.
.
"Oh? Ada apa ini ribut-ribut?" tanya namja cantik berambut pink itu sambil menggendong kucing yang tadi sempat terlihat melintas di lorong. Semua orang yang berada di ruang santai asrama mendadak memusatkan perhatiannya pada kedatangan Yunho dan Jaejoong. Tak lupa Siwon dan sepasang kekasih Junsu-Yoochun yanag mengekor di belakang.
"Perkenalkan dirimu!" perintah Yunho tegas. Sejak tadi Yunho terus memegangi kerah baju Jaejoong seperti memegang seekor anak kucing dan kini Yunho melepaskan pegangannya itu sampai tubuh kurus Jaejoong terhempas. Penghuni asrama lain hanya memperhatikan dengan seksama penghuni baru berwajah cantik itu yang sempat beberapa detik mempelototi Yunho, mungkin karena kesal diperlakukan kasar.
Jaejoong hanya memandangi satu persatu penghuni asrama yang berkumpul di depannya. Tidak ada tanda-tanda kalau ia akan memperkenalkan diri. Suasana ini mengingatkannya pada asramanya dulu saat di Jepang, dan mendadak ia merindukannya.
Saat-saat berkumpul bersama, bercengkrama, menyanyi dan bercanda.
Hah.. apakah disini juga akan sama?
"Apa kau tuli?" Yunho melipat kedua tangannya di depan dada angkuh. Namja berwajah cantik ini cukup membuatnya panas malam ini.
'menganggu nostalgiaku saja.'
"Kim Jaejoong." hanya dua kata itu yang Jaejoong keluarkan dari bibir plumnya dengan suara datar dan pelan. Salah satu penghuni berwajah imut yang sedang memainkan PSPnya sampai harus mengorek telinganya, untuk memastikan kalau pendengarannya yang memang sedikit buruk tidak bertambah buruk karena ia hanya mendengar sedikit suara Jaejoong.
"Apa hanya itu bahasa korea yang kau bisa?" tanya Yunho lagi. "Perkenalkan dirimu dengan baik!" tegas Yunho. Yunho benar-benar bingung dengan tingkah anak baru itu, sebentar-sebentar moodnya berubah dengan cepat. Di awal bersikap polos, lalu kasar, dan kini ia mendadak menjadi pendiam.
"Kim Jaejoong. Pindahan dari Jepang, mohon kerja samanya mulai hari ini." Jaejoong kembali mengulangi perkenalannya, namun kali ini dengan suara lantang dan dengan nada sedikit kesal. Apa orang-orang disini tuli semua? Pikirnya.
Dan pemuda dengan PSP di tangannya itu melirik ke arah Jaejoong tajam seakan merasa tersinggung.
"Oh? Kau orang jepang? Kupikir kau orang korea, tapi dengan logat anehmu aku percaya kau bukan orang korea." komentar namja berambut pink yang sejak tadi tidak memperhatikan Jaejoong dan hanya sibuk mengelusi bulu kucing abu nya. Komentar pedas dengan nada menyindir khas Kim Heechul—sang senior yang terkenal selalu bersikap angkuh pada anak baru.
"Aku orang Korea." Jaejoong mulai kesal. Apakah ini efek terlalu fasih berbahasa Jepang sehingga ia selalu di sangka orang Jepang? Hei, tidakkah ia lihat wajah khas Korea ini? wajah tampan dan penuh pesona ini?
'dan satu orang menyebalkan bertambah.'
"Belajar bahasa korea lebih giat lagi." lanjut namja bermata bulat itu. Heechul langsung melenggang pergi di ikuti namja sipit yang mengekor dibelakangnya.
"Shit! Dasar nenek sihir!" umpat Jaejoong tidak sadar.
"Apa kau baru saja mengumpat?" tanya Yunho. Baru kali ini ada yang melanggar peraturan yang di buatnya di hari pertama ia menginjakkan kaki di asrama Toho. "Hukumanmu ditambah."
"MWO?!" Jaejoong melotot. Apa-apaan itu?
