~Desclaimer : Kōji Ōji & Rejet
~Pair : Tachibana Makoto (Free!) x Sakamaki Ayato (Diabolik Lovers)
~Writer: Dhansai-Hime
~Genre: Supranatural, Drama, Romance
~Warning: Shonen-ai (boy x boy), AU (Alternative Universe), Crossover, OOC (Out Of Character ), typo(s), EYD tidak sempurna, dan campuran bahasa Inggris dan Jepang
~Summary : cerita tentang pertemuan antara manusia dan vampir yang akhirnya saling jatuh cinta dan saling mengerti keadaan satu sama lain. Dan ini termasuk shonen-ai. Don't like~Don't Read ! I've warned you.
Ini adalah FF pertama-ku yang ingin kubuat ber-chapter-chapter. Dan gaya berceritaku agak berbeda dari biasanya aku menulis. Di sini aku agak mendayu-dayu dan puitis. Ah maafkan aku yang sedang ingin begini. :v
Baiklah, tak perlu banyak capcai (?), langsung saja ke cerita yah!
= Chapter 1 : Pertemuan
Pagi, 08.12 mentari belum sepanas yang biasanya. Pemuda surai api bernama Sakamaki Ayato sedang berjalan santai di sepanjang trotoar usai ia membeli beberapa minuman dan cemilan untuk dirinya sendiri.
BRUKK!
Ia jatuh terbanting tiba-tiba. Kaget? Oh pastilah. Meski ia seorang vampir, ia juga bisa kaget. Tunggu dulu-vampir? Yep! Dia tergolong dari bangsa vampir yang bisa membaur dengan manusia. Kalian pasti bertanya, membaur? Ya, membaur dengan arti kata, Ayato bisa bertingkah layaknya manusia, berjalan di ruang terbuka pada siang hari tanpa takut meleleh mati, makan dan minum ala manusia (bahkan ia penggila Takoyaki, pffftt!) dan melakukan semua kegiatan yang dilakukan manusia.
"Teme~"
"Ah, gomen!" belum sempat Ayato komplit menuntaskan makiannya pada sosok yang menabraknya, si oknum penabrak malah sudah mendahului meminta maaf padanya.
Ayato menatap oknum yang kini berdiri di atasnya sambil mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri. Senyum lebarnya menghiasi wajah tampan bersurai hijau. Si vampir malah terbengong memandangi penabraknya. Seketika makian yang sudah tertata indah di otaknya mendadak menguap entah kemana.
"Nee~?" si kepala hijau itu masih mengulurkan tangan.
Karena Ayato tak mau terlihat bodoh, ia pun menyambut uluran tersebut dan ia bisa melihat tonjolan otot-otot milik si kepala hijau di lengan yang ia pegang.
"Gomen, aku sedang terburu-buru mengejar waktu sambil melirik jam-ku dan tak sadar menabrakmu." ia mengacak rambut hijaunya dengan senyum masih lebar terpasang untuk si vampir.
"Ah~ ya~ tak... tak apa." si kepala merah malahan kikuk sendiri. Pffttt, ada apa ini? Bahkan semburat pink tipis melintas horisontal di wajah si vampir.
"Oh, aku memang kadang tak hati-hati." si hijau masih saja tak enak pada Ayato. "Ah ya, bagaimana bila kita makan pagi di kafe dekat situ? Anggap saja sebagai permintaan maafku yah. Please." ujarnya dengan muka dibuat memelas.
Ayato makin kikuk menerima ucapan manis begitu. Maklum, di keluarganya tak ada yang berujar semanis itu. "I-Iya, oke." begitulah jawaban si vampir, yang kemudian disesali sendiri oleh Ayato kenapa dengan entengnya bilang iya. Jangan-jangan orang itu punya ilmu gendam. Aish, khayalan Ayato terlalu ngaco. (Jitak kepala si merah).
Oke, kita skip saja langsung ke kafe, di mana keduanya sudah duduk manis di sebuah sudut, di dekat jendela.
"Pesanlah apapun yang kau mau." si hijau mempersilahkan Ayato ketika meja mereka didekati pelayan.
"Su-Susu cokelat hangat." dan Ayato terlonjak sendiri. Aih, serasa anak kecil saja, susu cokelat hangat, hahah. Tapi ia tak berani membatalkan pesanannya. Haaahh, dasar vampir tsundere.
"Aku juga sama seperti dia, susu cokelat hangat." ujar si kepala hijau. Bwahaha, keduanya memang manis, bukan? Dan pelayan lekas mencatat serta kemudian menambahkan kentang goreng dan garlic bread sebagai tambahan dari si hijau. Mungkin lelaki muda itu belum sarapan.
"Hei, siapa namamu?" tanya si kepala hijau lumut. "Kenalkan, aku Makoto. Tachibana Makoto. Dan kau?" senyum hangat si Makoto ini begitu murni sehingga mampu menghipnotis si vampir tsundere seperti Ayato.
"A-Ayato. Sakamaki Ayato." dan lagi-lagi Makoto mengulurkan tangannya ke Ayato. Namun kali ini bukan untuk menolong berdiri tapi untuk berjabat tangan berkenalan. Vampir kepala merah itu mau tak mau menjabat tangan besar dan hangat Makoto.
