standard disclaimer applied

inspired by EXO NEXT DOOR and HI SUHYUN - Different Music Video


You Stole My Heart

Chapter 1

Sudah dua minggu ini kegiatan untuk mengintai—atau bisa dibilang menguntit tetangga sebelah dilakukan Minseok karena suatu yang tidak disengajai. Laki-laki manis yang bermata seperti kucing itu entah mengapa selalu menyempatkan diri untuk nongkrong didekat jendelanya dan menatap keluar dengan teropong kecil milik kakak laki-lakinya hanya untuk mengintai tetangga baru yang berwajah tampan—tapi cantik disebelah.

Awalnya Minseok memang tidak terlalu peduli dengan kedatangan tetangga baru itu mengingat dirinya sedikit anti-sosial dan jarang sekali keluar rumah, lalu kejadian tidak sengaja itu terjadi—yaitu Minseok yang tidak sengaja melihat si tetangga sebelah tengah asik memainkan bola didepan rumah saat ingin membuka jendela kamarnya.

Dalam detik itu juga Minseok langsung terpesona bahkan hingga kedua pipi chubby-nya bersemu merah saat melihat sosok tampan yang asik memainkan bola itu.

Bahkan karena begitu tertariknya dengan tetangga sebelah itu, dengan segera setelah melihatnya Minseok langsung mendatangi dan memberikan beribu-ribu pertanyaan pada kakaknya yang biasanya selalu update tentang hal-hal terbaru di lingkungan tempat tinggalnya dan informasi tentang tetangga baru sebelah pun pasti sudah didapatkan kakak tercintanya itu dengan sangat cepat.

Xi Luhan, nama dari tetangga baru sebelah yang berhasil membuat sifat Minseok berubah seratus delapan puluh derajat—out of characters. Luhan berasal dari Cina dan laki-laki itu seratus persen keturuan asli dari negeri tirai bambu itu yang pindah ke Korea dikarenakan adanya urusan bisnis keluarga.

"Dia keren sekali," bisik Minseok yang didepan matanya terdapat sebuah teropong yang selalu menemaninya untuk mengintai Luhan yang lagi-lagi tengah bermain bola.

.

.

.

Tiba-tiba Luhan berhenti memainkan bolanya, kedua mata rusanya memancarkan perasaan tidak nyaman—rasanya seperti ada yang memperhatikannya. Sontak dengan cepat Luhan langsung berbalik dan kepalanya mendongak sedikit keatas yang otomatis membuatnya menghadap pada jendela milik tetangga sebelahnya dan saat itu juga Luhan sangat yakin melihat seseorang yang tiba-tiba langsung bersembunyi dari balik jendela.

Apakah seseorang yang bersembunyi tadi itu menguntitnya?

Entah mengapa selama dua minggu tinggal di rumah barunya ini, Luhan selalu merasa seperti ada yang memperhatikannya dan mengawasinya. Tapi Luhan selalu saja tidak bisa menemukan bukti bahwa ada seseorang atau sesuatu yang memperhatikannya ataupun mengawasinya.

Mungkin cuma perasaannya karena belum bisa beradaptasi dengan lingkungan baru?

Tapi seseorang yang tiba-tiba bersembunyi tadi membuat Luhan kembali bertanya-tanya, jangan-jangan memang benar jika ada seseorang yang memperhatikan dan mengawasi segala gerak-geriknya. Hanya saja, kenapa?

Kenapa orang itu melakukan hal seperti itu?

"Gege, kamu mau buah?" sahut seseorang yang berdiri dibelakang Luhan.

Luhan menoleh dan mendapati adiknya—Sehun tengah membawa sepiring buah. "Tentu saja aku mau," katanya.

"Silahkan." Sehun menyodorkan piring kecil berisi potongan buah yang ada ditangannya untuk dibawa sendiri oleh kakaknya itu. "Sepertinya gege tengah memikirkan sesuatu."

"Ah, kamu tahu tetangga sebelah kita?" tanya Luhan tanpa berbasa-basi.

"Keluarga Kim?"

"Apakah mereka memiliki anak?"