"Namja berwajah cantik dan bertubuh kurus ini yang telah mematahkan katana mahalku, ku harap kalian bisa berteman baik dengannya mulai hari ini. Dan.. jangan ada yang berani menganggunya karena mulai saat ini dia adalah budakku." ucap Yunho mutlak. Dan tidak ada yang dapat menolaknya karena dia lah yang berkuasa di asrama ini sekarang.
"Kau terlalu berani anak baru, kenalkan aku Leeteuk. Tugasku di asrama ini adalah mengawasi semua penghuni." namja berambut putih itu tersenyum ramah ke arah Jaejoong. Membuatnya semakin bingung dengan jabatan dan tugas apa saja yang di miliki para penghuni asrama.
'mereka semua siswa kan? Kenapa warna rambut mereka mencolok semua?! Ini Korea, kan? Bukan jepang?!'
PRAK!
Lamunan Jaejoong terhenti dengan suara benda membentur lantai yang ia pijak.
"Itu kunci kamarmu, dan Junsu antarkan dia."
Jaejoong tertegun. Baru kali ini ia bertemu dengan ketua asrama yang sangat seenaknya. Bahkan ia melemparkan kunci kamar yang akan Jaejoong tempati. Bukankah Jaejoong juga membayar untuk tinggal disini? Kenapa ia diperlakukan seperti seorang yang hina? Mendadak Jaejoong terhanyut dalam perasaannya hingga tak sadar kalau Junsu sudah berada di depannya dengan senyuman lebar seperti bintang iklan pasta gigi.
"Baiklah Jaejoongie, mari aku antar—"
"Tunggu—aku berubah pikiran. Kalian kerjakan hukuman kalian mulai hari ini, anak baru ini biar aku yang mengurus." Yunho tersenyum—lebih tepatnya menyeringai kecil ke arah Jaejoong yang sedang komat-kamit tidak jelas sambil menarik kopernya yang sudah di pastikan isinya berat. Khayalannya tentang pelayanan baik dan ramah dari penjaga asrama pupus sudah ketika dua koper yang seharusnya di bawa sang supir kini dibawa sendiri olehnya seharian penuh.
.
.
Setelah memutar kunci Jaejoong membuka pintu kamar yang akan ia tempati, kemudian masuk tanpa menoleh ke arah Yunho yang mengikutinya dari belakang tanpa suara. Tidak mengerti apa tujuannya si ketua asrama sombong itu mengekorinya.
'setidaknya fasilitas disini sesuai dengan yang dibayar Umma.'
"Hei, kau tidak mau mengucapkan sesuatu untukku?" Yunho menyenderkan tubuhnya santai pada daun pintu. Wajahnya terlihat datar seperti biasa.
"Terima kasih, KETUA." ucap Jaejoong tanpa melihat ke arah Yunho. Ia sibuk membuka satu kopernya yang semuanya berisi pakaian. Jika tidak di rapikan sekarang ia akan malas nantinya.
Yunho pun berjalan pelan ke arah Jaejoong. Seperti seorang pembunuh bayaran yang hendak menghabisi targetnya. "Aku tidak menerima ucapan terima kasih." Yunho berisik pelan berposisi disamping Jaejoong. tubuh Jaejoong mengejang mendapati hembusan nafas Yunho yang terasa sampai ke tengkuknya. Salah satu titik sensitifnya.
"Lalu apa yang kau mau—" Jaejoong tersentak. Wajah Yunho terlalu dekat dengannya, dan ini ketiga kalinya terjadi dalam waktu kurang dari satu jam.
"Memakan bibirmu.."
Hmmpptt!
Doe eyes kelam Jaejoong membulat. Yunho menciumnya lagi, dan ini kedua kalinya terjadi dengan jarak yang sempit serta tanpa di duga.
Jaejoong rasa kali ini bukan sebuah ciuman, namun sebuah—
"Arrrghh! Appo!" Jaejoong mendorong tubuh besar Yunho refleks, saat bibir hati itu mulai meraup bibir plum Jaejoong. Sepertinya harus di ralat, ini bukan sebuah ciuman namun sebuah gigitan. Yunho melakukan apa yang dikatakannya, memakan bibir Jaejoong.