"Apa ada yang sakit, ermm... akibat tadi aku menabrakmu?" Makoto ingin memastikan bahwa pemuda di depannya itu baik-baik saja.
"Tidak. Tidak ada yang sakit." jawab Ayato pelan, hampir berbisik. 'Yang sakit hanya harga diriku karena terjatuh dan pasti itu terlihat tidak keren dan tidak elit.' batin si vampir. Hahah.
"Ah syukurlah kalau kau tak apa-apa." wajah Makoto tampak senang sekaligus lega. "Ano~ apa kau habis berbelanja? Kulihat tadi kau membawa tas plastik berlabel sebuah minimarket." ia melirik ke samping di mana terdapat bungkusan plastik yang dimaksud, tergeletak tenang di bawah kursi Ayato.
"Ya, aku baru saja dari minimarket, beli minuman kaleng dan beberapa cemilan." jawab si merah.
"Apa kau hidup sendiri?"
Pelayan pun datang membawa pesanan mereka. Keduanya kini sudah menghadap pesanan masing-masing.
"Iya, aku hidup sendiri."
"Di mana keluargamu? Apa kau bersekolah?"
"Keluargaku~" ia tampak tak berminat menceritakan tentang keluarganya apalagi alasan mengapa ia hidup sendiri. Dan tampaknya Makoto menyadari itu.
"Oh gomen, aku terlalu banyak bertanya, gomen sudah selancang ini." ia tersenyum lebar kembali sembari menggaruk helai hijau lumut di belakang kepalanya.
Well, Ayato sedang tak ingin membeberkan pada orang yang baru ia kenal tentang latar belakangnya. Bahkan tentang ia yang sedang melarikan diri ke kota ini karena ngambek. Iya, hanya karena ngambek gara-gara Raito mengambil pacarnya. Ia sudah bosan pada tingkah aniki-nya itu dan memutuskan kabur dari mansion Sakamaki.
Kemudian, perbincangan mengalir biasa dari bibir keduanya. Tak banyak juga sih, karena justru itu tampak seperti interview ketimbang perbincangan wajar. Pfftt.
Ayato akhirnya tau bahwa Makoto seorang mahasiswa sebuah perguruan tinggi negeri ternama di kota ini, dan sedang mengambil jurusan kedokteran. Dan seperti dirinya, Makoto pun hidup sendiri di sebuah kos, namun dengan alasan yang tentunya berbeda dengan Ayato.
Usai menghabiskan semua hidangan di meja, mereka pun beranjak keluar dari kafe.
"Ayolah, aku antar ke tempat kos mu, yah, Ayato." lagi-lagi Makoto memasang wajah hipnotiknya ke Ayato. Sudah bisa ditebak, kan, vampir tsundere itu pasti mengangguk bagai kerbau dicocok hidung.
And here they go, berada di 'kos' Ayato. Yeah, entah apakah tempat ini pantas di sebut kos bila terdapat 2 kamar tidur luas yang punya kamar mandi dalam di masing-masing kamarnya, lalu ada ruang tamu, ruang tv, ruang makan dengan mini bar komplit dengan dapur dan juga ada gudang dan taman kecil dihiasi kolam ikan koi di belakangnya.
Hgh, ternyata walau si kepala merah itu ngambek kabur dari rumah, ia masih sempat menelpon ayahnya yang milyuner untuk memberinya uang sehingga Ayato bisa menyewa tempat luxury seperti itu, berikut pula uang bulanan. Ayah yang menggiurkan. (hush!)
Tak pelak Makoto ternganga dengan sukses menyaksikan tempat 'kos' Ayato yang pastinya jauh berbeda dengan miliknya yang sempit dan sederhana.
"Ini sih bukan tempat kos, Ayato." ujar Makoto setelah puas ternganga. "Ah, kalau begitu, aku pamit dulu, yah. Sebentar lagi aku masuk kuliah. Kapan-kapan aku akan mampir lagi ke sini. Boleh, kan?" si kepala hijau menyunggingkan senyum ramahnya yang normal."Iya, silahkan saja." jawab si vampir. Lalu, ia mengantar Makoto hingga keluar pagar, dan mereka saling melambai. Oh, so sweet~
Usai kepergian Makoto, si vampir merah buru-buru menutup pintu 'kos'nya. Jantung vampirnya berdetak kencang, hingga ia cepat-cepat mencari duduk sebelum lututnya gemetar tak mampu menyangga tubuhnya.
"Gosh! Dia... Dia tampan dan gagah." gumam Ayato lirih. Oke.. oke.. saya luruskan supaya kalian tidak kebingungan dan bertanya-tanya. Ayato yang kece badai tropis itu, dia memang punya kecenderungan pada shonen-ai. Ah, kalian pasti paham, dong maksudku. Itulah mengapa ia tak jadi memaki-maki si kepala hijau lumut karena sibuk terpana pada penampilan Makoto.
"Jangan sampai si Raito sialan itu mengetahui tentang Makoto." tambahnya lagi dan ia pun berjalan sempoyongan menuju kamarnya untuk rebah menenangkan kokoro-nya. Ia jatuh cinta pada pandangan pertama!
Ya ampun~
