CGK 2 dataang! Horee! Akhirnya kesempatan juga buat CGK 2...

Oke, let's go!!

__+__

--- (Cliff's POV) ---

Aku baru saja sampai di kota yang belum pernah kudengar, yaitu kota Mineral.

"Kota Mineral..." aku mengeja papan toko.

Baru kali ini aku mencoba pergi sendiri. Selama ini aku selalu terkekang di rumah, dan harus melayani permintaan orangtuaku. Aku muak akan sikap mereka yang manja. Dulu aku pernah kabur dari rumah, tapi saat aku kembali, aku dengar kalau mereka meninggal karena stress kehilangan diriku. Sekarang sudah percuma. Aku tak kenal siapapun lagi. Yang kukenal hanyalah... Gray dan Kai, kedua sahabatku. Kudengar dari sekolah, kalau mereka berdua ada di kota Mineral, dan akhirnya aku jadi datang kesini.

"Oke... Pertama-tama, aku cari penginapan dulu..." aku mencoba berjalan ke sebuah lapangan berubin merah. Kubuka peta kota Mineral yang kubeli sebelum datang ke kota ini. "Hem... Disini ada klinik, gereja, restoran, supermarket, toko wine, pertanian,... Hem... Penginapan mana ya? Ah, mungkin ini penginapan..." aku melihat ke sebuah bangunan besar dengan banyak jendela.

"Permisi..." perlahan aku membuka pintu rumah yang besar itu.

"Ah, selamat datang!" muncul seorang gadis berambut orange ber-overall. "Ada yang bisa kubantu?"

"Aku mau menginap..." sahutku lirih.

"Ah, kau beruntung! Kebetulan penginapan ini tinggal satu tempat lagi untuk cowok!" sahut cewek itu riang. "Namaku Ann! Siapa namamu?"

"Na, namaku... Cliff..." sahutku ragu.

"Oke, Cliff, kau menginap di lantai dua dengan Gray dan..."

Tunggu. Gadis itu bilang Gray. Jangan-jangan...

"Ee, maksudnya Gray yang pakai topi 'UMA' itu kan?" tanyaku.

"Hee? Benar! Itu kakakku. Memangnya ada apa?" tanya Ann.

"Benarkah?! Berarti tak percuma aku ke sini... Syukurlah..." aku langsung berjongkok, bersyukur. Tak percuma aku mati-matian mencari kota ini...

"Ka, kamu kenapa, Cliff? Kok jongkok segala sih?" tanya Ann. "Ayo, berdiri!"

Ann membantuku berdiri. "Ah ya, aku ingat. Kau Cliff yang dulu pernah diceritakan kakakku. Dia dulu sering cerita kalau kamu temenan sama kakakku selama 3 tahun."

Aku mengangguk cepat. "Benar! Benar!"

"Tapi, sebaiknya kamu bicara padanya seusai dia kerja, Cliff," saran Ann. "Akhir-akhir ini, dia suka..."

"Ya? Gray kenapa?" tanyaku pelan.

"... Yaah, nanti juga tahu." Ann men-skip pembicaraanku. "Kau bisa bebas di kota ini. Orang-orangnya baik kok."

Aku penasaran dengan perkataan Ann. Memangnya Gray kenapa?

"Eee... Ann,"

"Ya?"

"Anu... Gray itu kerja di mana?" tanyaku.

"Oh, di toko tambang besi Saibara," jelas Ann. "Dia selalu kerja jam 10 sampai jam 1 lebih."

"Makasih, Ann."

Setelah meng-unpack barang-barang, aku berjalan-jalan di sekitar kota Mineral. Hem, udaranya segar sekali. Aku melihat seorang bapak-bapak berambut cokelat tua sedang berdoa sekitar batu nisan di luar gereja.

"Anu... Pak, sedang apa?"

"Hei..." sapa orang itu. Oh, dilihat dari pakaiannya pasti dia seorang pastur. "Beginilah hidup yang kita alami... Terkadang orang berpikir kalau kita akan hidup abadi, tapi ternyata kenyataan berkata lain... Karena itulah kita harus bisa melakukan apapun yang baik sebisa kita...."

Aku yang terpana atas kalimat itu terdiam.

"Siapa namamu, anak muda?"

"Namaku... Cliff...."

"Namaku Carter. Aku satu-satunya pastur di kota Mineral ini." sahut pastur itu. "Semoga kau bisa bertemu dengan sahabat-sahabatmu lagi..."

"Hah? Sejak kapan anda tahu..." aku langsung kaget. Pastur itu sudah tak ada lagi. Pastur yang aneh...

Aku melihat lagi peta kota Mineral. Ada satu toko tambang besi di sini. Apakah Gray kerja disini? Kulihat jam di taman kota. Masih jam 11. Gray pasti masih kerja. Aku lalu berbelok, melewati pertanian sapi dan menyusuri jalanan lurus. Aku lalu berhenti di toko paling ujung.

'Saibara Blacksmith'

Tertampang tulisan di toko itu. Pasti ini toko tempat Gray bekerja.

Klining, klining.

Aku masuk ke dalam toko.