"Hahaha!" Yunho hanya tertawa. Tumben sekali bukan? Seorang Jung Yunho tidak marah ketika seseorang berbuat kasar padanya? Yunho tertawa dan itu adalah hal aneh. Bahkan tawa itu terdengar sampai ia menghilang dari kamar Jaejoong. Sepertinya Jaejoong mulai berpikir untuk menempelkan tulisan 'Jung Yunho dilarang masuk' di depan pintunya.
.
.
.
Ini mimpi buruk.
Terima kasih Kim Kibum karena telah memberiku mimpi buruk ini.
"Tapi tempatnya cukup nyaman dan luas. Walau tidak seluas kamar hotel president suite." Jaejoong berbaring di kasur berukuran sedang yang sudah tersedia di kamar itu. Sebuah meja belajar beserta kursinya dan lemari baju yang cukup besar. Setidaknya ini bukan asrama dengan dua orang di dalam kamarnya. Awalnya Jaejoong mengira akan seperti itu saat melihat banyaknya penghuni asrama. Jaejoong tidak suka berbagi kamar.
"Barang-barang sisanya akan di kirim tiga hari lagi." Jaejoong memejamkan matanya sejenak. Baru menginjakkan kaki disini satu jam tapi sudah banyak kejadian yang terjadi menimpanya.
Bibirku perih, sepertinya ada luka.
Jaejoong mengambil cermin hello kitty kesayangannya dari dalam tasnya, memandangi pantulan wajah cantiknya yang terlihat begitu lelah. Dan benar saja bibir seksinya itu terluka.
Pasti akibat Yunho! Jelas saja itu adalah ciuman pertama Jaejoong!
Dan Yunho mencurinya dua kali—tidak yang satu kali adalah sebuah gigitan sampai terluka.
Sepertinya malam ini ia akan langsung tidur saja tanpa menghadiri makan malam bersama.
"KIM JAEJOONG!"
Sial. Baru saja akan memejamkan mata, suara teriakan memekak telinga terdengar di depan pintu kamar Jaejoong. Sebenarnya Jaejoong ingin menghiraukan teriakan entah milik siapa itu, tapi suara rusuh yang terjadi di daun pintunya membuatnya terpaksa harus membuka pintu tersebut.
DUK!
DUK!
DUK!
"Keluar kau anak baru!"
"CK." Jaejoong berdecak kesal. Orang itu memanggilnya seolah-olah kalau Jaejoong itu seorang yang terlilit hutang dan di tagih oleh deep collector.
.
.
.
"Ini bibi Seo, dan bibi Seo ini penghuni baru Kim Jaejoong. Mulai hari ini dia yang akan memasak dan mencuci seluruh piring kotor." jelas Yunho seenaknya. Lihatlah wajahnya yang sok ramah itu. Ingin rasanya Jaejoong mencakari wajah tampan itu hingga tercipta garis-garis merah seperti corak belang pada tubuh harimau.
Bagaimana bisa dia memasang wajah manis setelah menggedor pintu kamarnya dengan sadis?
"Mwo?!" Jaejoong melotot. Jelas ini tidak benar. Yunho sudah berbohong dan tanpa persetujuan dia membuat Jaejoong menjadi seorang budak.
"Tidak baik memberikan tugas seberat itu pada penghuni baru, Yun." kata Bibi Seo penuh kebijaksanaan. Jaejoong begitu terharu mendengar bibi Seo membelanya. Namun ketika kebahagiaan itu baru saja Jaejoong rasakan dua detik..
"Jaejoong yang mengajukan dirinya sendiri—" kata Yunho depan cepat menutup bibir plum Jaejoong yang sepertinya akan protes dengan tangan lebarnya. Jaejoong tidak tinggal diam, meskipun mulutnya dibekap cukup kuat, tapi lidahnya masih bisa bergerak bebas. Tanpa rasa jijik Jaejoong pun mulai mengeluarkan lidahnya melumuri telapak tangan Yunho dengan air liurnya. Menjilat-jilat telapak tangan yang terasa asin di lidahnya.