Sehun terkekeh pelan. "Tentu saja. Mereka punya dua anak, Sungmin-hyung dan satunya seumuran denganmu. Jangan bilang selama ini gege tidak tahu kalau Sungmin–hyung tinggal di rumah sebelah."

"Aku memang tidak tahu," ujar Luhan dengan cepat yang berhasil membuat Sehun geleng-geleng kepala. "Siapa nama adik Sungmin–hyung?"

"Uhm…." Sehun terlihat berpikir—seperti tengah mengingat-ingat. "Kalau tidak salah Minseok, Kim Minseok."

"Kamu pernah bertemu dengannya?"

"Tidak," jawab Sehun dengan singkat yang langsung disambut Luhan dengan helaan napas kekecewaan. "Memangnya kenapa?"

"Aku hanya penasaran," jawab Luhan dan kembali menatap jendela tadi yang lagi-lagi mata rusa-nya mendapati gerakan cepat dari seseorang yang langsung sembunyi.

Seseorang tolong katakan bahwa orang itu bukanlah Minseok karena Luhan sama sekali tidak ingin memberikan gambaran yang buruk tentang tetangga yang bahkan belum pernah ditemuinya secara langsung itu.

.

.

.

Itu memang Minseok, sayangnya.

Dari tadi dengan gerakan secepat kilat yang entah dipelajarinya dari mana Minseok harus bolak-balok sembunyi dan keluar dari persembunyian. Jantungnya berdetak kencang setiap kali Luhan hampir saja menangkap basah dirinya dan demi apapun di dunia ini Minseok sama sekali tidak bermaksud seperti seorang penguntit.

Dirinya hanya penasaran, penasaran dengan kehidupan seseorang yang sudah berhasil mencuri hati dan pikirannya.

"Minseokkie!"

Teriakan yang berasal dari lantai bawah itu langsung membuat Minseok tersentak kaget karena telalu sibuk dengan pikirannya sendiri. Menyadari bahwa yang memanggilnya itu sang ibu dengan cepat Minseok langsung menjawab dan berjalan keluar kamarnya. Ugh, dia harus merelakan waktunya untuk tidak mengamati Luhan.

Oh, Minseok. Sekarang kamu benar-benar seperti penguntit.

"Tolong belikan rumput kering di minimarket depan sana?" pinta ibu dengan nada lembut.

"E-Eh? Kenapa tidak Sungmin-hyung saja?" tanya Minseok yang seakan-akan tidak terima.

Seperti yang dikatakan diatas tadi, Minseok itu sedikit anti-sosial dan jarang sekali keluar dari rumahnya kecuali ada hal-hal penting seperti sekolah tentunya. Karena itu diantara anggota keluarganya Minseok lah yang memiliki warna kulit paling putih—selain karena keturunan itu juga karena jarangnya dia terkena sinar matahari.

"Sungmin sedang pergi keluar bersama teman-temannya, Minseokkie tidak mau ya?"

Minseok mengembungkan kedua pipinya dengan sebal, kalau ibunya memberikan tatapan memelas seperti itu tentu saja Minseok tidak bisa menolak. "Arraseo. Aku akan pergi membelinya."

"Ah, baby Seokkie-ku! Gumawo ne." dengan cepat kedua pipi Minseok sudah mendapatkan seragan cubitan dan sang ibu.

"Sakit~!" ringis Minseok yang mencoba melepaskan cubitan yang bersarang dipipinya.

.

.

.

Dengan tidak bersemangat Minseok melangkah kakinya untuk kembali pulang, satu rumput laut kemasan sudah ada ditangannya. Sejak keluar rumah tadi Minseok langsung di landa rasa sebal dan rasa sebalnya semakin menjadi-jadi begitu sadar bahwa Luhan sudah kembali masuk kedalam rumah. Ah, padahal Minseok ingin sekali bertemu secara langsung—maksudnya menatap Luhan dari jarak dekat.

Minseok tidak punya keberanian kalau sampai kedua matanya bertemu dengan kedua mata Luhan.

"Eh, sepertinya itu Minseok-gege," ujar seseorang yang bahasanya bercampur bahasa Cina dan Korea.