"HEI! JELASKAN APA YANG SALAH DARI INI!!!" seorang cowok berteriak, membuatku terjungkal jatuh.

"APA YANG SALAH?! JAWABANNYA ADA PADA DIRIMU! KAMU HARUS BANYAK BELAJAR!" teriak seorang kakek-kakek.

Aku terduduk ketakutan. Aku berada diantara pertengkaran. Aku mencoba keluar...

"MAU APA KAMU?!" cowok bertopi 'UMA' itu membantakku. "Kalau kamu enggak ada apa-apa sebaiknya kamu..."

"Gray! Tak sopan bicara ke pembeli seperti itu!" kata kakek-kakek tadi memanggil cowok bertopi 'UMA' tadi. Oh, nama cowok itu Gray. Apa, Gray?!

"... Maaf..." kata Gray rendah, nyaris tak terdengar.

"Ng... Nggak apa-apa..." jawabku sambil bangun. "Eee... Kamu Gray, kan?"

"Iya, aku memang Gray! Memangnya kenapa?!" bentak Gray.

"Gray!!" Aku segera memeluk Gray. Sudah lama sekali aku tak bertemu dengannya...

"Hei! Apa-apaan ini! Lepaskan aku! Lagian siapa kamu ini?!" teriak Gray berusaha membantingku ke ujung dinding. "Pergi kamu dari sini! PERGI!"

Aku langsung diam. Jadi ini maksud Ann kenapa aku tak diperbolehkan bertemu dengan Gray saat dia kerja... Aku segera bangkit dan pergi meninggalkan toko penambang besi.

Aku berlari meninggalkan toko itu. BRAAK!

Aku menabrak seseorang. Seorang gadis berambut pirang, kutabrak dia sampai jatuh. Aku menindasnya.

"Aduduh... Sakit..." rintih gadis pirang itu kesakitan.

"Ah... Ma, maaf..." Rasanya malu sekali sudah menabrak dia, jadi aku langsung berlari terus.

Saat aku membuka mataku, aku sudah berada di depan gereja. Apa boleh aku masuk sini...?

Setelah berpikir panjang, aku memilih masuk ke gereja.

"Selamat datang." Pastur yang bernama Carter itu menyapaku. "Selamat datang di tempat dimana kau bisa meminta ampunan pada tuhan."

"Eee... Iya..." jawabku grogi, sambil duduk di kursi pew gereja. Gereja ini kosong melompong, hanya ada aku dan Carter saja. "Eee..."

"Pasti kau bingung apakah temanmu sudah melupakanmu atau tidak." Carter tersenyum. "Tenang saja. Asalkan kau berdoa dan berusaha mengingatkan kedua sahabatmu, pasti mereka akan ingat dan bisa bersama-sama kau lagi."

"Kenapa kau bisa..." Lagi-lagi Carter tak ada lagi. Masa sih... Dia hantu pastur? "Le... Lebih baik aku keluar dari sini..."

Tak bisa. Aku tak bisa bergerak. Kedua kakiku tak mau bangun. Terpaksalah aku duduk disini, sambil berdoa, agar Gray bisa mengingatku.

KREKK

"Permisi!!" muncul seorang gadis pirang yang tadi kutabrak.

"Selamat datang di tempat dimana kau bisa memohon ampunan tuhan." Carter tahu-tahu sudah ada di mimbarnya. "Bisa kau ke sini sebentar, Claire?"

"Hegh? Sejak kapan anda bisa tau nama saya...?" gadis yang dipanggil Claire itu menghampiri Carter.

Carter bicara pada Claire sekitar beberapa menit. Lalu gadis itu mendekatiku.

"Halo! Kamu masih ingat aku kan? Aku yang tadi menabrakmu tadi pagi!" sahut Claire. "Namaku Claire. Namamu siapa?"

"Na... Namaku Cliff..." aku menjabat tangan Claire. "Eeee...."

"Ya? Ada yang ingin kau katakan?" tanya Claire.

"Eee.... Maafkan aku tadi menabrakmu, dan aku tadi tak minta maaf ataupun membantumu berdiri... Maaf ya...."

"Enggak apa-apa kok!" Claire mengibas-ibaskan tangannya. "Tak usah diingat terus. Aku juga tadi tersesat kok!"

"Eee...." aku ingin bicara lagi, tapi rasanya malu sekali.

"Ya? Ada lagi yang ingin kau katakan?" tanya Claire sambil mendekatkan mukanya di depanku.

Mukaku merah sekali.

"Eee.... Kau kenal Gray?" Lho, kok jadi ngomong soal Gray nih???

"Ah, Gray? Tadi aku sempat bertemu dengannya. Dia kok kasar sekali ya? Padahal aku cuma berniat memperkenalkan diriku. Ah, ya, hampir lupa, aku ini petani baru di Haibara Farm." jelas Claire. "Jadi, kalau kau mau ngobrol-ngobrol denganku, datang saja ke pertanian paling dekat toko Gray!"

"... Enggak kok!!" tahu-tahu aku membentak Claire. "Gray enggak sekasar itu... Dia pasti mendapati sesuatu hingga membuat dia sekasar sekarang... Dulu, dia orang yang amat baik denganku kok..."