"Dengan begini bibi Seo bisa pulang ke kampung halaman dengan tenang. Soal kebersihan asrama aku sudah menyuruh Leeteuk untuk membagi-bagi tugas dengan penghuni lain." lanjut Yunho. Bukannya Yunho tidak sadar dengan kelakuan Jaejoong pada telapak tangannya, tentu saja ia merasakan daging tak bertulang itu terus mengotori telapak tangannya dengan air liur segar dari tempatnya berasal. Hanya saja Yunho sedang menahan emosinya untuk tidak menghabisi Jaejoong di depan bibi Seo yang di hormatinya. Singkatnya, Yunho sedang menjaga image.
Bibi Seo terlihat bernafas lega. "Ah, syukurlah kalau begitu. Aku serahkan semuanya padamu ya, Jaejoong-ah dan Yunho-ah. Aku janji setelah sakit anakku sembuh aku akan segera kembali. Selamat menikmati hari pertamamu di asrama, Jaejoong-ah." setelah membungkuk dan tersenyum ramah bibi Seo pun berpamitan, sepertinya ia akan bersiap-siap untuk pulang ke kampung halamannya setelah di berikan ijin oleh Yunho barusan.
Dan tersisa lah dua namja berbeda postur tubuh itu di dapur yang biasa menjadi tempat bibi Seo bekerja. Jaejoong sudah menghentikan jilatannya pada telapak tangan Yunho saat di lihatnya Yunho menatapnya dengan tatapan menyeramkan.
Yunho melepaskan tangannya dari mulut Jaejoong, tanpa rasa jijik dan tidak melepaskan pandangannya pada Jaejoong di depannya, Yunho pun menjilat telapak tangannya yang masih tersisa jejak air liur yang Jaejoong buat disana dengan gerakan sensual yang langsung membuat Jaejoong melotot tidak percaya.
Di tambah lagi dengan pernyataan yang di buat oleh si pemilik manik musang itu,
"Kau berhasil membuat hasratku kepadamu semakin besar, Kim."
PRAANG!
Piring kecil berisi pudding pencuci mulut sisa makan malam tadi jatuh begitu saja ke lantai bersamaan dengan gerakan cepat dari Yunho yang mengunci tubuh Jaejoong merapat pada bak cuci piring yang kerannya tidak sengaja menyala dan mengeluarkan air akibat berbenturan dengan lengan Jaejoong yang kini di cengkram erat oleh Yunho.
Perlahan bibir hati itu mulai menghapus jarak yang ada di antara dua insan yang baru saja di pertemukan beberapa jam yang lalu. Tanpa suatu halangan yang pasti dan tidak adanya perlawanan yang berarti dari Jaejoong yang hanya bisa memejamkan kedua matanya takut. Yunho pun berhasil mendaratkan kembali bibir tipisnya pada bibir plum pink kemerahan milik Kim Jaejoong si penghuni asrama baru yang sudah membuatnya kecanduan dan haus akan rasa manisnya bibir namja cantik itu.
Jaejoong merasakan lukanya di basahi air liur oleh lidah panas Yunho, dan anehnya tidak terasa perih olehnya. Malah yang terasa adalah sebuah kehangatan yang sama sekali belum pernah Jaejoong rasakan satu kali pun. Kehangatan yang membuat perutnya terasa tergelitik dan perasaannya menggebu-gebu membalas pagutan yang di ciptakan oleh Yuno.
Melupakan fakta tentang namja itu baru saja di kenalnya dan menjadikannya budak di hari pertama ia menginjakkan kaki di tempat baru. Jaejoong dengan mudahnya membalas kehangatan yang Yunho berikan dalam sebuah ciuman panas yang mungkin akan di pergoki oleh penghuni asrama yang lain bahkan bibi Seo jika mereka terus memperdalam ciuman itu.