Sadar bahwa namanya disebut, secara repleks Minseok berhenti melangkah—tepatnya berhenti melangkah didepan rumah tetangga sebelah yang selama ini diamatinya.

"Um? Kenapa kamu berpikir seperti itu, Sehun?" tanya seseorang yang berada disebelah orang yang menyebut nama Minseok tadi.

"Wajahnya sedikit mirip dengan wajah Sungmin-hyung." Seseorang yang dipanggil Sehun tadi kembali menyebutkan nama kakak laki-laki Minseok.

Rasa penasaran Minseok yang sudah tergelitik langsung menolehkan kepalanya kearah kanan untuk melihat siapa gerangan dua orang yang membicarakannya.

Minseok terdiam.

Kedua mata kucing-nya bertemu dengan kedua mata rusa milik Luhan yang juga menatapnya.

Gawat.

Mati saja kau Minseok.

Dengan cepat rona merah langsung menjalar kekedua pipi chubby Minseok dan jantungnya pun berdetak begitu cepat.

Tanpa sadar tangan kiri Minseok meremas kemasan rumput laut yang ada ditangannya.

"Ah! Annyeong haseyo, aku Xi Sehun dan ini ge—maksudku hyung-ku Xi Lu—"

Sebelum Sehun berhasil menyelesaikan perkenalannya karena ini pertama kalinya ia bertemu dengan Minseok—begitu juga dengan kakaknya, Minseok sudah keburu berpaling dan berlari menuju rumahnya dengan cepat tanpa mengucapkan sepatah katapun yang langsung membuat Sehun geleng-geleng kepala sambil menghela napas pelan.

"Sepertinya dia tipe pemalu," kata Sehun yang benar-benar heran dengan sikap Minseok yang bisa dibilang tidak sopan.

"Mungkin." Luhan hanya mengiyakan—meski sebenarnya terheran-heran sekaligus penasaran pada Minseok. "Sudahlah, ayo cepat kita beli bubble tea-nya."

"Ayo!"

.

.

.

"Omona! Minseokkie, ada apa dengan wajahmu? Kamu deman, sayang?" ibu langsung memberikan berbagai pertanyaan begitu mendapati putra bungsunya pulang dengan keadaan wajah yang memerah.

"Aniyo." Minseok mengelengkan kepalanya dengan cepat—seperti anak kecil lalu menyerahkan rumput laut kemasan yang dibelinya tadi pada ibunya. "Aku ingin ke kamarku."

"Baiklah. Terima kasih ya Minseokkie," kata ibu yang tersenyum kecil dan menatap Minseok yang berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.

Saat Minseok sudah tidak terlihat, yang artinya laki-laki manis itu sudah berada dilantai atas. Ibu langsung berjalan menuju daput untuk melanjutkan acara memasaknya, tapi tiba-tiba kedua alisnya bertaut saat membuka kemasan rumput laut kering yang dibelikan Minseok tadi.

"Kenapa rumput lautnya… hancur begini?"

Untuk saat ini biarkan itu menjadi rahasia bagi ibu Minseok.

.

.

.

Finish or To Be Continue?


Author's Note :

Halo, aku author baru di dunia screenplays dan bahkan baru pake banget di dunia LuMin/XiuHan. Aku baru tertarik jadi author di screenplays karena pair ini, pair yang baru aku ship belum sampai satu bulan dan aku sadar bahwa banyak fanfic karya author lain yang enggak dilanjutkan entah karena mereka berpikir bahwa LuMin/XiuHan udah enggak bisa bertahan karena Luhan lawsuit atau mungkin karena alasan pribadi. Padahal banyak banget fanfic-fanfic keren punya para sunbae yang aku sukai pake banget yang sayangnya sudah enggak dilanjutin (waktu itu aku sakit hati banget pas tahu).

Karena itu aku berniat buat fanfic LuMin/XiuHan rame lagi, oh iya kalian boleh manggil aku Delight atau mungkin kalian bisa memberikan aku nickname asal jangan panggil aku author. Hihi...

P.S : Kelanjutan fanfic ini mungkin bisa tergantung dari review.

Thanks for reading.

Mind to review?

xoxo

hunshine delight