Saat aku sudah selesai bicara, raut muka Claire mengerut. "Iya juga sih... Pasti Gray-kun mengalami sesuatu hingga dia bisa segalak itu..."

"Iya kan...?..." tanyaku.

"Iya. Aku yakin. Iya kan Cliff?" tanya Claire.

"Hah?"

"Kenapa ngomong 'hah'? Kita ini kan teman!" Claire menepuk pundakku berkali-kali. "Sahabat selalu bisa menjadi tumpuan saat sedih kan? Tenang saja, Gray-kun pasti bisa ingat saat-saat kau berteman denganmu..."

"I... Iya..." Aku tersenyum. Sudah lama aku tidak merasakan kehangatan teman sejak saat itu. Claire membuatku ingat kembali betapa indahnya persahabatan.

"Aku juga ingin bersahabat dengan Cliff lebih dalam..." Claire tersenyum. "Semoga kita bisa bersahabat, Cliff."

"Iya,"

Claire lalu pergi.

Aku berada di gereja hingga jam di kota Mineral berbunyi dua belas kali. Sebentar lagi Gray pasti akan pulang. Kutunggu sampai bel jam kota berbunyi sekali.

DON~~~

Tedengar bunyi bel jam. Sudah jam 1 siang.

Aku segera keluar gereja, sambil menuju penginapan tadi.

Ah! Itu dia Gray! Dia lagi berjalan menuju ke arah penginapan.

"Maaf, Gray? Bisa kita bicara sebentar?" tanyaku.

"Ah, kau yang tadi... Silahkan, kebetulan aku sedang tak ada kerjaan," sahut Gray pelan sambil mengikutiku. Kubawa dia ke pantai.

--- Beach ---

"Gray..." aku memulai pembicaraan.

"Ada apa?" tanya Gray singkat. "Ada yang bisa dibantu?"

"... Apa kamu masih ingat aku?" tanyaku.

"Haah?" tanya Gray.

"Ini aku, Cliff... Teman pertamamu sejak kelas 3 SD dulu... Dan kita berpisah saat kelas 6... Dan kau membeli topi 'UMA' itu bersama-sama dengan Kai dan aku..."

"..." Gray tetap diam.

"Dulu kita berteman bertiga... Kalian selalu bilang bahwa kita bertiga ini sahabat yang enggak bisa dipisahkan... Dulu kita akrab sekali... Sepulang sekolah, kita pasti selalu pulang sama-sama..."

"Kau..."

"Kau masih ingat aku kan, Gray? Kau masih ingat Kai, kan? Aku juga, kan?"

Perlahan air mata Gray menetes. "Kau... Cliff kan?"

"Iya!" Aku memeluk Gray dan ikut meneteskan air mata. Sudah lama sekali sejak saat-saat yang bahagia itu hampir terlupakan.

"Sudah lama sekali kita tak bertemu..." isak Gray. "Rasanya rindu sekali..."

"Aku juga... Sudah bertahun-tahun aku menyendiri dan selalu menyimpan kenangan kita baik-baik..." isakku bahagia.

"Akhirnya kita bertemu lagi disini..." Gray tersenyum saat menatapku. "Kau masih bersama Cain?"

"Cain? Oh, Cain masih ada di sini kok. Caaaiiiinnn~~~!" aku bersiul memanggil burung elang kesayanganku. Tak lama kemudian, burung elang itu turun dari langit dan hinggap ke sarung tangan kiriku.

"Hei, Cain, apa kabar?" sapa Gray sambil mengelus kepala Cain.

"Kaaaak~!" Cain membalas perkataan Gray sambil membiarkan badannya dielus-elus Gray.

"Aku kangen sekali kita bisa sama-sama lagi, Gray..." ucapku bahagia. "Tinggal Kai. Semoga dia bisa ingat tentangku..."

"Pasti, Cliff. Pasti Kai ingat padamu." ucap Gray sambil menghapus air matanya. "Eh, ngomong-ngomong, kamu tinggal dimana?"

"Di penginapan Doug. Memangnya kenapa?" tanyaku.

"Wah! Itu penginapan ayahku! Kita bisa sekamar nih!" Gray langsung semangat.

"Ceritakan dong apa yang udah terjadi akhir-akhir ini..." aku berjalan menyusuri jalanan kota Mineral sambil ditemani Gray. Syukurlah Gray sekarang sudah ingat siapa aku...

*_*_*

"Wah! Jadi Gray-kun sudah ingat siapa kau, Cliff?!" Claire tak percaya. Dia sedang sarapan di penginapan.

"Iya!" ucapku semangat. "Tak kusangka dia bisa ingat lagi..."

"Tentu saja dia ingat," Claire menepuk pundakku. "Seorang sahabat sejati takkan pernah melupakan temannya sendiri."

"Iya... Makasih, Claire..."

"Ah, sudah siang, aku harus kerja di pertanian nih. Bye bye, Cliff!"

"Bye..."

_+_

Chapter ini selesai... Fic ini Cuma ada 2 chapter~ So, RnR~~