"Omo!" Junsu yang tidak sengaja lewat dan melihat adegan barusan hampir saja berteriak. Untung saja ia berhasil membekap mulutnya sendiri. Ia menatap Yunho dan Jaejoong yang sedang berciuman panas dengan tidak percaya. Bagaimana mungkin orang yang baru bertemu dan bertengkar beberapa jam yang lalu melakukan sebuah skinship yang begitu.. panas?
.
.
Jaejoong berguling-guling di lantai kamar asramanya yang beralaskan karpet tipis yang nyaman. Wajahnya ia tutupi dengan bantal yang sarungnya telah di ganti dengan sarung motif hello kity yang ia bawa dari rumahnya. Kalau bantal itu disingkirkan dari wajahnya, dapat terlihat jelas wajah mulus berkulit porcelen itu memerah padam ketika mengingat kejadian bodoh yang satu jam lalu menimpa dirinya.
Tidak!
Jangan terpana padanya Kim Jaejoong!
Ingatlah tentang keberadaanmu itu, ingatlah misi mu yang sebenarnya. Cari pacar Kibum, bersekolah disini selama satu tahun lalu setelah itu merengek pada Umma untuk di kembalikan ke Jepang. Jaejoong sedang berusaha menyemangati dirinya sendiri.
"Ne, ada apa Kibumie?" meski tanpa melihat layar ponsel untuk melihat sang penelepon, Jaejoong sudah hafal di kepala kalau dering ponselnya itu khusus di buatnya untuk sang adik jika menghubunginya.
["Ani, aku hanya ingin mendengar suaramu saja hyung. Jika suaramu masih terdengar, pasti hyung selamat dari ketua asrama yang seram itu.'] suara Kibum di seberang telepon sana terdengar santai di telinga Jaejoong.
'kejam sekali' batin Jaejoong.
"Iya aku memang selamat, tapi tidak dengan bibir seksiku!" keluh Jaejoong.
["Apa maksudmu hyung?'] Kibum terdengar panik ketika Jaejoong selesai dengan kalimatnya. Menyadari akan hal itu, sebelum si snow white itu ribut tidak karuan akhirnya Jaejoong pun mengalihkan pembicaraannya.
"Ani, bukan masalah kok. Ya sudah, aku ingin istirahat. Semoga hari esokmu indah, dongsaeng!"
["Tapi hyung! hei, apa kau sudah bertemu dengan pacarku? Hei? Hyung! Haissshh!"]
Jaejoong tersenyum sambil terpejam mendengar suara Kibum dari seberang telepon yang sengaja tidak di tutupnya. Biarkanlah anak nakal itu penasaran dengan apa yang terjadi pada Jaejoong hari ini hingga memikirkannya sampai pagi.
Aigoo.. Jaejoong jahil ya?
.
.
.
Pojokan Rumah Author :
Oke, bagi yang pernah melihat dorama jepang pendek sebanyak 3 episode dengan judul "Aku tidak hanya akan melakukan apa yang Kurosaki-kun katakan" atau dengan judul lain "Black devil and white prince", mungkin kalian ga bakal asing dengan scene awal. Jujur aja, aku memang mengambil beberapa adegan yang sama yang aku modifikasi. Dan temanya pun sama. Tapi dengan segala pemikiran yang ada, aku mengembangkan kembali ceritanya dan menyesuaikan dengan Yunjae.
Kenapa aku sampai bikin ulang cerita ini kembali dengan gayaku? Itu karena kekecewaanku dengan dorama yang amat sangat pendek episodenya itu, bikin greget dan gantung parah. Jadilah pikiranku berkelana dan pyong! Bikin ff ini dengan jalan ceritaku sendiri.
Aneh ga sih bikin Yunjae langsung beradegan hot di awal pertemuan mereka? Masuk akal? Entahlah aku galau :"" yang jelas jangan tertipu hihi
Semoga kalian bisa menikmatinya selagi menunggu FF Winter Story dan FF-ku yang lain update entah kapan hihi..
Salam,
Nyangiku.
